قال الله تعالىٰ: {وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ} [الحجر: 88] ، وقال تعالىٰ: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ} [الكهف: 28] ، وقال تعالىٰ: {فَأَمَّا ٱلۡيَتِيمَ فَلَا تَقۡهَرۡ * وَأَمَّا ٱلسَّآئِلَ فَلَا تَنۡهَرۡ} [الضحى: 9 ـ 10] ، وقال تعالىٰ: {أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ * فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ * وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ} [الماعون: 1ــ3 ].
Allah Almighty says: {and lower your wing [in humility] to the believers} [Surat al-Hijr: 88] Allah Almighty says: {Be patient with those who call upon their Lord morning and evening, seeking His pleasure. Do not turn your eyes away from them} [Surat al-Kahf: 28] Allah Almighty also says: {So do not mistreat the orphan. Nor repulse the beggar.} [Surat al-Duha: 9-10] Allah Almighty says: {Have you seen the one who denies the Recompense? Such is the one who repulses the orphan harshly, and does not urge others to feed the needy.} [Surat al-Mā‘ūn: 1-3]
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman." (QS. Al-Ḥijr: 88) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang berdoa kepada Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena menginginkan perhiasan kehidupan dunia." (QS. Al-Kahfi: 28) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya)." (QS. Aḍ-Ḍuḥā: 9-10) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan pembalasan? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin." (QS. Al-Mā'ūn: 1-3)
1) الحضّ علىٰ الإحسان إلىٰ المنكسرة قلوبهم، ومن فقدوا المعيل، كالأيتام والأرامل وغيرهم.
1) The verses encourage gentle treatment to the heart-broken and those who lost their supporter like orphans, widows, and others of similar situations.
1) Anjuran berbuat baik kepada orang-orang yang hatinya terluka dan tidak ada yang mengurusnya seperti anak yatim, janda, dan lainnya.
2) إن العناية بالفقراء بمواساتهم، وإطعامهم، وقضاء حوائجهم، هي من خصال أهل الإيمان.
2) Taking care of the poor by consoling them, giving them food, and fulfilling their needs are among the qualities of the believers.
2) Memperhatikan orang miskin dengan menghibur, memberi makan, dan membantu keperluannya termasuk perangai orang beriman.
3) الحثّ علىٰ الصبر مع ضعفة المسلمين، وخفض الجناح لهم والتواضع معهم.
3) The verses encourage patience with the poor Muslims, lowering one’s wing to them, and being humble with them.
3) Anjuran bersabar bersama kaum muslimin yang lemah, serta bersikap rendah hati dan tawaduk terhadap mereka.
1/260ــ وعن سعد بن أبي وَقَّاصٍ رضي الله عنه قال: كُنَّا مَعَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم سِتَّةَ نَفَرٍ، فقال المُشْركُونَ للنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: اطْرُدْ هؤُلاء لا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا، وَكنْتُ أنا وَابْنُ مَسْعُودٍ وَرَجُلٌ مِنْ هُذَيْلٍ وَبِلالٌ وَرَجُلانِ لَسْتُ أُسَمِّيهِمَا، فَوَقَعَ في نَفْسِ رسول الله صلى الله عليه وسلم مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقَعَ، فَحَدَّثَ نَفسَهُ، فَأَنْزَلَ الله تعالىٰ: {وَلَا تَطۡرُدِ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُ} [الأنعام: 52] رواه مسلم.
260/1- Sa‘d ibn Abi Waqqās (may Allah be pleased with him) reported: “Six of us were with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) when the polytheists said to him: ‘Drive these ones away, lest they dare to venture against us.’ The six were myself, Ibn Mas‘ūd, a man of the Hudhayl tribe, Bilāl and two other men whose names I do not know. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) thought what Allah wished him to think (of sending them away) then Allah revealed: {Do not send away [O Prophet] those who supplicate their Lord morning and evening, seeking His pleasure} [Surat al-An‘ām: 52] [Narrated by Muslim]
1/260- Sa'ad bin Abi Waqqāṣ -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Pada suatu hari, kami berenam menyertai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, 'Usirlah orang-orang ini, agar mereka tidak lancang kepada kami!' Orang-orang tersebut adalah saya, lbnu Mas'ūd, seorang laki-laki dari Hużail, Bilal, dan dua orang lagi yang tidak kuingat namanya. Lalu terlintas di benak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk melakukannya. Maka Allah pun menurunkan firman-Nya: "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang berdoa kepada Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan mereka sangatlah mengharapkan keridaan-Nya." (QS. Al-An'ām: 52) (HR. Muslim)
لا يجترئون علينا: أي: لئلا يحصل منهم الجرأة علينا.
--
لا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا: agar mereka tidak lancang kepada kami.
فوقع في نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي من طرد أولئك عنه.
--
فَوَقَعَ في نَفْسِ رسول الله صلى الله عليه وسلم: terbesit di benak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu untuk mengusir mereka.
1) علىٰ العبد أن يكون جلساؤه من أهل الخير والرغبة في الطاعة، وألَّا يجلس مع الأكابر والأشراف الذين وصْفُهم التكبر والتعالي.
1) A person has to sit with those who are doers of good and obedient to Allah. He should not sit with dignitaries and nobles who are arrogant and haughty.
1) seorang hamba hendaknya menjadikan orang-orang yang baik dan senang melakukan ketaatan sebagai teman duduknya, dan tidak berteman dengan orang-orang besar dan mulia yang memiliki sifat sombong dan angkuh.
