اللغات المتاحة للكتاب Indonesia English

186 ــ باب فضل الأذان

en

186 - Chapter on the merit of Adhān (call to prayer)

id

186- BAB KEUTAMAAN AZAN

1/1033ــ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ ما في النِّدَاءِ والصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ، ولَوْ يَعْلَمُونَ ما في التَّهْجِيرِ لاسْتبَقُوا إلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ ما في العَتَمَةِ والصُّبْحِ لأَتَوهُمَا وَلَو حَبْواً». متفق عليه.

en

1033/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Were people to know the blessing of announcing the Adhān (call to prayer) and standing in the first row, they would even draw lots to secure these privileges. And were they to realize the reward of performing prayer early, they would race for it; and were they to know the merits of the ‘Ishā’ (night) and Fajr (dawn) prayers, they would come to them even if they had to crawl.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

id

1/1033- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan azan dan saf pertama kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan berundi, niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkannya. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera dalam memenuhi panggilan salat, niscaya mereka akan berlomba untuk mendatanginya. Dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan salat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan datang menunaikannya walaupun dengan merangkak." (Muttafaq 'Alaih)

«الاسْتِهَامُ»: الاقْتراعُ، و«التَّهْجِيرُ»: التَّبْكِيرُ إلىٰ الصَّلاةِ.

en

--

id

الاسْتِهَامُ (al-istihām): berundi. "التَّهْجِيرُ" (at-tahjīr): bersegera memenuhi panggilan salat.

غريب الحديث:

en

Words in the Hadīth:

id

Kosa Kata Asing:

النداء: الأذان.

en

--

id

النِّدَاءُ (an-nidā`): azan.

العتمة: صلاة العشاء.

en

--

id

العَتَمَةُ (al-'atamah): salat Isya.

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) فضيلة الأذان؛ فهو من أفضل الأعمال لما فيه من النفع العام، من تعظيم الله تعالىٰ بالتوحيد، ودعوة النَّاس إلىٰ أعظم العبادات.

en

1) It shows the merit of Adhān, which is one of the best acts given the general interest it serves: It extols Allah Almighty by declaring His oneness and calls people to the greatest act of worship.

id

1) Keutamaan azan; yaitu azan termasuk amal yang paling utama karena memiliki manfaat yang bersifat umum berupa pengagungan Allah -Ta'ālā- dengan tauhid dan mengajak manusia kepada ibadah yang paling agung.

2) الأذان أفضل من الإمامة، قَالَ العلماء: لأنه اشتمل علىٰ توحيد الله تعالىٰ، والشهادة للرسول بالرسالة، وهذا يبين لنا عِظَم الدعوة إلىٰ التوحيد، والاتباع.

en

2) Announcing the Adhān is better than leading people in prayer. This, the scholars said, stems from the fact that the Adhān comprises proclamation of the oneness of Allah and the testimony that Muhammad is His Messenger. This highlight the great significance of the call to Tawhīd (monotheism) and Ittibā‘ (following the Sunnah of the Prophet, may Allah’s peace and blessings be upon him).

id

2) Azan lebih utama dari menjadi imam. Para ulama telah menjelaskan alasannya, yaitu karena azan berisikan tauhid kepada Allah -Ta'ālā- dan syahadat kerasulan Rasulullah, dan hal ini menjelaskan kepada kita tentang agungnya ajakan kepada tauhid dan ittibā' (mengikuti Rasulullah).

3) الترغيب بالمنافسة بين المؤمنين في القُرَب والطاعات ، فعلىٰ المؤمن أن يغتنم فرص الخير والطاعة، ومن ذلك شأن المبادرة إلى الأذان.

en

3) It encourages the believers to compete with one another over acts of worship and piety. A believer should seize the opportunities of goodness and worship, one of which is keenness to proclaim the Adhān.

id

3) Anjuran berlomba di antara kaum mukminin dalam ibadah dan ketaatan, sehingga orang beriman harus memanfaatkan kesempatan mengerjakan kebaikan dan ketaatan, di antaranya bersegera memenuhi panggilan azan.

