Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.'" (QS. Gāfir: 60) Dia juga berfirman, "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A'rāf: 55) Dia juga berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186) Dia juga berfirman, "Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan." (QS. An-Naml: 62)
1- Doa ibadah; yaitu seorang hamba melaksanakan ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla- seperti salat, zakat, dan puasa. Ini adalah permintaan dengan bahasa perbuatan.
2- Doa permintaan; yaitu seorang hamba meminta kepada Rabb-nya dengan bahasa ucapan, misalnya dia mengucapkan, "Wahai Rabb-ku! Ampunilah aku."
Di antara syarat-syarat pengabulan doa:
1- Berdoa dengan ikhlas kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
2- Doa yang dipanjatkan tidak mengandung tindakan melampaui batas dan kezaliman atas orang lain.
3- Hendaklah hamba yakin dengan pengabulan dari Allah -'Azza wa Jalla-.
4- Menjauhi makanan, minuman, dan pakaian yang haram serta hal-hal haram lainnya.
1) Perintah berdoa dan menjelaskan keutamaannya, yaitu doa termasuk ibadah paling agung yang mendekatkan diri hamba kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
2) Siapa yang berdoa kepada Rabb-nya dengan melengkapi syarat-syarat doa, maka Allah -'Azza wa Jalla- telah berjanji akan mengabulkannya.
1/1465- An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Doa adalah ibadah." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata "Hadis hasan sahih")
1) Doa adalah inti ibadah. Sebab itu, seorang hamba wajib ikhlas kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan mengikuti petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam doanya.
2) Seorang hamba harus menampakkan kelemahan dan kebutuhan dirinya kepada Rabb-nya dalam ibadah doa serta harus yakin dengan pengabulan doa dari-Nya.
2/1466- Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyukai doa yang ringkas namun bermakna komprehensif dan meninggalkan yang selainnya." (HR. Abu Daud dengan sanad jayyid).
الجَوَامِعُ (al-jawāmi'): doa yang komprehensif yang menggabungkan pintu-pintu kebaikan dengan kata-kata yang sedikit.
1) Disunahkan bagi seorang hamba ketika berdoa untuk memilih doa yang jāmi' (ringkas namun bermakna luas), karena ia lebih maksimal dalam keumuman dan pencakupan seluruh permintaan serta lebih sesuai dengan petunjuk Nabi.
2) Keberkahan seluruhnya adalah dalam mengikuti doa-doa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang menggabungkan pintu-pintu kebaikan di dunia dan akhirat.
3/1467- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling banyak adalah: "Allāhumma ātinā fiddunyā ḥasanah wa fil-ākhirati ḥasanah wa qinā 'ażāban-nār (Ya Allah! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jagalah kami dari siksa neraka)." (Muttafaq 'Alaih)
Ditambahkan dalam riwayat Muslim, "Apabila Anas hendak berdoa dengan sebuah doa, maka dia berdoa dengannya. Dan apabila dia hendak berdoa dengan banyak doa, maka dia menyelipkannya di antara doa-doanya itu."
1) Disunahkan untuk merutinkan doa ini, karena lafalnya sedikit namun meliputi seluruh kebaikan dunia dan akhirat.
2) Kegigihan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menjaga Sunnah dan mengamalkannya.
4/1468- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī as`alukal-hudā wattuqā wal-'afāfa wal-ginā (Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan)." (HR. Muslim)
1) Disunahkan berdoa dengan keempat kata ini karena di dalamnya terkandung kebaikan bagi hamba di dunia dan akhirat disertai adanya doa perlindungan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan manusia.
2) Di antara doa komprehensif terbaik yang dipanjatkan oleh seorang hamba ialah meminta hidayah, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan.
