Terjemahan yang Berlaku English عربي

11- BAB MUJĀHADAH

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-'Ankabūt: 69) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sembahlah Rabb-mu sampai ajal datang kepadamu." (QS. Al-Ḥijr: 99) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati." (QS. Al-Muzzammil: 8) Maksudnya, beribadahlah kepada-Nya secara total. Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah: 7) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (QS. Al-Muzzammil: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 273) Ayat-ayat dalam bab ini banyak dan masyhur.

Faedah:

Mujāhadah adalah mengerahkan usaha untuk memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.

- Memperbaiki diri, yaitu dengan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Jalan untuk itu adalah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.

- Adapun memperbaiki orang lain adalah dengan berdakwah dan menjelaskan agama serta bersabar terhadap berbagai rintangan di dalamnya.

Adapun orang-orang yang ingkar dan melenceng dari agama, maka mujāhadah untuk melawan mereka ialah dengan pedang dan senjata untuk meredam keburukan mereka dan mengingatkan orang-orang yang semisal mereka.

Pelajaran dari Ayat:

1) Anjuran meniti jalan jihad (perjuangan) karena hidayah bersama orang-orang yang berjuang (ber-mujāhadah): "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-'Ankabūt: 69)

2) Siapa yang berbuat kebaikan akan menemukan balasannya, walaupun sedikit. Maka tidak boleh seseorang menganggap kecil kebaikan sekecil apa pun juga.

Adapun hadis-hadis tentang hal ini, yaitu:

1/95- Pertama: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Siapa yang memusuhi wali-Ku, Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku akan terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat, sebagai tangannya yang ia pergunakan berbuat, dan sebagai kakinya yang ia pergunakan berjalan. Jika dia meminta pada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (HR. Bukhari)

آذَنْتُهُ (āżantuhu): aku mengumumkan perang kepadanya. اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), diriwayatkan dengan "nūn" (ista'āżanī), dan juga dengan "bā`" (ista'āża bī)

Kosa Kata Asing:

وليّاً: wali, yaitu semua orang beriman dan bertakwa. "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa." (QS. Yūnus: 62-63)

اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), berasal dari kata الاِسْتِعَاذَة (al-isti'āżah); meminta perlindungan kepada Allah -Ta'ālā-.

Pelajaran dari Hadis:

1) Wali adalah yang mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- dengan ibadah-ibadah yang wajib -terutama merealisasikan tauhid kepada Allah- kemudian memperbanyak ibadah sunah.

2) Menetapkan kewalian orang-orang beriman; yaitu Allah menjaga mereka, membimbing ucapan dan perbuatan mereka, dan membela mereka: "Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ḥajj: 38)

3) Ibadah yang wajib paling dicintai oleh Allah -Ta'ālā- untuk digunakan hamba mendekatkan diri kepada-Nya.

4) Mengerjakan ibadah sunah bersama melaksanakan yang wajib akan mendatangkan cinta Allah -Ta'ālā- kepada hamba.

Faedah Tambahan:

Firman Allah -Ta'ālā- dalam hadis qudsi di atas, "Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat ..." dan seterusnya, telah ditafsirkan dalam riwayat lain, "... maka dengan-Ku dia mendengar dan dengan-Ku dia melihat."

Maksudnya: hamba tersebut di semua keadaannya selalu dalam ucapan dan perbuatan yang mendatangkan rida Allah -Ta'ālā-; dia tidak mendengar kecuali yang dicintai Allah, tidak melihat kecuali yang Allah izinkan untuk dilihat, dan tidak mengerjakan dengan tangan dan kakinya kecuali yang diperbolehkan dan sesuai syariat. Ketika itu, hamba ini termasuk di antara wali Allah.

2/96- Kedua: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, bahwa Allah berfirman, "Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil." (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

فيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ: dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya; lafal ini berlaku dalam hadis qudsi (ilahi).

باعاً: sedepa; yaitu seukuran bentangan dua tangan ditambah badan antara keduanya.

هَرْوَلَة (harwalah): salah satu jenis lari yaitu mengandung percepatan langkah.

Pelajaran dari Hadis:

1) Allah -Ta'ālā- memuliakan hamba yang taat kepada-Nya, yaitu dengan memberikan pahala amal mereka serta melipatgandakannya.

