قال الله تعالىٰ: {وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا} [الأحزاب: 22]، وقال تعالىٰ: {ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ * فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ} [آل عمران: 173 ـ 174]، وقال تعالىٰ: {وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡحَيِّ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ} [الفرقان: 58] ، وقال تعالىٰ: {وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ} [إبراهيم: 11] ، وقال تعالىٰ: {فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ} [آل عمران: 159 ] . والآيات في الأمر بالتوكل كثيرة معلومة. وقال تعالىٰ: {وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ} [الطلاق: 3]، وقال تعالىٰ: {إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ} [الأنفال: 2]. والآيات في فضل التوكل كثيرة معروفة.
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, 'Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.' Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu menambah keimanan dan kepasrahan mereka." (QS. Al-Aḥzāb: 22) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "(Yaitu) orang orang (yang menaati Allah dan Rasul) ketika ada orang yang mengatakan kepadanya, 'Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.' Ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.' Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Dan sungguh Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Āli 'Imrān: 173-174) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan bertawakallah kepada Allah Yang Mahahidup, Yang tidak mati." (QS. Al-Furqān: 58) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal." (QS. Ibrāhīm: 11) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah." (QS. Āli 'Imrān: 159) Ayat-ayat yang memerintahkan kepada sikap tawakal terdapat banyak dan makruf. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kecukupan kepadanya." (QS. Aṭ-Ṭalāq: 3) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah maka gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS. Al-Anfāl: 2) Ayat-ayat yang berisikan keutamaan tawakal juga banyak dan makruf.
اليقين: هُوَ قوة الإيمان وثبات القلب، حَتَّىٰ كأن المؤمن يرىٰ بعينه ما أخبر الله عنه ورسوله صلى الله عليه وسلم ، لكمال يقينه.
-Yakin adalah kekuatan iman dan keteguhan hati, sampai-sampai orang yang beriman seakan melihat langsung dengan mata kepalanya apa yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya disebabkan karena kesempurnaan yakin mereka.
التوكل: هو: اعتماد العبد عَلىٰ ربِّه _عز وجل_، في ظاهره وباطنه، لجلب المنافع، ودفع المضار. والتوكل من ثمرات اليقين.
-Tawakal adalah hamba bertumpu kepada Rabb-nya -'Azza wa Jalla- secara lahir dan batin untuk meraih manfaat dan menolak mudarat. Tawakal adalah buah dari sifat yakin.
1) حسن الظن بما عند الله تعالىٰ من علامات صدق الإيمان.
1) Husnuzan kepada apa yang ada di sisi Allah -Ta'ālā- termasuk tanda iman yang benar.
2) التوكل الصادق عَلىٰ الله تعالىٰ من صفات المؤمنين.
2) Tawakal kepada Allah -Ta'ālā- secara benar termasuk sifat orang beriman.
3) من توكل عَلىٰ الله كفاه؛ فإنه سبحانه لا يخيِّب مَن رجاه {أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُ}.
3) Orang yang bertawakal kepada Allah akan diberi kecukupan oleh Allah, karena Dia tidak akan menyia-nyiakan orang yang berharap kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya: "Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya?!" (QS. Az-Zumar: 36)
1/74 ــ فَالأوَّلُ: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم : «عُرِضَتْ عَلَيَّ الأمَمُ؛ فَرَأيْت النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيط، وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُل وَالرَّجُلانِ، وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أحَدٌ. إذْ رُفعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْت أنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هذَا مُوسَىٰ وَقَوْمُه، وَلكِن انْظُرْ إِلَىٰ الأفقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَىٰ الأفقِ الآخَرِ، فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: هذِهِ أُمَّتُكَ، وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ ألْفاً يَدْخُلُونَ الْجَنَّة بِغَيْرِ حِسَاب وَلاَ عَذَابٍ» ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ، فَخَاضَ النَّاسُ في أُولئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَاب، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُم الَّذينَ صَحِبُوا رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم ، وَقَالَ بَعْضَهُمْ: فَلَعَلَّهُم الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الإسْلامِ، فَلَمْ يُشْرِكُوا بالله شَيْئاً ـ وَذَكَرُوا أشْيَاءَ ـ. فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ: «مَا الَّذِي تَخُوضونَ فِيهِ؟» فَأخْبَرُوهُ، فَقَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ، وَلا يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ». فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مُحْصِنٍ، فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: «أنْتَ مِنْهُمْ»، ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: «سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