5/1469- Ṭāriq bin Usyaim -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Apabila seseorang masuk Islam, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengajarkannya salat kemudian memerintahkannya untuk berdoa dengan doa, Allāhummagfir lī warḥamnī wahdinī wa 'āfinī warzuqnī (Ya Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, berikanlah aku petunjuk, berikanlah aku keafiatan, dan karuniakanlah rezeki kepadaku).'" (HR. Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Ṭāriq bin Usyaim -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa dia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau didatangi oleh seorang laki-laki; dia berkata, "Wahai Rasulullah! Doa apa yang harus aku panjatkan ketika meminta kepada Rabb-ku?" Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhummagfir lī warḥamnī wahdinī wa 'āfinī warzuqnī (Ya Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, berikanlah aku keafiatan, dan karuniakanlah rezeki kepadaku).' Sesungguhnya doa ini menggabungkan untukmu kebaikan duniamu dan akhiratmu."
1) Urgensi salat karena salat adalah tiang agama, pilar Islam, dan rukun paling agung setelah syahadat tauhid (Lā ilāha illallāh).
2) Sepatutnya bagi hamba agar mempelajari tata cara berdoa kepada Rabb-nya karena ilmu lebih didahulukan atas ibadah.
3) Memohon afiat mencakup afiat badan dari penyakit dan keburukan dan juga mencakup afiat hati dari penyakit syubhat seperti kesyirikan dan kemunafikan atau penyakit syahwat seperti terjerumus ke dalam perbuatan haram.
6/1470- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Allāhumma muṣarrifal-qulūb ṣarrif qulūbanā 'alā ṭā'atika (Ya Allah! Zat yang membolak-balikkan hati, arahkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu)." (HR. Muslim)
1) Di antara akidah mukmin ialah meyakini bahwa seluruh hati hamba berada di antara dua jari di antara jemari Ar-Raḥmān, Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang Dia kehendaki.
2) Seorang hamba seharusnya tidak boleh mengandalkan ilmunya dan tidak teperdaya dengannya, tetapi hendaklah dia senantiasa meminta petunjuk, keistikamahan, dan hidayah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
3) Keyakinan hamba bahwa pembolak-balikan hati ada di tangan Allah -'Azza wa Jalla- akan memberikannya rasa takut kepada-Nya ketika sendiri dan di hadapan umum karena amal perbuatan tergantung kesudahannya.
7/1471- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Mintalah perlindungan kepada Allah dari beratnya cobaan, tertimpa kesengsaraan, takdir yang jelek, dan kegembiraan musuh (atas musibah yang menimpa)." (Muttafaq 'Alaih)
Dalam riwayat lain, Sufyān berkata, "Aku ragu bila aku telah menambahkan salah satunya."
جَهْدِ الْبَلَاءِ (jahdil-balā`): kesulitan dalam ujian.
دَرَكِ الشَّقَاءِ (darak asy-syaqā`): tertimpa kesulitan dan kesengsaraan.
الشَّمَاتَةُ (asy-syamātah): kebahagiaan atas kesedihan orang lain.
1) Seorang hamba seharusnya melaksanakan perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal memohon perlindungan dari keempat perkara ini.
2) Di antara manfaat paling besar dari istiazah dan doa ialah menampakkan kebutuhan dan tadaruk hamba kepada Rabb-nya. Ini merupakan kesempurnaan tauhid ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
8/1472- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma aṣliḥ lī dīnī al-lażī huwa 'iṣmatu amrī, wa aṣliḥ lī dunyāya al-latī fīhā ma'āsyī, wa aṣliḥ lī ākhiratī al-latī fihā ma'ādī, wa-j'alil-ḥayāta ziyādatan lī fī kulli khair, wa-j'alil-mauta rāḥatan lī min kulli syarr (Ya Allah! Perbaikilah agamaku yang merupakan benteng urusanku, perbaikilah duniaku yang menjadi tempat hidupku, dan perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, jadikanlah kelangsungan hidup sebagai penambah segala kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematian sebagai pemutus dari segala keburukan bagiku)." (HR. Muslim)
عِصْمَةُ أَمْرِيْ ('iṣmatu amrī): sesuatu yang aku jadikan sebagai tempat berlindung dalam urusanku.