2) الإخلاص لوجه الله تعالىٰ هو الميزان الذي يُقبَل به عمل العبد، أو يُرَدّ؛ فالله تعالىٰ ينظر إلىٰ إخلاص العبد وعمله، لا إلىٰ صورته وشكله.
2) Sincerity to Allah Almighty is the criterion for accepting or rejecting the deeds of people. Allah Almighty looks at the sincerity and deeds of the person, not his form and looks.
2) Keikhlasan kepada Allah -Ta'ālā- adalah alat ukur diterima atau ditolaknya amalan seorang hamba, karena Allah -Ta'ālā- hanya melihat pada keikhlasan hamba dan amalnya, bukan pada rupa dan fisiknya.
2/261 ــ وعن أبي هُبـَيْرَةَ عَائِذِ بن عَمْرٍو الـمُزَنيّ، وَهُوَ مِنْ أهلِ بَيعَةِ الرِّضْوَانِ، رضي الله عنه، أَنَّ أبا سُفْيَانَ أَتَىٰ عَلَىٰ سَلْمَانَ وَصُهَيْبٍ وَبِلالٍ في نَفَرٍ، فقالوا: مَا أَخَذَتْ سُيُوفُ الله مِنْ عَدُوِّ الله مَأْخَذَهَا، فقال أبُو بكْرٍ رضي الله عنه : أَتَقُولُونَ هذَا لِشَيْخِ قُرَيْشٍ وَسَيِّدِهِمْ ؟ فَأَتَىٰ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم، فَأَخبَرَهُ، فقال: «يَا أبَا بَكْرٍ لَعَلَّكَ أَغْضَبْتَهُمْ؟ لَئِنْ كُنْت أَغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أَغْضبْتَ رَبَّكَ»، فَأَتَاهُمْ فقال: يَا إخْوَتَاهُ، أغْضَبْتكُمْ ؟ قالوا: لا، يَغْفِرُ اللهُ لَكَ يَا أُخيَّ. رواه مسلم.
261/2- Abu Hubayrah ‘Ā’idh ibn ‘Amr al-Muzani, who was one of the members of the Ridwān pledge (may Allah be pleased with him) reported that Abu Sufyān passed by Salmān, Suhayb, and Bilāl in the presence of a group of people. They said, “By Allah, the sword of Allah did not reach the neck of the enemy of Allah as it was required to reach.” Thereupon, Abu Bakr said, “Do you say this to the old man of the Quraysh and their chief?” Then he came to Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) and informed him of this. Thereupon, he (the Prophet) said: “O Abu Bakr, you might have made them angry, and if you made them angry, then you have made your Lord angry.” So Abu Bakr went to them and said, “O my brothers, have I made you angry?” They said, “No, may Allah forgive you, brother.” [Narrated by Muslim]
2/261- Abu Hubairah 'Ā`iż bin 'Amr Al-Muzaniy -raḍiyallāhu 'anhu- (sahabat yang ikut serta dalam Baiat Ar-Riḍwān) meriwayatkan bahwa Abu Sufyān melewati Salmān, Ṣuhaib, dan Bilāl yang sedang bersama sejumlah orang. Mereka berkata, "Pedang-pedang Allah tidak mendapatkan haknya dari leher musuh Allah." Abu Bakar berkata, "Apakah kalian mengatakan seperti ini kepada sesepuh dan pemuka Quraisy?" Lantas Abu Bakar datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan memberitahu beliau. Beliau bersabda, "Wahai Abu Bakar, mungkin engkau membuat mereka marah? Jika benar engkau telah membuat mereka marah, berarti kamu telah membuat marah Rabb-mu." Kemudian Abu Bakar kembali menemui mereka dan berkata, "Wahai saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah?" Mereka menjawab, "Tidak, saudaraku. Semoga Allah mengampunimu." (HR. Muslim)
قولُهُ «مَأْخَذَهَا» أَيْ: لَمْ تَسْتَوْفِ حَقَّهَا مِنْهُ. وقولُهُ: «يَا أُخيَّ» رُوِي بفتحِ الهمزةِ وكسر الخاءِ وتخفيفِ الياءِ، ورُوِي بضم الهمزة وفتحِ الخاء وتشديد الياءِ.
-- --
Perkataan mereka: "مَأْخَذَهَا" (ma`khżahā), maksudnya: tidak mendapatkan haknya sepenuhnya. Ucapan: "يَا أُخيَّ" (yā ukhayya), diriwayatkan dengan memfatahkan "hamzah", setelahnya huruf "khā`" yang kasrah, kemudian "yā`" tanpa bertasydid (yakni, yā akhī). Juga diriwayatkan dengan mendamahkan "hamzah", setelahnya "khā`" yang fatah, lalu "yā`" yang bertasydid (yā ukhayya).
1) لا يجوز للعبد أن يترفع علىٰ الفقراء والمساكين، ومن ليس لهم قيمة معتبرة في عرف الناس؛ لأن القيمة الحقيقية هي قيمة الإنسان عند الله تعالىٰ.
1) It is impermissible for one to disdain the poor and needy and those who are customarily regarded as worthless, because man’s real worth is his worth in the sight of Allah Almighty.
1) Seorang hamba tidak boleh menyombongkan diri kepada orang fakir dan miskin serta orang-orang yang tidak terpandang dalam budaya masyarakat, karena tolok ukur kemuliaan hamba terletak pada kemuliaannya di sisi Allah -Ta'ālā-.