1/74- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Umat-umat diperlihatkan kepadaku. Maka aku melihat ada nabi yang diikuti sekelompok kecil pengikut, ada nabi bersama satu dan dua pengikut, dan ada nabi tidak ada seorang pun pengikut bersamanya. Tiba-tiba ditampilkan kepadaku kelompok orang yang banyak, lalu aku mengira mereka itu umatku. Maka dikatakan, 'Ini adalah Musa bersama pengikutnya. Tetapi lihatlah ke ufuk itu.' Ternyata aku melihat ada kelompok orang dalam jumlah besar. Lalu dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke ufuk yang lain.' Dan ternyata ada kelompok orang dalam jumlah yang besar lagi. Dikatakan, 'Inilah umatmu. Bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa.'" Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang kemudian larut membicarakan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab tersebut. Sebagian mereka berkata, "Barangkali mereka adalah orang yang menyertai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam." Sebagian yang lain berkata, "Barangkali mereka adalah orang yang lahir dalam Islam sehingga belum pernah berbuat kesyirikan kepada Allah sedikit pun." Mereka menyebutkan berbagai hal. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar menemui mereka seraya berkata, "Apa yang kalian perbincangkan?" Mereka pun mengabarkan beliau. Lalu beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak meminta dibacakan ruqyah, tidak melakukan taṭayyur (meyakini sial karena melihat atau mendengar sesuatu), dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka." Ukkāsyah bin Muḥṣin berdiri lalu berkata, "Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku termasuk dari mereka." Beliau menjawab, "Ya. Engkau termasuk dari mereka." Lalu seorang laki-laki lain berdiri dan berkata, "Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku termasuk dari mereka." Beliau menjawab, "Engkau telah didahului oleh 'Ukkāsyah." (Muttafaq ‘Alaih)
«الرُّهَيطُ» بِضَمِّ الرَّاءِ: تَصْغِيرُ رَهط، وَهُمْ دُونَ عَشَرَةِ أنْفُسٍ. «وَالأفقُ»: النَّاحِيَةُ والجانبُ. «وَعُكَّاشَةُ» بِضَمِّ الْعَيْن وَتَشْديد الْكَافِ وَبِتَخْفِيفها، وَالتَّشْديدُ أفْصَحُ.
الرُّهَيطُ (ar-ruhaiṭ) bentuk taṣgīr (sebutan untuk makna kecil) dari رَهط (rahṭun); yaitu sekelompok orang kurang dari sepuluh. الأفقُ (al-ufuq): arah dan sisi. عُكَّاشَةُ ('Ukkāsyah) -dengan mendamahkan "'ain", "kāf" tasydid, dan boleh tidak ditasydid, tetapi dengan tasydid lebih fasih.
سواد عظيم: أشخاص كثيرون.
سَوَادٌ عَظِيمٌ (sawādun 'aẓīm): kelompok orang yang banyak.
خاض: تكلم.
خَاضَ (khāḍa): berbicara.
لا يرقون: لا يقرؤون شيئاً يتعوذون به من شرّ ما وقع أو يتوقع.
لَا يَرْقُوْنَ (lā yarqūna): tidak melakukan ruqyah dengan membaca sesuatu untuk meminta perlindungan dari keburukan yang telah terjadi atau dikhawatirkan akan terjadi.
وهذه اللفظة «لايرقون» قَالَ علماء الحديث: إنها شاذة؛ انفرد بها مسلم، ثُمَّ هي مخالفة لما ثبت في الهدي النبوي من استحباب الرقية، بأن يرقي الإنسان نفسه، أو يرقي غيره لوجه الله تعالىٰ أو بالأجرة.
Redaksi ini: (لَا يَرْقُوْنَ), disebutkan oleh ulama hadis sebagai lafal yang syāż (daif), yaitu diriwayatkan secara sendiri oleh Muslim dan menyelisihi petunjuk Nabi yang telah sah berupa anjuran melakukan ruqyah untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain, baik secara ikhlas demi mendapatkan rida Allah -Ta'ālā- maupun dengan upah.
يسترقون: يطلبون الرقية من غيرهم .
يَسْتَرْقُوْنَ (yastarqūna): minta dibacakan ruqyah oleh orang lain.
لا يتطيرون: لا يتشاءمون بالطيور ونحوها.
لَا يَتَطَيَّرُوْنَ (lā yataṭayyarūna): tidak melakukan taṭayyur, yakni meyakini adanya kesialan karena melihat atau mendengar burung dan lain sebagainya.
1) فضل النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ومنزلته؛ فإنه عُرضَت عليه الأمم ورآها، فأُمَّته أكثر الأُمم يوم القيامة.
1) Keutamaan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan kedudukan beliau; yaitu umat-umat dipaparkan dan diperlihatkan kepada beliau dan umat beliaulah yang paling besar di hari Kiamat.
2) فضل التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ، والاعتماد عليه، ومن ذلك يتبين ضلال وضياع من يتوكل علىٰ المخلوقين، ويعتمد عليهم، فيما لا يقدر عليه إلَّا الله تعالىٰ من جلب المنافع ودفع المضار.
2) Keutamaan tawakal dan berserah diri kepada Allah -Ta'ālā-. Dengan ini nyatalah kesesatan dan ketelantaran orang yang bertawakal dan bertumpu kepada makhluk dalam perkara yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah -Ta'ālā- dalam meraih manfaat dan menolak mudarat.