2) Siapa yang tulus kepada Allah -Ta'ālā- di dalam ketaatan, akan dimudahkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- untuk menambah berbagai ibadah.

3/97- Ketiga: Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada dua nikmat yang banyak manusia terlena di dalamnya, yakni kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

مَغْبُونٌ فِيهِمَا: terkalahkan di dalamnya, diambil dari kata (الغُبن), yaitu dijual dengan sekian kali lipat dari harganya atau dijual di bawah harga.

Pelajaran dari Hadis:

1) Seorang hamba wajib memanfaatkan nikmat sehat dan waktu luang dengan ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla- sesuai kemampuannya.

2) Nikmat-nikmat Allah bertingkat-tingkat. Di antara nikmat Allah yang paling besar kepada seorang hamba -setelah keimanan- adalah nikmat sehat dan luangnya waktu dari berbagai kesibukan.

3) Membalas nikmat Allah -'Azza wa Jalla- dengan ketaatan dan syukur merupakan sebab terjaganya dan langgengnya nikmat tersebut; yaitu nikmat akan bertambah dengan disyukuri.

4/98- Keempat: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan salat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?" Beliau menjawab, "Tidak bolehkah aku senang bila menjadi hamba yang bersyukur?" (Muttafaq ‘Alaih) Ini adalah redaksi riwayat Bukhari. Ada riwayat yang semisal dalam Aṣ-Ṣāḥīḥain dari Al-Mugīrah bin Syu'bah.

Kosa Kata Asing:

تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ: kedua kakinya bengkak.

Pelajaran dari Hadis:

1) Bersyukur ialah melakukan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, di antaranya syukur dalam bentuk perbuatan dengan beribadah kepada Allah -Ta'ālā-.

2) Di antara keistimewaan Rasul -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- adalah bahwa Allah telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang.

3) Keutamaan salat malam disertai dengan berdiri lama, keduanya termasuk ibadah yang paling dicintai Allah.

5/99- Kelima: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dahulu, apabila masuk sepuluh malam terakhir (bulan Ramadan) beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, serta bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikatan sarung." (Muttafaq 'Alaih)

Maksudnya: sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. (الْمِئْزَرُ) artinya sarung; yaitu kiasan untuk menjauhi istri. Konon, maksudnya menyingsingkan sarung untuk beribadah. Dikatakan: شَدَدْتُ لِهذَا الأَمْرِ مِئْزَرِي, maksudnya aku menyingsingkan sarung untuk perkara ini serta konsentrasi kepadanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadan, yaitu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikannya dan menghidupkan malamnya karena di dalamnya terdapat lailatulkadar.

2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah beliau tidak beribadah dalam satu malam penuh kecuali di sepuluh malam terakhir Ramadan.

3) Orang yang beriktikaf tidak boleh menggauli istrinya ketika iktikaf.

4) Seorang hamba wajib melakukan mujāhadah melawan kelalaian dirinya pada waktu-waktu yang utama supaya ia bisa mengisi seluruhnya dengan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, karena waktu-waktu itu adalah kesempatan untuk "bisnis yang menguntungkan" serta meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

6/100- Keenam: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, meskipun masing-masing memiliki sisi kebaikan. Maka fokuslah kepada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah! Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan katakan, 'Andai aku melakukan ini itu, tentu hasilnya seperti ini.' Tetapi ucapkanlah, 'Telah ditetapkan oleh Allah. Apa yang Allah kehendaki, maka Dia melakukannya.' Karena kata-kata 'andai' bisa membuka peluang untuk setan." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

Orang mukmin yang kuat, maksudnya kuat dalam iman dan banyak ketaatan.

Orang mukmin yang lemah, maksudnya lemah dalam iman dan sedikit ketaatan.

Jangan lemah; lemah maksudnya tidak mampu melakukan kebaikan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Upaya kuat orang beriman untuk meningkatkan iman dan melakukan ketaatan serta meninggalkan yang haram.

2) Orang yang berakal (yaitu yang menerima wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) akan bersemangat pada sesuatu yang bermanfaat baginya di dalam agama dan dunianya serta meninggalkan semua yang tidak bermanfaat.

3) Anjuran untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam semua urusan, sekalipun pada sesuatu yang kecil. Dengan meminta pertolongan akan hilang sifat ketidakmampuan.

