قَالَ الله تعالىٰ: {فَٱذكُرُونِيٓ أَذكُركُم وَٱشكُرُواْ لِي وَلَا تَكفُرُونِ} [البقرة: 152]، وقال تعالىٰ: {لَئِن شَكَرتُم لَأَزِيدَنَّكُم} [إبراهيم: 7] ، وقال تعالىٰ: {وَقُلِ ٱلحَمدُ لِلَّه} [الإسراء: 111] ، وقال تعالىٰ: {وَءَاخِرُ دَعوَىٰهُم أَنِ ٱلحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلعَٰلَمِينَ} [يونس: 10].
Allah Almighty says: {Therefore remember Me; I will remember you. Be grateful to Me, and do not be ungrateful.} [Surat al-Baqarah: 152] And He says: {If you are grateful, I will surely give you more} [Surat Ibrāhīm: 7] And He says: {And say, “All praise is for Allah...} [Surat al-Isrā’: 111] And He says: {and the closing of their prayer will be, “All praise be to Allah, the Lord of the worlds.”} [Surat Yūnus: 10]
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 152) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrāhīm: 7) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah.'" (QS. Al-Isrā`: 111) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan penutup doa mereka ialah, 'Al-ḥamdu lillāhi Rabbil-'ālamīn' (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam)." (QS. Yūnus: 10)
الحمد: هو الإخبار عن الله تعالىٰ بجميع الكمالات اللائقة به، وتنزيهه عن كل ما ينافي ذلك. فإن كُرر الحمد صار ثناءً، فإن كُرر الثناء صار مجداً.
Praise is to ascribe all aspects of perfection to Allah Almighty as suit Him, and to exalt Him above all that is opposite to them. Repeated praise denotes laudation, while repeated laudation denotes glorification.
Al-Ḥamd (pujian) adalah mengabarkan tentang Allah -Ta'ālā- dengan segala kesempurnaan yang pantas bagi-Nya serta menyucikan-Nya dari semua yang bertentangan dengan itu. Bila pujian tersebut diulang, maka disebut "ṡanā`". Kemudian bila "ṡanā`" itu diulang, maka disebut "majd".
الشكر: هو إظهار النعم والاعتراف بها بالقلب، واللسان، والجوارح، فمن كَانَ من أهل الغنىٰ والمال، فالشكر عَلَىٰ هذه النعمة بالاعتراف والإقرار بأن الله هو المنعم، مع إنفاق المال في وجوه الخير.
Gratefulness is to demonstrate Allah’s blessings and acknowledge them by the heart, tongue, and body. Showing gratefulness for wealth can be accomplished by acknowledging the fact that Allah Almighty is the Bestower of such a blessing, along with spending in charitable causes.
Syukur adalah menampakkan nikmat dan mengakuinya dengan hati, lisan, dan anggota badan. Bila seseorang merupakan orang kaya dan berharta, maka mensyukuri nikmat ini adalah dengan mengakui dan mengikrarkan bahwa Allahlah yang memberi nikmat tersebut disertai menggunakan harta di jalan-jalan kebaikan.
1) الذكر النافع للعبد هو ذكر القلب، وأعظمه ما اشترك فيه القلب واللسان.
1) Dhikr (remembrance of Allah) that benefits a servant is that is done by the heart, and its benefit is ultimate when it is done by both the heart and tongue.
1) Zikir yang berguna adalah zikir hati, dan yang paling utama adalah zikir yang menggabungkan hati dan lisan.
2) ذكر الله تعالىٰ هو كل طاعة تقرّب إلىٰ الله؛ من عبادة، أو أمر بمعروف، أو نهي عن منكر، أو تعلم علم، أو تفكّر، أو محاسبة، أو ذكر باللسان... فكل ذلك من ذكر الله تعالىٰ.
2) Remembrance of Allah comprises all acts of obedience that draw one close to Allah Almighty, including acts of worship, enjoining good, forbidding evil, learning knowledge, contemplation, self-reckoning, remembering Allah by the tongue... in fact, all these acts are included in the remembrance of Allah.
2) Zikir kepada Allah -Ta'ālā- adalah segala ketaatan yang dapat mendekatkan kepada Allah berupa ibadah, mengajak kepada yang makruf, mencegah kemungkaran, menimba ilmu, tafakur, muhasabah, ataupun berzikir dengan lisan. Semua itu termasuk kategori zikir kepada Allah -Ta'ālā-.
3) الشكر له فائدتان عظيمتان:
3) Gratefulness to Allah has two great benefits:
3) Syukur memiliki dua faedah besar:
الأولىٰ: الاعتراف بالعبودية لله تعالىٰ، وأداء بعض حقه.
First: acknowledging servitude to Allah Almighty and fulfilling some of His rights.