3) اغتنام الفرصة لقطف ثمرة الخير، كما فعل الصحابي الجليل عُكّاشة بن محصن رضي الله عنه.
3) Menggunakan kesempatan untuk memetik buah kebaikan, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat mulia, 'Ukkāsyah bin Miḥṣan -raḍiyallāhu 'anhu-.
4) بيان فضيلة أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ فمن سار عَلىٰ نهجهم واقتفىٰ أثرهم اهتدى، ومن سلك غير سبيلهم ضل عَنْ الهدىٰ وغوىٰ.
4) Menjelaskan keutamaan sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; maka siapa yang mengikuti jalan dan jejak mereka akan mendapat petunjuk, sedangkan yang menempuh selain jalan mereka akan tersesat dari petunjuk itu.
2/75 ــ الثَّانِي: عَن ابْنِ عَبَّاس رضي الله عنهما أيْضاً أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ: «اللهم لَكَ أسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ. اللهم إِنِّي أعُوذُ بِعزَّتك لا إلهَ إلَّا أنْتَ أنْ تُضِلَّنِي، أنْتَ الْحَيُّ الَّذي لا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالإنْسُ يَمُوتُونَ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
2/75- Kedua: Juga dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah berdoa, "Ya Allah! Hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, dan dengan-Mu aku melawan. Ya Allah! Aku berlindung dengan kemuliaan-Mu. Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau. Janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Yang Mahahidup yang tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia pasti akan mati." (Muttafaq 'Alaih)
وَهذَا لَفْظُ مُسْلِم، وَاخْتَصَرَهُ البُخَارِيُّ.
Ini adalah redaksi riwayat Muslim, sedangkan Bukhari meringkasnya.
إليك أنَبْتَ: رجعت إلىٰ عبادتك والإقبال عَلىٰ ما يقرب منك.
إِلَيْكَ أنَبْتُ (ilaika anabtu): aku kembali beribadah menyembah-Mu dan menyambut apa yang mendekatkan kepada-Mu.
بك خاصمت: حاججت أعداء الله مستعيناً بك، قاصداً وجهك.
بِكَ خَاصَمْتُ (bika khāṣamtu): dengan pertolongan-Mu aku mendebat (melawan) musuh-musuh-Mu, demi mengharap rida-Mu.
1) وجوب التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ وحده؛ لأنه المتصف بصفات الكمال، فهو وحده الَّذي يعتمد عليه، ولا يعتمد عَلىٰ المخلوقين الفقراء من أيِّ وجه ؛ فإنّا جميعاً مفتقرون إلىٰ الله، بحاجة إلىٰ معونته سبحانه.
1) Kewajiban bertawakal hanya kepada Allah saja, karena hanya Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Hanya kepada Allah kita bertumpu, kita tidak bertumpu kepada makhluk yang lemah dari semua sisi. Kita semua butuh kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dan pertolongan-Nya.
2) التأسي بالنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم في هذه الكلمات الجامعة، في الدعاء والنصح والدعوة؛ لأن أفضل الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم .
2) Meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengucapkan kata-kata yang sempurna ini dalam berdoa, menasihati, dan berdakwah, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
3/76ــ الثَّالِثُ: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أيْضاً قَالَ: {حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ}، قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ صلى الله عليه وسلم حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَقَالَها مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم حِينَ قَالُوا: {إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ}. رَوَاهُ البُخَارِيّ.
3/76- Ketiga: Juga dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Doa: Ḥasbunallāh wani'mal-wakīl (cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung), dibaca oleh Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika dilemparkan ke dalam api. Juga dibaca oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika mereka mengatakan, Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.' Ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.'" (HR. Bukhari)
وَفِي رِوَايَة لَهُ عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: «كَانَ آخِرَ قَوْلِ إِبْرَاهِيمَ صلى الله عليه وسلم حِينَ أُلْقِيَ فِي النّارِ: حَسْبِيَ الله وَنِعْمَ الْوَكِيلُ».
Juga dalam riwayat Bukhari yang lain dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- dia berkata, "Ucapan terakhir Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika dilemparkan ke dalam api: Ḥasbunallāh wani'mal-wakīl."
1) التوكل عَلىٰ الله منهج لجميع الأنبياء ــ عليهم الصلاة والسلام ــ فليُتأسَّ بهم في الدعاء والتوكل عَلىٰ الله؛ لأنهم أشد الناس بلاءً.
1) Bertawakal kepada Allah adalah Sunnah semua nabi -'alaihim aṣ-ṣalātu was-salām-. Hendaklah mereka diteladani dalam berdoa dan bertawakal kepada Allah, karena mereka orang yang paling berat ujiannya.
2) فضل التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ في الأمور الصعبة والنوائب.
2) Keutamaan bertawakal kepada Allah -Ta'ālā- dalam urusan-urusan sulit dan musibah.
