قال الله تعالىٰ: {وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ} [العنكبوت: 69]، وقال تعالىٰ: {وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ} [الحجر: 99] ، وقال تعالىٰ: {وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا} [المزمل: 8] أي: انقطع إليه، وقال تعالىٰ: {فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ} [الزلزلة: 7] ، وقال تعالىٰ: {وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ} [المزمل: 20] ، وقال تعالىٰ: {وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ} [البقرة: 273]. والآيات في الباب كثيرة معلومة.
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-'Ankabūt: 69) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sembahlah Rabb-mu sampai ajal datang kepadamu." (QS. Al-Ḥijr: 99) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati." (QS. Al-Muzzammil: 8) Maksudnya, beribadahlah kepada-Nya secara total. Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah: 7) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (QS. Al-Muzzammil: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 273) Ayat-ayat dalam bab ini banyak dan masyhur.
المجاهدة: بذلُ الجهد في إصلاحِ العبدِ نفسَه، وإصلاحِ غيره.
Mujāhadah adalah mengerahkan usaha untuk memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.
ــ أمّا إصلاح العبد نفسه؛ فيكون بفعل المأمورات، وترك المنهيات. وسبيل ذلك العلم النافع، والعمل الصالح.
- Memperbaiki diri, yaitu dengan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Jalan untuk itu adalah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.
ــ وأمّا إصلاح العبد غيره؛ فيكون بالدعوة والبيان، مع الصبر على الأذىٰ.
- Adapun memperbaiki orang lain adalah dengan berdakwah dan menjelaskan agama serta bersabar terhadap berbagai rintangan di dalamnya.
وأمّا المعاندون والخارجون عَنِ الشريعة؛ فتكون مجاهدتهم بالسلاح والسنان لكفِّ شرهم، وزجر أمثالهم.
Adapun orang-orang yang ingkar dan melenceng dari agama, maka mujāhadah untuk melawan mereka ialah dengan pedang dan senjata untuk meredam keburukan mereka dan mengingatkan orang-orang yang semisal mereka.
1) الحثّ عَلىٰ سلوك طريق المجاهدة؛ لأن الهداية مع أهل المجاهدة {وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ} [العنكبوت: 69].
1) Anjuran meniti jalan jihad (perjuangan) karena hidayah bersama orang-orang yang berjuang (ber-mujāhadah): "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-'Ankabūt: 69)
2) من يعمل خيراً يلقه وإن قَلَّ، فلا يحقرنَّ العبدُ من المعروف شيئاً.
2) Siapa yang berbuat kebaikan akan menemukan balasannya, walaupun sedikit. Maka tidak boleh seseorang menganggap kecil kebaikan sekecil apa pun juga.
1/95 ــ فالأول: عن أبي هريرةَ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ الله تعالىٰ قال: مَن عَادَىٰ لي وَليّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بالْحَرْب. وَما تَقرَبَ إلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْت عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إلَيَّ بالنَّوَافِلِ حَتَّىٰ أُحِبَّه، فَإذَا أَحْبَبْتُه كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ به، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتي يَبْطُشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتي يَمْشِي بهَا، وَإنْ سَأَلَنِي أَعْطَيْتُهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ». رواه البخاري.
1/95- Pertama: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Siapa yang memusuhi wali-Ku, Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku akan terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat, sebagai tangannya yang ia pergunakan berbuat, dan sebagai kakinya yang ia pergunakan berjalan. Jika dia meminta pada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (HR. Bukhari)
«آذَنْتُهُ»: أَعْلَمْتُه بِأَنِّي مُحَارِبٌ لَهُ. «اسْتَعَاذَنِي» رُوي بالنونِ وبالباءِ.
آذَنْتُهُ (āżantuhu): aku mengumumkan perang kepadanya. اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), diriwayatkan dengan "nūn" (ista'āżanī), dan juga dengan "bā`" (ista'āża bī)
وليّاً: الوليّ هُوَ كل مؤمن تقيّ {أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ * ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ} [يونس: 62 ــ 63].
وليّاً: wali, yaitu semua orang beriman dan bertakwa. "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa." (QS. Yūnus: 62-63)
استعاذني: من الاستعاذة، وهي طلب اللجوء والاعتصام بالله تعالىٰ.
اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), berasal dari kata الاِسْتِعَاذَة (al-isti'āżah); meminta perlindungan kepada Allah -Ta'ālā-.
1) الوليّ: هو الذي يتقرَّب إلىٰ الله تعالىٰ بالفرائض ــ وأعظمها تحقيق توحيد الله ــ ثم يُكثر من النوافل.
1) Wali adalah yang mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- dengan ibadah-ibadah yang wajib -terutama merealisasikan tauhid kepada Allah- kemudian memperbanyak ibadah sunah.
2) إثبات ولاية أهل الإيمان؛ فالله يحفظهم، ويسدّد أقوالهم، وأعمالهم، ويدافع عنهم {إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْۗ} [الحج: 38].
2) Menetapkan kewalian orang-orang beriman; yaitu Allah menjaga mereka, membimbing ucapan dan perbuatan mereka, dan membela mereka: "Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ḥajj: 38)
3) الفرائض أحب ما تقرب بها العبد إلىٰ الله تعالىٰ.
3) Ibadah yang wajib paling dicintai oleh Allah -Ta'ālā- untuk digunakan hamba mendekatkan diri kepada-Nya.
4) فعل النوافل مع القيام بالواجبات، موجب لمحبة الله تعالىٰ للعبد.
4) Mengerjakan ibadah sunah bersama melaksanakan yang wajib akan mendatangkan cinta Allah -Ta'ālā- kepada hamba.
قوله في الحديث: «فإذا أحببته كنت سمعه الَّذي يسمع به ، وبصره الَّذي يبصر به...» إلىٰ آخره. جاء تفسيره في رواية: «فبي يسمع وبي يبصر».
Firman Allah -Ta'ālā- dalam hadis qudsi di atas, "Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat ..." dan seterusnya, telah ditafsirkan dalam riwayat lain, "... maka dengan-Ku dia mendengar dan dengan-Ku dia melihat."
معناه: أن العبد يكون في جميع أحواله من أقوال وأفعال فيما يرضي الله تعالىٰ؛ فلا يسمع إلَّا ما يحبه الله ويرضاه، ولا يرىٰ إلَّا ما أذن لَهُ في النظر إليه، ولا يفعل بيده ورجله إلَّا ما هُوَ مباح ومشروع، عندئذٍ يكون هذا العبد من أولياء الله المقربين.