2/1034ــ عَنْ معاويةَ رضي الله عنه قَالَ: سمعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يقولُ: «المؤذِّنُون أطوَلُ النَّاسِ أعناقاً يومَ القيامةِ». رواه مسلم.

en

1034/2 - Mu‘āwiyah (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “The Muezzins (those who call to prayer) will have the longest necks on the Day of Judgment.” [Narrated by Muslim]

id

2/1034- Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari Kiamat." (HR. Muslim)

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) المؤذنون أطول النَّاس أعناقاً يوم الحساب، يُعرفون بذلك تعريفاً بفضلهم وإظهاراً لشرفهم.

en

1) Muezzins will have the longest necks amongst people on the Day of Judgment, in honor and recognition of their merit.

id

1) Para muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari pembalasan, mereka dikenal dengan hal itu untuk mengenalkan keutamaan mereka serta menampakkan kemuliaan mereka.

2) الجزاء من جنس العمل؛ فرؤوس المؤذِّنين تعلو يوم القيامة، لأنهم أعلَوْا توحيد الله تعالىٰ في الأرض.

en

2) Recompense for a deed should be of the same nature of the deed. So, Muezzins’ heads will be raised high on the Day of Judgment, because they raised the oneness of Allah Almighty on earth.

id

2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan, yaitu kepala para muazin akan tinggi pada hari Kiamat karena mereka meninggikan pengesaan Allah -Ta'ālā- selama di dunia.

3/1035 ــ وعَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَبْدِ الرَّحْمن بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ، أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ رضي الله عنه قَالَ لَهُ: «إنِّي أَرَاكَ تُحبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ، فَإذَا كُنْتَ في غَنَمِكَ ــ أَوْ بَادِيَتِكَ ــ فَأَذَّنْتَ للصَّلاةِ، فَارْفَعْ صَوْتَكَ بالنِّدَاءِ، فَإنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَىٰ صَوْتِ المُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلا إنْسٌ وَلا شَيْءٌ، إلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» قال أبو سعيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ الله. رواه البخاري.

en

1035/3 - ‘Abdullāh ibn ‘Abd al-Rahmān ibn Abi Sa‘sa‘ah reported: Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) said to me: “I see that you like sheep and wilderness. So whenever you are with your sheep - or in the wilderness - and you want to call the Adhān, raise your voice with it , for whoever hears the voice of the Muezzin, whether it be a human being, a jinn, or anything else, they will testify in his favor on the Day of Judgment.” Abu Sa‘īd said: “I heard this from the Messenger of Allah.” [Narrated by Al-Bukhāri]

id

3/1035- Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ṣa'ṣa'ah meriwayatkan bahwa Abu Sa'īd al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata kepadanya, "Sungguh aku melihatmu menyukai kambing dan daerah pedalaman. Jika engkau sedang menggembala kambingmu -atau berada di pedalaman- lalu engkau mengumandangkan azan untuk salat, maka keraskan suara azanmu. Sungguh, tidaklah jin, manusia, dan apa saja yang mendengar sejauh suara muazin melainkan pasti mereka menjadi saksi baginya pada hari Kiamat." Abu Sa'īd berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." (HR. Bukhari)

غريب الحديث:

en

Words in the Hadīth:

id

Kosa Kata Asing:

مدىٰ صوت المؤذن: غاية الصوت.

en

--

id

مَدَىٰ صَوْتِ المُؤَذِّنِ: sejauh suara.

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) الحيوانات، بل وحتىٰ الجمادات، تشهد للمؤذن يوم القيامة، وهذا من فضل الأذان وشرفه.

en

1) Animals and even inanimate objects will testify in favor of the Muezzin on the Day of Judgment, which points out the merit and honor of the Adhān.

id

1) Hewan-hewan, bahkan benda mati, akan menjadi saksi bagi para muazin pada hari Kiamat, dan ini bagian dari keutamaan dan kemuliaan azan.

2) استحباب الأذان عند حضور الصَّلاة.

en

2) It is recommended to announce the Adhān when the time of prayer comes.

id

2) Anjuran mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat.