بعض الجاهلين الذين علقوا قلوبهم بغير الله تعالىٰ ــ في شدة المصائب والنوازل ــ يذهبون للاستنجاد بالمخلوقين، ودعاء غير الله _عز وجل_ في كشف هذه الأمور. وهذا ــ والله ــ هُوَ غاية الخذلان، وعندها ينطفئ الإيمان. فالحريص عَلىٰ بقاء الإيمان مضيئاً في قلبه، عليه أن يعلّق رجاءه بالله تعالىٰ، ويقطع رجاءه من الخلق.
Sebagian orang-orang jahil yang menggantungkan hati mereka kepada selain Allah -Ta'ālā- ketika ditimpa musibah dan peristiwa-peristiwa berat, mereka meminta pertolongan kepada makhluk serta berdoa kepada selain Allah -'Azza wa Jalla- untuk menghilangkan perkara-perkara tersebut. Demi Allah! Hal ini adalah puncak kehinaan, dan ketika itu iman menjadi padam. Orang yang antusias agar iman tetap bersinar dalam hatinya berkewajiban untuk menggantung harapannya kepada Allah serta memutus harapannya dari makhluk.
4/77 ــ الرَّابعُ: عَنْ أبي هُرَيْرَة رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أقْوَامٌ أفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أفْئِدَةِ الطَّيْر». رَوَاهُ مُسْلِم .
4/77- Keempat: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Akan ada segolongan orang masuk surga, hati mereka seperti hati burung." (HR. Muslim)
قِيلَ: مَعْنَاهُ مُتَوَكِّلونَ، وَقِيلَ: قُلُوبُهُمْ رَقِيقَةٌ .
Ada ulama berpendapat, bahwa maksudnya adalah mereka yang bertawakal. Ulama lain mengatakan, maksudnya adalah mereka yang berhati lembut.
1) التوكل عَلىٰ الله، ورِقَّة القلب، من أسباب دخول الجنة، والفوز بنعيمها.
1) Bertawakal kepada Allah dan berhati lembut termasuk sebab masuk surga dan meraih nikmat-nikmatnya.
2) بيان صفة أهل الجنة؛ كل صاحب قلب رقيق شفيق.
2) Menjelasakan karakter penduduk surga; yaitu semua yang memiliki hati lembut dan jernih.
5/78 ــ الْخَامِسُ: عَنْ جَابِـرٍ رضي الله عنه أنّهُ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قِبَلَ نَجْدٍ، فَلَمَّا قَفَلَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم قَفَلَ مَعَهُمْ، فَأدْرَكَتْهُمُ الْقَائِلَةُ في وَادٍ كَثِيرِ الْعِضَاهِ، فَنَزَلَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم ، وَتَفَرَّقَ النَّاسُ يَسْتَظِلُّونَ بالشَّجَرِ، وَنَزَلَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم تَحْتَ سَمُرَةٍ، فَعَلَّقَ بِهَا سَيْفَه، ونِمْنَا نَوْمَةً، فَإِذَا رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَدْعُونَا، وَإِذَا عِنْدَهُ أعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: «إنَّ هذَا اخْتَرَط عَلَيَّ سَيْفِي وَأنَا نَائِمٌ، فَاسْتَيْقَظْتُ وَهُوَ فِي يَدِهِ صَلْتاً، قَالَ: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ قُلْتُ: اللهُ. ثَلاثاً» وَلَمْ يُعَاقِبْهُ وَجَلَسَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
5/78- Kelima: Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia pernah berperang bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ke arah Najd. Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kembali, beliau kembali bersama mereka. Mereka mendapatkan waktu qailūlah (istirahat siang) di sebuah lembah yang banyak memiliki pohon besar berduri. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para sahabat berpencar mencari tempat teduh di bawah pohon. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beristirahat di bawah pohon Samurah dan menggantung pedangnya di sana. Kami pun tidur sejenak. Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyeru kami, dan ternyata di samping beliau ada seorang badui. Beliau berkata, "Sungguh, orang ini telah menghunus pedangku untuk mencelakaiku saat aku tidur. Aku bangun sedang pedang itu terhunus di tangannya. Ia berkata, 'Siapa yang bisa melindungimu dariku?' Aku menjawab, 'Allah,' (sebanyak tiga kali)." Beliau tidak menghukum laki-laki tersebut, lalu beliau duduk. (Muttafaq 'Alaih)
وَفِي رِوَايَةٍ: قَالَ جَابِرٌ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم بِذَاتِ الرِّقَاعِ، فَإِذَا أتَيْنَا عَلَىٰ شَجَرَةٍ ظَلِيلَةٍ تَرَكْنَاهَا لِرَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكينَ، وَسَيْفُ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم مُعَلَّقٌ بالشَّجَرَةِ، فَاخْتَرَطَهُ، فَقَالَ: تخَافُنِي؟ قَالَ: لا، قَالَ: فَمَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ قَالَ: اللهُ.
