Terjemahan yang Berlaku English عربي

182- BAB ANJURAN MEMBAGUSKAN SUARA BACAAN AL-QUR`ĀN SERTA MEMINTA ORANG YANG BAGUS SUARANYA UNTUK MEMBACA AL-QUR`ĀN DAN MENDENGARKAN BACAANNYA

1/1004- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu sebagaimana Dia mendengarkan seorang nabi yang bersuara indah yang melagukan bacaan Al-Qur`an dengan suara jelas." (Muttafaq 'Alaih)

Makna "أَذِنَ الله": Allah mendengarkan, dan itu menunjukkan Dia rida dan menerimanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan membaguskan suara bacaan Al-Qur`ān karena Allah senang mendengarnya dari hamba.

2) Membaguskan suara mencakup:

- Membaguskan cara bacanya, yaitu memperjelas bacaan huruf, sifat dan makhrajnya.

- Memperindah suara bacaan Al-Qur`ān. Kedua hal ini adalah perkara yang diperintahkan dengan tanpa memaksakan diri dan melampaui batas.

3) Meneladani para nabi dalam hal memperbagus tajwid, memperindah suara, dan mengeraskan suara tatkala membaca Al-Qur`'ān.

2/1005- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Sungguh engkau telah diberi satu seruling (suara indah) dari seruling-seruling (suara indah) keluarga Daud." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam salah satu riwayat Muslim disebutkan: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda padanya, "Sekiranya engkau melihatku saat aku mendengarkan bacaanmu tadi malam."

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sahabat yang mulia, Abu Musā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berdasarkan pujian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepadanya bahwa Allah telah menganugerahinya suara yang bagus seperti suara Nabi Daud -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām-.

2) Anjuran untuk membaguskan suara bacaan Al-Qur`ān supaya orang yang mendengar kalam Allah menikmatinya dan merasa bahagia dengannya, karena hal ini akan lebih memikat hati untuk menyambut Al-Qur`ān dan menghayatinya, lagi pula suara yang bagus akan menambah keindahan Al-Qur`ān.

3) Boleh mengatakan "keluarga polan" dengan memaksudkan dia sendiri, karena sabda beliau: "Keluarga Daud" maksudnya adalah Nabi Daud sendiri.

3/1006- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Aku pernah mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca Surah 'Wat-tīni Waz-zaitūn' dalam salat isya; aku belum pernah mendengar seorang pun yang lebih bagus suaranya dari beliau." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling bagus suara bacaan Al-Qur`ānnya serta yang paling bagus cara bacanya.

2) Disyariatkan sesekali untuk membaca surah-surah pendek ketika salat Isya, sekalipun Sunnah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling sering beliau lakukan adalah membaca semisal Surah 'Sabbiḥisma rabbikal-a'lā' dan 'Hal atāka ḥadīṡul-gāsyiyah'.

4/1007- Abu Lubābah Basyīr bin 'Abdil-Munżir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang tidak memperindah bacaan Al-Qur`ān, dia bukan termasuk golongan kami." (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid). Makna "يَتَغَنَّ" (yataganna), yaitu ia membaguskan suara bacaan Al-Qur`ān.

Pelajaran dari Hadis:

1) Memperindah bacaan Al-Qur`ān termasuk tuntunan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan orang yang mendapat taufik adalah yang berusaha terus-menerus mengikuti petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Siapa yang mencari petunjuk pada selain Al-Qur`ān, maka Allah -Ta'ālā- akan menyesatkannya. Ini termasuk di antara makna "man lam yataganna", yaitu siapa yang tidak mencukupkan diri dengan Al-Qur`ān dari yang lain.

Faedah Tambahan:

Imam Bukhari -raḥimahullāh- telah membuat bab di dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya, "Bāb Man lam Yataganna bil-Qur`ān wa Qaulihi Ta'ālā, Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`ān) yang dibacakan kepada mereka?'" (QS. Al-'Ankabūt: 51) Kemudian beliau menyebutkan hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu sebagaimana Dia mendengarkan nabi yang melagukan bacaan Al-Qur`an." Sufyān berkata, "Maksudnya ialah mencukupkan diri dengannya."

Penjelasan Sufyān ini merupakan bagian dari fikih para salaf yang sangat indah dalam memahami nas, karena hati mereka telah dipenuhi rasa senang dengan wahyu yang diturunkan untuk kehidupan umat; "Dan orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka, bergembira dengan apa (kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad)." (QS. Ar-Ra'd: 36) Mereka yakin bahwa wahyu -yaitu Al-Qur`ān dan Sunnah- telah mencukupi dan mencakupi seluruh maslahat. Lalu untuk apa kita menukar atau mencampur syariat yang diturunkan Allah dengan syariat pengganti berupa bidah, hawa nafsu, dan perkara-perkara yang diada-adakan?! Sungguh bagus apa yang disebutkan oleh Al-'Allāmah Ibnul-Qayyim dalam Kitab Nūniyyah beliau (Al-Kāfiyah Asy-Syāfiyah fil-Intiṣār lil-Firqah An-Nājiyah),

mereka menguras pikiran pada logika sepanjang waktu.

Tajamkan perhatianmu pada nas, sebagaimana

hindari hiasan mereka, orang-orang yang sangat buta.

Hiasilah pelupuk mata dengan dua wahyu,

akan mengobati penyakit kejahilan manusia.

Wahyu telah cukup bagi orang yang memperhatikannya,

5/1008- Ibnu Mas’ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepadaku, "Bacakanlah Al-Qur`ān kepadaku!” Maka kukatakan kepada beliau, "Wahai Rasulullah! Pantaskah aku membacakan Al-Qur`ān kepadamu sementara Al-Qur`ān itu diturunkan kepadamu?!" Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dari orang lain.” Maka aku pun membacakan kepada beliau Surah An-Nisā`. Hingga ketika aku telah sampai pada ayat ini, "Lalu bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), ketika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka?" (QS. An-Nisā`: 41), beliau berkata, "Cukup, sekarang." Lalu aku menoleh ke arah beliau, ternyata kedua matanya bercucuran air mata. (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Menampakkan keberkahan Al-Qur`ān, bahwa Al-Qur`ān berguna bagi orang yang membaca dan yang mendengarkannya.

2) Seseorang boleh meminta orang lain untuk membacakan Al-Qur`ān untuknya walaupun orang yang meminta lebih afdal secara ilmu dan kedudukan dari yang membaca.

3) Ada kalanya orang yang mendengar Al-Qur`ān lebih mudah menadaburinya daripada yang membaca; oleh karena itu dikatakan, "Pembaca adalah yang memerah, sedangkan pendengar adalah yang minum."

4) Di antara petunjuk Nabi ketika mendengarkan Al-Qur`ān ialah menghayatinya dan menangis karena takut kepada Allah -Ta'ālā-. Beginilah seharusnya keadaan orang beriman, yaitu hatinya merasa khusyuk dan matanya meneteskan air mata ketika mendengarkan Al-Qur`ān Al-Karīm.

Peringatan:

Termasuk Sunnah ketika hendak menghentikan bacaan Al-Qur`ān Al-Karīm supaya mengatakan kepada yang membaca, "Cukup." Sebagaimana yang diucapkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-. Adapun perkataan banyak orang, "Ṣadaqallāhul-'aẓīm," maka ia menyelisihi Sunnah Nabi. Walaupun maknanya benar dan hak, karena memang Allah telah mengucapkannya secara benar, tetapi momen untuk ucapan tersebut bukan di setiap selesai membaca Al-Qur`ān. Sungguh, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.