Pertama: sebagai wujud ubudiah kepada Allah -Ta'ālā- dan menunaikan sebagian hak-Nya.
والثانية: سبب لمزيد النعمة ودوامها عَلَىٰ العبد.
Second: it is a reason for receiving more blessings and enjoying them permanently.
Kedua: sebab bertambah dan langgengnya nikmat pada hamba.
4) الترغيب في دوام حمد الله تعالىٰ في كل حال، في السراء والضراء، فهو سبحانه محمود في ابتداء الخلق، وإنزال الشرع، واستمرار الخلق، وانتهاء الخلق .وكان من هدي النبي صلى الله عليه وسلم حمد الله عَلَىٰ كل حال؛ إن أصابته سراء قَالَ: «الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات»، وإن أصابته ضراء قَالَ: «الحمد لله عَلَىٰ كل حال».
4) The verses encourage constant praise of Allah Almighty in all circumstances, and at times of ease and hardship. Allah, The Exalted, is the One Who is praised for initiating the creation, sending down legislation, continuity of creation, and termination of creation. Praising Allah Almighty in all circumstances was part of the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). When it was a time of prosperity he would say: “Al-hamdulillāhi alladhi bini‘matihi tatimmu as-sālihāt (Praise be to Allah, by Whose favor good things are accomplished)”, and when it was a time of hardship he would say: “Al-hamdulillāhi ‘ala kulli hāl (Praise be to Allah in all situations).”
4) Anjuran untuk terus-menerus memuji Allah -Ta'ālā- dalam semua keadaan, baik ketika lapang ataupun sulit. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- terpuji di awal penciptaan, ketika menurunkan syariat, pada keberlangsungan makhluk, dan akhir kehidupan makhluk. Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah memuji Allah pada semua keadaan. Bila mendapatkan kebaikan, beliau membaca, "Alḥamdulillāh al-lażī bini'matihi tatimmu aṣ-ṣāliḥāt" (Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nya kebaikan-kebaikan terwujud). Bila ditimpa keburukan, beliau membaca, "Alḥamdulillāh 'alā kulli ḥāl" (Segala puji bagi Allah pada semua keadaan).
1/1393 ــ وَعَنْ أبي هُرَيْرَة رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم أُتِيَ ليلةَ أُسْرِيَ بهِ بقدحيْن من خَمْرٍ ولبنٍ، فنَظَرَ إليهما، فأخَذَ اللَّبنَ. فقال جبريلُ عليه السلام: «الحمدُ لله الذي هَداكَ للفِطْرةِ، لو أخَذْتَ الخَمْرَ غَوَتْ أمَّتُكَ». رواه مسلم.
1393/1- It is reported on the authority of Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) that on the night of Isrā (night journey to Al-Aqsa Mosque), the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was offered two cups, a cup of wine and a cup of milk. He looked at them then took the one with milk. Thereupon, Jibrīl (peace be upon him) said: “Praise be to Allah Who guided you to the sound disposition. Were you to choose wine, your Ummah (nation) would go astray.” [Narrated by Muslim]
1/1393- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- disuguhi dua wadah berisi khamar dan susu pada malam beliau diperjalankan (isra mikraj). Beliau melihat keduanya lalu mengambil susu. Jibril -'alaihis-salām- berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberimu hidayah kepada fitrah. Seandainya engkau mengambil khamar, umatmu pasti tersesat." (HR. Muslim)
قدح: إناء يوضع فيه شراب.
--
قَدَحٌ (qadaḥ): wadah tempat menyuguhkan minuman.
الفطرة: الدين الحق، والتوحيد الخالص.
--
الفِطْرَةُ (al-fiṭrah): agama yang benar, tauhid yang murni.
غوت: ضلَّت وانحرفت عن الفطرة.
--
غَوَتْ (gawat): ia tersesat dan menyimpang dari agama yang benar.
1) إن دوام حمد لله تعالىٰ عَلَىٰ كل حال سبب لهداية العبد للخير، وأن يصرف عَنْهُ الشر.
1) Constant praise of Allah Almighty in all circumstances is a reason for the servant to be guided to what is good and saved from evil.
1) Terus-menerus memuji Allah -Ta'ālā- pada semua keadaan adalah sebab adanya hidayah bagi hamba untuk meraih berbagai kebaikan serta sebab ia terjauhkan dari keburukan.
2) الخمر أم الخبائث، فهي سبب للغواية والضلال.
2) Wine is the source of all evils as it is a reason for misguidance and error.
2) Khamar adalah induk kekejian dan merupakan sebab penyimpangan dan kesesatan.
3) إن موافقة العبد للفطرة من الأعمال التي يحبها الله تعالىٰ ويرضاها.
3) A servant’s acting in accordance with Fitrah (sound natural disposition) is one of the deeds that Allah Almighty likes and is pleased with.