3) استحباب رفع الصوت في الأذان، وأن يكون المؤذن قوي الصوت.

en

3) It is recommended to raise the voice with the Adhān and that the Muezzin to have a strong voice.

id

3) Anjuran meninggikan suara ketika azan, dan agar seorang muazin adalah orang yang memiliki suara keras.

4/1036ــ عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إذَا نُودِيَ بالصَّلاةِ أدبَرَ الشَّيطانُ، لَهُ ضُراطٌ حَتَّىٰ لا يَسْمَعَ التَّأذينَ، فإذا قُضيَ النِّداءُ أقبَلَ، حَتَّىٰ إذَا ثُوِّبَ للصَّلاة أدْبَرَ، حَتَّىٰ إذَا قُضيَ التَّثويبُ أقْبَلَ، حَتَّىٰ يخْطرَ بينَ المَرْء ونفسه، يقولُ: اذْكُرْ كَذا، واذْكُرْ كذا، لما لَمْ يَكُنْ يَذْكُرْ من قبلُ، حَتَّىٰ يظَلَّ الرَّجُل مَا يَدْري كَمْ صَلَّىٰ». متفق عليه.

en

1036/4 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When the Adhān (call to prayer) is announced, the devil takes to his heels and breaks wind with noise so as not to hear the Adhān. When the Adhān is over, he returns. When the Iqāmah (second call to prayer) is announced, he takes to his heels, and after it is over, he returns again to distract the attention of the worshiper and make him remember things which were not on his mind before the prayer, saying: ‘Remember such-and-such, and remember such-and-such,’ until the worshiper forgets how many Rak‘ahs (units of prayer) he has performed.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

id

4/1036- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila azan salat dikumandangkan, setan lari sambil terkentut-kentut hingga ia tidak mendengar azan. Apabila azan telah usai ia datang kembali, dan ketika ikamah dikumandangkan, ia lari. Ketika ikamah telah usai, ia datang kembali untuk membisikkan antara seseorang dan hatinya (mengusik pikirannya). Setan berkata, 'Ingatlah ini! Ingatlah itu!' Yaitu pada sesuatu yang dia tidak ingat sebelumnya, hingga seseorang menjadi tidak tahu sudah berapa rakaat dia mengerjakan salat." (Muttafaq 'Alaih)

غريب الحديث:

en

Words in the Hadīth:

id

Kosa Kata Asing:

يخْطِر: يوسوس.

en

--

id

يخْطِر (yakhṭiru): ia membisikkan.

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) بيان فضل الأذان، فهو مطردة للشيطان.

en

1) It shows the merit of Adhān, as it drives the devil away.

id

1) Menjelaskan keutamaan azan, yaitu dapat mengusir setan.

2) حرص الشيطان علىٰ صرف المؤمن عن التفكر بالطاعة، فالواجب علىٰ العبد مجاهدة الشيطان، والاستعاذة من وساوسه، وذلك بصدق اللجوء إلىٰ الله تعالىٰ.

en

2) The devil is keen to distract the believer from focusing on worship. Therefore, the worshiper should struggle against the devil and sincerely seek refuge with Allah from his insinuations.

id

2) Kegigihan setan untuk memalingkan orang beriman dari kekhusyukan dalam ibadah, sehingga wajib atas seorang hamba untuk berjuang melawan setan serta memohon perlindungan dari bisikannya, yaitu dengan kembali kepada Allah -Ta'ālā- secara benar dan tulus.

5/1037ــ وَعَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رضي الله عنهما أنه سَمعَ رسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «إذا سَمِعْتُمُ المُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإنَّهُ مَنْ صلَّىٰ عَلَيَّ صلاةً صَلَّىٰ اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإنَّهَا مَنْزِلَةٌ في الجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ». رواه مسلم.