Maksudnya: hamba tersebut di semua keadaannya selalu dalam ucapan dan perbuatan yang mendatangkan rida Allah -Ta'ālā-; dia tidak mendengar kecuali yang dicintai Allah, tidak melihat kecuali yang Allah izinkan untuk dilihat, dan tidak mengerjakan dengan tangan dan kakinya kecuali yang diperbolehkan dan sesuai syariat. Ketika itu, hamba ini termasuk di antara wali Allah.
2/96 ــ الثاني: عن أنسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ _عز وجل_ قال: «إذَا تَقَرَّبَ الْعَبْدُ إلَيَّ شِبْراً تَقَرَّبْتُ إلَيْهِ ذِرَاعاً، وَإذَا تَقَرَّبَ إليَّ ذراعَاً تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعاً، وَإذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتـَيْـتُهُ هَرْوَلَةً». رواه البخاري.
2/96- Kedua: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, bahwa Allah berfirman, "Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil." (HR. Bukhari)
فيما يرويه عَنْ ربه: هذه الصيغة تكون في الأحاديث القدسية (الإلهية).
فيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ: dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya; lafal ini berlaku dalam hadis qudsi (ilahi).
باعاً: هُوَ مقدار مَدّ اليدين وما بينهما من البدن.
باعاً: sedepa; yaitu seukuran bentangan dua tangan ditambah badan antara keduanya.
هرولة: نوع من الجري فيه مسارعة للخطى.
هَرْوَلَة (harwalah): salah satu jenis lari yaitu mengandung percepatan langkah.
1) إكرام الله تعالىٰ لأهل طاعته؛ بأن يجازيهم عَلىٰ ثواب أعمالهم بالمضاعفة.
1) Allah -Ta'ālā- memuliakan hamba yang taat kepada-Nya, yaitu dengan memberikan pahala amal mereka serta melipatgandakannya.
2) من صَدَق الله تعالىٰ في الطاعة، وفقه سبحانه للمزيد من العبادة.
2) Siapa yang tulus kepada Allah -Ta'ālā- di dalam ketaatan, akan dimudahkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- untuk menambah berbagai ibadah.
3/97 ــ الثالث: عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : «نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ، وَالْفَرَاغُ». رواه البخاري.
3/97- Ketiga: Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada dua nikmat yang banyak manusia terlena di dalamnya, yakni kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)
مغبون فيهما: مغلوب فيهما، من الغُبن، وهو الشراء بأضعاف الثمن، أو البيع دون الثمن.
مَغْبُونٌ فِيهِمَا: terkalahkan di dalamnya, diambil dari kata (الغُبن), yaitu dijual dengan sekian kali lipat dari harganya atau dijual di bawah harga.
1) عَلىٰ العبد أن يغتنم فرصة الصحة والفراغ بطاعة الله _عز وجل_ بقدر ما يستطيع.
1) Seorang hamba wajib memanfaatkan nikmat sehat dan waktu luang dengan ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla- sesuai kemampuannya.
2) نِعَمُ الله تتفاوت، ومن أكبر نِعَم الله عَلىٰ العبد ـ بَعد الإيمان ـ نعمتا العافية والفراغ من المشاغل.
2) Nikmat-nikmat Allah bertingkat-tingkat. Di antara nikmat Allah yang paling besar kepada seorang hamba -setelah keimanan- adalah nikmat sehat dan luangnya waktu dari berbagai kesibukan.
3) مقابلة نِعَم الله _عز وجل_ بالطاعات والشكر سبب لحفظها ودوامها؛ فإنه بالشكر تزيد النِّعَم.
3) Membalas nikmat Allah -'Azza wa Jalla- dengan ketaatan dan syukur merupakan sebab terjaganya dan langgengnya nikmat tersebut; yaitu nikmat akan bertambah dengan disyukuri.
4/98 ــ الرابع: عن عائشةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّىٰ تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ، فَقُلْتُ لَهُ: لِمَ تَصْنَعُ هذَا يَا رَسُولَ الله ، وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟! قَالَ: «أَفَلا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْداً شَكُوراً؟». متفقٌ عليه. هذا لفظ البخاري، ونحوه في الصحيحين من رواية الـمُغيرة بن شُعْبَةَ.
4/98- Keempat: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan salat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?" Beliau menjawab, "Tidak bolehkah aku senang bila menjadi hamba yang bersyukur?" (Muttafaq ‘Alaih) Ini adalah redaksi riwayat Bukhari. Ada riwayat yang semisal dalam Aṣ-Ṣāḥīḥain dari Al-Mugīrah bin Syu'bah.
تتفطر قدماه: تتشقق.
تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ: kedua kakinya bengkak.
1) الشكر هُوَ القيام بطاعة الله تعالىٰ، ومنه الشكر الفعلي بالتعبد لله تعالىٰ.
1) Bersyukur ialah melakukan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, di antaranya syukur dalam bentuk perbuatan dengan beribadah kepada Allah -Ta'ālā-.
2) من خصائص الرسول عليه الصلاة والسلام أن الله قد غفر لَهُ ما تقدم من ذنبه وما تأخر.
2) Di antara keistimewaan Rasul -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- adalah bahwa Allah telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang.
3) فضيلة صلاة الليل، مع طول القيام؛ فهما من أحب القربات إلىٰ الله.
3) Keutamaan salat malam disertai dengan berdiri lama, keduanya termasuk ibadah yang paling dicintai Allah.
5/99 ــ الخامس: عن عائشةَ رضي الله عنها أنها قالت: «كان رسولُ الله صلى الله عليه وسلم إذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أحيَا اللَّيْلَ، وَأيْقَظَ أهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئْزَرَ». متفق عليه.
5/99- Kelima: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dahulu, apabila masuk sepuluh malam terakhir (bulan Ramadan) beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, serta bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikatan sarung." (Muttafaq 'Alaih)
والمراد: الْعَشْرُ الأَوَاخِرُ من شهر رمضانَ. «وَالْمِئْزَرُ»: الإزَارُ، وَهُوَ كِنَايَةٌ عن اعْتِزَالِ النِّسَاءِ، وَقيلَ: المُرَادُ تَشْمِيرُهُ للْعِبَادَةِ، يُقَالُ: شَدَدْتُ لِهذَا الأَمْرِ مِئْزَرِي، أيْ: تَشَمَّرْتُ، وَتَفَرَّغْتُ لَهُ.
