1/866 ــ عن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «لا تبدؤوا اليَهُودَ ولا النَّصَارىٰ بالسَّلام، فإذا لقيتُم أحَدَهم في طريق فاضطرُّوهُ إلَىٰ أضيقه». رواه مسلم.
866/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not initiate the greeting to the Jews and Christians. And if you meet one of them on a road, force him to the narrowest part of it.” [Narrated by Muslim]
1/866- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, "Janganlah kalian memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Jika kalian bertemu salah seorang dari mereka di jalan, maka paksalah mereka ke bagian jalan yang paling sempit (pinggir)." (HR. Muslim)
فاضطروه: ألجِئُوه إلى الضيق عند عدم سعة الطريق، بحيث يكون للمسلم أوسعه وللكافر أضيقه، وليس المعنىٰ مزاحمته قصداً مَعَ سعة الطريق.
“Force him to the narrowest part of it”: This applies when the road is not wide enough, so that the Muslim uses the wider part and the disbeliever is forced to the roadside. It does not mean crowding with the disbeliever when the road is wide enough for all.
فاضطرُّوهُ (fa-ḍṭarrūhu): paksalah mereka ke bagian jalan yang sempit ketika jalan tidak luas, sehingga bagian yang paling luas menjadi hak muslim dan bagi orang kafir bagian yang paling sempit; bukan maksudnya sengaja merebut jalur mereka padahal jalan tersedia luas.
1) لا يجوز ابتداء الكافر بالسلام؛ لأن في ذلك إكراماً لَهُ، والكافر ينبغي أن يذل ولا يعز.
1) It is not permissible to initiate the greeting of peace to a disbeliever, for this would be a form of honoring him, whereas a disbeliever should be humiliated, not honored.
1) Tidak diperbolehkan memulai salam kepada orang kafir karena hal itu mengandung pemuliaan kepadanya, sementara orang kafir seharusnya dihinakan, bukan dimuliakan.
2) إغاظة الكفار بالقول والفعل أمر مقصود شرعاً، لكن نغيظهم دون أن نظلمهم، أو ننقض العهد معهم. فنقيم العدل، ونجانب الظلم.
2) Vexing the disbelievers is something required in the religion. Yet we should do so without being unjust to them or breaking any covenant with them. We must establish justice and avoid oppression.
2) Memancing kekecewaan orang kafir dengan ucapan dan perbuatan adalah perkara yang diperintahkan secara agama, tetapi tidak boleh mengecewakan mereka dengan cara menzalimi atau mengingkari perjanjian bersama mereka. Kita harus menegakkan keadilan dan menjauhi kezaliman.
إن قيل: هل يجوز أن يبدأ المسلمُ الكافرَ بغير السلام، من مثل قوله: كيف حالك؟ أو كيف أصبحت أو أمسيت؟ أو عافاك الله، ونحوها...
Someone may ask: Is it permissible to initiate talk to disbelievers with other than the greeting of peace, such as saying: “How are you?” or “How are you doing today?” or “May Allah keep you sound” or the like?
Jika ada yang bertanya, apakah seorang muslim diperbolehkan memulai ucapan salam kepada orang kafir dengan selain ucapan salam, misalnya ucapan: bagaimana kabar Anda? Bagaimana kabar Anda pagi ini, atau sore ini? Atau ucapan, "semoga Allah memberimu kesembuhan" dan ucapan-ucapan yang semisalnya?
فالجواب: إن هذا جائز ولا بأس به، لأنه سؤال معتاد، ودعاء له بسلامة قلبه من الشرك. وأما النهي المذكور في الحديث فإنما هو عن تحية الإسلام.
The answer is: Yes, this is permissible and nothing is wrong with it, for these are normal questions and a supplication that Allah keeps their heart free from polytheism. The reported prohibition pertains to the greeting of Islam.
Jawabannya: ini diperbolehkan dan tidak mengapa, karena ini adalah pertanyaan biasa dan mendoakan agar hatinya diselamatkan dari kesyirikan. Adapun larangan yang disebutkan dalam hadis adalah khusus tentang pengucapan salam Islami.
2/867 ــ عن أنَس رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إذَا سَلَّم عَلَيْكُمْ أهلُ الكتَاب فقولُوا: وعَلَيْكُمْ». متفق عليه.
867/2 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If the people of the Scripture greet you, say: ‘Wa ‘alaykum’ (And upon you).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
2/867- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bersabda, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila Ahli Kitab memberi salam kepada kalian, maka jawablah; wa 'alaikum (dan bagi kalian juga)." (Muttafaq 'Alaih)
للحديث سبب ورود يحسن ذكره لفهم الحديث، فعن عائشة رضي الله عنها قالت: استأذن رهطٌ منَ اليهودِ علىٰ رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقالوا: السَّامُ عليكم، فقالت عائشة: بل عليكم السَّامُ واللّعنةُ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يا عائشةُ، إنَّ اللهَ يُحبُّ الرِّفقَ في الأمر كلِّه» قالت: أَلَمْ تسمعْ ما قالوا؟ قال: «قد قلت: وعليكم» رواه مسلم.
There are circumstances surrounding this Hadīth which ought to be mentioned for a better understanding. ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “A group of Jews sought permission to enter the Prophet’s place. They said: ‘As-Sām ‘alaykum.’ (Death be upon you – the Arabic terms Salām [peace] and Sām [death] sound very close) I said: ‘Rather, upon you is death and curse.’ Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘O ‘Ā’ishah, Allah loves gentleness in all things.’ I said: ‘Didn‘t you hear what they said?’ He said: ‘I said: ‘Wa ‘alaykum’ (And upon you).” [Narrated by Muslim]
Munculnya hadis ini memiliki satu faktor peristiwa (sababul-wurūd), sangat bagus bila disebutkan untuk lebih memahami hadis ini; Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Beberapa orang Yahudi meminta izin bertemu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan mengatakan, 'As-sāmu 'alaikum (Semoga kebinasaan atas kalian).'" Maka Aisyah menjawab, "Bahkan, kepada kalianlah kebinasaan dan laknat itu." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam seluruh urusan." Aisyah berkata, "Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka katakan?" Beliau bersabda, "Aku telah membalasnya dengan, 'Wa 'alaikum.'" (HR. Muslim)
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اليهودَّ إذا سلَّمُوا عليكم، يقول أحدهم: السَّامُ عليكم، فقل: عليك». رواه مسلم.