2) إظهار ورع أبي بكر رضي الله عنه، وحرصه علىٰ إبراء ذمته. فالواجب علىٰ العبد إذا اعتدىٰ علىٰ أحد بقول أو فعل أو غير ذلك أن يستحله في الدنيا، قبل أن يُقتص منه في الآخرة.
2) The Hadīth demonstrates the religious prudence of Abu Bakr (may Allah be pleased with him) and his keenness to clear his liability of others’ rights. It is incumbent upon anyone who wrongs another in word or deed to ask his forgiveness in the worldly life before he would be subject to retribution in the Hereafter.
2) Menjelaskan sifat warak Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- serta upayanya untuk membebaskan diri dari dosa. Kewajiban seorang hamba bila pernah menzalimi seseorang, baik dengan ucapan atau perbuatan maupun lainnya, agar meminta dihalalkan di dunia sebelum dia akan dikisas nanti di akhirat.
مناسبة الحديث في هذا الباب، أن سلمان وصهيباً وبلالاً ــ رضي الله عنهم ــ كلهم من الموالي، فيجب الرفق بهم، والإحسان إليهم، ولذلك دافع عنهم النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم بقوله: «يا أبا بكر لعلك أغضبتهم».
The appropriateness of citing this Hadīth in this chapter is that Salmān, Suhayb, and Bilāl (may Allah be pleased with them) were all freed slaves, so they should be treated with gentleness and kindness. That is why the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) defended them, saying: “O Abu Bakr, you might have made them angry.”
Munasabah keberadaan hadis ini di dalam bab ini, bahwa Salmān, Suhaib, dan Bilāl -raḍiyallāhu 'anhum- semuanya adalah mantan budak, sehingga wajib bersikap lembut dan berbuat baik kepada mereka. Oleh karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membela mereka dengan sabda beliau, "Wahai Abu Bakar, mungkin engkau telah membuat mereka marah?"
3/262 ــ وعن سهل بن سعدٍ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «أَنَا وَكَافلُ الْيَتِيمِ في الجَنَّةِ هكَذَا» وَأَشَارَ بِالسَّبـَابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا، رواه البخاري.
262/3- Sahl ibn Sa‘d (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “I and the one who takes care of an orphan will be in Paradise like this,” and he raised his parted index and middle fingers. [Narrated by Al-Bukhāri]
3/262- Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku akan bersama orang-orang yang mengurus anak yatim dalam surga seperti ini." Beliau lalu mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, serta merenggangkan sedikit di antara keduanya. (HR. Bukhari)
وَ«كَافِلُ اليَتِيم»: الْقَائِمُ بِأُمُورِهِ.
--
كَافِلُ اليَتِيم (kāfilul-yatīm): yang mengurus urusan anak yatim.
4/263 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ في الجَنَّةِ». وَأشَارَ الرَّاوي وَهُوَ مَالِكُ بْن أنَسٍ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى. رواه مسلم.
263/4- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “He who takes care of an orphan, whether he is his relative or a stranger, will be in Paradise with me like these two.” The narrator, Mālik ibn Anas, raised his index and middle fingers for illustration.” [Narrated by Muslim]
4/263- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang mengurus anak yatim, baik keluarganya atau orang lain, maka aku dan dia seperti dua jari ini di surga." Perawi, yaitu Malik bin Anas, berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Muslim)
وقوله صلى الله عليه وسلم: «الْيَتِيمُ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ» مَعْنَاهُ: قَرِيبُهُ، أَوْ الأَجْنَبيُّ مِنْهُ، فَالْقَرِيبُ مِثْلُ أَنْ تكْفُلَهُ أُمُّهُ أَوْ جَدُّهُ أَوْ أَخُوهُ أَوْ غَيْرُهُمْ مِنْ قَرابَتِهِ، والله أعْلَمُ.
In the statement of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “an orphan, whether he is his relative or a stranger,” the relative refers, for instance, to the case when an orphan is taken care of by his mother, grandfather, brother, or any other relative of his, and Allah knows best.
Sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "... baik keluarganya atau orang lain", maksudnya kerabatnya ataupun bukan (orang asing). Maksud kerabatnya, misalnya dia diurus oleh ibunya, kakeknya, saudaranya, atau kerabat lainnya. Wallāhu a'lam.
السبابة: الأصبع التي بين الوسطىٰ والإبهام، وتُسمىٰ السبابة؛ لأن الإنسان يشير بها عند السبّ، وتُسمىٰ السبّاحة؛ لأن الإنسان يشير بها أيضاً عند التسبيح.
--
السَّبَّابَةُ (as-sabbābah): jari yang terletak antara jari tengah dan ibu jari. Dinamakan "sabbābah" (yang berarti pencela), karena digunakan menunjuk ketika melakukan "sabb" (celaan). Juga dinamakan "sabbāḥah", karena digunakan berisyarat ketika bertasbih.
1) الحث علىٰ كفالة اليتيم، وكفالته تكون بالقيام بما يصلحه في دينه ودنياه.
1) The Hadīth encourages sponsoring an orphan by doing whatever is good for him with respect to his religion and worldly life.
1) Anjuran mengurus anak yatim, yaitu dengan mengurus semua yang akan memperbaiki agama dan dunianya.
2) بيان ثواب من قام بشؤون اليتيم وإصلاحه، فهو رفيق رسول الله صلى الله عليه وسلم في الجنة، وكفىٰ بهذا رتبة عَلِيَّة.
