قَالَ الله تعالىٰ: {إِنَّ فِي خَلقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلأَرضِ وَٱختِلَٰفِ ٱلَّيلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰت لِّأُوْلِي ٱلأَلبَٰبِ * ٱلَّذِينَ يَذكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰما وَقُعُودا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِم وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلأَرضِ} [آل عمران: 190ــ191].
Allah Almighty says: {Indeed, in the creation of the heavens and earth and the alternation of the night and day are signs for people of understanding, those who remember Allah while standing, sitting, and lying on their sides, and reflect upon the creation of the heavens and earth} [Surat Āl ‘Imrān: 190-191]
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi." (QS. Āli 'Imrān: 190-191)
1/1458 ــ وعن حذيفةَ وأبي ذرٍّ رضي الله عنهما أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ إذَا أوَىٰ إلىٰ فراشه قَالَ: «باسمكَ اللهم أحْيَا وأمُوتُ». رواه البخاري.
1458/1- Hudhayfah and Abu Dharr (may Allah be pleased with them) reported that when the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to bed he would say: “Bismik allāhumma ahya wa amūt (In Your name, O Allah, I live and die).” [Narrated by Al-Bukhāri]
1/1458- Ḥużaifah dan Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila datang ke tempat tidurnya, beliau membaca, "Bismikallāhumma aḥyā wa amūt (Dengan menyebut Nama-Mu, ya Allah, aku hidup dan aku mati.)" (HR. Bukhari)
1) التبرك باسم الله تعالىٰ عند النوم يحفظ العبد من الشرور كلها.
1) Seeking blessings by Allah’s name upon going to bed protects one from all evils.
1) Bertabaruk dengan menyebut nama Allah -Ta'ālā- ketika hendak tidur akan menjaga hamba dari semua keburukan.
2) إنَّ النوم يذكّر بالموت والنشور، فيستحضر العبد إذَا أوىٰ إلىٰ فراشه حال البعث والنشور.
2) Sleep is a reminder of death and resurrection, so when one goes to bed he evokes in his mind the state of resurrection.
2) Tidur mengingatkan kematian dan kebangkitan, maka hendaklah hamba menghadirkan suasana hari kebangkitan ketika dia beranjak ke tempat tidurnya.
2/1459ــ وعن عليٍّ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ لَهُ ولفاطمةَ رضي الله عنهما: «إذَا أوَيْتُمَا إلىٰ فراشِكُمَا، أوْ: إذَا أخذْتُمَا مَضَاجعَكُمَا فكَبِّرَا ثلاثاً وثلاثين، وسبِّحَا ثلاثاً وثلاثين، واحمدا ثلاثاً وثلاثين» وفي رواية: «التَّسبيح أربعاً وثلاثين» وفي رواية: «التَّكبيرُ أربعاً وثلاثين». متفق عليه.
1459/2- ‘Ali (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to him and Fātimah (may Allah be pleased with her): “When you go to bed, say 'Allahu Akbar' thirty-three times, 'Subhān Allah' thirty-three times, and 'Al-hamdulillāh' thirty-three times.” In another version, saying 'Subhān Allah' is thirty-four times, and in a third version, saying 'Allahu Akbar' is thirty-four times. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
2/1459- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya dan kepada Fatimah -raḍiyallāhu 'anhumā-, "Apabila kalian berdua datang ke tempat tidur kalian -atau apabila kalian berdua telah berada di tempat tidur kalian-, bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali." Di sebagian riwayat disebutkan, "Bertasbih sebanyak 34 kali." Dan dalam riwayat lain, "Bertakbir sebanyak 34 kali." (Muttafaq 'Alaih)
1) ذكر الله تعالىٰ عند النوم بالتسبيح، والتكبير، والتحميد، الوارد في الحديث؛ يعطي الذاكر قوة في بدنه عَلَىٰ تحمّل المتاعب، وقضاء الحاجات.
1) Remembering Allah Almighty upon going to bed by saying Subhān Allah, Allahu Akbar, and Al-hamdulillāh, as reported in the Hadīth, gives the one who says that strength in his body that enables him to endure his burdens and accomplish his tasks.
1) Berzikir kepada Allah -Ta'ālā- ketika hendak tidur dengan bertasbih, bertakbir, dan bertahmid sebagaimana yang disebutkan dalam hadis ini akan memberikan orang yang berzikir kekuatan pada dirinya dalam memikul beban hidupnya dan memenuhi kebutuhannya.