4) Di antara petunjuk Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah agar seseorang menyelesaikan amalannya dan tidak malas serta harus memulai dari yang paling penting kemudian yang lain.

5) Beriman kepada takdir disertai kewajiban rida, karena segala sesuatu terjadi dengan ketetapan dan takdir.

Faedah Tambahan:

Sabda Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Fokuslah pada apa yang bermanfaat bagimu" adalah dalil kaidah mengedepankan manfaat yang paling besar atas manfaat yang kurang besar. Di antaranya, bila terjadi kontradiksi antara manfaat agama dan manfaat dunia, maka manfaat agama didahulukan. Karena ketika agama baik, maka dunia akan ikut baik bersamanya, sedangkan dunia tidak akan bagus bila disertai kerusakan agama.

7/101- Ketujuh: Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Neraka itu dikelilingi dengan syahwat (sesuatu yang disukai) dan surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai." (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam riwayat Muslim, dengan menggunakan lafal "حُفَّتْ" (ḥuffat) sebagai ganti lafal "حُجِبَتْ" (ḥujibat). Lafal ini semakna dengannya. Yaitu antara dia dengan neraka dan surga dihalangi dengan penghalang ini, bila dia melakukannya maka dia akan memasukinya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Syahwat yang diharamkan adalah salah satu pintu masuk neraka, yaitu memperturutkan hawa nafsu pada sesuatu yang menyelisihi agama.

2) Perkara-perkara yang tidak disukai adalah sebab meraih kemuliaan dan masuk surga.

3) Apabila seorang hamba melakukan mujāhadah melawan diri di dalam ketaatan kepada Allah maka dia akan mencintai ketaatan tersebut dan akan terbiasa dengannya.

8/102- Kedelapan: Abu Abdirrahman Hużaifah bin Al-Yamān -raḍiyallāhu 'anhumā- bercerita, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau memulai dengan bacaan Al-Baqarah. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan rukuk kalau sudah seratus ayat.' Ternyata beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan membaca Surah Al-Baqarah dalam satu rakaat.' Beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku berkata, 'Beliau akan rukuk setelahnya.' Selanjutnya beliau membaca Surah An-Nisā` dan beliau membacanya sampai selesai. Setelah itu beliau membaca Surah Āli 'Imrān dan beliau membacanya sampai selesai. Beliau membaca dengan bacaan perlahan (tartil). Jika melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pun bertasbih. Jika melewati ayat yang menyuruh memohon, beliau pun memohon. Jika melewati ayat yang menyuruh untuk memohon perlindungan, beliau pun memohon perlindungan. Setelah itu beliau rukuk dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-'Aẓīm' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung) Lama rukuk beliau hampir sama dengan lama berdirinya. Lantas beliau mengucapkan, 'Sami'allāhu liman Ḥamidah. Rabbanā Lakal-Ḥamdu' (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mulah segala pujian) Selanjutnya beliau berdiri lama hampir sama lamanya dengan rukuk. Lalu beliau bersujud dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-A'lā' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama berdirinya." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

مُتَرَسِّلًا (mutarassilan): tidak terburu-buru, yaitu perlahan secara tartil hingga setiap huruf jelas dan diberikan haknya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beramal layaknya amalan orang yang berjuang, yaitu yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan.

2) Diperbolehkan kadang-kadang melakukan salat malam secara berjemaah, tanpa direncanakan dan tanpa terus-menerus. Adapun di bulan Ramadan, maka disunahkan agar orang-orang salat secara berjemaah.

3) Orang yang salat seharusnya menggabungkan antara zikir, doa, dan tadabur; ia hendaknya memohon rahmat ketika membaca ayat yang mengandung rahmat, memohon perlindungan ketika membaca ayat yang mengandung ancaman dan azab, dan bertasbih ketika membaca ayat yang mengandung tasbih.

4) Keutamaan lamanya berdiri dalam salat malam, dan ini bagian dari mujāhadah (kesungguhan) melawan diri di jalan Allah -Ta'ālā-.

9/103- Kesembilan: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau." (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

(هَمَمْت) berasal dari kata (الهَمّ بالشيء), yaitu berkeinginan kuat melakukan sesuatu.

Pelajaran dari Hadis:

1) Termasuk sunah bila seseorang melakukan salat malam dan memanjangkan durasi berdirinya.