Maksudnya: sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. (الْمِئْزَرُ) artinya sarung; yaitu kiasan untuk menjauhi istri. Konon, maksudnya menyingsingkan sarung untuk beribadah. Dikatakan: شَدَدْتُ لِهذَا الأَمْرِ مِئْزَرِي, maksudnya aku menyingsingkan sarung untuk perkara ini serta konsentrasi kepadanya.
1) فضيلة العشر الأخير من رمضان؛ لاهتمام النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم بها، وإحياء لياليها، ووجود ليلة القدر فيها.
1) Keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadan, yaitu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikannya dan menghidupkan malamnya karena di dalamnya terdapat lailatulkadar.
2) من هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم أنه لم يقم ليلة بتمامها إلَّا في العشر الأواخر من رمضان.
2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah beliau tidak beribadah dalam satu malam penuh kecuali di sepuluh malam terakhir Ramadan.
3) اعتزال المعتكف أهله حال اعتكافه.
3) Orang yang beriktikaf tidak boleh menggauli istrinya ketika iktikaf.
4) يجب عَلىٰ العبد أن يجاهد نفسه في الأوقات الفاضلة، حَتَّىٰ يستوعبها في طاعة الله تعالىٰ؛ فإنها فُرَصٌ للتجارة الرابحة والفلاح، في الدنيا والآخرة.
4) Seorang hamba wajib melakukan mujāhadah melawan kelalaian dirinya pada waktu-waktu yang utama supaya ia bisa mengisi seluruhnya dengan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, karena waktu-waktu itu adalah kesempatan untuk "bisnis yang menguntungkan" serta meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
6/100 ــ السادس: عن أبي هريرةَ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : «المُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلىٰ الله مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفي كُلٍّ خَيْرٌ. احْرِصْ عَلىٰ مَا يَنْفَعُكَ، وَاستَعِنْ بِالله وَلاَ تَعْجِزْ. وَإنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ، ومَا شاءَ فَعَلَ؛ فَإنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ». رواه مسلم.
6/100- Keenam: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, meskipun masing-masing memiliki sisi kebaikan. Maka fokuslah kepada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah! Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan katakan, 'Andai aku melakukan ini itu, tentu hasilnya seperti ini.' Tetapi ucapkanlah, 'Telah ditetapkan oleh Allah. Apa yang Allah kehendaki, maka Dia melakukannya.' Karena kata-kata 'andai' bisa membuka peluang untuk setan." (HR. Muslim)
المؤمن القوي: يعني في إيمانه وكثرة طاعاته.
Orang mukmin yang kuat, maksudnya kuat dalam iman dan banyak ketaatan.
المؤمن الضعيف: يعني في إيمانه وقلة طاعاته.
Orang mukmin yang lemah, maksudnya lemah dalam iman dan sedikit ketaatan.
لا تعجز: العجز معناه عدم القدرة على فعل الخير.
Jangan lemah; lemah maksudnya tidak mampu melakukan kebaikan.
1) حرص المؤمن عَلىٰ تقوية إيمانه بفعل الطاعات، وترك المحرمات.
1) Upaya kuat orang beriman untuk meningkatkan iman dan melakukan ketaatan serta meninggalkan yang haram.
2) الإنسان العاقل ــ الَّذي قَبِل وصية النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ــ يحرص عَلىٰ ما ينفعه في دينه ودنياه، ويترك كل ما لا نفع فيه.
2) Orang yang berakal (yaitu yang menerima wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) akan bersemangat pada sesuatu yang bermanfaat baginya di dalam agama dan dunianya serta meninggalkan semua yang tidak bermanfaat.
3) الحثُّ علىٰ الاستعانة بالله في كل الأمور، ولو علىٰ الشيء اليسير، وبالاستعانة يُنفىٰ العجز.
3) Anjuran untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam semua urusan, sekalipun pada sesuatu yang kecil. Dengan meminta pertolongan akan hilang sifat ketidakmampuan.
4) من هدي الرسول صلى الله عليه وسلم أن يتم المرء عمله ولا يكسل، وأن يبدأ بالأهم فالأهم.
4) Di antara petunjuk Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah agar seseorang menyelesaikan amalannya dan tidak malas serta harus memulai dari yang paling penting kemudian yang lain.
5) إثبات القدر مع وجوب الرضا فيه؛ فكل شيء بقضاء وقدر.
5) Beriman kepada takdir disertai kewajiban rida, karena segala sesuatu terjadi dengan ketetapan dan takdir.
قوله صلى الله عليه وسلم : «احرص عَلىٰ ما ينفعك» دليل عَلىٰ تقديم المنفعة العليا عَلىٰ المنفعة التي دونها، ومن ذلك إِذَا تعارضت منفعة الدين ومنفعة الدنيا فإنها تقدم منفعة الدين؛ لأن الدين إِذَا صلح صلحت معه الدنيا، أما الدنيا فإنها لا تصلح مع فساد الدين.
Sabda Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Fokuslah pada apa yang bermanfaat bagimu" adalah dalil kaidah mengedepankan manfaat yang paling besar atas manfaat yang kurang besar. Di antaranya, bila terjadi kontradiksi antara manfaat agama dan manfaat dunia, maka manfaat agama didahulukan. Karena ketika agama baik, maka dunia akan ikut baik bersamanya, sedangkan dunia tidak akan bagus bila disertai kerusakan agama.
7/101 ــ السابع: عنه أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم قال: «حُجِبَتِ النَّارُ بِالشهَواتِ، وحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالمَكَارِهِ». متفقٌ عليه.
7/101- Ketujuh: Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Neraka itu dikelilingi dengan syahwat (sesuatu yang disukai) dan surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai." (Muttafaq ‘Alaih)
وفي رواية لمسلم: «حُفَّت» بَدلَ «حُجِبَتْ» وهُوَ بمَعْنَاهُ أَيْ: بَيْنَهُ وبَيْنَهَا هذَا الحِجَابُ، فَإذا فَعَلَهُ دَخَلَهَا.
Dalam riwayat Muslim, dengan menggunakan lafal "حُفَّتْ" (ḥuffat) sebagai ganti lafal "حُجِبَتْ" (ḥujibat). Lafal ini semakna dengannya. Yaitu antara dia dengan neraka dan surga dihalangi dengan penghalang ini, bila dia melakukannya maka dia akan memasukinya.
1) الشهوات المحرمة باب من أبواب دخول النار؛ وهي إتباعُ النَّفْسِ هواها، فيما يخالف الشرع.