2) حثُّ الرجلِ أهلَ بيته عَلَىٰ ذكر الله تعالىٰ، وربط قلوبهم بالدار الآخرة، لأن في رواية الحديث أن فاطمة رضي الله عنها أتت تشكو إلىٰ النَّبيِّ، فقال صلى الله عليه وسلم: «ألا أدلُّكُمَا عَلَىٰ خيرٍ ممّا سألتُمَا؟ إذَا أوَيِتُمَا إلىٰ فراشكما» الحديث. رواه البخاري.
2) A man should urge his household to remember Allah Almighty and try to attach their hearts to the Hereafter. In the full text of the Hadīth, it is mentioned that Fātimah (may Allah be pleased with her) came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) to complain of the hardship she was suffering. So, he said to her and her husband, ‘Ali: “Shall I guide the two of you to what is better than what you asked for? When you go to bed...” [Narrated by Al-Bukhāri]
2) Hendaklah seorang laki-laki memotivasi keluarganya supaya berzikir kepada Allah -Ta'ālā- dan mengikat hati mereka dengan negeri akhirat, karena dalam riwayat hadis ini disebutkan bahwa Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- datang mengadu kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda, "Maukah aku tunjukkan pada kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Yaitu apabila kalian berdua pergi ke tempat tidur kalian ..." (HR. Bukhari)
3/1460ــ وعن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إذَا أوَىٰ أحَدُكُم إلىٰ فراشه فلْيَنْفُضْ فراشَهُ بداخلةِ إزَاره، فإنَّه لا يدري مَا خَلَفَهُ عليه، ثُمَّ يقولُ: باسمكَ ربِّي وَضَعْتُ جَنْبي، وبك أرْفَعُهُ، إن أمسَكْتَ نفسي فارْحَمْهَا، وإن أرسلْتَهَا فاحْفَظْهَا بما تَحْفَظُ به عبادَكَ الصالحين». متفق عليه.
1460/3- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When one of you goes to his bed, let him dust off his bed with the inside of his Izār (waist wrap worn around the lower half of the body), for he does not know what came unto it after he had left it. Then he should say: ‘Bismika Rabbi wada‘tu jambi wa bika arfa‘uh. In amsakta nafsi farhamha wa in arsaltaha fahfazh-ha bima tahfazhu bihi ‘ibādaka as-sālihīn (In Your Name, my Lord, I place my side (on the bed), and by You I lift it. If You take my soul, then have mercy on it, and if You send it, then protect it with what You protect Your righteous slaves with).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
3/1460- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian datang ke tempat tidurnya, hendaklah dia mengibaskan tempat tidurnya dengan ujung bagian dalam sarungnya, karena dia tidak tahu apa yang ada padanya, lalu membaca, 'Bismika rabbī, waḍa'tu janbī, wabika arfa'uhu, in amsakta nafsī farḥamhā, wa in arsaltahā faḥfaẓhā bimā taḥfaẓu bihī 'ibādakaṣ-ṣāliḥīn' (Dengan nama-Mu, wahai Tuhanku, aku rebahkan tubuhku dan dengan nama-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau ambil nyawaku, maka kasihanilah ia. Jika Engkau melepaskannya, maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang saleh)." (Muttafaq 'Alaih)
داخلةِ إزاره: طرف الإزار مما يلي الجسد.
The inside of his Izār: the side of his waist wrap that touches the body.
دَاخلةِ إِزَارِهِ (dākhilati izārihi): bagian ujung sarung yang bersentuhan dengan badan.
1) علامة التوفيق: ألَّا يكِلَك الله إلىٰ نفسك، وعلامة الخذلان: أن يكلك الله إلىٰ نفسك.
1) The sign of success is that Allah Almighty would not entrust you to your own self, and the sign of failure is that He entrusts you to your own self.
1) Tanda Anda diberikan taufik ialah bila Allah tidak menyerahkan Anda kepada diri Anda, dan tanda Anda ditinggalkan ialah bila Anda diserahkan oleh Allah kepada diri Anda sendiri.
2) من دلائل فقه العبد: إلحاحه في الدعاء بأن يحفظه الله تعالىٰ.
2) One of the signs of one’s understanding of the religion is for him to supplicate Allah Almighty persistently to protect him.
2) Di antara tanda kedalaman fikih seorang hamba ialah dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus supaya Allah -Ta'ālā- menjaganya.