en

1037/5 - ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When you hear the Muezzin, say the same as he says and then invoke Allah’s peace and blessings upon me, for whoever invokes Allah’s peace and blessings upon me once will receive peace and blessings from Allah ten times in return. Then, ask Allah to grant me the Wasīlah, which is a rank in Paradise that only one slave of Allah may attain, and I hope that I would be that slave. Whoever asks Allah to grant me the Wasīlah will be entitled to receive intercession.” [Narrated by Muslim]

id

5/1037- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika kalian mendengar muazin (mengumandangkan azan), maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan. Kemudian berselawatlah kepadaku, sesungguhnya siapa yang berselawat kepadaku satu kali, Allah akan membalas selawatnya itu sepuluh kali. Kemudian mintakanlah kepada Allah untukku al-waṣīlah, sesungguhnya al-waṣīlah itu kedudukan dalam surga yang tidak patut kecuali untuk salah satu hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba itu. Siapa yang memintakan untukku al-waṣīlah, maka wajib baginya syafaatku." (HR. Muslim)

6/1038ــ عَنْ أبي سعيد الخُدْريّ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إذَا سمعْتُمُ النِّداءَ فقُولُوا كَمَا يقولُ المُؤذِّنُ». متفق عليه.

en

1038/6 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When you hear the Adhān, say the same as the Muezzin says.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

id

6/1038- Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika kalian mendengar azan maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muazin." (Muttafaq 'Alaih)

7/1039ــ وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللّهم رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّداً الوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوداً الَّذِي وَعَدْتَه، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتي يَوْمَ الْقِيَامَةِ». رواه البخاري.

en

1039/7 - Jābir (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever says upon hearing the Adhān, ‘Allahumma rabba hadhihi ad-da‘wah at-tāmah was-salāh al-qā’imah āti Muhammadan al-wasīlah wal-fadīlah wab‘athhu maqāman mahmūdan alladhi wa‘adtah’ (O Allah, Lord of this perfect call and prayer that is to be offered, grant Muhammad the Wasīlah and merit and resurrect him to the praiseworthy station that You have promised him), he will definitely be granted my intercession on the Day of Judgment.” [Narrated by Al-Bukhāri]

id

7/1039- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang ketika (selesai) mendengar azan membaca doa, 'Allāhumma rabba hāżihi ad-da'watit-tāmmah waṣ-ṣalātil-qā`imah, āti muḥammadan al-wasīlah wal-faḍīlah, wa-b'aṡhu maqāman maḥmudan al-lażī wa'adtahu (artinya: Ya Allah! Rabb pemilik seruan yang sempurna dan salat yang akan ditegakkan ini. Limpahkanlah kepada Muhammad al-waṣīlah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya),' niscaya dia mendapatkan syafaatku kelak di hari Kiamat." (HR. Bukhari)

8/1040 ــ وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبي وَقَّاصٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: «مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَع المُؤَذِّنَ: أَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إلَّا اللهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ بالله ربّاً، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً، وَبالإسْلامِ دِيناً، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ». رواه مسلم.

en

1040/8 - Sa‘d ibn Abi Waqqās (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever says when he hears the Muezzin, ‘Ashhadu an la ilaha illa Allah wahdahu la sharika lah, wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasūluh. Radītu billāhi rabban wa bi-Muhammadin rasūlan wa bil-Islāmi dīna’ (I bear witness that there is no god but Allah alone without any partner, and that Muhammad is His slave and messenger. I am pleased with Allah as a Lord, with Muhammad as a Messenger, and with Islam as a religion), his sins shall be forgiven.” [Narrated by Muslim]

id

8/1040- Sa'ad bin Abi Waqqāṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasannya beliau bersabda, "Siapa yang mendengar muazin lalu mengucapkan, 'Asyhadu an lā ilāha illallāhu waḥdahū lā syarīka lah wa anna muḥammadan 'abduhū wa rasūluh, raḍītu billāhi rabban, wa bi muḥammadin rasūlan, wa bil-islāmi dīnan (artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Aku rida Allah sebagai Rabb-ku, Muhammad sebagai rasulku, dan Islam sebagai agamaku),' maka dosanya akan diampuni." (HR. Muslim)

هداية الأحاديث:

en

Guidance from the Hadīths:

id

Pelajaran dari Hadis:

اشتملت الأحاديث علىٰ عدد من السنن المأثورة والآداب الشرعية في الأذان، وهي:

en

The above Hadīths include a number of reported Sunnahs and etiquettes related to the Adhān, as follows:

id

Hadis-hadis ini berisikan sejumlah sunah dan adab dalam azan, yaitu:

1) إجابة المؤذن، بترديد مَا يقوله المؤذن، إلَّا في قوله: «حي علىٰ الصَّلاة..» «حي علىٰ الفلاح» فنقول كلمة الاستعانة: «لا حول ولا قوة إلَّا بالله»، أي عزمنا علىٰ الإجابة بالاستعانة بك ياربِّ.

en

1) We should respond to the Muezzin by repeating what he says, except in the phrases “Hayy ‘ala as-salāh, hayy ‘ala al-falāh” (come to prayer; come to success), where we should respond with: “La hawla wa la quwwata illa billah” (There is no power nor strength except through Allah). In other words, we resolve to respond to the call by virtue of Your help, O Lord.

id

1) Menjawab muazin; yaitu dengan mengulang apa yang diucapkan oleh muazin. Kecuali pada kalimat "Ḥayya 'alaṣ-ṣalāh" dan "Ḥayya 'alal-falāḥ" kita mengucapkan kalimat isti'ānah, "Lā ḥaula walā quwwata illā billāh", maksudnya kami bertekad untuk memenuhinya dengan memohon pertolongan kepada-Mu, ya Rabbi.

2) استحباب الصَّلاة علىٰ رسول الله صلى الله عليه وسلم عند الفراغ من الأذان مباشرة.

en

2) It is recommended to invoke Allah’s peace and blessings upon the Prophet immediately after the Adhān is over.

id

2) Anjuran membaca selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- langsung setelah selesai azan.

3) سؤال الوسيلة لرسول الله صلى الله عليه وسلم، وهي أعلىٰ درجة في الجنة، والدعاء له أن يبعثه الله مقاماً محموداً يحمده عليه الخلق كلهم، وهو مقام الشفاعة يوم القيامة.

en

3) We should ask Allah Almighty to grant the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) the Wasīlah, which is the highest rank in Paradise, and to resurrect him to a praiseworthy station which all the creation will praise him for - and that is the station of intercession on the Day of Judgment.

id

3) Meminta al-waṣīlah untuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu kedudukan paling tinggi dalam surga, serta mendoakan beliau agar dibangkitkan oleh Allah pada kedudukan terpuji, karenanya beliau akan dipuji oleh makhluk seluruhnya, yaitu kedudukan syafaat pada hari Kiamat.

4) إن المحافظة علىٰ هذه السنن سبب لغفران الذنوب، وسبب لنيل شفاعة الرسول صلى الله عليه وسلم.

en

4) Observing these Sunnahs regularly is a means for expiation of sins and winning the Prophet’s intercession.

id

4) Memelihara sunah-sunah ini adalah sebab adanya pengampunan dosa dan sebab meraih syafaat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

9/1041ــ عَنْ أنس رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «الدُّعَاءُ لا يُردُّ بينَ الأذَانِ والإقَامَة». رواه أبو داود والترمذي وقال: حديث حسن.

en

1041/9 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Supplication between the Adhān and the Iqāmah is not rejected.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound)]

id

9/1041- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Doa di antara azan dan ikamah tidak akan ditolak." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) اغتنام الأوقات الفاضلة عند الدعاء.

en

1) It encourages us to seek virtuous times for supplication.

id

1) Memanfaatkan waktu-waktu yang utama ketika berdoa.

2) بيان أدب الدعاء، وهو أن يقدم العبد قبله المحامد، والصلاة والسلام علىٰ الرسول صلى الله عليه وسلم، فإنه أرجىٰ للإجابة؛ فانظر كيف يُستحَب للسامع أن يجيب المؤذن، وهذا نوعٌ من الثناء علىٰ الله تبارك وتعالىٰ، ثُمَّ يصلِّي علىٰ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم، ويسأل اللهَ لَهُ الوسيلة، فيكون ذلك أحرىٰ لإجابة دعائه بعد الأذان.