2) Berdiri lama untuk beribadah di malam hari termasuk petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; maka siapa yang berniat untuk mujāhadah melawan kemalasan diri untuk salat malam, hendaklah dia mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

10/104- Kesepuluh: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Orang yang wafat akan diikuti oleh tiga hal; keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq ‘Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Seharusnya seorang hamba bersemangat melakukan amal saleh, karena amal salehlah yang merupakan harta tabungan yang kekal.

2) Anjuran agar orang beriman bersungguh-sungguh dalam ketaatan, agar dia memiliki amal saleh yang akan menemaninya di dalam kuburnya.

Faedah Tambahan:

Korelasi antara hadis ini dengan Bab Mujāhadah, bahwa banyaknya amal saleh menuntut jihad melawan diri. Seorang hamba akan senantiasa merutinkan ketaatan hingga ketaatan itu menjadi kebiasaannya dan mengangkatnya ke derajat yang mulia.

11/105- Kesebelas: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kalian daripada tali sendalnya. Neraka juga seperti itu." (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

شِرَاكِ نعله (syirāk na'lihi): tali sendal yang terletak di atas telapak kaki; dijadikan sebagai perumpamaan dari sisi kedekatan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Seorang hamba kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang diridai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek positifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada surga An-Na'īm.

Sebaliknya, dia kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang dimurkai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek negatifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada neraka Jahīm.

2) Memberi contoh ketika mengajar lebih meresap dalam diri dan lebih mudah dipahami.

12/106- Kedua belas: Abu Firās Rabī'ah bin Ka'ab Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- (pembantu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan termasuk Ahli Sufah) berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian aku membawakan air wudu dan kebutuhan beliau. Lantas beliau berkata, "Mintalah sesuatu kepadaku!" Aku Menjawab, "Aku minta kepadamu agar menemanimu di dalam surga." Beliau berkata, "Adakah yang lainnya?" Aku menjawab, "Permintaanku hanya itu." Beliau berkata, "Bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu itu dengan banyak sujud." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

Ahli Sufah ialah para tamu Islam, yaitu orang-orang yang berhijrah ke Madinah dan tidak memiliki tempat tinggal. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan mereka tempat tinggal di bagian belakang Masjid Nabawi. Jumlah mereka mencapai 80 orang. Kadang kurang dari itu. Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- membawakan untuk mereka makanan, susu, dan lainnya untuk bersedekah kepada mereka.

- الوَضُوْء (al-waḍū`), bermakna air yang digunakan berwudu. Sedangkan الوُضوء (al-wuḍū`), bermakna perbuatan berwudu.

- حَاجَتُه (ḥājatuhu): kebutuhan beliau seperti pakaian dan lainnya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sahabat mulia ini serta ketinggian cita-citanya, yaitu dia meminta sesuatu yang merupakan perkara akhirat.

2) Keutamaan sujud dibandingkan gerakan-gerakan salat lainnya. Sebagaimana juga dalam hadis: "Posisi paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya adalah saat ia sujud."

3) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak kuasa memasukkan seseorang ke dalam surga, karena itu beliau tidak bisa memberi jaminan surga kepada laki-laki ini padahal dia pembantu beliau dan orang yang sangat dekat dengan beliau. Hendaklah orang beriman waspada agar tidak bertumpu hanya kepada nasab, jabatan, dan kedudukan. Semua itu tidak bermanfaat jika tidak disertai dengan iman yang benar dan amal saleh.

13/107- Ketiga belas: Abu Abdillah, juga dikatakan Abu Abdirrahman, Ṡaubān Maulā Rasulillāh -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaknya engkau memperbanyak sujud. Sungguh, tidaklah engkau melakukan sujud satu kali melainkan dengannya Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menggugurkan satu kesalahan darimu." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

عَلَيْكَ ('alaika): engkau hendaknya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Sujud dalam salat dan memperbanyaknya adalah wasiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan merupakan bagian dari mujāhadah.

2) Dengan sujud akan terwujud bagi hamba dua faedah besar, yaitu; Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapuskan darinya satu dosa.

14/108- Keempat belas: Abu Ṣafwān Abdullah bin Busr Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang berusia panjang dan amalnya baik." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnys hasan") بُسْر (busr), dengan mendamahkan "bā`".

Pelajaran dari Hadis:

1) Seharusnya seseorang berdoa kepada Allah agar menjadikannya orang yang panjang usia dan bagus perbuatannya.

2) Sebatas panjang usia bukanlah kebaikan bagi seseorang, kecuali jika amalnya bagus.

Faedah Tambahan:

Sebagian ulama menilai makruh hukumnya mendoakan panjang umur kepada seseorang jika tidak disertai doa kebaikan. Tetapi, harusnya dikatakan, "Semoga Allah memanjangkan umurmu di atas ketaatan kepada-Nya." Ummu Ḥabībah, istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-pernah berdoa, "Ya Allah! Berilah aku kebahagiaan dengan memanjangkan umur suamiku Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, umur ayahku Abu Sufyān, dan umur saudaraku Mu'āwiyah." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Engkau telah meminta kepada Allah terkait ajal yang sudah ditentukan dan hari yang sudah dihitung serta rezeki yang telah dibagi; doamu tidak akan menyegerakan sesuatu sebelum waktunya maupun mengakhirkan sesuatu dari waktunya. Sekiranya engkau meminta kepada Allah agar dilindungi dari azab di neraka atau azab di kubur, tentu itu lebih baik dan lebih utama." (HR. Muslim)

15/109- Kelima belas: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, Pamanku, Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- absen dari perang Badar. Lantas dia berkata, "Ya Rasulullah! Aku telah absen dari peperangan pertamamu melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah menakdirkanku mengikuti perang melawan kaum musyrikin, niscaya Allah akan memperlihatkan apa yang aku perbuat." Anas melanjutkan, ketika perang Uhud terjadi, sebagian orang-orang Islam lari meninggalkan tempat mereka. Maka Anas bin An-Naḍr berkata, "Ya Allah, aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni rekan-rekannya), dan aku berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni orang-orang musyrik)." Kemudian dia maju dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'āż. Dia berkata, "Wahai Sa'ad bin Mu'āż! Demi Rabb-nya An-Naḍr! Di sanalah surga. Sungguh, aku mencium aroma surga di dekat Uhud." Sa'ad berkata, "Ya Rasulullah! Aku tidak mampu seperti yang dia lakukan!" Anas berkata, "Kami menemukan padanya ada delapan puluh sekian luka antara tebasan pedang, tusukan tombak, ataupun lemparan panah. Kami menemukannya telah terbunuh dan dicincang oleh orang-orang musyrik. Tidak ada yang dapat mengenalnya kecuali saudarinya melalui jari jemarinya." Anas berkata, "Kami meyakini atau menduga bahwa ayat ini turun menjelaskan keadaannya dan orang-orang yang semisalnya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (QS. Al-Aḥzāb: 23) (Muttafaq ‘Alaih)

Perkataannya: (لَيُرِيَنَّ الله), diriwayatkan dengan mendamahkan "yā`" dan mengkasrahkan "rā`". Maksudnya: Allah benar-benar akan memperlihatkannya kepada manusia. Juga diriwayatkan dengan memfatahkan keduanya. Wallāhu a'lam.

Kosa Kata Asing:

بِبَنَانِه (bi banānihi): dengan ujung jari jemarinya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Tekad seseorang untuk melakukan ketaatan dan kebaikan serta melakukan sebab-sebab yang membantu mewujudkannya.

2) Berlepas diri dari perbuatan orang-orang kafir dan pelaku maksiat adalah bukti benarnya iman seorang hamba.

3) Keutamaan sahabat Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- karena kepahlawanannya di medan perang dan keberaniannya melawan orang-orang kafir.

4) Anjuran agar teguh bertahan di medan jihad sekalipun rekan-rekan mundur.

6/110- Keenam belas: Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amr Al-Anṣāriy Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ketika turun ayat perintah bersedekah, kami mengambil upah panggul. Datanglah seseorang lalu menyedekahkan sesuatu dalam jumlah banyak, mereka (orang-orang munafik) berkata, 'Ini orang yang ria (pamer).' Seorang yang lain datang lalu bersedekah satu ṣā', mereka berkata, 'Allah tidak membutuhkan satu ṣā' orang ini.' Maka turunlan ayat, "(Orang-orang munafik) yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh sekadar kesanggupannya (untuk disedekahkan), maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih." (QS. At-Taubah: 79) (Muttafaq ‘Alaih)

نُحَامِلُ (nuḥāmil) dengan mendamahkan "nūn", yaitu sebagian kami mengambil upah panggul dan bersedekah dengannya.

Kosa Kata Asing:

- مُراءٍ (murā`), berasal dari kata المُرَاءاة (al-murā`āt), yaitu berbuat agar dilihat orang, sehingga dia mendapatkan manfaat duniawi dari mereka.

- صاع (ṣā'): satu ṣā', yaitu takaran empat mud. Sedangkan satu mud seukuran dua telapak tangan penuh, tidak dihamparkan ataupun digenggam.

- يَلۡمِزُونَ (yalmizūn): mencela.

- المُطّوعين (al-muṭṭawwi'īn): orang-orang yang beramal sukarela.

- جُهْدَهُم (juhdahum): kemampuan mereka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban orang beriman bila datang sesuatu dari Allah -'Azza wa Jalla- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, agar dia bersegera melakukan apa yang diwajibkan kepadanya berupa melaksanakan perintah ataupun menjauhi larangan. Sebagaimana sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melaksanakan perintah bersedekah sesuai kemampuan mereka.

2) Semangat para sahabat untuk berlomba kepada kebaikan serta berjihad melawan diri untuk itu. Ini bagian dari keutamaan mereka -raḍiyallāhu 'anhum-.

3) Allah -'Azza wa Jalla- akan membela orang-orang beriman, dan ini termasuk buah dari iman.

17/111- Ketujuh belas: Sa'īd bin 'Abdul-'Azīz meriwayatkan dari Rabī'ah bin Yazīd, dari Abu Idrīs Al-Khaulāniy, dari Abu Żarr Jundub bin Junādah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Allah -Tabāraka wa-Ta'ālā-, bahwa Allah berfirman, "Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling berbuat zalim! Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk. Wahai hamba-hambaKu! Kamu sekalian lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak berpakaian kecuali yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku mengampuni dosa semuanya. Maka mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Kamu sekalian juga tidak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya bertakwa dengan tingkat ketakwaan orang yang paling bertakwa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berdosa dengan tingkat dosa orang yang paling berdosa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta semua jin dan manusia berkumpul di atas tanah lapang lalu semuanya memohon kepada-Ku dan masing-masing Aku penuhi permohonannya, hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan hanya seperti air yang berkurang oleh jarum ketika dimasukkan ke dalam lautan. Wahai hamba-hamba-Ku! Itu semua tidak lain adalah amal perbuatan kalian, Aku akan menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku akan berikan balasannya secara sempurna kepada kalian. Siapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dan siapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri." Sa'īd berkata, "Dahulu, bila Abu Idrīs meriwayatkan hadis ini, dia duduk berlutut." (HR. Muslim)

Juga telah diriwayatkan kepada kami dari Imam Ahmad bin Hanbal -raḥimahullāh-, bahwa dia berkata, "Tidak ada hadis yang lebih mulia yang dimiliki penduduk Syam daripada hadis ini."

Kosa Kata Asing:

صَعِيْد (ṣa'īd): satu tanah dan satu tempat.

المِخْيَط (al-mikhyaṭ): jarum.

Pelajaran dari Hadis:

1) Ketergantungan hamba kepada Rabb mereka di semua kebutuhan agama dan dunia. Hidayah pada hati dan berbagai nikmat dunia seperti makanan, minuman, dan keperluan seluruhnya adalah karunia yang berasal dari Allah -Ta'ālā-.

2) Perbendaharaan Allah -Ta'ālā- melimpah, tidak akan berkurang oleh satu nafkah; maka hendaklah hamba bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan penuh yakin terhadap kebaikan dari sisi Allah -Ta'ālā-. Sesungguhnya husnuzan kepada Allah -Ta'ālā- lebih baik bagi hamba.

3) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengharamkan diri-Nya dari sesuatu dan mewajibkan diri-Nya pada sesuatu; berdasarkan hikmah dan kesempurnaan ilmu-Nya.

4) Ilmu yang manfaat dan amal saleh adalah asupan bagi hati, sebagaimana makanan dan minuman asupan bagi badan.

5) Manusia akan diberi balasan sesuai amalnya; jika amalnya baik maka baiklah balasannya, dan jika buruk maka buruk pula balasannya.

6) Kewajiban seorang hamba agar berjihad melawan dirinya untuk mengerjakan kebaikan supaya mendapat pahalanya di dunia dan akhirat.