2) The Hadīth underlines the reward for taking care of an orphan as the person who does this will be in the company of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) in Paradise, which is quite a superior rank.
2) Menjelaskan pahala orang yang mengurus urusan anak yatim, yaitu dia akan bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam surga. Cukuplah dengan ini dia mendapatkan kedudukan yang tinggi.
3) علىٰ المسكين أن يصبر وينتظر الفرج من الله، وألاّ يتكفف الناس أعطوه أو منعوه؛ لأن الإنسان إذا علق قلبه بالخلق وُكِل إليهم، وإذا وُكلت إلىٰ الخلق وُكلتَ إلىٰ ضياع.
3) The poor person should show patience and expect relief from Allah. He should not beg from people who may or may not give him. When one pins his hope on people, Allah entrusts him to them, in which case, he is entrusted to loss.
3) Orang yang miskin wajib bersabar dan menunggu pertolongan dari Allah, agar tidak meminta-minta kepada orang lain; antara mereka akan memberikannya atau tidak memberikannya. Karena manusia bila menggantungkan hatinya kepada makhluk, maka dia akan diserahkan kepadanya. Bila Anda diserahkan kepada makhluk, maka Anda telah diserahkan kepada kebinasaan.
5/264 ــ وعنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لَيْسَ المِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّه التَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ، وَلا اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ إنَّمَا المِسْكِينُ الَّذِي يَتَعَفَّفُ». متفق عليه.
264/5- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The needy is not the one who is satisfied with a date-fruit or two, or a morsel or two (that he receives through begging). But, the needy is the one who abstains from begging.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
5/264- Juga dari Abu Hurairah-raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang miskin itu bukanlah orang yang bisa diberikan sebiji dua biji kurma, atau sesuap dua suap makanan. Akan tetapi, orang miskin sebenarnya adalah yang menjaga diri dari minta-minta." (Muttafaq 'Alaih)
وفي رواية في (الصحيحين): «لَيْسَ المِسْكينُ الَّذي يطوفُ عَلَىٰ النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَان، وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرتَانِ، وَلكِنَّ المِسْكِينَ الَّذي لا يَجِدُ غنىٰ يُغْنِيه، وَلا يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ، وَلا يَقُومُ فَيَسْأَلَ النَّاسَ».
In another narration by Al-Bukhāri and Muslim: “A needy person is not the one who goes from door to door begging and is turned away with a morsel or two or with a date or two. But a needy person is the one who does not have enough to live upon, and his appearance does not show him to be needy and thus receive charity, and he does not beg anything from others.”
Dalam riwayat lain dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain: "Bukanlah orang miskin itu yang berkeliling minta-minta kepada manusia dan diberikan sesuap dua suap makanan, atau sebiji dua biji kurma. Tetapi orang miskin sebenarnya adalah yang tidak mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya sementara dia tidak diperhatikan sehingga akan diberi sedekah dan tidak juga melakukan minta-minta kepada orang."
يتعفف: يترك سؤال الناس مع فقره.
--
يَتَعَفَّفُ (yata'affaf): tidak minta-minta kepada orang sekalipun dia tidak punya.
لا يفطن به: لا ينتبه له.
--
لا يُفْطَنُ (lā yufṭanu bihi): tidak diperhatikan.
1) بيان صفة المسكين المحتاج حقيقة، وهو من ينتظر فرج الله تعالىٰ دون مسألة.
1) The Hadīth explains the description of the person who is truly in need, being the one who expects relief form Allah Almighty without begging from people.
1) Menjelaskan sifat sebenarnya orang miskin yang membutuhkan, yaitu yang menunggu pertolongan Allah -Ta'ālā- tanpa minta-minta.
2) الواجب علىٰ العبد الفقير الصبر حتىٰ يأتي رزق الله تعالىٰ؛ لأن العبد إذا علّق رجاءه بالخالق كفاه الله حاجته، وإذا علّق رجاءه بالمخلوقين لم يزدد إلا فقراً وحاجة.
2) A poor person should remain patient until he receives provision form Allah Almighty. When one pins his hope on the Creator, He will spare him his need, but when he pins his hope on people, he will become even more poor and needy.
2) Kewajiban hamba yang miskin adalah bersabar hingga rezeki Allah -Ta'ālā- datang. Karena bila hamba menggantungkan harapannya kepada Allah Yang Maha Pencipta, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Tetapi bila dia menggantungkan harapannya kepada makhluk, maka justru dia bertambah miskin dan butuh.
6/265 ــ وعنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: «السَّاعِي عَلَىٰ الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ كَالمُجَاهِدِ في سَبيلِ الله» وَأَحْسَبُهُ قال: «وَكَالْقَائِمِ الَّذي لا يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ الَّذي لا يُفْطِرُ». متفقٌ عليه.
265/6- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The one who looks after the widow and the needy person is like the one who fights in the cause of Allah.” And I think that he also said: “and like the one who prays all night and fasts all day.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
6/265- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda, "Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah." Dan aku mengira beliau bersabda, "Dan seperti orang yang bangun malam tanpa henti, dan orang yang berpuasa tanpa berbuka." (Muttafaq ‘Alaih)
لا يفتر: لا يدع القيام.
--
لَا يَفْتُرُ (lā yaftur): tidak pernah meninggalkan salat malam.