en

2) It points out the etiquette related to supplication. Before making supplication, a person should praise Allah Almighty and invoke His blessings upon the Prophet, which makes the supplication more likely to be answered. It is recommended for the person who hears the Adhān to repeat after the Muezzin, which is a kind of praise to Allah Almighty, after which he should invoke Allah’s blessings upon the Prophet and implore Him to grant the Prophet the Wasīlah. This makes the supplication after the Adhān more likely to be answered.

id

2) Menjelaskan adab berdoa, yaitu menghaturkan pujian-pujian kepada Allah serta mengucapkan selawat dan salam kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlebih dahulu, karena yang demikian itu menjadikan doa lebih pantas untuk dikabulkan. Perhatikanlah, bagaimana orang yang mendengar azan dianjurkan untuk menjawab muazin. Ini adalah salah satu bentuk pujian kepada Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-. Selanjutnya dia membaca selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta memintakan untuk beliau al-waṣīlah. Maka, yang demikian itu lebih patut untuk dikabulkan doanya setelah azan.

تنبـيــه:

en

Note:

id

Peringatan:

لمّا كان الأذان من ذكر الله تعالىٰ المأثور في السنة النبوية، اعتنىٰ العلماء في المذاهب الفقهية كلها بضبط ألفاظه، واتفقوا علىٰ أن الأذان ينتهي عند قول المؤذن في آخره: «لا إله إلا الله».

en

As the Adhān is part of the Dhikr reported in the Sunnah, the scholars devoted great attention to determining its words and phrases, and they agreed that the Adhān ends with the phrase “La ilaha illa Allah” (there is no god but Allah).

id

Manakala azan merupakan bentuk zikir kepada Allah -Ta'ālā- yang diriwayatkan dalam Sunnah Nabi, para ulama dalam mazhab-mazhab fikih seluruhnya telah memberikan perhatian pada penentuan lafal-lafalnya, dan mereka bersepakat bahwa azan berakhir pada ucapan muazin di bagian terakhir, yakni Lā ilāha illallāh.

وما ورد في الأحاديث المتقدمة من الصلاة علىٰ رسول الله وسؤال الوسيلة له فإنما هو من سنن الأذان التابعة له، ولا يجوز الجهر بها حتىٰ تصير كأنها من الأذان، فهدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم الذي فُعِل في زمانه أنه كان يُؤذَّن، ثم يصلِّي المؤذِّن والسامعون علىٰ رسول الله صلى الله عليه وسلم سرّاً، ومن فعل خلاف ذلك فقد خالف السنة النبوية، وخرج عن مذاهب الأئمة، فَلْيحذرِ المؤذِّنون من مخالفة الهدي النبوي، وَلْيحرصُوا علىٰ لزوم السنة، فإنها خير وبركة.

en

Invoking Allah’s blessings upon the Prophet and asking Him to grant him the Wasīlah, as reported in the preceding Hadīths, is among the Sunnahs associated with the Adhān. It is not permissible to say it loudly lest it becomes regarded as part of the Adhān. The Prophet’s guidance, observed during his lifetime, is that the Adhān would be announced, after which the Muezzin and those who heard him would invoke Allah’s blessings upon the Prophet inaudibly. Whoever acts otherwise has contradicted the Sunnah and departed from the views of the leading scholars in this regard. Muezzins should be careful to adhere to the Sunnah and not to swerve from it, for it involves all goodness and blessing.

id

Adapun apa yang disebutkan dalam hadis-hadis di atas berupa selawat kepada Rasulullah dan memohonkan al-wasīlah untuk beliau, itu adalah bagian dari sunah azan yang mengikutinya dan tidak boleh dibaca dengan suara keras sehingga menjadi sekan-akan bagian dari azan. Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang dikerjakan pada masa beliau, ialah muazin mengumandangkan azan kemudian dia dan juga orang yang mendengar membaca selawat kepada Rasululah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan suara sirr (pelan). Siapa yang mengerjakan cara yang berbeda dari itu, maka dia telah menyelisihi Sunnah Nabi serta keluar dari mazhab para imam. Maka, hendaklah para muazin waspada jangan sampai menyelisihi petunjuk Nabi, dan hendaklah mereka bersungguh-sungguh untuk menjalankan Sunnah, karena yang demikian itu adalah keberkahan dan kebaikan.