1) Syahwat yang diharamkan adalah salah satu pintu masuk neraka, yaitu memperturutkan hawa nafsu pada sesuatu yang menyelisihi agama.
2) المكاره سبب لنيل المكارم، ودخول الجنة.
2) Perkara-perkara yang tidak disukai adalah sebab meraih kemuliaan dan masuk surga.
3) إن العبد إِذَا جاهد نفسه عَلىٰ طاعة الله أحبت نفسه هذه الطاعة وألفتها.
3) Apabila seorang hamba melakukan mujāhadah melawan diri di dalam ketaatan kepada Allah maka dia akan mencintai ketaatan tersebut dan akan terbiasa dengannya.
8/102 ــ الثامن: عن أبي عبد الله حُذَيْفَةَ بنِ اليمانِ رضي الله عنهما قال: صَلَّيْتُ معَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْت: يَرْكَع عِنْدَ المائَةِ، ثمَّ مَضَىٰ فَقُلْت: يُصَلِّي بهَا في رَكْعَةٍ، فَمَضَىٰ فَقُلْت يَرْكَعُ بهَا، ثمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا، ثمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرانَ فَقَرَأهَا، يَقْرَأُ مُـتَرَسِّلاً؛ إذَا مَرَّ بآيَةٍ فِيها تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَألَ، وإذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ، ثمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُول: «سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ» فكَانَ ركُوعُه نَحْواً مِنْ قِيَامِهِ، ثَم قالَ: «سَمعَ الله لِمَنْ حَمِدَه، رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد»، ثمَّ قَامَ قِيَاماً طَوِيلاً قَرِيباً مِمَّا رَكَعَ، ثَم سَجَدَ فَقَالَ: «سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى» فَكَانَ سُجُوده قَرِيباً مِنْ قِيَامِهِ. رواه مسلم.
8/102- Kedelapan: Abu Abdirrahman Hużaifah bin Al-Yamān -raḍiyallāhu 'anhumā- bercerita, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau memulai dengan bacaan Al-Baqarah. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan rukuk kalau sudah seratus ayat.' Ternyata beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan membaca Surah Al-Baqarah dalam satu rakaat.' Beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku berkata, 'Beliau akan rukuk setelahnya.' Selanjutnya beliau membaca Surah An-Nisā` dan beliau membacanya sampai selesai. Setelah itu beliau membaca Surah Āli 'Imrān dan beliau membacanya sampai selesai. Beliau membaca dengan bacaan perlahan (tartil). Jika melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pun bertasbih. Jika melewati ayat yang menyuruh memohon, beliau pun memohon. Jika melewati ayat yang menyuruh untuk memohon perlindungan, beliau pun memohon perlindungan. Setelah itu beliau rukuk dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-'Aẓīm' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung) Lama rukuk beliau hampir sama dengan lama berdirinya. Lantas beliau mengucapkan, 'Sami'allāhu liman Ḥamidah. Rabbanā Lakal-Ḥamdu' (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mulah segala pujian) Selanjutnya beliau berdiri lama hampir sama lamanya dengan rukuk. Lalu beliau bersujud dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-A'lā' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama berdirinya." (HR. Muslim)
مترسلاً: غير مستعجل، مرتلاً بحيث تَبين الحروف وتُعطىٰ حقها.
مُتَرَسِّلًا (mutarassilan): tidak terburu-buru, yaitu perlahan secara tartil hingga setiap huruf jelas dan diberikan haknya.
1) إنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يعمل عمل المجاهد، الَّذي يجاهد نفسه عَلىٰ الطاعة.
1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beramal layaknya amalan orang yang berjuang, yaitu yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan.
2) جواز إقامة الجماعة في صلاة الليل أحياناً ، من غير قصد ومداومة،، أمّا في رمضان فإن السُّنَّة أن يقوم الناس في جماعة.
2) Diperbolehkan kadang-kadang melakukan salat malam secara berjemaah, tanpa direncanakan dan tanpa terus-menerus. Adapun di bulan Ramadan, maka disunahkan agar orang-orang salat secara berjemaah.
3) ينبغي للمصلي في صلاة الليل أن يجمع بين الذكر والدعاء والتفكر؛ فيسأل في آية الرحمة، ويستعيذ في آية الوعيد، ويسبح في آية التسبيح.
3) Orang yang salat seharusnya menggabungkan antara zikir, doa, dan tadabur; ia hendaknya memohon rahmat ketika membaca ayat yang mengandung rahmat, memohon perlindungan ketika membaca ayat yang mengandung ancaman dan azab, dan bertasbih ketika membaca ayat yang mengandung tasbih.
4) فضيلة طول القيام في صلاة الليل؛ فهذا نوع من جهاد النفس في سبيل الله تعالىٰ.
4) Keutamaan lamanya berdiri dalam salat malam, dan ini bagian dari mujāhadah (kesungguhan) melawan diri di jalan Allah -Ta'ālā-.
9/103 ــ التاسع: عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: صَلَّيْت مَعَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةً، فَأطَالَ الْقِيَامَ حَتَّىٰ هَمَمْتُ بِأمْرِ سُوءٍ! قيل: وَمَا هَمَمْتَ بِهِ؟ قالَ: هَمَمْتُ أنْ أَجْلِسَ وَأَدَعَهُ. متفقٌ عليه.
9/103- Kesembilan: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau." (Muttafaq 'Alaih)
هَمَمْت: من الهَمّ بالشيء، وهو العزم عليه.
(هَمَمْت) berasal dari kata (الهَمّ بالشيء), yaitu berkeinginan kuat melakukan sesuatu.
1) من السُّنَّة أن يقوم العبد في الليل ويطيل القيام.
1) Termasuk sunah bila seseorang melakukan salat malam dan memanjangkan durasi berdirinya.
2) القيام الطويل للعبادة في الليل من هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فإذا أراد العبد مجاهدة نفسه عَلىٰ القيام فَلْيقتدِ برسول الله صلى الله عليه وسلم .
2) Berdiri lama untuk beribadah di malam hari termasuk petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; maka siapa yang berniat untuk mujāhadah melawan kemalasan diri untuk salat malam, hendaklah dia mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
10/104 ــ العاشر: عن أنس رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «يَتْبعُ المَيِّتَ ثَلاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُه وَعَمَلُه، فَيَرْجِع اثْنَانِ وَيَبْقَىٰ وَاحِدٌ: يَرْجِع أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَىٰ عَمَلُهُ». متفقٌ عليه.
