Terjemahan yang Berlaku English عربي

78- BAB PERINTAH KEPADA PARA PEMIMPIN SUPAYA LEMBUT KEPADA RAKYAT, MENASIHATI, DAN MENYAYANGI MEREKA; LARANGAN MENIPU DAN MEMPERSULIT MEREKA, MENELANTARKAN MASLAHAT MEREKA, SERTA LALAI TERHADAP KEBUTUHAN MEREKA

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu." (QS. Asy-Syu'arā`: 215) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang dari (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Naḥl: 90)

Faedah Tambahan:

Para pemimpin -yang menegakkan perintah agama- wajib untuk bersikap lembut kepada rakyat, berbuat baik kepada mereka dan membantu menghilangan keburukan dari mereka, dan perkara-perkara lainnya yang akan menegakkan maslahat mereka. Kemudian wajib bagi rakyat untuk mendengar dan taat kepada pemimpin selain dalam maksiat. Sebagaimana wajib menasihati mereka dan tidak mengompori masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap mereka, menutupi kesalahan mereka, dan menjelaskan kebaikan-kebaikan mereka. Karena menebarkan kekurangan pemimpin kepada orang banyak hanya akan menambah keburukan, sehingga hati masyarakat akan berisi ketidaksukaan dan kebencian kepada mereka. Hal ini akan berakibat pada perpecahan dan terkotak-kotaknya umat ini.

Pelajaran dari Ayat:

1) Pemimpin yang sah wajib menegakkan keadilan di tengah-tengah rakyatnya serta menyayangi dan mengasihani mereka.

2) Larangan terhadap semua dosa-dosa yang dianggap keji secara agama maupun budaya, juga terhadap semua kemungkaran, dan kezaliman. Sehingga wajib bagi orang beriman, sebagai rakyat maupun penguasa, untuk memperhatikan hak-hak ini.

1/653- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya terkait apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah pemimpin pada harta tuannya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Menjelaskan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya, supaya dia merealisasikan untuk mereka semua kebaikan dan menghilangkan dari mereka semua keburukan.

2) Menelantarkan urusan kaum muslimin juga merupakan penelantaran terhadap wasiat Nabi yang berbunyi, "Semua kalian adalah pemimpin dan semua kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya."

2/654- Abu Ya'lā Ma'qil bin Yasār -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang hamba dibebani amanah untuk memimpin rakyat lalu dia mati dalam keadaan berkhianat ‎kepada rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga baginya.‎" (Muttafaq 'Alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan, "lalu dia tidak menjaganya dengan ketulusannya, niscaya dia tidak akan mencium aroma surga."

Dalam riwayat Muslim: "Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum muslimin kemudian dia tidak berjuang keras untuk kepentingan mereka dan tidak menasihati mereka, melainkan dia tidak akan masuk surga bersama mereka."

Kosa Kata Asing:

يَستَرعِيهِ (yastar'īhi): diserahi untuk memimpin dan mengatur rakyatnya.

لا يَجْهَد لَهُم (lā yajhadu lahum): tidak berjuang keras (capek) demi kepentingan mereka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Peringatan terhadap perbuatan menipu, mengkhianati rakyat dan menelantarkan hak mereka.

2) Di antara bentuk nasihat kepada orang-orang yang Allah serahi urusan rakyat adalah agar dia membawa mereka ke jalan yang mengandung kebaikan mereka di kehidupan akhirat dan kehidupan dunia serta melindungi mereka dari semua yang akan mendatangkan mudarat dalam agama dan dunia mereka. Misalnya: melindungi mereka dari pemikiran-pemikiran sesat dan pintu-pintu setan yang tersebar melalui media informasi. Lalu, adakah yang mengambil pelajaran?!

3/655- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda di dalam rumahku ini, "Ya Allah! Siapa saja yang memegang sebagian urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa saja yang memegang sebagian urusan umatku, lalu ia bersikap lemah lembut kepada mereka, maka perlakukanlah ia dengan lemah lembut." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan; siapa yang mempersulit umat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka Allah akan mempersulitnya, tetapi siapa yang bersikap lemah lembut kepada mereka maka Allah akan lembut kepadanya.