Dalam riwayat lain, Jābir bercerita, "Kami bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada perang Żātur-Riqā'. Ketika mendapatkan pohon yang memiliki rindang, kami membiarkannya untuk tempat berteduh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu datang seorang laki-laki musyrik sementara pedang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- digantung pada pohon itu. Maka dia menghunusnya seraya berkata, 'Anda takut kepadaku?' Beliau menjawab, 'Tidak.' Dia bertanya, 'Siapa yang bisa melindungimu dariku.' Beliau menjawab, 'Allah.'"
وَفِي رِوَايَةِ أبِي بكْرٍ الإسمَاعيليّ في صحيحهِ قَالَ: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي ؟ قَالَ: اللهُ. قَالَ: فَسَقَطَ السَّيْفُ مِنْ يَدِهِ، فَأخَذَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم السَّيْفَ، فَقَالَ: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي ؟ فَقَالَ: كُنْ خَيْرَ آخِذٍ، فَقَالَ: تَشْهَدُ أنْ لا إله إِلَّا الله ، وَأنِّي رَسُولُ الله ؟ قَالَ: لا، وَلكِنِّي أُعَاهِدُكَ أنْ لا أُقَاتِلَكَ، وَلاَ أكُونَ مَعَ قَوْمٍ يُقَاتِلُونَكَ، فَخَلَّىٰ سَبِيلَهُ، فَأتَىٰ أصْحَابَهُ، فَقَالَ: جِئْتكُمْ مِنْ عِنْدِ خَيْرِ النَّاسِ.
Dalam riwayat Abu Bakr Al-Ismā'īliy di Kitab Ṣaḥīḥ-nya, laki-laki itu berkata, "Siapakah yang akan melindungimu dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Jabir bercerita, Tiba-tiba pedang itu lepas dari tangannya. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil pedang itu seraya bersabda, "Siapa yang akan melindungimu dariku?" Dia berkata, "Jadilah sebaik-baik orang yang membalas." Nabi bertanya, "Apakah kamu bersyahadat lā ilāha illallāh dan Muḥammad rasūlullāh?" Dia menjawab, "Tidak. Tetapi aku berjanji padamu tidak akan memerangimu. Juga aku tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memerangimu." Maka Rasulullah membebaskannya. Lalu orang itu mendatangi teman-temannya dan berkata, "Aku datang kepada kalian dari manusia terbaik (Rasulullah)."
قَوْلُهُ: «قَفَلَ» أيْ: رَجَعَ. وَ«الْعِضَاهُ»: الشَّجَرُ الَّذي لَهُ شَوْكٌ. وَ «السَّمُرَةُ» بِفَتْحِ السِّينِ وَضَمِّ الميم: الشجرة من الطلح، وهي العظام من شجر العضاه. واخترط السيف:أي سلَّهُ. وهو في يده «صَلْتاً» أيْ: مَسْلُولاً، وَهُوَ بِفَتْحِ الصَّادِ وَضَمِّهَا.
Ucapan Jabir (قَفَلَ), maksudnya: pulang. (الْعِضَاهُ): pohon yang berduri. السَّمُرَةُ, dengan memfatahkan "sīn" serta mendamahkan "mīm", yaitu pohon berduri yang besar. اِخْتَرَطَ السَّيْفَ: menghunus pedang. Sementara pedang itu ada di tangannya (صَلْتاً), yaitu terhunus.
القائلة: وقت نوم الظهيرة.
القائلة (al-qā`ilah): waktu tidur siang.
1) أثر التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ في الخلاص من الشدائد وتفريج الكرب.
1) Buah tawakal kepada Allah -Ta'ālā- dalam menghilangkan keburukan dan kesusahan.
2) إظهارعفو النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وكرمِ خُلُقه وعدمِ انتقامه لنفسه، وبُعدِ نظره في الأمور، وحسنِ معالجته النفوسَ لجلبها إلىٰ الحق.فعلينا الاقتداء بسنته، والاهتداء بهديه، لأن أفضل الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم: {لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ}.
2) Menampakkan sifat pemaaf Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, akhlak mulia dan sikap beliau yang tidak membalas dendam untuk kepentingan dirinya. Juga visi beliau yang jauh ke depan serta cara beliau yang bagus dalam menarik hati untuk kepada kebenaran. Maka, kita wajib meneladani Sunnah beliau dan mengikuti petunjuk beliau, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Sungguh, telah ada teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah."
6/79 ــ السَادِسُ: عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يقُولُ: «لَوْ أنَّكُمْ تتَوَكَّلُونَ عَلَىٰ الله حقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً». رَوَاهُ التّرمَذيّ، وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَن.
6/79- Keenam: Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; yaitu dia pergi pagi dalam keadaan perutnya kosong dan pulang sore hari dalam keadaan buncit (kenyang)." (HR. Tirmizi) Dia berkata, "Hadisnya hasan."
مَعْنَاهُ: تَذْهَبُ أوَّلَ النَّهَارِ خِمَاصاً: أيْ: ضَامِرَةَ الْبُطُونِ مِنَ الْجُوعِ، وَتَرْجِعُ آخِرَ النَّهَارِ بِطَاناً: أيْ: مُمْتَلِئَةَ الْبُطُونِ.