3) الترغيب في استعانة العبد بربِّه في كل حال، عند نومه ويقظته، فالعبد بالله لا بنفسه.
3) A slave is encouraged to seek the help of his Lord in all his conditions; when he goes to sleep and when he wakes up, because he can do all this by the help of Allah and not by his own ability.
3) Anjuran agar hamba meminta pertolongan kepada Rabb-nya di semua keadaan, yaitu ketika dia tidur dan terjaga, karena hamba itu mampu dengan adanya pertolongan Allah, bukan dengan kemampuan dirinya sendiri.
4) يُستحب نفض الفراش على الهيئة المذكورة قبل الدخول فيه، ولو سلم من الآفات الظاهرة، اتباعاً وتعظيماً للهدي النبوي. ولأنه قد يخلفه شيء من الآفات التي لا ترى!.
4) It is recommended to dust off one’s bed in the manner mentioned in the Hadīth before lying in it even if no insects are visible on it, but one should still do so in compliance with the prophetic guidance and for the probability that there are insects on it that he cannot see.
4) Disunahkan untuk mengibaskan tempat tidur sebelum berbaring di atasnya dengan cara seperti yang disebutkan, sekalipun tempat tidurnya terlihat aman dari keburukan yang tampak, sebagai bentuk mengikuti dan menjunjung petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena bisa jadi dia ditempati oleh suatu keburukan yang tidak terlihat!
4/1461 ــ وعن عائشةَ رضي الله عنها أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ إذَا أخَذَ مضجَعَهُ نَفَثَ في يَدَيْه، وقَرَأ بالمُعَوِّذات، وَمَسَحَ بهمَا جَسَدَهُ. متفق عليه.
1461/4- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that whenever the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to bed, he would blow into his hands, recite the Mu‘awwidhaat, and then pass his hands over his body. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
4/1461- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila telah berada di tempat tidurnya, beliau meniup pada kedua (telapak) tangannya dan membaca surah-surah Al-Mu'awwiżāt lalu beliau mengusapkan kedua tangannya pada seluruh tubuhnya. (Muttafaq 'Alaih)
وفي رواية لهما: أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إذَا أوىٰ إلىٰ فراشه كلَّ ليلةٍ جَمَعَ كَفَّيه، ثُمَّ نَفَثَ فيهما فَقَرأ فيهما: {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ} و{قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلفَلَقِ} و{قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ}، ثُمَّ مسحَ بهما مَا اسْتطاعَ من جسده، يبدأ بهما عَلَىٰ رأسه ووجهه، وما أقبَلَ من جَسَده، يفعَلُ ذلك ثلاث مرَّات. متفق عليه.
In another version also narrated by Al-Bukhāri and Muslim: “When the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to bed every night, he used to cup his palms together, do Nafth (blow) into them, and recite Surat al-Ikhlās, Surat al-Falaq and Surat An-Nās, and then he would wipe with his hands over as much of his body as he can, starting with his head, face and the front of his body. He used to do that three times.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila datang ke tempat tidurnya di setiap malam, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya, kemudian meniup pada keduanya dan membaca surah Qul huwallāhu aḥad, Qul a'ūżu bi rabbil-falaq, dan Qul a'ūżu bi rabbin-nās. Lalu dengan keduanya beliau mengusap bagian yang mampu diusap dari tubuhnya, dimulai pada kepala dan wajahnya, lalu semua bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal ini sebanyak tiga kali." (Muttafaq 'Alaih)
قال أهل اللغة: «النفث» نفخ لطيف بلا ريق.
Linguists said that 'Nafth' means to blow out lightly without saliva.
Para ahli bahasa berkata, "An-Nafṡ ialah tiupan ringan yang tidak disertai ludah."
1) قراءة المعوذات، مَعَ النفث، ومسح ما أقبل من الجسد ثلاث مرات، كل ذلك من هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم الثابت عند النوم.
1) Reciting the Mu‘awwidhāt with Nafth and passing the hands over the front of the body three times is part of the authentic prophetic guidance when going to sleep.
1) Membaca surah-surah Al-Mu'awwiżāt disertai tiupan dan mengusap bagian depan tubuh sebanyak tiga kali, semua itu termasuk petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika hendak tidur.
2) للقرآن تأثير عظيم في حفظ الجسد بإذن الله تعالىٰ، فهو شفاء للقلوب والأبدان.
2) The Qur’an has a significant impact on protecting the body by the permission of Allah Almighty. It is a healing to hearts and bodies.
