قَالَ الله تَعَالىٰ: {وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيطَٰنِ نَزغ فَٱستَعِذ بِٱللَّهِ} [فصلت: 36]، وقال تعالىٰ: {إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُم طَٰئِف مِّنَ ٱلشَّيطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبصِرُونَ} [الأعراف: 201]، وقال تعالىٰ: {وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَو ظَلَمُواْ أَنفُسَهُم ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱستَغفَرُواْ لِذُنُوبِهِم وَمَن يَغفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَم يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُم يَعلَمُونَ * أُوْلَٰئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغفِرَة مِّن رَّبِّهِم وَجَنَّٰت تَجرِي مِن تَحتِهَا ٱلأَنهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَنِعمَ أَجرُ ٱلعَٰمِلِينَ} [آل عمران:135 ــ 136] ، وقال تعالىٰ: {وَتُوبُواْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلمُؤمِنُونَ لَعَلَّكُم تُفلِحُونَ} [النور: 31].
Allah Almighty says: {If you are prompted by Satan’s provocation, seek refuge with Allah.} [Surat Fussilat: 36] He also says: {Those who fear Allah, when an evil whisper comes to them from Satan, they remember Him and immediately come back to their senses.} [Surat al-A‘rāf: 201] He also says: {And those who, when they commit a shameful act or wrong themselves, remember Allah and seek forgiveness for their sins – who can forgive sins except Allah? – and they do not persist in what they did knowingly. Their reward is forgiveness from their Lord and gardens under which rivers flow, abiding therein forever. How excellent is the reward of those who do [righteous] deeds!} [Surat Āl ‘Imrān: 135-136] He also says: {And turn to Allah in repentance all together, O believers, so that you may be successful.} [Surat an-Nūr: 31]
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah." (QS. Fuṣṣilat: 36). Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)." (QS. Al-A'rāf: 201). Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal." (QS. Āli 'Imrān: 135-136) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bertobatlah kalian semuanya, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung." (QS. An-Nūr: 31)
1) لا يجوز للعبد أن يغترّ بإمهال الله تعالىٰ له، لأن الأمن مِنْ مكرِ الله _عز وجل_ من صفات المنافقين والكافرين.
1) It is not permissible to get deceived by the respite Allah Almighty grants us because feeling secure from the plan of Allah Almighty is a trait of the hypocrites and disbelievers.
1) Seorang hamba tidak boleh terlena dengan penundaan siksaan dari Allah -Ta'ālā- kepadanya karena merasa aman dari makar Allah -'Azza wa Jalla- termasuk sifat orang munafik dan orang kafir.
2) علىٰ العبد إذا أذنب أن يرجع إلىٰ مولاه ويتوب إليه، فإن الله يحب التوابين.
2) If one commits a sin, he is required to return to his Lord and repent to Him. Indeed, Allah loves the oft-repentant.
2) Bila seorang hamba berbuat dosa, hendaklah dia kembali kepada Rabb-nya dan bertobat kepada-Nya, karena Allah mencintai orang-orang yang bertobat.
3) التوبة إلىٰ الله تعالىٰ تستوجب الرجوع من الإشراك بالله إلىٰ التوحيد، ومن البدعة إلىٰ اتباع السنّة، من المعصية إلىٰ الطاعة.
3) Repentance to Allah Almighty requires that one should depart from polytheism to monotheism, from religious innovations to adherence to the Sunnah, and from sins to obedience.
3) Bertobat kepada Allah -Ta'ālā- menuntut untuk berhijrah dari kesyirikan kepada Allah menuju tauhid, dari bidah menuju Sunnah, dan dari maksiat menuju ketaatan.
لا بد في التوبة من شروطها الأربعة التي سبقت في أول الكتاب (باب التوبة).
There are four requirements for repentance, as mentioned early in the book (Chapter on Repentance).
Tobat harus memenuhi keempat syaratnya yang telah disebutkan sebelumnya di awal kitab ini (Bab Tobat).
1/1807 ــ وعن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ حَلَفَ فَقالَ في حَلفِهِ: باللَّاتِ والعُزَّىٰ، فليَقُلْ: لا إلهَ إلَّا اللهُ، ومَنْ قَالَ لصَاحبِهِ: تعالَ أقامرْكَ، فَلْيَتَصَدَّقْ». متفق عليه.
1807/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever swears by Al-Lāt and Al-‘Uzza (pagan idols) should say: ‘Lā ilāha illallāh (There is no god but Allah).’ And whoever says to his companion: ‘Come and gamble with me’, should give charity.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
1/1807- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang bersumpah, lalu mengatakan dalam sumpahnya, 'Demi Lāt dan 'Uzzā', maka hendaklah dia mengucapkanlah, 'Lā ilāha illallāh!' Siapa yang berkata kepada temannya, 'Kemarilah, ayo kita berjudi!', maka hendaknya dia bersedekah!" (Muttafaq 'Alaih)
أقامرك: أراهنك.
--
أُقَامِرُكَ (uqāmiruka): aku taruhan denganmu.
1) دواء الشيء يكون بضده؛ فمن حلف بيمين شركٍ فدواؤه كلمة التوحيد، ومن فعل المعصية داواها بالطاعة.
1) The remedy for something lies in its opposite. So, whoever takes an oath of polytheism should say the word of monotheism to correct his error. Likewise, whoever commits a sin can cure it by performing an act of obedience.
1) Obat sesuatu adalah dengan melakukan kebalikannya; yaitu siapa yang bersumpah dengan sumpah yang syirik maka tebusannya ialah kalimat tauhid, dan siapa yang berbuat maksiat maka obatnya adalah melakukan ketaatan.
2) إن الحسنات يُذْهبْنَ السيئات، فالموفَّق من عباد الله تعالىٰ من أتبع السيئة الحسنة. رعايةً لصحة إيمانه وقلبه.
2) Good deeds blot out evil ones. A fortunate believer would follow evil deeds with good ones to preserve his faith and the soundness of his heart.
2) Perbuatan baik akan menghapus perbuatan buruk, sehingga orang yang diberi taufik di antara hamba-hamba Allah -Ta'ālā- ialah yang mengerjakan kebaikan setelah melakukan keburukan demi menjaga kesahihan iman dan hatinya.