1/742ــ عن جَبَلَةَ بن سُحَيْم قال: أصَابَنا عامُ سَنَةٍ مَعَ ابْنِ الزُّبَيْرِ، فَرُزِقْنَا تَمْراً، وَكَانَ عَبْدُ الله بنُ عُمرً رضي الله عنهما يَمُرُّ بنا ونَحْنُ نَأْكُلُ، فيقولُ: لا تُقَارِنُوا، فإن النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم «نَهىٰ عنِ الإقرانِ، ثم يقولُ: إلَّا أَنْ يَسْتَأْذِنَ الرَّجُلُ أَخَاهُ». متفقٌ عليه.
1/742- Jabalah bin Suḥaim berkata, "Kami ditimpa paceklik pada masa Ibnu Az-Zubair, dan kami diberikan santunan kurma. Kemudian Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- lewat ketika kami sedang makan, maka ia berkata, 'Janganlah kalian makan dengan mengumpulkan dua butir sekaligus. Karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang makan dengan mengumpulkan dua butir sekaligus.' Selanjutnya dia berkata, "Kecuali setelah orang tersebut meminta izin kepada saudaranya.'" (Muttafaq 'Alaih)
الإقران: أن يجمع بين تمرتين في الأكل.
الإِقْرَانُ (al-iqrān): menggabungkan antara dua butir kurma ketika makan.
1) النهي عن القِرَان في الطعام من غير إذن لمن يؤاكلهم، لما فيه من الظلم للآخرين.
1) Larangan makan dengan menggabungkan dua butir sekaligus tanpa seizin teman makannya karena mengandung kezaliman kepada orang lain.
2) شمول الشريعة حتىٰ لجزئيات الآداب، وهذا يدلّ علىٰ عظم قدر التشريع الإسلامي.
2) Kesempurnaan agama Islam, bahkan hingga dalam perincian adab, dan ini menunjukan keagungan ajaran syariat Islam.