2) Al-Qur`ān memiliki pengaruh yang besar dalam menjaga tubuh dengan izin Allah -Ta'ālā-, karena Al-Qur`ān adalah obat bagi hati sekaligus badan.
3 ) تعاطي جملة الأسباب المعينة على السلامة، وهي: القراءة، والنفث، والمسح، مع التكرار.
3) One should pursue all the means that help him be safe, which are the recitation of the mentioned Surahs, Nafth (blowing onto the cupped hands without saliva), and passing the hands over the body; and repeating this action.
3) Mengerjakan sejumlah sebab yang membantu keselamatan, yaitu membaca Al-Qur`ān, meniup, dan mengusap disertai pengulangan.
5/1462ــ وعن البراء بن عازب رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ لي رَسُول الله صلى الله عليه وسلم: «إذَا أتَيْتَ مضْجَعَكَ فَتَوضَّأ وضُوءَكَ للصَّلاة، ثُمَّ اضطَجعْ عَلَىٰ شقِّك الأيمَن، وقُل: اللهم أسْلمْتُ نفسي إليكَ، وفَوَّضْتُ أمْري إليكَ، وألجأتُ ظهري إليكَ، رغبةً ورهبةً إليكَ، لا مَلجأَ ولا مَنجىٰ منك إلَّا إليك، آمنتُ بكتابِكَ الذي أنزلْتَ، وبنَبيِّك الذي أرسلْتَ، فإنْ متَّ متَّ عَلَىٰ الفطرَة، واجْعَلْهُنَّ آخرَ مَا تَقُولُ». متفق عليه.
1462/5- Al-Barā’ ibn ‘Āzib (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to me: “When you want to go to bed, perform ablution as you do for prayer, then lie down on your right side and say: Allāhumma aslamtu nafsi ilayk, wa fawwadtu amri ilayk, wa alja’tu zhahri ilayk, raghbatan wa rahbatan ilayk, lā malja’a wa la manja minka illa ilayk. Āmantu bikitābik alladhi anzalt, wa binabiyyik alladhi arsalt (O Allah, I surrender myself to You, and entrust my affairs to You, and rely completely upon You, out of hope in You and fear of You, there is no fleeing from You and there is no place of protection and safety except with You O Allah. I believe in Your Book (the Qur’an) which You have revealed and in Your Prophet (Muhammad) whom You have sent). If you should die then (after reciting this) you will die upon the religion of sound disposition (i.e. as a Muslim); and let these words be the last you say (before you sleep).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
5/1462- Al-Barā` bin Āzib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bila engkau hendak pergi ke tempat tidurmu, maka berwudulah seperti engkau berwudu untuk salat. Kemudian berbaringlah ke sisi kananmu, dan bacalah, 'Allāhumma aslamtu nafsī ilaika, wa fawwaḍtu amrī ilaika, wa alja`tu ẓahrī ilaika, ragbatan wa rahbatan ilaika, lā malja`a walā manjā minka illā ilaika, āmantu bi kitābikal-lażī anzalta, wa binabiyyikal-lażī arsalta (Ya Allah! Aku serahkan diriku kepada-Mu. Aku serahkan urusanku kepada-Mu. Aku sandarkan punggungku kepada-Mu. Karena penuh harap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tidak pula menyelamatkan diri dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus.)' Bila engkau meninggal, maka engkau meninggal di atas fitrah. Jadikanlah bacaan-bacaan itu sebagai akhir bacaanmu." (Muttafaq 'Alaih)
1) تحري الوضوء قبل النوم، والاضطجاع عَلَىٰ الشق الأيمن، وجعل هذا الدعاء من آخر الأذكار، فيه موافقة لسُنّته عليه الصلاة والسلام.
1) A Muslim should adhere to performing ablution before sleep, lying on the right side, and ending the Dhikr by reciting this supplication in order to comply with the Sunnah of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).
1) Berusaha berwudu sebelum tidur, berbaring di atas sisi kanan, dan menjadikan doa ini sebagai zikir terakhir, melakukan itu semua adalah wujud meneladani Sunnah Nabi -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām-.
2) من حافظ عَلَىٰ ذلك الهدي يُرجىٰ لَهُ أن يموت عَلَىٰ فطرة التوحيد.
2) The one who abides by this guidance is hoped to die while adhering to the sound disposition of Tawhīd (Islamic monotheism).
2) Siapa saja yang menjaga amalan ini secara konsisten maka diharapkan akan meninggal di atas fitrah tauhid.