Maksudnya, burung itu pergi di awal hari dalam keadaan perut kosong, yaitu kempis karena lapar, lalu dia akan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.
1) الأخذ بالأسباب والمشي في طلب الرزق، من صدق التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ.
1) Melakukan berbagai cara dan usaha halal demi mendapatkan rezeki termasuk bukti kuatnya tawakal kepada Allah -Ta'ālā-.
2) حقيقة التوكل معناه: اعتماد القلب، وتفويض الأمر بصدق ويقين، إليه سبحانه.
2) Hakikat tawakal adalah bersandarnya hati serta penyerahan segala urusan kita dengan penuh jujur dan yakin kepada Allah.
7/80 ــ السَّابع: عَنْ أبِي عُمَارَةَ الْبَرَاءِ بن عَازِبٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم : «يَا فُلاَن إِذَا أوَيْتَ إلَىٰ فِرَاشِكَ فَقُلْ: اللهم أسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أمْرِي إِلَيْكَ، وَألْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لا مَلْجَأ وَلاَ مَنْجَىٰ مِنْكَ إِلَّا إلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أنْزَلْتَ، وَنَبِيِّكَ الَّذِي أرْسَلْتَ. فَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ عَلَىٰ الْفِطْرَةِ، وَإِنْ أصْبَحْتَ أصَبْتَ خَيْراً». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
7/80- Ketujuh: Abu 'Umārah Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai si polan! Bila engkau pergi ke tempat tidurmu, maka bacalah doa: 'Allāhumma aslamtu nafsī ilaika, wa wajjahtu wajhī ilaika, wa fawwaḍtu amrī ilaika, wa alja`tu ẓahrī ilaika, rahbatan wa ragbatan ilaika, lā malja`a wa lā manjā minka illā ilaika, āmantu bi kitābikallażī anzalta, wa bi nabiyyikallażī arsalta' (Ya Allah! Aku serahkan diriku kepada-Mu. Aku hadapkan wajahku kepada-Mu. Aku serahkan urusanku kepada-Mu. Aku sandarkan punggungku kepada-Mu. Karena penuh harap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tidak pula menyelamatkan diri dari diri-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus) Bila engkau meninggal malam itu, niscaya engkau meninggal di atas fitrah (Islam). Dan bila engkau selamat memasuki pagi hari, engkau akan mendapatkan kebaikan." (Muttafaq 'Alaih)
وَفِي رِوَايةٍ فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ البَرَاءِ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم : «إِذَا أتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ اضْطَجعْ عَلَىٰ شِقِّكَ الأيْمَنِ، وَقُلْ: وَذَكَرَ نَحْوَهُ، ثُمَّ قَالَ: وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ».
Dalam riwayat lain di Aṣ-Ṣaḥīḥain, dari Al-Barā` dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah berkata kepadaku, "Bila engkau hendak pergi ke tempat tidurmu, maka berwudulah seperti engkau berwudu untuk salat. Kemudian berbaringlah ke sisi kananmu, dan bacalah: (beliau menyebutkan doa yang semisal di atas)." Kemudian beliau berkata, "Jadikanlah bacaan-bacaan itu sebagai akhir bacaanmu."
1) صفة أهل الإيمان أنهم يلجؤون إلىٰ الله تعالىٰ في جميع أحوالهم.
1) Sifat orang beriman adalah mereka bersandar kepada Allah -Ta'ālā- dalam semua keadaan.
2) تجديد العهد مع الله _عز وجل_ كل ليلة، وتوثيق معاني الإيمان قولاً وعملاً.
2) Memperbaharui perjanjian bersama Allah -'Azza wa Jalla- setiap malam serta memperkuat makna keimanan secara ucapan dan perbuatan.
3) استحباب المبيت علىٰ طهارة، وأن تكون هذه الكلمات آخر ما يقوله الذاكر.
3) Anjuran tidur dalam keadaan suci serta menjadikan bacaan-bacaan ini sebagai zikir yang terakhir.
8/81 ــ الثَّامِنُ: عَنْ أبِي بكْرٍ الصِّدِّيق عَبدِ الله بْنِ عُثْمَان بْنِ عَامِرِ بْنِ عُمَرَ بْنِ كَعْب ابْنِ تَيْم بنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِّ بْنِ غَالِبٍ الْقُرَشِيِّ التَّيْمِيِّ رضي الله عنه ــ وَهُوَ وَأبُوهُ وَأُمُّهُ صَحَابَةٌ رضي الله عنهم ــ قَالَ: نَظَرْتُ إِلَىٰ أقْدَامِ الْمُشْرِكِينَ ونَحْنُ فِي الْغَارِ وَهُمْ عَلىٰ رُؤُوسِنَا، فَقُلْتُ: يَا رَسولَ الله لَوْ أنَّ أحَدَهُمْ نَظَرَ تَحْتَ قَدَمَيْهِ لأبْصَرَنَا، فَقَالَ: «مَا ظَنُّكَ يَا أبا بَكْرٍ باثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا» . مُتَّفَقٌ عَلَيْه.