1) Islam adalah benteng bagi hamba agar tidak terjerumus ke dalam penyimpangan dan kesesatan serta penjaga dirinya dari perangkap hawa nafsu dan fitnah.
2) Seorang muslim beramal untuk dunianya seakan dia akan hidup selamanya dan beramal untuk akhiratnya seakan dia akan mati besok.
3) Di antara doa yang paling bagus ialah permintaan hamba agar diperbaiki urusan dunianya untuk dia jadikan sebagai bekal dalam melakukan ketaatan dan menambah amal saleh.
9/1473- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, "Ucapkanlah, 'Allāhummahdinī wa saddidnī (Ya Allah! Berilah aku petunjuk dan bimbinglah aku kepada kebenaran).'"
Dalam riwayat lain disebutkan, "Allāhumma innī as`alukal-hudā was-sadād (Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu petunjuk dan kebenaran)." (HR. Muslim)
السَّدادَ (as-sadād): keistikamahan dan kebenaran dalam urusan, dan maksudnya dalam hadis ini: bimbinglah aku dan jadikanlah aku benar dalam semua urusanku.
1) Hamba harus bersungguh-sungguh dalam memperbaiki amalan dan meluruskannya, yaitu dengan mengikuti Sunnah dan mengikhlaskan niat.
2) Petunjuk Nabi adalah jalan untuk meraih kebenaran dan penjagaan Allah; oleh karena itu, hendaklah seorang mukmin gigih untuk mengikuti Nabi yang maksum -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
10/1474- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-'ajzi wal-kasali wal-jubni wal-harami wal-bukhli, wa a'ūżu bika min 'ażābil-qabri, wa a'ūżu bika min fitnatil-maḥyā wal-mamāti (Ya Allah! Seungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari ketidakberdayaan, kemalasan, rasa takut (sifat pengecut), kepikunan, dan kebakhilan. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur serta aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati)."
Dalam riwayat lain ditambahkan, "... wa ḍala'id-daini wa galabatir-rijāl (dan dari lilitan utang dan tekanan orang lain)." (HR. Muslim)
الهَرَمِ (al-haram): usia tua renta.
1) Menganjurkan hamba agar senantiasa memohon perlindungan dari perkara-perkara ini karena merupakan sebab kegagalan amalnya di dunia dan akhirat.
2) Anjuran untuk memohon perlindungan dari azab kubur, karena kubur itu antara menjadi lubang di antara lubang api neraka atau taman di antara taman surga. Istiazah (permohonan perlindungan), yang berupa ucapan maupun perbuatan, dilakukan dengan lisan dan dengan melaksanakan perintah-perintah agama serta menjauhi larangan-larangan yang diharamkan.
3) Tauhid hamba tidak akan terwujud kecuali dengan kembali kepada Allah -'Azza wa Jalla- ketika fitnah dan musibah menimpa, serta berlindung kepada-Nya, bukan kepada yang lain dari kalangan makhluk yang tidak dapat menolak satu keburukan ataupun mendatangkan satu kebaikan.
11/1475- Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa dia pernah berkata kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Ajarkan kepadaku sebuah doa yang aku panjatkan dalam salatku." Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhumma innī ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīran, wa lā yagfiruż-żunūba illā anta, fa-gfir lī magfiratan min 'indika, wa-rḥamnī, innaka antal-gafūrur-raḥīm (Ya Allah! Sungguh aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka berilah aku ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).'" (Muttafaq 'Alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan, "wa fī baitī (dan di rumahku)." Pada sebagian riwayat, "ẓulman kaṡīran (dengan kezaliman yang banyak)" dan pada riwayat lain, "ẓulman kabīran (dengan kezaliman yang besar)"; yaitu dengan "ṡā`" dan "bā`", sehingga sepatutnya agar digabungkan dengan mengatakan, "kaṡīran kabīran (kezaliman yang banyak dan besar)."