3) Mengikuti fitrah yang benar termasuk perbuatan yang dicintai dan diridai oleh Allah -Ta'ālā-.
2/1394ــ وعنه عن رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «كُلُّ أمرٍ ذي بالٍ لا يُبْدأ فيه بالحمدُ لله، فهُوَ أقْطَعُ». حديث حسن رواه أبو داود وغيره[1].
1394/2- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Every important matter that does not start with praise of Allah is devoid of blessing.” [Narrated by Abu Dāwūd and others; Hasan (Sound)] [1]
2/1394- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setiap perkara penting yang (pelaksanaannya) tidak diawali dengan ucapan Alhamdulillah, maka amalan tersebut berkurang (berkahnya)." (Hadis hasan; HR. Abu Daud dan lainnya)
ذي بال: له أهمية وشأن.
--
ذِيْ بَالٍ (zī bāl): memiliki urgensi dan kepentingan.
أقطع: ناقص.
--
أقْطَعُ (aqṭa'): kurang.
1) استحباب مباشرة الأمور بحمد الله تعالىٰ، وخاصة ما كَانَ له شأن وأهمية.
1) It is recommended to start all matters by praising Allah Almighty, especially what is significant thereof.
1) Anjuran memulai urusan dengan memuji Allah -Ta'ālā-, khususnya pada urusan yang penting dan urgen.
2) البركة تنزل بذكر اسم الله تعالىٰ وحمده، وهذا من فوائد الحمد. ومنه يعلمُ العبد أن كل شيء يُنسَب إلىٰ الله تعالىٰ فهو مبارك، وكل شيء مقطوع عن الله تعالىٰ فهو ممحوق البركة.
2) Blessings are sent down by remembering Allah’s name and praising Him. This is one of the fruits of praising Allah Almighty, and from this one knows that whatever is attributed to Allah Almighty is blessed, and that whatever is disconnected from Him is devoid of blessing.
2) Keberkahan akan turun dengan menyebut nama Allah -Ta'ālā- dan memujinya. Ini termasuk faedah pujian kepada Allah. Dari sini seorang hamba dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah -Ta'ālā- adalah diberkahi, dan segala sesuatu yang tak disandarkan pada-Nya maka keberkahannya akan hilang.
3/1395ــ وَعَنْ أبي موسىٰ الأشعري رضي الله عنه أن رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إذَا ماتَ ولدُ العبدِ قَالَ اللهُ تعالىٰ لملائكتِهِ: قَبَضْتُم ولدَ عبدي؟ فيقولون: نَعَمْ، فيقولُ: قَبَضْتُم ثمرةَ فُؤادِهِ؟ فيقولون: نعم، فيقول: ماذا قَالَ عبدي؟ فيقولون: حَمدكَ واسترجعَ، فيقول الله تعالىٰ: ابنُوا لعبدي بيتاً في الجَنَّةِ، وسمُّوهُ بيتَ الحَمْدِ». رواه الترمذي وقال: حديث حسن.
1395/3- Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When someone’s child dies, Allah Almighty asks His angels: ‘Have you taken the life of My slave’s child?’ They reply in the affirmative. He then asks: ‘Have you taken the fruit of his heart?’ They reply in the affirmative. Thereupon he asks: ‘What did My slave say?’ They say: ‘He praised You and said: Inna lillāhi wa inna ilayhi rāji‘ūn (Verily, we belong to Allah and, verily, to Him we shall return).’ Allah then says: ‘Build a house for My slave in Paradise and name it Bayt-ul-Hamd (the House of Praise).’” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]
3/1395- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bila anak seorang hamba meninggal dunia maka Allah berfirman kepada malaikat-Nya, 'Kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?' Mereka menjawab, 'Ya.' Lantas Allah berfirman, 'Kalian mencabut nyawa buah hatinya?' Mereka menjawab, 'Ya.' Kemudian Allah berfirman, 'Lalu apa yang diucapkan oleh hamba-Ku itu?' Mereka menjawab, 'Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirjā` (yakni: Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn).' Maka Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di dalam surga dan berilah ia nama Rumah Pujian.'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
1) بيان جزاء من يحمد الله تعالىٰ في الضراء؛ أن الله يعوّضه ببيت في الجنة، هو بيت الحمد.
1) Pointing out that the reward of the one who praises Allah Almighty at times of hardship is that Allah Almighty gives him in return a house in Paradise which is called “House of Praise.”
1) Menjelaskan balasan bagi orang yang memuji Allah -Ta'ālā- ketika kondisi sulit, yaitu bahwa Allah akan memberikannya ganti berupa sebuah rumah dalam surga yang disebut dengan nama Rumah Pujian.
2) حال المؤمن الموفَّق لزومُ الصبر، واحتساب الأجر، عند المصائب، وأن يحمد الله عَلَىٰ كل حال ويسترجع بقوله: «إنا لله وإنا إليه راجعون».
