اللغات المتاحة للكتاب Indonesia English

83 ــ باب النهي عن تولية الإمارة والقضاء وغيرهما من الولايات لمن سألها أو حرص عليها فعرّض بها

id

83- BAB LARANGAN MENYERAHKAN KEPEMIMPINAN, JABATAN HAKIM, DAN BENTUK KEKUASAAN LAINNYA KEPADA ORANG YANG MEMINTANYA SECARA LANGSUNG ATAUPUN YANG MENGINGINKANNYA LALU MEMINTANYA SECARA TIDAK LANGSUNG

1/680 ــ عن أبي موسىٰ الأشعَرِيِّ رضي الله عنه قال: دَخَلتُ علىٰ النَّبِيِّ أَنا وَرَجُلانِ مِن بَني عَمِّي، فقالَ أَحَدُهُمَا: يا رسولَ الله، أَمِّرْنَا عَلىٰ بَعضِ مَا وَلَّاكَ الله _عز وجل_، وقال الآخَرُ مِثلَ ذلكَ، فقال: «إنَّا، وَالله، لا نُوَلِّي هَذَا العَمَلَ أَحَداً سَأَلَه، أَو أَحَداً حَرَصَ عليهِ». متفقٌ عليه.

id

1/680- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku masuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama dua orang sepupuku. Lantas salah satu mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah! Angkatlah kami untuk memimpin sebagian kekuasaan yang Allah -'Azza wa Jalla- berikan kepadamu." Yang lain juga mengatakan ucapan yang sama seperti itu. Maka beliau bersabda, "Demi Allah! Sungguh kami tidak akan menyerahkan pekerjaan (jabatan) ini kepada orang yang memintanya atau yang berambisi mengejarnya." (Muttafaq 'Alaih)

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) لا يجوز لولي الأمر أن يُؤمّر أحداً منصباً طلبه أو حرص عليه، لأنه دليل علىٰ طلب الولاية للنفع الخاص.

id

1) Pemimpin tidak boleh mengangkat seseorang pada sebuah jabatan yang dia minta atau dia inginkan, karena hal itu menunjukkan bahwa dia meminta kekuasaan untuk kepentingan pribadi.

2) بيان هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم لأمر السياسة الشرعية، فالخير للأمة في شأن الراعي والرعيَّة متوقف علىٰ الاقتباس من أنوار النبوّة، والغنية بها عما سواها.

id

2) Menjelaskan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam urusan kepemimpinan yang sesuai syariat, bahwa kebaikan bagi umat dalam urusan pemimpin dan rakyat harus diambil dari cahaya kenabian serta mencukupkan diri dengannya dari yang lain.

فائـدة:

id

Faedah Tambahan:

كيف نجيب عن قول يوسف عليه الصلاة والسلام للعزيز: {قَالَ ٱجعَلنِي عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلأَرضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيم} [يوسف: 55]؟ فهو قد سأل الإمارة؟

id

Apa alasan tepat yang mesti kita berikan tentang permintaan Yusuf -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- kepada sang raja; "Berkata Yusuf, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.'" (QS. Yūsuf: 55)? Bukankah Yusuf dalam ayat ini meminta jabatan?

أجاب العلماء بأوجه، أهمها:

id

Para ulama telah menjawabnya dengan beberapa jawaban, yang paling penting adalah:

الأول: إنَّ شرعَ مَنْ قبلنا إذا خالفه شرعُنا، فالعمدة علىٰ شرعنا، بناءً علىٰ القاعدة: (شرع مَن قبلنا ليس شرعاً لنا، إذا ورد شرعُنا بخلافه).

id

Pertama: jika syariat agama sebelum kita menyelisihi agama kita, maka yang menjadi pegangan adalah syariat agama kita, sesuai dengan kaidah: syariat nabi sebelum kita tidak menjadi syariat bagi kita jika syariat kita datang menyelisihinya.

الثاني: وهو الوجه الأحسن، أن يُقال: إن يوسف عليه الصلاة والسلام رأىٰ أن المال ضائع، وأنه يُفرَّط فيه، فأراد أن يُنقذ البلاد والعباد من سوء التدبير، فالغرض من الطلب إزالة سوء التدبير في السياسة، وهذا غرض عظيم ومقصد نبيل. ومن ذلك: حديث عثمان بن أبي العاص رضي الله عنه لما قال للنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: اجعلني إمام قومي، يعني في الصلاة، فقال صلى الله عليه وسلم: «أنت إمامهم»، فأجاب عليه الصَّلاة والسَّلام طِلبته لمّا علم أنه أهل للإمامة، فالواجب علىٰ ولي الأمر أن ينظر في سبب طلب الإمارة، ثمَّ يعمل بما يرىٰ فيه النفع العام، لأن (تصرف الحاكم بالرعية منوط بالمصلحة).

id

Kedua: jawaban ini yang lebih bagus, yaitu bahwa Yusuf -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- melihat harta kekayaan negara tidak terurus dan disia-siakan, maka dia ingin menyelamatkan negeri dan rakyat dari manajemen kekayaan yang buruk. Tujuannya meminta hal itu adalah untuk menghilangkan manajemen yang buruk dalam kepemimpinan. Ini adalah tujuan besar dan cita-cita mulia. Di antara dalil kebolehannya adalah hadis 'Uṡmān bin Abil-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- ketika dia berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Jadikanlah aku sebagai imam bagi kaumku." Maksudnya menjadi imam dalam salat. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Engkau menjadi imam mereka." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabulkan permintaannya karena beliau tahu dia pantas menjadi imam. Sehingga seorang pemimpin wajib melihat latar belakang seseorang ketika meminta jabatan, kemudian memberikan keputusan berdasarkan pandangan yang akan mendatangkan manfaat paling besar, karena "tindakan seorang pemimpin pada rakyatnya tergantung pada maslahat".