اللغات المتاحة للكتاب Indonesia English

342 ــ باب النّهي عن الصّلاة إلى القبور

en

342 - Chapter on the prohibition of praying towards the graves

id

342- BAB LARANGAN SALAT MENGHADAP KUBUR

1/1757 ــ عن أبي مَرْثَدٍ كناز بن الحُصَيْنِ رضي الله عنه قَالَ: سمعتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يقولُ: «لا تُصلُّوا إلىٰ القُبُورِ، ولا تَجْلسُوا عَلَيْها». رواه مسلم.

en

1757/1 - Abu Marthad Kannāz ibn al-Husayn (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Do not pray facing graves and do not sit on them.” [Narrated by Muslim]

id

1/1757- Abu Marṡad Kannāz bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian salat menghadap kubur dan jangan duduk di atasnya." (HR. Muslim)

هداية الحديث:

en

Guidance from the Hadīth:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) تحريم الصلاة إلىٰ القبور والجلوس عليها.

en

1) It is prohibited to pray facing the graves or sit on them.

id

1) Pengharaman salat menghadap kubur dan duduk di atasnya.

2) لا يجوز تعظيم القبور باتخاذها مساجد؛ لأن هذا مفتاح للشرك، وكذلك فلا يجوز امتهانها وإهانتها؛ لأن للمسلم حرمة في حياته وبعد مماته. فلا نغلو ولا نجفو، ودين الله وسط بين طرفين، وحق بين باطلين، وهدىً بين ضلالتين.

en

2) It is not permissible to extol the graves and turn them into places of worship, for this is a path to polytheism. It is also not permissible to insult and debase them, as Muslims enjoy inviolability while alive or dead. So, we should not go to extremes or fall into negligence. Indeed, the religion of Allah lies in the middle between two extremes, a truth between two falsehoods, and a guidance between two ways of misguidance.

id

2) Tidak boleh mengultuskan kubur dengan dijadikan sebagai masjid (tempat salat), karena hal ini menjadi pembuka pintu kesyirikan. Begitu juga kubur tidak boleh direndahkan dan dihinakan karena seorang muslim yang terkubur di dalamnya tetap terhormat di masa hidupnya dan setelah meninggal. Sehingga kita tidak boleh bersikap guluw (berlebihan) dan tidak pula bersikap lalai. Karena agama Allah adalah pertengahan antara dua hal yang bertentangan, sebuah kebenaran berada di antara dua kebatilan, dan sebuah petunjuk berada di antara dua kesesatan.