2) A successful believer, when stricken by a calamity, constantly adheres to patience, expects Allah’s reward, praises Allah Almighty for everything, and makes Istirjā‘ by saying: “Inna lillāhi wa inna ilayhi rāji‘ūn” (Verily we belong to Allah and, verily, to Him we shall return).
2) Karakter seorang mukmin yang diberikan taufik ialah senantiasa bersabar dan mengharap pahala saat ditimpa musibah, serta memuji Allah pada semua keadaan dan mengucapkan kalimat istirjā`: "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn."
3) اللجوء إلىٰ الله تعالىٰ عند المصائب يخفف المصيبة، ويجبر كسر العبد.
3) Seeking refuge with Allah Almighty at the time of calamity alleviates it and heals one’s suffering.
3) Kembalinya hamba kepada Allah -Ta'ālā- ketika ditimpa musibah akan meringankan musibah tersebut serta mengobati kesedihannya.
4/1396ــ وَعَنْ أنس رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ لَيَرْضىٰ عن العَبْد يأكُلُ الأكلةَ، فيَحْمَدُهُ عليها، وَيَشْربُ الشَّرْبةَ، فَيَحْمَدُهُ عليها». رواه مسلم.
4/1396- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, Allah is pleased with one who eats some food and then praises Him for it, or who drinks some drink and then praises Him for it.” [Narrated by Muslim]
4/1396- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah meridai seorang hamba yang ketika menyantap makanan dia memuji Allah atas makanan itu, atau ketika minum dia memuji Allah atas minuman itu." (HR. Muslim)
1) إنَّ حمد العبد لله تعالىٰ عند أكله وشربه سبب لنيل رضا الله _عز وجل_.
1) A slave showing gratitude to Allah Almighty for the blessing of food and drink is a reason for him to earn Allah Almighty’s pleasure.
1) Memuji Allah -Ta'ālā- ketika makan dan minum adalah sebab meraih rida Allah -'Azza wa Jalla-.
2) استحباب استفتاح الأكل والشرب بالتسمية: «بسم الله»، واستحباب ختم ذلك بالحمد لله، فهذا هو هدي النّبيِّ صلى الله عليه وسلم.
2) It is recommended to say Bismillāh (In the Name of Allah) at the beginning of eating and drinking, and to end them by saying Alhamdulillāh (Praise be to Allah), in accordance with the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).
2) Anjuran memulai makan dan minum dengan tasmiyah (menyebut nama Allah), yaitu: Bismillāh, dan mengakhirinya dengan pujian kepada Allah. Seperti inilah petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
التسمية المشروعة عند ابتداء الأكل والشرب هي قول العبد: «بسم الله»، أما ما شاع بين الناس من قول: «بسم الله الرحمن الرحيم» فهذا يسميه العلماء: البسملة، وهي مشروعة عند البدء بقراءة السورة من القرآن، فلا نخلط بين التسمية والبسملة.
According to the Shariah, one should say when starting to eat or drink “Bismillāh” (In the Name of Allah), which is called Tasmiyah. Meanwhile, saying: “Bismillāh Ar-Rahmān Ar-Rahīm” (In the Name of Allah, the Most Compassionate, the Most Merciful), as commonly known among people, is what scholars call Basmalah. It is prescribed to recite Basmalah at the beginning of the surahs of the Quran. So, we should not confuse between Tasmiyah and Basmalah.
Lafal tasmiyah yang disyariatkan ketika memulai makan dan minum adalah ucapan "Bismillāh". Adapun yang tersebar di tengah masyarakat berupa ucapan "Bismillāhirraḥmānirraḥīm", bacaan ini dinamakan oleh para ulama dengan basmalah yang disyariatkan di awal membaca surah Al-Qur`ān. Sehingga kita tidak boleh mencampuradukkan antara tasmiyah dan basmalah.
والموفَّق من لزم هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فأتىٰ بالورد النبوي في صيغته الواردة، ومحله المناسب، قاصداً التأسي، فهذا هو مقام اتِّباع سُنّة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
The successful is the one who adheres to the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in this regard and say the exact wording of the regular prophetic remembrances in their proper occasions, seeking thereby to follow him, as this is the due compliance with the Sunnah of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).
Orang yang diberikan taufik adalah yang mengikuti petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengerjakan bacaan wirid Nabi sesuai redaksi yang datang dalam Sunnah serta pada tempatnya yang tepat, dengan menghadirkan niat mengikuti beliau. Seperti inilah kedudukan mengikuti Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
كتاب الصلاة عَلَى رَسُول الله صلى الله عليه وسلم
Book on Invoking Peace and Blessings upon the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him)
KITAB SELAWAT KEPADA RASULULLAH -ṢĀLLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM-