الأدب: هو مجموع الأخلاق التي يتحلىٰ بها الإنسان، فهو الحلية الباطنة للإنسان.
Good manners refer to the group of traits that a person possesses and by which he is inwardly adorned.
Adab adalah kumpulan akhlak yang digunakan oleh seseorang untuk menghias dirinya, sehingga adab adalah perhiasan batin bagi seseorang.
والحياء: صفةٌ في النفس تحمل الإنسان علىٰ فعل ما يجمِّل ويزيِّن، وترك ما يُدنّس ويشين، والحياء من الإيمان.
Modesty is a trait that prompts one to do what is good and pleasant and abandon what is bad and shameful. Modesty is a part of faith.
Sifat malu adalah sebuah sifat dalam jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan apa yang menjadikan dirinya indah dan bagus serta meninggalkan yang menjadikan dirinya kotor dan buruk. Sifat malu merupakan bagian dari iman.
1/681 ــ عنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رسولَ الله مَرَّ عَلىٰ رَجُلٍ مِنَ الأنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ في الحَيَاءِ، فَقَالَ رسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «دَعْهُ فَإنَّ الحَيَاءَ مِنَ الإيْمَانِ». متفق عليه.
681/1 - Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) passed by an Ansāri man who was chastising his brother for being too modest. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Leave him, for indeed modesty is a part of faith.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
1/681- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya supaya tidak malu, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Biarkan dia, karena sifat malu bagian dari iman." (Muttafaq 'Alaih)
يَعِظُ أخاه في الحياء: ينهاه ويزجره عن كثرة الحياء.
--
يَعِظُ أَخَاهُ في الحَيَاءِ: melarang saudaranya dan memarahinya karena suka malu.
1) الحياء يمنع صاحبه من ارتكاب المعاصي، فعلىٰ المسلم التخلّق بالحياء والأدب، مع الله تعالىٰ، ومع عباده.
1) Modesty prevents one from committing sins. A Muslim should be modest and polite towards Allah Almighty and towards people.
1) Sifat malu akan mencegah pemiliknya dari perbuatan maksiat. Sebab itu, seorang muslim harus menghias diri dengan akhlak malu dan beradab, baik terhadap Allah -Ta'ālā- ataupun terhadap sesama manusia.
2) وجوب الأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر، وعدم تأخير النصح عن وقته.
2) It is a duty to command what is right and forbid what is wrong and to render advice at the right time without delay.
2) Kewajiban mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar serta tidak menunda memberi nasihat dari waktunya.
2/682ــ وعن عِمْرَانَ بنِ حُصَيْنٍ رضي الله عنهما قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «الحَياءُ لا يَأْتِي إلَّا بخَيْرٍ». متفقٌ عليه.
682/2 - ‘Imrān ibn Husayn (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Modesty brings nothing but good.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
2/682- 'Imrān bin Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sifat malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan." (Muttafaq 'Alaih)
وفي روايةٍ لمسلم: «الحَياءُ خَيْرٌ كُلُّه» أوْ قَالَ: «الحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ».
In another version by Muslim: “All modesty is good,” or: “Modesty is nothing but good.”
Dalam riwayat Muslim yang lain: "Sifat malu itu adalah kebaikan seluruhnya." Atau beliau bersabda, "Sifat malu seluruhnya adalah kebaikan."
1) الحثّ علىٰ التخلُّق بخلق الحياء، فهو خير للفرد والمجتمع، لما يحمل عليه من فعل المليح، وترك القبيح.
1) People are urged to be modest, for it brings good for individuals and society, as it prompts one to do what is good and shun what is bad.
1) Anjuran supaya berakhlak dengan akhlak malu, karena sifat malu akan mendatangkan kebaikan bagi pribadi dan masyarakat lantaran ia menuntut untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2) إن الحياء الذي هو خير لا يمنع من قول الحقّ، والعمل به.
2) The modesty that is described as good does not prevent one from speaking the truth or acting according to it.
2) Sifat malu yang merupakan kebaikan tidak akan menghalangi dari menyampaikan kebenaran dan mengamalkannya.
3/683 ــ وعن أبي هُريرةَ رضي الله عنه أنَّ رسولَ الله قال: «الإيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لا إلهَ إلَّا الله، وَأَدْنَاهَا إمَاطَةُ الأَذَىٰ عَنِ الطّرِيقِ، وَالحَياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمَانِ». متفقٌ عليه.
683/3 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Faith has over seventy branches, or over sixty branches, the most excellent of which is the declaration that there is no god but Allah, and the lowest of which is the removal of what is harmful from the path; and modesty is a branch of faith.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
3/683- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Iman itu terdiri dari tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan 'Lā ilāha illallāh', dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sifat malu adalah salah satu cabang dari iman." (Muttafaq 'Alaih)
«الْبِضْعُ»: بكسرِ الباءِ، ويجوز فتحها، وَهُوَ مِنَ الثَّلاثَةِ إلىٰ العَشَرَةِ. «وَالشُّعْبَةُ»: الْقِطْعَةُ وَالخَصلَةُ.
--
الْبِضْعُ (al-biḍ'u), dengan mengkasrahkan "bā`", dan boleh juga difatahkan, yaitu: bilangan dari tiga hingga sepuluh. الشُّعْبَةُ (asy-syu'bah) artinya: bagian dan cabang.
«وَالإماطَةُ»: الإزَالَةُ. «وَالأذَىٰ»: مَا يُؤْذِي كَحَجَرٍ وَشَوْكٍ وَطِينٍ وَرَمَادٍ وَقَذَرٍ وَنحْوِ ذلكَ.
-- “What is harmful” may be a stone, thorns, mud, ash, filth, or the like.
الإماطَةُ (al-imāṭah): menghilangkan, menyingkirkan. الأذَىٰ (al-ażā): semua yang mengganggu, seperti batu, duri, lumpur, abu, kotoran, dan yang semisalnya.
1) الإيمان شُعَبٌ كثيرة، بيَّنها الرسول صلى الله عليه وسلم علىٰ وجه التفصيل؛ ليجتهد العبد في معرفتها، والعمل بها، وبقدر التحقق بهذه الشعب علماً وعملاً، يزداد إيمان العبد.
1) Faith comprises many branches, which the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) pointed out in detail, so that people can diligently learn them and apply them. The more a person fulfills these branches in terms of both knowledge and action, the greater his faith becomes.
1) Iman terdiri dari banyak cabang dan telah dijelaskan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- secara rinci supaya manusia berjuang untuk mengetahui dan mengamalkannya, dan iman seseorang akan bertambah sesuai dengan tingkat perealisasian cabang-cabang iman ini secara pengetahuan dan pengamalan.
2) فضل كلمة التوحيد، فهي أعظم شُعَبِ الإيمان.
2) The merit of the word of Tawhīd (there is no god but Allah); it is the greatest branch of faith.
2) Keutamaan kalimat tauhid karena merupakan cabang iman yang paling agung.
3) الحياء من شُعَبِ الإيمان، وهو مندرج في جملة الآداب، وهذا يدل علىٰ أن التحقق بالآداب من خصال الإيمان.
3) Modesty is a branch of faith and it falls under good manners, which indicates that assuming good manners is part of faith.
3) Sifat malu bagian dari cabang iman dan masuk dalam kumpulan adab, sehingga hal ini menunjukkan bahwa merealisasikan adab merupakan bagian dari cabang iman.
الحياء الذي هو شعبة من شعب الإيمان:
The type of modesty regarded as a branch of faith is:
Sifat malu yang merupakan cabang iman terdiri dari:
ــ حياءٌ من الله، يوجب للعبد أن يقوم بطاعة الله، وأن ينتهي عمّا نهىٰ الله عنه.
- Modesty towards Allah Almighty, which requires a servant to obey Him and shun whatever He prohibited.
- Malu kepada Allah; yang akan mendorong hamba untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.
ــ وحياءٌ من الناس، يوجب للعبد أن يستعمل المروءة، وأَنْ يفعلَ ما يُجمّلُه ويزيّنُه، ويتجنبَ ما يدنّسُه ويشينهُ.
- Modesty towards people, which requires a person to act magnanimously, doing what is good and pleasant and keeping away from what is bad and shameful.
- Malu kepada manusia; yang akan mendorong hamba untuk menjaga sifat muruah, mengerjakan semua yang akan menjadikan dirinya indah dan bagus, dan menjauhi semua yang akan menjadikan dirinya buruk dan kotor.
4/684 ــ وعن أَبي سعيدٍ الخُدْرِيّ رضي الله عنه قال: كان رسولُ الله أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ في خِدْرِهَا، فإذا رَأىٰ شَيْئاً يكرهُهُ عَرَفْنَاهُ في وَجْهِهِ. متفقٌ عليه.
684/4 - Abu Sa‘īd Al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) was more modest than a virgin in her boudoir. Whenever he saw anything he disliked, we could perceive it on his face.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]
4/684- Abu Sa'īd al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih pemalu dari seorang gadis di kamar pingitannya. Jika beliau melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, kami dapat mengetahuinya di wajah beliau." (Muttafaq 'Alaih)
قال العلماءُ: حَقِيقَةُ الحَيَاءِ خُلُقٌ يَبْعَثُ عَلىٰ تَرْكِ الْقَبِيحِ، ويَمْنَعُ مِنَ التَّقْصِيرِ فىٰ حَقِّ ذِي الحَقِّ.وَرَوَيْنَا عن أَبِي الْقَاسِمِ الجُنَيْدِ ــ رَحِمَهُ الله ــ قال: الحَيَاءُ رُؤيَةُ الآلاءِ ــ أَيْ: النِّعَمِ ــ وَرُؤْيَةُ التَّقْصِيرِ، فَيَتَوَلَّدُ بَيْنَهُمَا حَالَةٌ تُسَمَّىٰ حَيَاءً.
The scholars said: Modesty, in its true sense, is a trait that prompts one to avoid what is reprehensible and prevents one from falling short in one’s duties. Abu al-Qāsim al-Junayd (may Allah have mercy upon him) is reported to have said: Modesty is to recognize ones’ blessings and one’s shortcoming, and thus a state called Hayā’ (modesty) emerges between the two.
Para ulama mengatakan bahwa hakikat sifat malu adalah sebuah akhlak yang mendorong seseorang untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan mencegah dari kelalaian dalam menunaikan hak orang yang memiliki hak. Kami meriwayatkan dari Abul-Qāsim Al-Junaid -raḥimahullāh- bahwa dia berkata, "Sifat malu adalah melihat nikmat dan melihat kelalaian, sehingga akan lahir di antara keduanya sebuah kondisi yang disebut malu."
العذراء: هي البكر التي لم تتزوج.
--
الْعَذْرَاءِ (al-'ażrā`): gadis yang belum menikah.
خِدْرِها: ناحية في البيت يُترك عليها ستر، ويُضرب به المثل في السِّتر.
--
خِدْرِها (khidrihā): sebuah tempat di dalam rumah yang diberikan tirai. Ia biasa dijadikan sebagai perumpamaan dalam hal menutup diri.
1) علىٰ العبد أن يتأسّىٰ برسول الله في الحياء، لأن الحياء خلقٌ كريم.
1) Every Muslim should follow the Prophet’s example in modesty, for it is a noble manner.
1) Seorang hamba hendaknya meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sifat malu karena malu adalah akhlak mulia.
2) الحياء الذي يمنع من السؤال عمّا يجب السؤال عنه حياءٌ مذموم، ولا ينبغي أن نسمّيه حياء، بل هو جبن وضعف وتخذيل من الشيطان.
2) Modesty that prevents a person from asking questions he needs to ask is dispraised modesty, and we should not call it modesty; rather, it is cowardice, weakness, and demoralization by Satan.
2) Malu yang menghalangi seseorang dari bertanya tentang hal yang wajib ditanyakan adalah malu yang tercela dan tidak pantas kita sebut sebagai malu, tetapi itu adalah sifat penakut, lemah, dan tipu daya setan.