1) أجر القيام علىٰ المنقطعين والمحتاجين يعادل أجر العبادات العظيمة في الإسلام، كالجهاد في سبيل الله.
1) The reward for looking after helpless and poor people is akin to the reward for performing such great acts of worship in Islam such as striving in the cause of Allah.
1) Pahala mengurus orang yang tidak mampu dan yang membutuhkan setara dengan pahala ibadah-ibadah besar dalam Islam seperti jihad di jalan Allah.
2) حثّ أهل الإيمان علىٰ التعاون فيما بينهم، فالأغنياء والفقراء يكمّل بعضهم بعضاً.
2) The believers are urged to cooperate amongst themselves, in the sense that the rich and poor should live in solidarity.
2) Anjuran kepada orang beriman agar saling tolong-menolong di antara mereka; yaitu orang yang kaya dan yang miskin saling melengkapi satu sama lain.
7/266 ــ وعنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَليمَة؛ يُمْنَعُهَا مَنْ يَأْتِيهَا، وَيُدْعَىٰ إلَيْهَا مَنْ يَأْبَاهَا، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَىٰ اللهَ وَرَسُولَهُ». رواه مسلم.
266/7- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The worst food is that of a wedding banquet from which are left out those who would like to come and to which are invited those who refuse to come. He who rejects an invitation disobeys Allah and His Messenger.” [Narrated by Muslim]
7/266- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seburuk-buruk makanan ialah makanan pada walimah yang dihalangi darinya orang yang akan datang dan diundang kepadanya orang yang enggan. Siapa yang tidak memenuhi undangan walimah, sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya." (HR. Muslim)
وفي رواية في (الصحيحين) عن أبي هريرةَ من قوله: «بِئْسَ الطَّعَامُ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ؛ يُدْعَىٰ إلَيْهَا الأَغْنِيَاءُ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ».
Another narration cited in Sahīh Al-Bukhāri and Sahīh Muslim on the authority of Abu Hurayrah reads: “The worst food is that of a wedding banquet to which the rich are invited and the poor are ignored.”
Dalam riwayat lain di Aṣ-Ṣaḥīḥain dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa beliau bersabda, "Sejelek-jelek makanan makanan walimah yang diundang kepadanya orang yang kaya dan tidak diundang orang yang miskin."
الوليمة: المراد بها طعام العرس.
--
الوَلِيْمَةُ (al-walīmah): hidangan walimah pernikahan.
1) الحث علىٰ دعوة الفقراء والمساكين إلىٰ الوليمة، فهم أولىٰ بها من أهل الغنىٰ والمال.
1) Inviting the poor and needy to the wedding banquet is encouraged, as they are more deserving of it than wealthy people.
1) Anjuran mengundang fakir miskin ke acara walimah, karena mereka lebih pantas daripada orang kaya dan berharta.
2) إجابة دعوة الوليمة واجبة؛ لأن المعصية لا تكون إلا بترك ما هو واجب، وذلك من قوله عليه الصَّلاة والسَّلام: «ومن لم يجب الدعوة فقد عصىٰ الله ورسوله».
2) It is obligatory to accept the invitation to a banquet because disobedience occurs when an obligatory act is abandoned. This is inferred by the statement of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “He who rejects an invitation disobeys Allah and His Messenger.”
2) Memenuhi undangan walimah hukumnya wajib, karena istilah maksiat tidak berlaku kecuali pada meninggalkan sesuatu yang wajib. Yang demikian itu dari hadis Rasulullah -'alaihiṣ-ṣalātu was-sallām-, "Siapa yang tidak memenuhi undangan, sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya."
دعوة الوليمة: هي الطعام الذي يُدعىٰ الناس إليه بمناسبة الزواج حصراً.
A banquet invitation here refers to the food to which people are invited in wedding occasions only.
Undangan walimah adalah undangan untuk menghadiri hidangan makanan pada acara pernikahan saja.
أما شروط وجوب إجابة دعوة الوليمة:
Conditions for the obligatory acceptance of a banquet invitation:
Adapun syarat wajib memenuhi undangan walimah:
فالشرط الأول: أن يكون الداعي مسلماً، فإن لم يكن مسلماً لم تجب الإجابة، ولكن تجوز إجابة دعوة الكافر، إذا كان في هذا مصلحة: كدعوته إلىٰ الإسلام، أو للدفاع عن الدين.
First Condition: that the host is Muslim, otherwise, it is not obligatory to accept it. However, it is permissible to accept the invitation of a disbeliever if this would yield an interest like calling him to Islam or defending the religion.
Pertama: yang mengundang adalah orang muslim. Jika bukan muslim maka memenuhi undangan itu tidak wajib. Tetapi boleh memenuhi undangan orang kafir, jika ada maslahatnya, seperti mengajaknya kepada Islam atau untuk membela agama.
الشرط الثاني: أن يكون ماله حلالاً، فإن كان ماله حراماً فلا تجب إجابة دعوته.
Second Condition: that the money of the host is lawful, otherwise, it is not obligatory to accept it.
Kedua: harta orang yang mengundang tersebut halal. Bila hartanya haram maka tidak wajib dipenuhi undangannya.
الشرط الثالث: ألا يكون في الدعوة منكراً، فإن كان فيها منكراً فلا تجب الإجابة، إلا إذا كان المدعو قادراً علىٰ تغيير المنكر أو تخفيفه.
Third Condition: that there are no violations of Shariah involved, otherwise, it is not obligatory to accept it, unless the guest is able to change or alleviate the violations involved.