‘Abdullāh ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When the Jews greet you, they say: ‘Al-Sām be upon you.’ So say: ‘Upon you.’”
Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- juga berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu, apabila mereka mengucapkan salam kepada kalian, salah seorang mereka berkata, 'As-sāmu 'alaikum (Semoga kebinasaan atas kalian).' Maka jawablah, 'Alaika (Bahkan, atasmu).'" (HR. Muslim)
ومعنىٰ السام: الموت والهلاك.
Al-Sām means death and ruin.
Makna "السَّامُ" (as-sām): kematian dan kebinasaan.
فتبيّن من الحديثَيْن: أنّ الاكتفاءَ بالرَّدِّ بقول: «وعليكم» فيما إذا قصدوا المعنىٰ السيء: «السام» وهو الموت، أما إذا سلَّمُوا السّلامَ الشرعيَّ: «السلام عليكم» فَنَرُدُّ عليهم الرد الشرعي وفق منهج القرآن: {وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّة فَحَيُّواْ بِأَحسَنَ مِنهَآ أَو رُدُّوهَآۗ}.
It is clear from the two Hadīths that we should only say to them “Wa ‘alaykum”, if they show their evil intent by saying ”As-Sām”. But if they give the Islamic greeting, i.e. “As-Salām ‘alaykum”, we should return it according to the instructions in the Qur’an: {And when you are greeted with a greeting, greet [in return] with one better than it or [at least] return it [in a like manner].}
Tampak dari kedua hadis di atas bahwa kita mencukupkan jawaban dengan ucapan "wa 'alaikum" ketika mereka meniatkan maksud yang buruk dalam ucapan salam mereka. As-sām ialah kematian. Adapun jika mereka memberikan salam dengan lafal salam yang disyariatkan, "As-salāmu 'alaikum", maka kita menjawab mereka dengan jawaban yang disyariatkan sesuai manhaj Al-Qur`ān; "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya." (QS. An-Nisā`: 86)
1) المؤمنُ كيِّسٌ فَطِنٌ، لا ينخدع بمكر الكافرين، وطعنهم فيه، بل هُوَ عَلَىٰ نور وبصيرة من هدي الكتاب والسُّنَّة.
1) The believer should be smart, not getting deceived by the cunning and evil of the disbelievers. He should be guided by the light and insight derived from the Qur’an and Sunnah.
1) Orang beriman adalah orang yang cerdas, tidak tertipu dengan makar orang kafir dan celaan mereka padanya, bahkan dia tetap berada di atas cahaya dan ilmu berupa petunjuk Al-Qur`ān dan Sunnah.
2) جواز مقابلة العدوان والظلم بمثله، من غير تعدٍّ أوطغيان.
2) It is permissible to respond to aggression and injustice in the like manner, without exceeding the limits.
2) Boleh membalas kezaliman dengan perbuatan zalim yang semisalnya, tanpa melampaui batas.
3) شفقة النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم عَلَىٰ أمته، فقد علّمهم من مكر أعدائهم ما يحذرون منه.
3) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was compassionate towards his Ummah, as he taught them the cunning ways of their enemies so that they could be on guard.
3) Kasih sayang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya, yaitu beliau mengajarkan mereka tentang makar musuh-musuh mereka yang harus diwaspadai.
3/868 ــ عن أسَامَةَ رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم مرَّ عَلَىٰ مجلسٍ فيه أخلاطٌ من المُسْلمين والمُشركينَ ــ عبَدَةِ الأوثَانِ ــ واليَهُودِ، فَسلَّمَ عَلَيْهِمُ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم. متفقٌ عليه.
868/3 - Usāmah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) passed by a gathering that had a mix of Muslims, polytheists - idol worshipers - and Jews, and he greeted them. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
3/868- Usāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat di sebuah majelis yang bercampur di dalamnya orang muslim, orang musyrik -penyembah berhala-, dan orang Yahudi, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan salam kepada mereka. (Muttafaq 'Alaih)
1) جواز السلام عَلَىٰ مجلس فيه أخلاط من المسلمين والكافرين، ويَقصد بالسلام أهل الإسلام.
1) It is permissible to give the greeting of peace to a gathering that comprises a mix of Muslims and disbelievers with the intention of addressing the Muslims among them only with the greeting of peace.
1) Boleh memberi salam ke sebuah majelis yang bercampur di dalamnya orang muslim dan orang kafir, dan meniatkan salam tersebut untuk orang Islam.
2) من الحكمة في النهي عن ابتداء الكافر بالسلام أن «الإسلام يعلو ولا يُعلىٰ» حديث صحيح، رواه الدارقطني في سننه.
2) One of the reasons behind the prohibition of initiating the greeting of peace to a disbeliever is that “Islam is superior and nothing is more superior to it.” [Narrated by Al-Darāqutni; classified as Sahīh] (authentic)]
2) Di antara hikmah larangan memulai mengucapkan salam kepada orang kafir ialah karena sebagaimana disebutkan dalam hadis: "Islam berada di atas dan tidak rendah." (Hadis sahih; HR. Ad-Dāraquṭniy dalam Kitab Sunan-nya).