10/104- Kesepuluh: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Orang yang wafat akan diikuti oleh tiga hal; keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq ‘Alaih)
1) عَلىٰ العبد أن يحرص عَلىٰ العمل الصالح؛ فهو الذخر الباقي.
1) Seharusnya seorang hamba bersemangat melakukan amal saleh, karena amal salehlah yang merupakan harta tabungan yang kekal.
2) الترغيب في اجتهاد المؤمن من الطاعات؛ حَتَّىٰ يكون لَهُ عمل صالح يؤنسه في قبره.
2) Anjuran agar orang beriman bersungguh-sungguh dalam ketaatan, agar dia memiliki amal saleh yang akan menemaninya di dalam kuburnya.
مناسبة هذا الحديث لباب (المجاهدة) أن كثرة العمل الصالح توجب مجاهدة النفس. فلا يزال العبد يدأب علىٰ الطاعة، حتىٰ تصير له عادة، وتُرقِّيه إلى رتب السيادة.
Korelasi antara hadis ini dengan Bab Mujāhadah, bahwa banyaknya amal saleh menuntut jihad melawan diri. Seorang hamba akan senantiasa merutinkan ketaatan hingga ketaatan itu menjadi kebiasaannya dan mengangkatnya ke derajat yang mulia.
11/105ــ الحادي عشر: عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم : «الْجَنَّةُ أَقْرَبُ إلىٰ أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذلِكَ». رواه البخاري.
11/105- Kesebelas: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kalian daripada tali sendalnya. Neraka juga seperti itu." (HR. Bukhari)
شِرَاكِ نعله: هُوَ السير الَّذي عَلىٰ ظهر القدم، ويُضرب به المثل في القرب.
شِرَاكِ نعله (syirāk na'lihi): tali sendal yang terletak di atas telapak kaki; dijadikan sebagai perumpamaan dari sisi kedekatan.
1) إن العبد قد يتكلم الكلمة، أو يفعل الفعل من رضوان الله ــ لا يظنّ أنها تبلغ ما بلغت ــ فإذا هي توصله إلىٰ جنة النعيم.
1) Seorang hamba kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang diridai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek positifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada surga An-Na'īm.
وقد يتكلم الكلمة، أو يفعل الفعل من سخط الله ــ لا يظن أنها تبلغ ما بلغت ــ فإذا هي تهوي به في نار الجحيم.
Sebaliknya, dia kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang dimurkai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek negatifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada neraka Jahīm.
2) ضرب المثال عند التعليم أرسخ في النفس، وأقرب إلىٰ الفهم.
2) Memberi contoh ketika mengajar lebih meresap dalam diri dan lebih mudah dipahami.
12/106 ــ الثاني عشر: عن أبي فِراسٍ رَبِيعَةَ بنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِيِّ خَادِمِ رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وَمِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ، رضي الله عنه قال: «كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فآتِيهِ بِوَضوئه وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ: «سَلْني»، فَقُلْت: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ في الجَنَّةِ، فَقَالَ: «أَوَ غَيْرَ ذلكَ ؟» قلْت: هُوَ ذَاكَ، قال: «فَأَعِنِّي عَلىٰ نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ». رواه مسلم.
12/106- Kedua belas: Abu Firās Rabī'ah bin Ka'ab Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- (pembantu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan termasuk Ahli Sufah) berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian aku membawakan air wudu dan kebutuhan beliau. Lantas beliau berkata, "Mintalah sesuatu kepadaku!" Aku Menjawab, "Aku minta kepadamu agar menemanimu di dalam surga." Beliau berkata, "Adakah yang lainnya?" Aku menjawab, "Permintaanku hanya itu." Beliau berkata, "Bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu itu dengan banyak sujud." (HR. Muslim)
ــ أهل الصُّفَّة: هم أضياف الإسلام، ممن هاجر إلىٰ المدينة، وليس لهم مأوىٰ، فأسكنهم النَّبيُّ عليه الصّلاة والسّلام في مؤخرة المسجد النَّبويِّ، وكانوا أحياناً يبلغوا الثمانين، وأحياناً دون ذلك، وكان الصحابة رضي الله عنهم يأتونهم بالطعام واللبن وغيره مما يتصدقون به عليهم.
Ahli Sufah ialah para tamu Islam, yaitu orang-orang yang berhijrah ke Madinah dan tidak memiliki tempat tinggal. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan mereka tempat tinggal di bagian belakang Masjid Nabawi. Jumlah mereka mencapai 80 orang. Kadang kurang dari itu. Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- membawakan untuk mereka makanan, susu, dan lainnya untuk bersedekah kepada mereka.
ــ الوَضوء: بالفتح، الماء الَّذي يتوضأ به، والوُضوء بضم الواو: فعل الوضوء.
- الوَضُوْء (al-waḍū`), bermakna air yang digunakan berwudu. Sedangkan الوُضوء (al-wuḍū`), bermakna perbuatan berwudu.
ــ حاجته: كل ما يحتاجه من لباس وغيره.
- حَاجَتُه (ḥājatuhu): kebutuhan beliau seperti pakaian dan lainnya.
1) فضل هذا الصحابي الجليل وعُلوّ همته؛ حيث سأل عَنْ شيء من أمور الآخرة.
1) Keutamaan sahabat mulia ini serta ketinggian cita-citanya, yaitu dia meminta sesuatu yang merupakan perkara akhirat.
2) فضل السجود عَلىٰ باقي هيئات الصلاة؛ «فإن أقرب ما يكون العبد من ربِّه وهو ساجد».
2) Keutamaan sujud dibandingkan gerakan-gerakan salat lainnya. Sebagaimana juga dalam hadis: "Posisi paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya adalah saat ia sujud."
3) إن النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم لايملك أن يُدخِل أحداً الجنة؛ ولهذا لم يضمن الجنة لهذا الرجل وهو خادمه ولصيق به. فَلْيحذرِ المؤمن من الاتكال عَلىٰ مجرد الأنساب والمقامات والجاهات؛ فإن ذلك كله لا ينفع، إِذَا لم يصاحبه إيمان صادق، وعمل صالح.
3) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak kuasa memasukkan seseorang ke dalam surga, karena itu beliau tidak bisa memberi jaminan surga kepada laki-laki ini padahal dia pembantu beliau dan orang yang sangat dekat dengan beliau. Hendaklah orang beriman waspada agar tidak bertumpu hanya kepada nasab, jabatan, dan kedudukan. Semua itu tidak bermanfaat jika tidak disertai dengan iman yang benar dan amal saleh.