Ketiga: dalam acara undangan itu tidak mengandung kemungkaran. Bila ada kemungkarannya, maka memenuhi undangan itu tidak wajib. Kecuali jika orang yang diundang mampu untuk mengubah kemungkaran tersebut atau meminimalisirnya.
الشرط الرابع: أن يُعيِّن المدعو، أي أن يقول: يا فلان، أدعوك إلىٰ حضور وليمة العرس، فإن لم يعيِّن بأن دعا دعوة عامة، فإنه لا يجب الحضور بل يستحب.
Fourth Condition: that the host identifies the guest by name when he invites him. In other words, he should say, “O so-and-so, I invite you to the wedding banquet.” If he makes a public invitation without identifying the invitees by name, then accepting the invitation is recommended rather than obligatory.
Keempat: orang yang diundang ditentukan, yaitu dikatakan, "Ya polan! Anda aku undang untuk menghadiri walimah pernikahan." Bila tidak ditentukan, yaitu dia mengundang secara umum, maka tidak wajib hadir, tetapi tetap dianjurkan.
8/267 ــ وعن أنس رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّىٰ تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ» وَضَمَّ أصَابِعَهُ. رواه مسلم.
267/8- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever supports two girls till they reach puberty, he and I will come on the Day of Resurrection like these two,” and he joined his fingers (the index and middle fingers). [Narrated by Muslim]
8/267- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa yang mengurus dua orang anak perempuan sampai balig, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan aku bersamanya seperti ini." Beliau sambil merapatkan jari-jarinya. (HR. Muslim)
(جَارِيَتَيْنِ) أيْ: بِنْتَيْنِ.
--
جَارِيَتَيْنِ (jāriyatain): dua anak perempuan.
عال: العول معناه القيام بما يُحتاج، يُقال: عالَ الرجلُ عيالَه يعولهم، إذا قام بما يحتاجون إليه من قوت وكسوة وغيرها، والعول يكون بالقيام بحاجة البدن، والقيام بحاجة الروح، فهو شامل لمؤونة البدن والروح (التربية الجسدية والقلبية).
The support mentioned in the Hadīth refers to providing the basic needs of a person, such as food, clothes, etc. Support also extends to include moral needs in addition to physical needs, i.e. offering proper upbringing to the body and the heart.
عَالٍ - العَوْلُ ('ālin - al-'aul), artinya: mengerjakan apa yang dibutuhkan. Dikatakan, "'Āla ar-rajulu 'iyālahu, ya'ūluhum", artinya: dia melakukan apa yang dibutuhkan oleh keluarganya berupa makanan, pakaian, dan lainnya. Al-'aul adalah dengan memenuhi hajat badan dan hajat ruh. Sehingga dia mencakup kebutuhan badan dan ruh (tarbiah badan dan hati).
حتىٰ تبلغا: حتىٰ تصلا سن البلوغ، بظهور علاماته المعهودة عند النساء.
Reaching puberty is realized by the appearance of its known signs in women.
حَتَّىٰ تَبْلُغَا (hattā tablugā): hingga kedua anak perempuan itu mencapai usia balig dengan melihat tanda-tandanya yang telah diketahui bersama di kalangan wanita.
1) فضل رعاية الإنسان للبنات، وذلك أن البنت قاصرة ضعيفة، والغالب أن أهلها لا يعتنون بها كالذكور.
1) The merit of taking care of girls, given that they are usually weak and not looked after by their parents like male children.
1) Keutamaan mengurus anak perempuan karena anak perempuan kemampuannya terbatas dan lemah, dan umumnya tidak diperhatikan oleh keluarga seperti halnya mereka memperhatikan anak laki-laki.
2) علىٰ العبد أن يهتم بالأمور التي تقربه إلىٰ الله تعالىٰ، وخاصة في تربية الجيل المسلم وإعداده، وإن من أبرز أسباب ضعف الأمة الإسلامية غياب التربية الإيمانية للجيل!.
2) A Muslim must pay attention to what draws him near to Allah Almighty, especially in the process of raising and qualifying a Muslim generation. One of the major reasons for the weakness the Islamic Ummah suffers is the lack of faith-related upbringing offered to young generations.
2) Seorang hamba harus memperhatikan perkara yang akan mendekatkannya kepada Allah -Ta'ālā-, khususnya dalam mendidik dan mempersiapkan generasi muslim. Karena di antara tanda paling tampak bagi lemahnya umat Islam adalah hilangnya pendidikan iman bagi generasi mudanya.
9/268ــ وعن عائشةَ رضي الله عنها قالت: دَخَلَتْ عَليَّ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ، فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئاً غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ، فَأَعْطَيْتُهَا إيَّاهَا، فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ، فَدَخَلَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَيْنَا، فَأَخْبَرْتُهُ، فقال: «مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هذِهِ البَنَاتِ بِشَيءٍ، فَأَحْسَنَ إلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْراً من النَّارِ». متفقٌ عليه.