1) Manusia wajib mengakui kezaliman dan dosa-dosanya serta menghinakan diri di hadapan Tuhannya, karena ini termasuk sebab paling besar untuk pengabulan doanya.
2) Bertawasul kepada Allah -'Azza wa Jalla- dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya termasuk di antara sebab pengabulan doa; misalnya orang yang berdoa mengatakan: Wahai Zat Yang Maha Pengampun! Ampunilah aku... Wahai Zat Yang Maha Pemberi rezeki! Anugerahkanlah rezeki kepadaku... dan seterusnya.
3) Menjelaskan kesesatan dan kebodohan orang-orang yang berdoa kepada makhluk-makhluk selain Allah -'Azza wa Jalla- dalam meminta sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh-Nya; seperti meminta ampunan, syafaat, rezeki, dan pertolongan kepada orang yang sudah mati.
4) Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu- sosok yang telah dijamin surga masih berdoa, "Ya Allah! Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak" padahal dia memiliki kedudukan yang tinggi, lalu bagaimana dengan orang selainnya dari kalangan orang-orang yang lalai?!
12/1476- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau biasa berdoa dengan doa ini, "Allāhummagfir lī khaṭī`atī wa jahlī, wa isrāfī fī amrī, wa mā anta a'lamu bihi minnī. Allāhumagfir lī jaddī wa hazlī, wa khaṭa`ī wa 'amdī, wa kullu żālika 'indī. Allāhummagfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu, wa mā asrartu wa mā a'lantu, wa mā anta a'lamu bihi minnī, antal-muqaddimu wa antal-mu`akhkhiru, wa anta 'alā kulli syai`in qadīr (Ya Allah! Ampunilah bagiku dosa-dosaku, kejahilanku, dan sikap berlebihanku dalam urusanku serta apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah! Ampunilah dosaku yang aku lakukan dengan serius dan bercanda, yang tidak kusengaja dan yang kusengaja; semuanya itu ada padaku. Ya Allah! Ampunilah aku pada dosa yang telah aku lakukan dan yang akan datang, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkau pula yang mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu)." (Muttafaq 'Alaih)
13/1477- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa memanjatkan dalam doanya, "Allāhumma innī a'ūżu bika min syarri mā 'amiltu wa min syarri mā lam a'mal (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku amalkan dan dari keburukan yang belum aku amalkan)." (HR. Muslim)
1) Merincikan doa adalah perkara yang diperintahkan karena yang demikian itu mengingatkan hamba pada semua yang dia kerjakan, baik yang disembunyikan maupun yang ditampakkan, serta mencakup semua yang belum dia kerjakan, sehingga dengan demikian dia bertambah terikat dengan Allah -'Azza wa Jalla-; bertambah cinta, takut, dan harap kepada-Nya.
2) Di antara permintaan paling penting yang diminta hamba kepada Rabb-nya ialah ampunan dosa karena dosa adalah sebab terhalanginya hamba dari rahmat dan sebab adanya siksa di dunia dan akhirat.
14/1478- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Di antara doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah: "Allāhumma innī a'ūżu bika min zawāli ni'matika wa taḥawwuli 'āfiyatika wa fujā`ata niqmatika wa jamī'i sakhaṭika (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya keselamatan dari-Mu, siksa-Mu yang tiba-tiba, dan semua murka-Mu)." (HR. Muslim)
15/1479- Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal'ajzi walkasali, walbukhli wal-harami, wa 'ażābilqabri. Allāhumma āti nafsī taqwāhā, wa zakkihā anta khairu man zakkāhā, anta waliyyuhā wa maulāhā. Allāhumma innī a'ūżu bika min 'ilmin lā yanfa' wa min qalbin lā yakhsya' wa min nafsin lā tasyba' wa min da'watin lā yustajābu lahā (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dari sifat bakhil dan pikun, dan dari azab kubur. Ya Allah! Berilah jiwaku ketakwaan serta sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menyucikannya. Engkaulah pelindung dan penolongnya. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari nafsu yang tidak bisa puas, dan dari doa yang tidak terkabul)." (HR. Muslim)
فُجاءَة نقْمتِكَ (fujā`ata niqmatika): turunnya siksaan Allah -Ta'ālā- kepada pelaku maksiat secara tiba-tiba.