2) Antusiasme Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap keselamatan umat Islam sepeninggal beliau dan menampakkan kasih sayang beliau kepada mereka.

3) Sikap lembut yaitu Anda membawa manusia sesuai perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta membawa mereka kepada jalan yang terdekat dan termudah, dan tidak mempersulit mereka dengan mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh syariat atau melarang sesuatu yang diiizinkan oleh syariat.

4/656- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Dahulu Bani Isrā`īl dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia akan digantikan oleh nabi yang lain. Namun sungguh tidak ada nabi lagi sesudahku, dan sepeninggalku akan ada khalifah-khalifah dengan jumlah banyak.” (Para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah! Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah baiat yang telah diberikan kepada (khalifah) yang paling pertama kemudian yang berikutnya. Penuhilah hak mereka, dan mintalah kepada Allah apa yang menjadi hak kalian, karena sesungguhnya Allah akan menanyai mereka tentang apa yang mereka pimpin.” (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

تَسُوسُهُمُ الأَنْبِيَاءُ: yaitu nabi-nabi itu diutus kepada mereka lalu mereka memperbaiki keadaan dan memimpin urusan mereka.

أَوْفُوا بِبَيْعَةِ الأَوَّلِ: tetaplah pada komitmen baiat yang paling pertama serta tunaikan kewajiban taat kepadanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Agama Allah -yaitu agama Islam yang tepat untuk semua tempat dan masa- mengandung syariat dan politik. Maka Islam adalah syariat dan politik, sehingga orang yang memisahkan antara politik yang bermanfaat dan syariat Nabi, sebenarnya dia tidak mengerti kerangka syariat dan tujuan besarnya.

2) Pemimpin umat Islam adalah ulama dan umara, dan rakyat harus memiliki seorang pemimpin yang mengurus urusan mereka, membawa mereka kepada jalan yang lurus, dan melindungi mereka dari kejahatan orang-orang yang zalim.

3) Besarnya tanggung jawab seorang pemimpin, yaitu Allah akan menanyainya tentang apa yang telah dia kerjakan dalam kepemimpinannya dan tentang rakyatnya. Maka, silakan dia melihat di mana dia melangkahkan kakinya dalam urusan rakyatnya?!

5/657- 'Ā`iż bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia datang menemui 'Ubaidullah bin Ziyād dan berkata kepadanya, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Sesungguhnya sejelek-jelek pemimpin itu adalah yang kejam.' Maka janganlah engkau menjadi salah seorang dari mereka." (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

الرِّعاء (ar-ri'ā`), bentuk jamak dari kata "راعٍ" (rā'in).

الحُطَمة (al-ḥuṭamah): yang mematahkan orang, mempersulit dan menyakiti mereka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Bagi orang yang diberikan kekuasaan hendaklah meninggalkan sikap kejam dan zalim dalam urusan kaum muslimin.

2) Kewajiban agar pemimpin bersikap lembut kepada rakyat, di samping dia mempraktikkan sikap tegas, kuat, dan semangat; sehingga dia lembut bukan karena lemah, dan tegas tapi tidak kejam.

3) Sebaik-baik kepemimpinan adalah yang lembut dan mudah, yang dapat mewujudkan tujuan tanpa kekerasan.

6/658- Abu Maryam Al-Azdiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia berkata kepada Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu-: Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang diamanahi kekuasaan oleh Allah pada sebagian urusan umat Islam lalu dia menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinan mereka, maka Allah akan menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinannya pada hari Kiamat." Kemudian Mu'āwiyah pun menunjuk seseorang untuk mengurus hajat rakyat. (HR. Abu Daud dan Tirmizi)

Kosa Kata Asing:

خَلَّتِهم (khallatihim): kebutuhan dan kemisikinan mereka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan; siapa yang menutup dirinya dari memenuhi kebutuhan manusia maka Allah akan menutup diri-Nya darinya pada hari Kiamat.

2) Reaksi cepat para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menjalankan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta menjunjungnya, dan pada mereka terdapat teladan yang baik bagi kita. Maka, wahai saudaraku! Bersemangatlah untuk menjalankan petunjuk Nabi -'alaihiṣ-ṣalātu was-sallām- dan petunjuk sahabat-sahabat beliau -raḍiyallāhu 'anhum-.