268/9- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “A woman, along with her two daughters, came to me asking (for charity). She found that I had nothing except one date, so I gave it to her. She divided it between her two daughters and ate nothing herself, then she got up and left. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) then came in, and I told him about it so he said: ‘Whoever is tried by having daughters and he treats them kindly, they will be a screen for him from Hellfire.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
9/268- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Ada seorang wanita masuk ke tempatku bersama dua anak perempuannya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi aku tidak mempunyai apa pun selain satu butir kurma. Aku pun memberikan kurma itu kepadanya. Lantas wanita itu membagi dua kurma itu di antara kedua anak perempuannya, sedangkan dia sendiri tidak memakannya sedikit pun. Kemudian wanita itu berdiri dan keluar. Tiba-tiba Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui kami dan aku menceritakan beliau mengenai hal itu. Beliau bersabda, "Siapa yang diuji dengan suatu ujian dari anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka." (Muttafaq ‘Alaih)
10/269 ــ وعن عائشةَ رضي الله عنها قالت: جَاءتني مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لها، فَأَطْعَمْتُها ثَلاثَ تَمرَاتٍ، فَأعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً، وَرَفَعَتْ إلىٰ فِيها تَمْرَةً لتَأكُـلَهَا، فَاسْتَطعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا، فَشَقَّت التَّمْرَةَ الَّتي كَانَتْ تُريدُ أَنْ تَأكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأعْجَبَني شَأنُهَا، فَذَكَرْتُ الَّذي صَنَعَتْ لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: «إنَّ اللهَ قَدْ أوْجَبَ لهَا بِهَا الجَنَّةَ، أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ». رواه مسلم.
269/10- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “A poor woman came to me carrying her two daughters. I gave her three dates to eat, and she gave one to each of her daughters. She then lifted a date to her mouth to eat it, but her daughters asked for it, so she split the date between the two of them. Her action amazed me. I mentioned what she did to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and he said: ‘Because of it, Allah made Paradise guaranteed for her or saved her from the Hellfire.’” [Narrated by Muslim]
10/269- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Aku didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua anak perempuannya. Lantas aku memberikannya makan tiga butir kurma. Wanita itu memberikan setiap satu butir kurma kepada masing-masing anaknya dan sebutir lagi dia angkat ke mulutnya hendak dimakan. Namun, kedua anaknya itu meminta kurma yang hendak dimakannya tersebut. Maka wanita tadi membagi kurma yang hendak dimakannya itu di antara kedua anaknya. Kelakuan wanita itu membuat aku takjub, lalu menceritakan apa yang dilakukan wanita tersebut kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan surga untuk wanita itu disebabkan karena perbuatannya, atau Dia membebaskannya dari neraka." (HR. Muslim)
من ابتلي: الابتلاء هو الاختبار أي: اختُبر وامتُحن.
--
مَنِ ابْتُلِيَ (man ubtuliya): orang yang diuji. Ia dari kata "الاِبْتِلَاء" (al-ibtilā`), artinya: ujian.
فاستطعمتها: طلبت الطعام.
--
فَاسْتَطعَمَتْهَا (fa-staṭ'amathā): ia minta memakannya.
1) بيان ما كان عليه الصحابة رضي الله عنهم من الإيثار؛ فإن عائشة رضي الله عنها ليس عندها إلا تمرات، ومع ذلك آثرت بها هذه المسكينة.
1) The Hadīth demonstrates the altruism of the Companions (may Allah be pleased with them). ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) had nothing but a few dates, yet she preferred to give them to the poor woman rather than keep them for herself.
1) Menjelaskan sifat īṡār (mendahulukan orang lain) yang dimiliki oleh para sahabat, karena Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- tidak memiliki apa-apa kecuali beberapa butir kurma, kendati demikian dia tetap mendahulukan wanita miskin ini atas dirinya.
2) فضل من أحسن إلىٰ البنات بالمال والكسوة، وطيب الخاطر، لأنهن عاجزات قاصرات.
2) The Hadīth highlights the virtue of offering kind treatment to daughters by providing them with money and clothes and gentleness because they are weak and helpless.
2) Keutamaan orang yang berbuat baik kepada anak-anak perempuan, baik dengan harta maupun pakaian karena mereka lemah dan kemampuannya terbatas.
3) فضل العمل اليسير إذا صاحبَه صِدْقُ القلب، فالعمل القليل قد يوجب للعبد الأجر الكبير.
3) A small act has great merit if coupled with sincerity of the heart; a simple deed can earn its doer a great reward.
3) Keutamaan amalan yang sedikit bila disertai dengan ketulusan hati, sehingga amal yang sedikit kadang menjadi sebab adanya pahala besar bagi hamba.
4) ملاطفة الصبيان والرحمة بهم من أسباب دخول الجنة، والنجاة من النار.
4) Kind treatment to children and showing them mercy is a reason for entering Paradise and safety from the Fire.
4) Bersikap lembut dan kasih sayang kepada anak-anak termasuk sebab masuk surga serta selamat dari neraka.
11/270ــ وعن أبي شُرَيْحِ خُوَيْلِدِ بْن عَمْرٍو الخُزَاعِيِّ رضي الله عنه قال: قال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: «اللَّهُـمَّ إنِّـي أُحَرِّجُ حَقَّ الضعِيفَيْنِ: الْيَتِيمِ وَالمَرْأة». حديث حسن رواه النسائي بإسناد جيدٍ.
270/11- Abu Shurayh Khuwaylid ibn ‘Amr al-Khuzā‘i (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “O Allah, I declare strictly inviolable the rights of the two weak ones: the orphan and the woman.” [Hasan (sound) Hadīth narrated by Al-Nasā’i with a good Isnād (chain of narration)]
11/270- Abu Syuraiḥ Khuwailid bin 'Amr Al-Khuzā`iy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah! Sesungguhnya aku mewanti-wanti hak dua golongan orang yang lemah, yaitu anak yatim dan wanita." (Hadis ḥasan riwayat An-Nasā`iy dengan sanad jayyid).