1) Seorang hamba harus memanfaatkan nikmat kesehatan yang Allah -'Azza wa Jalla- berikan, yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan memperbanyaknya.
2) Hilangnya nikmat dan turunnya berbagai penyakit kepada hamba disertai murka Allah -Ta'ālā- termasuk kerugian dan kesengsaraan paling besar di dunia dan akhirat; oleh karena itu, seorang hamba harus memohon perlindungan darinya kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
3) Memotivasi hamba agar mengerjakan semua amalan yang menyucikan dan membersihkan jiwanya.
4) Gigih menuntut ilmu yang bermanfaat yang akan melahirkan rasa takut kepada Allah dalam hati, yaitu ilmu Al-Qur`ān dan Sunnah yang bersumber dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Sang Guru kebaikan bagi umat manusia.
16/1480- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma laka aslamtu, wa bika āmantu, wa 'alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khāṣamtu, wa ilaika ḥākamtu. Fa-gfir lī mā qaddamtu wa mā akhkhartu, wa mā asrartu wa mā a'lantu, antal-muqaddimu wa antal-mu`akhkhiru, lā ilāha illā anta (Ya Allah! Hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku kembali, hanya dengan pertolongan-Mu aku melawan, dan hanya kepada-Mu aku berhakim. Maka ampunilah dosa-dosaku; dosa yang telah aku lakukan dan dosa amalan yang aku lalaikan, dosa yang aku rahasiakan dan yang aku tampakkan. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkau pula yang mengakhirkan. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau)." Sebagian perawi menambahkan, "Wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (Muttafaq 'Alaih)
أنَبْتُ (anabtu): aku kembali dalam urusanku.
بكَ خَاصَمْتُ (bika khāṣamtu): dengan pertolongan-Mu, ya Allah, bukan yang lainnya, aku bertumpu ketika melawan.
إليكَ حاكَمْتُ (ilaika ḥākamtu): kepada agama yang Engkau turunkan -bukan yang lain- aku berhakim.
1) Kewajiban bertawakal kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta ikhlas kepada-Nya dalam semua ucapan, perbuatan, dan seluruh tindakan.
2) Anjuran untuk meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam doa-doa yang jāmi' (ringkas dan kemprehensif) karena doa-doa tersebut meliputi kebaikan dunia dan akhirat.
3) Anjuran kembali kepada Allah -Ta'ālā- dengan merendahkan dan menghinakan diri di hadapan-Nya sebelum meminta ampunan kepada-Nya.
17/1481- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dahulu biasa memanjatkan doa, "Allāhumma innī a'ūżu bika min fitnatil-qabri, wa 'ażābil-qabri, wa min syarril-ginā wal-faqr (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan azab neraka, juga dari keburukan kekayaan dan kefakiran)." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih", dan ini adalah redaksi riwayat Abu Daud)
1) Memohon perlindungan kepada Allah dari neraka berkonsekuensi menjauhi semua yang dimurkai oleh-Nya disertai senantiasa beristigfar, bertobat, dan bertadaruk kepada-Nya.
2) Kewajiban hamba ketika kaya ialah bersyukur, sedangkan ketika fakir ialah bersabar.
18/1482- Ziyād bin 'Ilāqah meriwayatkan dari pamannya, Quṭbah bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, Allāhumma innī a'ūżu bika min munkarātil-akhlāq wal-a'māl wal-ahwā` (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari akhlak dan amal perbuatan yang mungkar serta hawa nafsu)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
1) Celaan terhadap akhlak-akhlak yang mungkar seperti ujub dan sombong, dan celaan terhadap perbuatan yang mungkar seperti zina dan minum khamar.