8/81- Kedelapan: Hadis dari Abu Bakr Aṣ-Ṣiddīq Abdullah bin Usman bin 'Āmir bin Umar bin Ka'ab bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu`ai bin Gālib Al-Qurasyiy At-Taimiy -raḍiyallāhu 'anhu- (dia, ayahnya, dan ibunya adalah sahabat semua -raḍiyallāhu 'anhum-). Dia mengisahkan, Aku melihat kaki orang-orang musyrikin sementara kami ada di dalam gua itu; mereka di atas kepala kami. Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Sekiranya salah satu mereka melihat ke bawah kakinya, niscaya dia akan melihat kita." Beliau lalu bersabda, "Wahai Abu Bakr! Apa yang engkau bayangkan pada dua orang, sedang yang ketiganya adalah Allah?" (Muttafaq 'Alaih)
1) كمال توكل النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وقوة يقينه بالله _عز وجل_.
1) Tawakal Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang sempurna serta keyakinan beliau kepada Allah -'Azza wa Jalla- yang sangat kuat.
2) علىٰ العبد أن يربي نفسه عَلىٰ تمام التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ، فهذا يورثه اليقين، الَّذي إِذَا خالط القلوب أصبحت لا تخاف ولا تخشىٰ إلَّا الله _عز وجل_، وتقول وتفعل الحق ولا تخشىٰ في الله لومة لائم.
2) Kewajiban hamba agar senantiasa mendidik diri untuk bertawakal secara utuh kepada Allah -Ta'ālā-. Inilah yang akan melahirkan rasa yakin dalam dirinya, dan hal itu jika telah masuk ke dalam hati maka dia tidak lagi takut kecuali kepada Allah -'Azza wa Jalla-. Dia akan mengucapkan serta mengerjakan kebenaran, tidak takut dalam menjalankan agama Allah terhadap celaan orang yang mencela.
3) بيان فضيلة أبي بكر الصِّدِّيق رضي الله عنه؛ فهو أفضل الصحابة بعد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ، حيث اختاره الله _عز وجل_ لصحبة نبيِّه صلى الله عليه وسلم ، وأثنىٰ عليه بآيات تُتلىٰ إلىٰ يوم القيامة.
3) Menjelaskan keutamaan Abu Bakr Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu-. Dia sahabat yang paling afdal setelah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Allah -'Azza wa Jalla- telah memilihnya untuk menyertai Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta memujinya dalam ayat-ayat yang akan terus dibaca hingga hari Kiamat.
9/82 ــ التَّاسِعُ: عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أُمِّ سَلَمَةَ، وَاسْمُهَا هِنْدُ بِنْتُ أبِي أُمَيَّةَ حُذَيْفَةَ الْمَخْزُومِيَّةُ رضي الله عنها، أنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: «بِسْمِ الله، تَوَكَّلْتُ عَلَىٰ الله ، اللهم إنِّي أعُوذُ بِكَ أنْ أضِلَّ أوْ أُضَلَّ، أوْ أزِلَّ أوْ أُزَلَّ، أوْ أظْلِمَ أوْ أُظْلَمَ، أوْ أجْهَلَ أوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ». حَديث صَحِيحٌ رَوَاهُ أبُو دَاوُد، وَالتِّرْمِذيُّ وَغَيْرهُمَا بِأسانِيدَ صَحِيحَة. قَالَ التِّرْمِذيّ: حَديثٌ حسنٌ صحيحٌ. وهَذَا لَفْظُ أبِي دَاوُد.
9/82- Kesembilan: Hadis dari Ummul-Mu`minīn, Ummu Salamah, nama beliau Hindun binti Abi Umayyah Ḥużaifah Al-Makhzūmiyyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila keluar rumah selalu membaca: "Bismillāhi tawakkaltu 'alallāh. Allāhumma innī a'ūżu bika an aḍilla aw uḍalla aw azilla aw uzalla aw aẓlima aw uẓlama aw ajhalu aw yujhalu 'alayya" (Dengan menyebut nama Allah. Aku bertawakal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar tidak tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat zalim atau dizalimi, dan berbuat yang jahil atau dijahili). (Hadis sahih riwayat Abu Daud, Tirmizi, dan lainnya dengan sanad yang sahih. Tirmidzi berkata, "Hadisnya hasan sahih", dan ini adalah redaksi riwayat Abu Daud)
10/83 ــ الْعَاشِرُ: عَنْ أنسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم : «مَنْ قَالَ ــ يَعْنِي إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ ــ: بِسْمِ الله، تَوَكَّلْتُ عَلَىٰ الله ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِالله، يقَالُ لَهُ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ، وَتَنحَّىٰ عَنْهُ الشَّيْطَانُ». رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ وَالتّرمِذيّ والنّسائي وغَيْرهم. وَقَالَ التِّرْمِذي: حديث حَسنٌ، زاد أبُو دَاوُدَ: «فَيَقُول: ــ يَعْنِي الشَّيْطَانَ لِشَيْطَانٍ آخَرَ ــ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟».