13/107 ــ الثالث عشر: عن أبي عبد الله وَيُقَال: أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ ـ ثَوْبَانَ مَوْلىٰ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ، فَإنَّكَ لَنْ تَسْجُدَ لله سَجْدَةً إلَّا رَفَعَكَ اللهُ بهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بهَا خَطِيئَةً». رواه مسلم.
13/107- Ketiga belas: Abu Abdillah, juga dikatakan Abu Abdirrahman, Ṡaubān Maulā Rasulillāh -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaknya engkau memperbanyak sujud. Sungguh, tidaklah engkau melakukan sujud satu kali melainkan dengannya Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menggugurkan satu kesalahan darimu." (HR. Muslim)
عَلَيْكَ: الزم.
عَلَيْكَ ('alaika): engkau hendaknya.
1) السجود في الصلاة والإكثار منه؛ وصية رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وهو نوع من المجاهدة.
1) Sujud dalam salat dan memperbanyaknya adalah wasiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan merupakan bagian dari mujāhadah.
2) يَحصُل للعبد بالسجود فائدتان عظيمتان؛ الأولى: يرفعه الله به درجة، الثانية: يحط عَنْهُ به خطيئة.
2) Dengan sujud akan terwujud bagi hamba dua faedah besar, yaitu; Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapuskan darinya satu dosa.
14/108 ــ الرابع عشر: عن أبي صَفْوَانَ عبد الله بن بُسْرٍ الأَسْلَمِيِّ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : «خَيْر النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُره وَحَسُنَ عَمَلُه». رواه الترمذي، وقال: حديثٌ حسن. «بُسْر»: بضم الباء وبالسين المهملة .
14/108- Keempat belas: Abu Ṣafwān Abdullah bin Busr Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang berusia panjang dan amalnya baik." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnys hasan") بُسْر (busr), dengan mendamahkan "bā`".
1) عَلىٰ العبد سؤال الله أن يجعله ممن طال عمره وحسن عمله.
1) Seharusnya seseorang berdoa kepada Allah agar menjadikannya orang yang panjang usia dan bagus perbuatannya.
2) إن مجرد طول العمر ليس خيراً للإنسان إلَّا إِذَا حسن عمله.
2) Sebatas panjang usia bukanlah kebaikan bagi seseorang, kecuali jika amalnya bagus.
كره بعض العلماء أن يُدعىٰ للإنسان بطول البقاء دون تقييد، بل يُقال: أطال الله بقاءك عَلىٰ طاعته. وقد قالت أم حبيبة زوج النبي صلى الله عليه وسلم : اللهم أمتعني بزوجي رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وبأبي أبي سفيان، وبأخي معاوية، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : «قد سألتِ الله لآجال مضروبة، وأيام معدودة، وأرزاق مقسومة، لن يُعجل شيئاً قبل حلِّه، أو يُؤخر شيئاً عن حلّه، ولو كنتِ سألتِ الله أن يعيذك من عذاب في النار أو عذاب في القبر، كان خيراً أو أفضل». رواه مسلم.
Sebagian ulama menilai makruh hukumnya mendoakan panjang umur kepada seseorang jika tidak disertai doa kebaikan. Tetapi, harusnya dikatakan, "Semoga Allah memanjangkan umurmu di atas ketaatan kepada-Nya." Ummu Ḥabībah, istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-pernah berdoa, "Ya Allah! Berilah aku kebahagiaan dengan memanjangkan umur suamiku Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, umur ayahku Abu Sufyān, dan umur saudaraku Mu'āwiyah." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Engkau telah meminta kepada Allah terkait ajal yang sudah ditentukan dan hari yang sudah dihitung serta rezeki yang telah dibagi; doamu tidak akan menyegerakan sesuatu sebelum waktunya maupun mengakhirkan sesuatu dari waktunya. Sekiranya engkau meminta kepada Allah agar dilindungi dari azab di neraka atau azab di kubur, tentu itu lebih baik dan lebih utama." (HR. Muslim)
15/109 ــ الخامس عشر: عن أنس رضي الله عنه قال: غَابَ عَمِّي أنَسُ بنُ النَّضْرِ رضي الله عنه عن قِتالِ بَدْرٍ، فقال: يا رسولَ الله غِبْتُ عَن أوَّلِ قِتَالٍ قَاتَلْتَ المُشْرِكِينَ، لَئِنِ اللهُ أَشْهَدَني قِتَالَ المُشْرِكِينَ لَيُرِيَنَّ اللهُ مَا أَصْنَعُ. فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ انْكَشَفَ المُسْلِمُونَ، فَقَالَ: اللهم أَعْتَذِرُ إلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هؤُلاءِ ـ يَعْني أصْحَابه ـ، وَأبْرَأُ إلَيْكَ مِمَّا صَنَعَ هؤُلاَءِ ـ يَعْني المُشْرِكِينَ ـ، ثُمَّ تَقَدَّمَ فَاسْتَقْبَلَهُ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ، فَقَالَ: يَا سَعْدُ بْنَ مَعَاذٍ الجَنَّةُ وَرَبِّ النَّضْرِ، إنِّي أَجِدُ رِيحَهَا مِنْ دُونِ أُحُدٍ. قال سَعْدٌ: فَمَا اسْتَطَعْتُ يا رَسولَ الله مَا صَنَعَ ! قال أنسٌ: فَوَجَدْنَا بِهِ بِضْعاً وَثمَانِينَ ضَرْبَةً بِالسَّيْفِ، أَوْ طَعْنَةً بِرُمْحٍ، أَوْ رَمْيَةً بِسَهْمٍ، وَوَجَدْنَاهُ قَدْ قُتِلَ وَمَثَّلَ بِهِ المُشْرِكُونَ، فَمَا عَرَفَهُ أَحَدٌ إلَّا أُخْتُهُ بِبَنَانِهِ. قال أنس: كُـنَّا نَرَىٰ أوْ نَظُنُّ أنَّ هذِهِ الآيَة نَزَلَتْ فيهِ وَفي أَشْبَاهِهِ: {مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ} [الأحزاب: 23] إلىٰ آخرها. متفقٌ عليه.