2) Celaan terhadap hawa nafsu yang dibangun di atas logika yang rusak dan bidah yang menyesatkan, yang jauh dari petunjuk yang diturunkan oleh Allah.
19/1483- Syakal bin Ḥumaid -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku sebuah doa." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ucapkanlah, 'Allāhumma innī a'ūżu bika min syarri sam'ī, wa min syarri baṣarī, wa min syarri lisānī, wa min syarri qalbī, wa min syarri maniyyī (Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, keburukan penglihatanku, keburukan lisanku, keburukan hatiku, dan dari keburukan air maniku (kemaluanku).'" (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")
شَرِّ مَنِيِّيْ (syarri maniyyī): keburukan kemaluanku.
1) Seluruh indra dan anggota tubuh seseorang adalah nikmat yang wajib dia syukuri kepada Allah dengan menggunakannya pada tujuan penciptaannya, yaitu berupa ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan meminta keafiatan kepada-Nya dari keburukan indra-indra tersebut, karena Dialah yang membolak-balik keadaannya dan yang mengetahui rahasianya.
2) Anjuran untuk bertanya kepada orang berilmu tentang apa yang bermanfaat bagi manusia karena ulama adalah ahli waris para nabi.
20/1484- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-baraṣ, wal-junūn, wal-jużām, wa sayyi`il-asqām (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari kusta, gila, lepra, dan dari penyakit-penyakit yang buruk)." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
البَرَصِ (al-baraṣ): keputihan pada kulit yang merusak pemandangannya.
الجُذَامِ (al-jużām): sebuah penyakit ganas dan menular. الأَسْقَام (al-asqām): berbagai macam penyakit.
1) Penyakit-penyakit ini merusak tubuh dan akhlak, serta menyebabkan manusia menjauh dari pengidapnya; sehingga kita dianjurkan untuk berlindung darinya karena adanya dampak buruk yang diakibatkannya.
2) Penyakit adalah pembersih dari dosa-dosa jika disertai dengan kesabaran dan tidak murka terhadap takdir.
21/1485- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa, "Allāhumma innī a'ūżu bika minal-jū', fa innahu bi`saḍ-ḍajī', wa a'ūżu bika minal-khiyānah, fa innahā bi`satil-biṭānah (Artinya: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan karena sesungguhnya ia adalah sejelek-jelek teman tidur, dan aku berlindung kepada-Mu dari khianat karena sesungguhnya ia adalah sejelek-jelek kawan dekat)." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
البِطَانَةُ (al-biṭānah): sesuatu yang dekat dari seseorang dan ia tidak berpisah dengannya.
1) Seorang hamba harus memohon perlindungan dari semua yang menyibukkannya dari ibadah.
2) Anjuran untuk menunaikan amanah dan celaan terhadap khianat karena khianat adalah sebab kerusakan seseorang dan kerusakan orang sekitarnya.
22/1486- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang budak yang melakukan mukatabah datang kepadanya, lalu berkata, "Aku tidak sanggup melunasi kesepakatan mukatabahku (kemerdekaanku), maka bantulah aku!" Ali berkata, "Maukah engkau kuajarkan beberapa kalimat yang telah diajarkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padaku, yang seandainya engkau memiliki utang sebesar gunung pasti Allah melunasinya untukmu? Ucapkanlah, "Allāhummakfinī biḥalālika 'an ḥarāmika, wa a'innī bifaḍlika 'amman siwāka (Ya Allah! Cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal hingga aku terhindar dari yang Engkau haramkan. Ya Allah! Berilah aku kecukupan dengan karunia-Mu hingga aku tidak minta kepada selain Engkau)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
المُكَاتَبُ (al-mukātab): budak yang telah bersepakat (melakukan mukatabah) dengan tuannya untuk memerdekakannya dengan imbalan yang akan diserahkan oleh si budak kepada tuannya itu.