ومعنى: (أُحَرِّجُ): أُلحِقُ الحَرَجَ، وَهُوَ الإثْمُ بِمن ضَيَّعَ حَقَّهُمَا، وَأُحَذِّرُ منْ ذلِكَ تَحْذِيراً بَلِيغاً، وَأَزْجُرُ عَنْهُ زَجْراً أكِيداً.
I declare strictly inviolable: I declare as sinful whoever neglects or violates their rights, and I strongly warn against that and strongly denounce it.
Makna "أُحَرِّجُ" (uḥarriju): menimpakan ḥaraj, yaitu dosa, pada orang yang menelantarkan hak mereka berdua serta memperingatkan hal itu dengan keras.
12/271ــ وعن مُصْعَبِ بنِ سعدِ بنِ أبي وَقَّاصٍ رضي الله عنهما قال: رَأَىٰ سَعْدٌ أَنَّ لَهُ فَضْلاً عَلَىٰ مَنْ دُونَهُ، فقال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: «هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إلَّا بِضُعَفَائِكُمْ». رواه البخاري هكَذَا مُرْسَلاً، فَإنَّ مُصْعَبَ بن سعدٍ تَابِعِيٌّ، ورواه الحافِظُ أبو بكر الْبَرْقَانِي في صحِيحِهِ مُتَّصِلاً عن مُصْعَب عن أبيه رضي الله عنه.
271/12- Mus‘ab ibn Sa‘d ibn Abi Waqqās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “Sa‘d believed that he deserved a bigger share (of war booty) than those below him. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Are you granted victory and sustenance except because of your weak ones?’” [Narrated by Al-Bukhāri as a Mursal Hadīth, since Mus‘ab ibn Sa‘d is a Tābi‘i (not a Companion]. It was also narrated by Abu Bakr al-Barqāni in his Sahīh with a connected chain of narration on the authority of Mus‘ab from his father (may Allah be pleased with him).
12/271- Muṣ'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqāṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Sa'ad melihat dirinya memiliki keutamaan di atas yang lainnya (dari para sahabat). Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bukankah kalian diberi pertolongan dan rezeki karena adanya orang-orang yang lemah di antara kalian?!" (HR. Bukhari secara mursal, karena Muṣ'ab bin Sa'ad adalah seorang tabiin. Dan diriwayatkan oleh Al-Ḥāfiẓ Abu Bakar Al-Barqāniy dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya secara muttaṣil dari Muṣ'ab, dari ayahnya -raḍiyallāhu 'anhu-).
13/272 ــ وعن أبي الدَّرْدَاءِ عُوَيْمِرٍ رضي الله عنه قال: سمِعْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «ابْغُونِي الضُّعفَاءَ، فَإنَّمَا تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ بضُعَفَائِكُمْ». رواه أبو داود بإسناد جيد.
272/13- Abu al-Dardā’ ‘Uwaymir (may Allah be pleased with him) reported that he heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “Seek for me the weak persons, for you are granted victory and means of subsistence because of your weaklings.” [Narrated by Abu Dāwūd, with a good Isnād]
13/272- Abu Ad-Dardā` 'Uwaimir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Carikanlah untukku orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kalian diberi pertolongan dan rezeki melalui orang-orang yang lemah di antara kalian." (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid).
فضلاً: الفضل هو الزيادة، أي رأىٰ رفعة ومنزلة زائدة.
--
فضلاً (faḍlan), al-faḍl artinya kelebihan, yaitu dia melihat dirinya lebih tinggi dan memiliki kedudukan lebih.
ابْغُوني: اطلبوا لي.
--
ابْغُوني (ubgūnī): carikanlah untukku.
1) الضعفاء من المؤمنين سبب لجلب النصر علىٰ الأعداء، وجلب الرزق علىٰ العباد.
1) The weak among the believers are a reason for gaining victory over the enemies and bestowal of sustenance upon the people.
1) Keberadaan orang-orang lemah dari kalangan orang beriman adalah sebab diraihnya kemenangan atas musuh-musuh Islam, serta sebab mendapatkan rezeki.
2) الرحمة بالفقراء سبب لنيل رحمة الله تعالىٰ، لقوله صلى الله عليه وسلم: «ارْحمُوا مَن في الأرضِ يَرْحمْكُمْ مَن في السَّماءِ» رواه أحمد.
2) Showing mercy to the weak is a means for attaining the mercy of Allah Almighty, as evidenced by the statement of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “Show mercy to those on earth, and the One in the heaven will show mercy to you.” [Narrated by Ahmad]
2) Kasih sayang kepada orang miskin adalah sebab mendapatkan kasih sayang Allah -Ta'ālā-; berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi oleh Zat yang di langit." (HR. Ahmad)
3) بيان شفقة رسول الله صلى الله عليه وسلم ورحمته بالمستضعفين. والواجب علىٰ الموفَّق من عباد الله تعالىٰ الاقتداء برسول الله عليه الصَّلاة والسلام في أبواب الخير.
3) The Hadīth shows the compassion of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) to weak people. It is incumbent on the guided slaves of Allah Almighty to follow the example of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) in all aspects of doing good.
3) Menjelaskan kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada orang lemah dan wajib bagi orang yang diberi taufik dari kalangan hamba Allah -Ta'ālā- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam perkara-perkara kebaikan.