15/109- Kelima belas: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, Pamanku, Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- absen dari perang Badar. Lantas dia berkata, "Ya Rasulullah! Aku telah absen dari peperangan pertamamu melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah menakdirkanku mengikuti perang melawan kaum musyrikin, niscaya Allah akan memperlihatkan apa yang aku perbuat." Anas melanjutkan, ketika perang Uhud terjadi, sebagian orang-orang Islam lari meninggalkan tempat mereka. Maka Anas bin An-Naḍr berkata, "Ya Allah, aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni rekan-rekannya), dan aku berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni orang-orang musyrik)." Kemudian dia maju dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'āż. Dia berkata, "Wahai Sa'ad bin Mu'āż! Demi Rabb-nya An-Naḍr! Di sanalah surga. Sungguh, aku mencium aroma surga di dekat Uhud." Sa'ad berkata, "Ya Rasulullah! Aku tidak mampu seperti yang dia lakukan!" Anas berkata, "Kami menemukan padanya ada delapan puluh sekian luka antara tebasan pedang, tusukan tombak, ataupun lemparan panah. Kami menemukannya telah terbunuh dan dicincang oleh orang-orang musyrik. Tidak ada yang dapat mengenalnya kecuali saudarinya melalui jari jemarinya." Anas berkata, "Kami meyakini atau menduga bahwa ayat ini turun menjelaskan keadaannya dan orang-orang yang semisalnya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (QS. Al-Aḥzāb: 23) (Muttafaq ‘Alaih)
قوله: «لَيُرِيَنَّ الله» رُوي بضم الياء وكسر الراء أيْ: لَيُظْهِرنَّ الله ذلِكَ للناسِ، وَرُوِيَ بفتحهما، ومعناه ظاهر، والله أعلم.
Perkataannya: (لَيُرِيَنَّ الله), diriwayatkan dengan mendamahkan "yā`" dan mengkasrahkan "rā`". Maksudnya: Allah benar-benar akan memperlihatkannya kepada manusia. Juga diriwayatkan dengan memfatahkan keduanya. Wallāhu a'lam.
ببنانه: بأطراف أصابعه.
بِبَنَانِه (bi banānihi): dengan ujung jari jemarinya.
1) عزمُ الإنسان عَلىٰ فعل الطاعات والخيرات، والأخذُ بالأسباب المعينة عَلىٰ ذلك.
1) Tekad seseorang untuk melakukan ketaatan dan kebaikan serta melakukan sebab-sebab yang membantu mewujudkannya.
2) التبرُّؤ من فعل أهل الكفر والمعاصي دليلٌ عَلىٰ صدق إيمان العبد.
2) Berlepas diri dari perbuatan orang-orang kafir dan pelaku maksiat adalah bukti benarnya iman seorang hamba.
3) فضيلة الصحابي أنس بن النضر رضي الله عنه؛ لشجاعته في المعركة، وإقدامه في قتال الكفار .
3) Keutamaan sahabat Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- karena kepahlawanannya di medan perang dan keberaniannya melawan orang-orang kafir.
4) الحث علىٰ الثبات في أرض الجهاد، وإن تخلّف الأصحاب.
4) Anjuran agar teguh bertahan di medan jihad sekalipun rekan-rekan mundur.
6/110 ــ السادس عشر: عن أبي مسعود عُقْبةَ بنِ عمرٍو الأنصاريّ البدريّ رضي الله عنه قال: لَمَّا نَزَلَتْ آيَةُ الصَّدَقَةِ كُنَّا نُحَامِلُ عَلىٰ ظُهُورِنَا، فَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِشَيْءٍ كَثِيرٍ، فَقَالوا: مُراءٍ، وجاءَ رَجُل آخَرُ فَتَصَدَّقَ بصَاع، فقالُوا: إنَّ الله لَغَنيٌّ عَنْ صاعِ هذَا! فَنَزَلَتْ: {ٱلَّذِينَ يَلۡمِزُونَ ٱلۡمُطَّوِّعِينَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فِي ٱلصَّدَقَٰتِ وَٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهۡدَهُمۡ} الآية [التوبة: 79]. متفقٌ عليه.
6/110- Keenam belas: Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amr Al-Anṣāriy Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ketika turun ayat perintah bersedekah, kami mengambil upah panggul. Datanglah seseorang lalu menyedekahkan sesuatu dalam jumlah banyak, mereka (orang-orang munafik) berkata, 'Ini orang yang ria (pamer).' Seorang yang lain datang lalu bersedekah satu ṣā', mereka berkata, 'Allah tidak membutuhkan satu ṣā' orang ini.' Maka turunlan ayat, "(Orang-orang munafik) yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh sekadar kesanggupannya (untuk disedekahkan), maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih." (QS. At-Taubah: 79) (Muttafaq ‘Alaih)
«ونُحَامِلُ» بضم النون، وبالحاءِ المهملة أيْ: يَحْمِلُ أَحَدُنَا علىٰ ظَهْرِهِ بالأُجْرَةِ، ويَـتَصَدَّقُ بها.
نُحَامِلُ (nuḥāmil) dengan mendamahkan "nūn", yaitu sebagian kami mengambil upah panggul dan bersedekah dengannya.
ــ مُراءٍ: من المراءاة؛ وهي العمل ليراه الناس، فيكتسب منهم غرضاً دنيوياً.
- مُراءٍ (murā`), berasal dari kata المُرَاءاة (al-murā`āt), yaitu berbuat agar dilihat orang, sehingga dia mendapatkan manfaat duniawi dari mereka.
ــ صاع: أربعة أمداد نبوية؛ والمد: ملء اليدين لا مبسوطتين ولا مقبوضتين.
- صاع (ṣā'): satu ṣā', yaitu takaran empat mud. Sedangkan satu mud seukuran dua telapak tangan penuh, tidak dihamparkan ataupun digenggam.
ــ يلمزون: يعيبون .
- يَلۡمِزُونَ (yalmizūn): mencela.
المُطّوعين: بتشديد الطاء، أي المتنفلين.
- المُطّوعين (al-muṭṭawwi'īn): orang-orang yang beramal sukarela.
جهدهم: طاقتهم.
- جُهْدَهُم (juhdahum): kemampuan mereka.
1) الواجب علىٰ المؤمن إِذَا بلغه عَنِ الله _عز وجل_ ورسوله صلى الله عليه وسلم شيء أن يبادر لما يجب عليه، من امتثال الأمر، أو اجتناب النهي، فأصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم امتثلوا أمر الصدقة بما يقدرون عليه.
1) Kewajiban orang beriman bila datang sesuatu dari Allah -'Azza wa Jalla- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, agar dia bersegera melakukan apa yang diwajibkan kepadanya berupa melaksanakan perintah ataupun menjauhi larangan. Sebagaimana sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melaksanakan perintah bersedekah sesuai kemampuan mereka.