1) Siapa yang memiliki tanggungan utang sementara dia bertekad untuk melunasinya sembari memohon pertolongan kepada Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, maka Allah akan membantunya untuk melunasi utangnya.
2) Rezeki yang halal walaupun sedikit lebih baik daripada harta yang haram walaupun banyak.
3) Seorang hamba wajib memutus harapannya kepada makhluk dalam perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.
23/1487- 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengajarkan bapaknya, Ḥuṣain, dua kalimat untuk dipanjatkan dalam doa, "Allāhumma alhimnī rusydī, wa a'iżnī min syarri nafsī (Ya Allah! Ilhamkanlah kepadaku kerasionalanku, dan lindungilah aku dari keburukan diriku)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [3]
الرُّشْدُ (ar-rusyd): kebalikan dari ketersesatan.
1) Seorang hamba wajib berlindung dari keburukan jiwa dan perbuatan buruk.
2) Bila Allah mengilhamkan hamba kerasionalannya, maka dia berada di atas kebaikan, karena dia telah dijaga dari berbagai macam penyimpangan dan kesesatan.
24/1488- Abul-Faḍl Al-‘Abbās bin ‘Abdul-Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku minta kepada Allah -Ta'ālā-". Beliau menjawab, "Mintalah kepada Allah al-'āfiyah (keselamatan)." Lalu aku tinggal selama beberapa hari, setelah itu aku menemui beliau lagi, aku berkata, "Wahai Rasulullah! Ajarkanlah aku sesuatu yang aku minta kepada Allah -Ta'ālā-." Beliau bersabda kepadaku, "Wahai ‘Abbās! Wahai paman Rasulullah! Mintalah kepada Allah al-'āfiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat.” (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Siapa yang diberikan afiat, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat.
2) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam meminta tambahan kebaikan dan ilmu; hal ini menunjukkan keutamaan dan ilmu mereka. Orang yang bahagia adalah yang mengikuti petunjuk para sahabat, karena mereka berada di atas jalan yang lurus.
25/1489- Syahr bin Ḥausyab berkata, Aku bertanya kepada Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anha-, "Wahai Ummul Mu`minīn! Doa apakah yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau bersamamu?" Ummu Salamah menjawab, "Doa yang paling banyak beliau ucapkan adalah, Yā muqallibal-qulūb, ṡabbit qalbī 'alā dīnika (Wahai Zat yang membolak-balik hati! Teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
1) Menjelaskan bahwa amal perbuatan tergantung pada penutupnya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang hamba memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar diwafatkan di atas keimanan.
2) Tidak ada karunia yang diberikan kepada hamba yang lebih utama dari keteguhan di atas Islam.
3) Bila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saja, yang merupakan orang yang meraih kemuliaan kerasulan dan kenabian serta Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang, senantiasa berdoa kepada Allah -'Azza wa Jalla- meminta keteguhan di atas agama Islam, maka bagaimana dengan orang-orang lalai penuh dosa semisal kita?! Oleh karena itu, kita wajib berdoa kepada Allah -'Azza wa Jalla- untuk meminta keteguhan iman hingga waktu kematian.
26/1490- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Di antara doa Nabi Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah, 'Allāhumma innī as`aluka ḥubbaka, wa ḥubba man yuḥibbuka, wal-'amalal-lażī yuballigunī ḥubbaka. Allāhumma-j'al ḥubbaka aḥabba ilayya min nafsī wa ahlī, wa minal-mā`il-bārid (Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta kepada orang-orang yang mencintai-Mu serta amalan yang mengantarkanku pada cinta-Mu. Ya Allah! Jadikanlah cinta kepada-Mu lebih aku sukai daripada cintaku kepada diriku, keluargaku, dan kepada air yang dingin).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [4].