10/83- Kesepuluh: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang mengucapkan -maksudnya ketika keluar rumah-, 'Bismillāhi tawakkaltu 'alallāhi, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah dan tidak ada daya serta kekuatan selain dengan pertolongan Allah),' maka dikatakan kepadanya, 'Engkau telah diberi petunjuk, telah dicukupi, dan telah dijaga.' Serta setan pun menjauh darinya." (HR. Abu Daud, Tirmizi, An-Nasā`iy, dan lainnya. Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan") Dalam riwayat Abu Daud ada tambahan: "... lalu dia berkata -maksudnya setan kepada setan yang lain-, 'Bagaimana mungkin engkau mengganggunya sedang dia telah diberi petunjuk, telah dicukupi, dan telah dijaga?!'"
أَضِل: أكون سبباً في انحراف غيري عن الصراط المستقيم.
أَضِل (aḍill): aku menjadi sebab orang lain tersesat dari jalan yang lurus.
أضَل: أنحرف عَنِ الطريق المستقيم.
أضَل (uḍall): aku tersesat dari jalan yang lurus.
أَزِل: الزلل هو الخطأ.
أَزِل (azill): aku melakukan kesalahan.
أجهل: آتي بالسفه.
أَجْهَل (ajhal): aku melakukan perbuatan jahil.
يُجهل علي: يسفه علي أحدٌ.
يُجْهَل عَلَيَّ (yujhal 'alayya): seseorang berbuat jahil kepadaku.
وقيت: حُفظت.
وُقِيْتَ (wuqīta): engkau telah dijaga.
1) دوام التوكل عَلىٰ الله تعالىٰ، والاعتصام به، ودعائه جلب المنافع، ودفع المضار.
1) Terus bertawakal kepada Allah -Ta'ālā-, berlindung, serta berdoa kepada-Nya untuk mendapatkan manfaat dan menolak mudarat.
2) عَلىٰ العبد أن يحصِّن نفسه بالأذكار الشرعية، التي علمنا إياها رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ويتجنّب الأذكار التي أحدثها الناس، ففي اتباع المأثور الخير والبركة.
2) Kewajiban hamba agar membentengi dirinya dengan zikir-zikir yang disyariatkan, yang telah diajarkan kepada kita oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian meninggalkan zikir-zikir yang dibuat-buat oleh manusia. Karena mengikuti apa yang disyariatkan akan mendatangkan kebaikan dan keberkahan.
لا يمكن للعبد أن يوظف الأذكار النبوية إلا إذا علمها. فالعلم قبل القول والعمل، فعلينا أن نتعلم ما أَنزل إلينا ربُّنَا من الشرع المنزل، ونفرح ونستغني به، ونهجر ما وَرِثْناه من الأذكار المُحدَثة وهي الشرع المبدل.
Tidak mungkin bagi seseorang untuk merutinkan zikir-zikir yang dicontohkan oleh Nabi kecuali bila dia mengetahuinya. Jadi, harus ada ilmu sebelum berucap dan berbuat. Maka kita wajib mempelajari syariat yang telah diturunkan oleh Allah kepada kita, lalu merasa senang dan mencukupkan diri dengannya, dan meninggalkan zikir-zikir bidah yang merupakan syariat yang telah diubah:
{ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ} [الأعراف: 3].
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran." (QS. Al-A'rāf: 3)
11/84 ــ وَعَنْ أنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ أخَوَانِ عَلَىٰ عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، وَكَانَ أحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ، والآخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أخَاهُ للنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقالَ: «لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ». رَوَاهُ التِّرْمِذيّ بإسْنَادٍ صحِيح علىٰ شرطِ مُسْلِمٍ.
11/84- Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ada dua orang bersaudara pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Salah satunya selalu datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- (untuk belajar), dan yang lainnya bekerja. Lantas yang bekerja itu mengadukan saudaranya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka beliau bersabda, Bisa jadi kamu diberi rezeki karenanya.'" (HR. Tirmidzi dengan sanad yang sahih sesuai syarat Imam Muslim)
«يَحْتَرِفُ»: يَكْتَسِبُ وَيَتَسَبَّبُ.
يَحْتَرِفُ (yaḥtarif): bekerja dan berusaha.
1) الترغيب في مساعدة أهل العلم وطلابه.
1) Anjuran agar membantu orang-orang berilmu dan para penuntut ilmu.
2) الإنفاق عَلىٰ طلبة العلم من مفاتيح الرزق.
2) Berinfak kepada penuntut ilmu termasuk kunci rezeki.
3) الحث عَلىٰ إعانة طائفة في المجتمع لطلب العلم والتفقه في الدين.
3) Anjuran agar membantu sebagian masyarakat untuk menuntut ilmu dan mendalami agama.