2) حرص الصحابة عَلىٰ استباق الخير، ومجاهدتهم أنفسَهم عَلىٰ ذلك، وهذا من فضائلهم رضي الله عنهم.
2) Semangat para sahabat untuk berlomba kepada kebaikan serta berjihad melawan diri untuk itu. Ini bagian dari keutamaan mereka -raḍiyallāhu 'anhum-.
3) إن الله _عز وجل_ يدافع عَنِ المؤمنين، وهذا من ثمرات الإيمان.
3) Allah -'Azza wa Jalla- akan membela orang-orang beriman, dan ini termasuk buah dari iman.
17/111 ــ السابعَ عشر: عن سعيد بن عبد العزيز، عن رَبيعة بن يزيد، عن أبي إدريس الخَوْلاَني، عن أبي ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ رضي الله عنه، عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فيما يَروِي عَنِ الله تبارك وتعالىٰ أنه قال: «يا عِبَادِي إنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىٰ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنكُمْ مُحَرَّماً، فَلا تَظَالموا، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدوني أهْدِكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائعٌ إلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ ، فَاسْتَطْعِمُوني أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ، فَاسْتكْسُوني أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي إنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ـ وَأنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً ـ، فَاسْتَغْفِرُوني أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوني، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوني، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وآخِرَكُمْ، وَإنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلىٰ أَتْقَىٰ قَلْب رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذلِكَ في مُلْكِي شَيْئاً، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وآخِرَكُمْ وَإنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كانُوا عَلىٰ أفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنكُمْ مَا نَقَصَ ذلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً، يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وآخِرَكُمْ وَإنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا في صَعِيد وَاحِدٍ، فَسَأَلُوني فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذلِكَ ممّا عندي إلَّا كَمَا يَنْقُصُ المِخْيَطُ إذَا أُدْخِلَ البحرَ، يَا عِبَادِي إنَّما هِي أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ الله، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إلَّا نَفْسَهُ». قَال سعيدٌ: كان أبو إدريس إذا حدَّثَ بهذا الحديثِ جَثَا عَلىٰ رُكبتيه. رواه مسلم.
17/111- Ketujuh belas: Sa'īd bin 'Abdul-'Azīz meriwayatkan dari Rabī'ah bin Yazīd, dari Abu Idrīs Al-Khaulāniy, dari Abu Żarr Jundub bin Junādah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Allah -Tabāraka wa-Ta'ālā-, bahwa Allah berfirman, "Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling berbuat zalim! Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk. Wahai hamba-hambaKu! Kamu sekalian lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak berpakaian kecuali yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku mengampuni dosa semuanya. Maka mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Kamu sekalian juga tidak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya bertakwa dengan tingkat ketakwaan orang yang paling bertakwa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berdosa dengan tingkat dosa orang yang paling berdosa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta semua jin dan manusia berkumpul di atas tanah lapang lalu semuanya memohon kepada-Ku dan masing-masing Aku penuhi permohonannya, hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan hanya seperti air yang berkurang oleh jarum ketika dimasukkan ke dalam lautan. Wahai hamba-hamba-Ku! Itu semua tidak lain adalah amal perbuatan kalian, Aku akan menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku akan berikan balasannya secara sempurna kepada kalian. Siapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dan siapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri." Sa'īd berkata, "Dahulu, bila Abu Idrīs meriwayatkan hadis ini, dia duduk berlutut." (HR. Muslim)
ورُوِّينا عن الإمام أحمد بن حنبل ــ رحمه الله تعالىٰ ــ قال: ليس لأهل الشام حديث أشرف من هذا الحديث.
Juga telah diriwayatkan kepada kami dari Imam Ahmad bin Hanbal -raḥimahullāh-, bahwa dia berkata, "Tidak ada hadis yang lebih mulia yang dimiliki penduduk Syam daripada hadis ini."
صعيد: أرض واحدة ومقام واحد.
صَعِيْد (ṣa'īd): satu tanah dan satu tempat.
المِخْيَط: بكسر فسكون ففتح، الإبرة.
المِخْيَط (al-mikhyaṭ): jarum.
1) افتقار العباد إلىٰ ربهم في جميع حوائجهم الدينية والدنيوية، فالهداية القلبية والنِّعَم الدنيوية من مأكل ومشرب وحاجة، كلها من الله تعالىٰ تفضلاً عَلىٰ عباده.
1) Ketergantungan hamba kepada Rabb mereka di semua kebutuhan agama dan dunia. Hidayah pada hati dan berbagai nikmat dunia seperti makanan, minuman, dan keperluan seluruhnya adalah karunia yang berasal dari Allah -Ta'ālā-.
2) خزائن الله تعالىٰ ملأىٰ لا تنقصها نفقة، فَلْيجتهدِ العبد في الدعاء، وهو موقن بالخير من عند الله تعالىٰ، فإن حسن الظن بالله تعالىٰ خير للعبد.
2) Perbendaharaan Allah -Ta'ālā- melimpah, tidak akan berkurang oleh satu nafkah; maka hendaklah hamba bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan penuh yakin terhadap kebaikan dari sisi Allah -Ta'ālā-. Sesungguhnya husnuzan kepada Allah -Ta'ālā- lebih baik bagi hamba.
3) إن الله سبحانه يحرّم عَلىٰ نفسه، ويوجب عَلىٰ نفسه بحكمته وكمال علمه.
3) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengharamkan diri-Nya dari sesuatu dan mewajibkan diri-Nya pada sesuatu; berdasarkan hikmah dan kesempurnaan ilmu-Nya.
4) العلم النافع والعمل الصالح غذاء للقلب، كما أن الطعام والشراب أغذية للبدن.
4) Ilmu yang manfaat dan amal saleh adalah asupan bagi hati, sebagaimana makanan dan minuman asupan bagi badan.
5) الإنسان يُجزىٰ بعمله؛ إن خيراً فخير، وإن شرّاً فشرّ.
5) Manusia akan diberi balasan sesuai amalnya; jika amalnya baik maka baiklah balasannya, dan jika buruk maka buruk pula balasannya.
6) عَلىٰ العبد أن يجاهد نفسه عَلىٰ عمل الخير، ليجد ثواب ذلك في الدنيا والآخرة.
6) Kewajiban seorang hamba agar berjihad melawan dirinya untuk mengerjakan kebaikan supaya mendapat pahalanya di dunia dan akhirat.