1) Anjuran untuk mengejar cinta Allah -'Azza wa Jalla- dan berusaha untuk meraihnya dengan melakukan sebab-sebab yang dapat mendatangkan cinta-Nya.
2) Makna manisnya iman adalah Allah dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih dicintai oleh hamba dari perkara-perkara yang dicintainya, sehingga perbuatan, ucapan, dan semua tindakannya, baik dalam hal mengerjakan maupun meninggalkan, senantiasa ada di atas rel cinta ini.
27/1491- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perbanyaklah mengucapkan, 'Yā Żal-Jalāli wal-Ikrām' (Wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan)." (HR. Tirmizi; juga diriwayatkan oleh An-Nasa`iy dari riwayat Rabī'ah bin 'Āmir. Al-Ḥākim berkata, "Ini adalah hadis yang sanadnya sahih")
ألظُّوا (aliẓẓū), dengan mengkasrahkan "lām", dan mentasydid "ẓā`", artinya: rutinkanlah dan perbanyaklah membaca doa ini.
1) Anjuran untuk memperbanyak zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
2) Doa yang agung ini mengandung pujian yang sempurna kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.
28/1492- Abu Umāmah -raḍiyallahu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah berdoa dengan doa yang banyak, namun kami tidak menghafal sedikit pun darinya. Kami pun berkata, "Wahai Rasulullah! Engkau telah berdoa dengan doa yang banyak, namun tidak ada sedikit pun yang kami hafal." Maka beliau bersabda, "Maukah kalian aku beritahu doa yang dapat menggabungkan semuanya? Bacalah, 'Allāhumma innī as`aluka min khairi mā sa`alaka minhu nabiyyuka Muḥammadun -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, wa a'ūżu bika min syarri mā ista'āża minhu nabiyyuka Muḥammadun -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wa antal-musta'ān, wa 'alaikal-balāgu, walā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh Nabi-Mu Muhammad - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang berlindung darinya Nabi-Mu Muhammad - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Engkaulah tempat meminta pertolongan dan kepada-Mu tempat mengadu, tidak ada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") [5]
1) Di antara tanda kedalaman pemahaman agama seorang hamba ialah perhatiannya kepada doa-doa yang jāmi' (bermakna lengkap), yang menggabungkan untuknya kebaikan dunia dan akhirat.
2) Motivasi untuk mengamalkan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam semua urusan agama dan meninggalkan perkara-perkara bidah yang diada-adakan oleh manusia, dan doa-doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah sempurna menggabungkan seluruh kebaikan.
29/1493- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu, di antara doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah: "Allāhumma innī as`aluka mūjibāti raḥmatika, wa 'azā`ima magfiratika, was-salāmata min kulli iṡmin, wal-ganīmata min kulli birr, wal-fauza bil-jannah, wan-najāta minan-nār (Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu, perkara-perkara yang mendatangkan ampunan-Mu, keselamatan dari semua dosa, keuntungan dari semua kebaikan, memperoleh kemenangan surga, dan keselamatan dari api neraka)." (HR. Al-Ḥākim Abu Abdillah dan dia berkata, "Hadis sahih sesuai syarat Muslim"). [6]
مُوْجِبَاتِ رَحْمتِكَ (mūjibāti raḥmatika): apa-apa yang mendatangkan rahmat Allah -Ta'ālā-.
عزَائمَ مغْفرَتِكَ ('azā`ima magfiratika): perkara-perkara yang ditekankan yang mendatangkan ampunan Allah -Ta'ālā-.
1) Di antara tanda kedalaman pemahaman agama seorang hamba adalah meminta pertolongan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dalam rangka menempuh jalan rahmat dan ampunan dengan mengerjakan kewajiban dan meninggalkan apa yang diharamkan.
2) Kemenangan paling besar yang diwujudkan oleh seorang hamba adalah sukses meraih surga dan selamat dari neraka.