6/1463ــ وعن أنس رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إذَا أوَىٰ إلىٰ فراشه قَالَ: «الحَمْدُ لله الذي أطْعَمَنا وسَقَاناَ، وكَفَانا وآوَانا، فَكم ممَّن لا كافيَ لَهُ ولا مُؤْوي». رواه مسلم.
1463/6- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say the following when he went to bed: “Al-hamdulillahi alladhi at‘amana wa saqāna wa kafāna wa āwāna, fa kam mimman lā kāfiya lahu wa lā mu’wī (Praise be to Allah Who gave us food and drink, provided for us sufficiently, and gave us shelter, for there are many who have no one to provide for them or to give them shelter).” [Narrated by Muslim]
6/1463- Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke tempat tidurnya, beliau membaca, "Al-ḥamdulillāhil-lażī aṭ'amanā wa saqānā, wa kafānā wa āwānā, fakam min man lā kāfiya lahu wa lā mu`wī (Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, kecukupan, dan perlindungan. Betapa banyak orang yang tidak memiliki pemberi kecukupan dan pelindung)." (HR. Muslim)
1) اعتراف العبد بنعمة ربِّه عليه يستوجب أن يحمده عَلَىٰ نعمه كلها.
1) The slave’s acknowledgment of his Lord’s favor upon him entails that he should show gratefulness to Him for all His favors.
1) Pengakuan hamba terhadap nikmat Rabb-nya kepadanya menuntut dirinya untuk memuji-Nya atas semua nikmat tersebut.
2) استشعار النعمة العظيمة في الكفاية والمأوىٰ، فكم من أناس حُرموا هذه النعمة؟ فالنعم يجب أن تُقابَل بالشكر حتىٰ تدوم وتكثر.
2) Realizing the great favor of Allah in having sufficiency and shelter, for there are so many people who are deprived of these blessings. Definitely, a slave must react to these blessings with showing gratitude in order for them to last and grow.
2) Mengingat adanya nikmat yang besar berupa kecukupan hidup dan tempat tinggal, karena betapa banyak manusia yang tidak diberikan nikmat ini. Maka semua nikmat harus dibalas dengan syukur, supaya nikmat-nikmat tersebut menjadi langgeng dan bertambah.
7/1464ــ وعن حذيفةَ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ إذَا أرَادَ أن يَرْقُدَ وَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَىٰ تحتَ خَدِّه، ثُمَّ يقُولُ: «اللّهم قِنِي عَذَابَكَ يومَ تَبْعَثُ عبَادَكَ». رواه الترمذي وقال حديث حسن. ورواه أبو داود من رواية حفصة رضي الله عنها وفيه: أنه كان يقوله ثلاث مرات.
1464/7- Hudhayfah (may Allah be pleased with him) reported that when the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) wanted to sleep, he used to put his right hand under his cheek and say: “Allāhumma qini ‘adhābaka yawma tab‘athu ‘ibādak (O Allah, protect me from Your punishment on the day You resurrect Your slaves).” [Narrated by Al-Tirmidhi, who said that it is Hasan (sound). Abu Dāwūd also narrated it on the authority of Hafsah (may Allah be pleased with him) with the addition that he (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to say this three times.]
7/1464- Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanan di bawah pipinya, kemudian membaca, "Allāhumma qinī 'ażābaka yauma tab'aṡu 'ibādaka (Ya Allah! Lindungilah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan"). Juga diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadis Ḥafṣah -raḍiyallāhu 'anhā-, di dalamnya disebutkan bahwa beliau membacanya sebanyak tiga kali.
1) إن وضع اليد اليمنىٰ تحت الخد الأيمن أدب نبوي من آداب النوم.
1) Placing the right hand under the right cheek is a prophetic etiquette related to sleeping.
1) Meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan adalah salah satu adab tidur yang diajarkan oleh Nabi.
2) أعظم مَا يسأل العبد ربَّه؛ أن يقيه العذاب، لأن من وُقي عذاب الله، فقد فاز ونجح.
2) The greatest thing which a one can ask his Lord for is to protect him from punishment, because whoever is protected from punishment has indeed succeeded and won.
2) Perkara terbesar yang diminta oleh hamba kepada Rabb-nya adalah agar Dia melindunginya dari azab, karena siapa yang dilindungi dari azab Allah maka dia telah meraih kemenangan dan kesuksesan.
كتاب الدّعوات
Book of Invocations
KITAB DOA