يُكَبِّر أرْبَعَ تَكبيرات: يَتَعَوَّذ بعدَ الأولَىٰ ثمَّ يَقْرَأ فَاتحَةَ الكتَاب، ثمَّ يُكَبِّرُ الثَّانيةَ، ثم يُصَلِّي علىٰ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، فيقولُ: اللّهم صَلِّ علىٰ مُحَمَّدٍ، وعَلىٰ آل مُحَمَّد. والأفْضلُ أنْ يُتمَّهُ بقوله: كَما صلَّيْتَ علىٰ إبراهيم.. إلىٰ قوله: إنَّكَ حَميدٌ مَجيدٌ.
Cara salat jenazah yaitu bertakbir empat kali takbir. Setelah takbir yang pertama membaca taawuz dilanjutkan dengan membaca Surah Al-Fātiḥah. Kemudian bertakbir yang kedua lalu membaca selawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu membaca, "Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad wa 'alā Āli Muḥammad." Dan lebih afdal jika disempurnakan dengan membaca, "Kamā ṣallaita 'alā Ibrāhīm... -hingga bacaan- innaka ḥamīdun majīd."
ولا يفعلُ ما يَفْعَلهُ كثيرٌ منَ العَوامِّ مِنْ قرَاءَتهم {إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ} الآية [الأحزاب: 56] فإنَّهُ لا تَصحُّ صلاته إذا اقتَصَرَ عليه.
Tidak boleh mengerjakan seperti kebiasaan banyak orang awam dengan membaca, "Innallāha wa malā`ikatahu yuṣallūna 'alā an-Nabiy..." (QS. Al-Aḥzāb: 56) Salat jenazahnya tidak sah jika hanya mencukupkan diri dengan membaca ayat ini.
ثم يُكَبِّرُ الثَّالثَةَ، ويدْعُو للمَيِّت وللمُسلمين بما سنَذكُرُهُ منَ الأحاديث إن شاءَ الله تعالىٰ، ثم يُكَبِّرُ الرَّابعةَ ويَدعُو، ومِن أحسنه: اللّهم لا تَحْرمْنَا أجْرَهُ، ولا تَفتِنّا بَعدَهُ، واغفرْ لنا ولَهُ.
Kemudian bertakbir yang ketiga dan mendokan jenazah serta umat Islam dengan doa-doa dalam hadis yang akan kita sebutkan, insya Allah. Kemudian bertakbir yang keempat dan berdaa, di antara yang paling pagus ialah doa, "Allāhumma lā taḥrimnā ajrahu, wa lā taftinnā ba'dahu, wa-gfir lanā wa lahu."
والمختارُ أنه يُطَوِّلُ الدُّعاءَ في الرَّابعةِ خلافَ ما يعتادُهُ أكثرُ النَّاس، لحديث ابن أبي أوْفىٰ الذي سَنَذْكُرُهُ إن شاء الله تعالىٰ.
Amalan yang paling bagus adalah memperpanjang doa setelah takbir yang keempat, kebalikan dari yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang, berdasarkan hadis riwayat Abu Aufā yang akan kita sebutkan, insya Allah.
فأمَّا الأدْعيةُ المأثورةُ بَعْدَ التَّكْبيرَة الثالثة، فمنها:
Adapun doa-doa yang terdapat dalam hadis setelah takbir yang ketiga, di antaranya:
1/935ــ عن أبي عبدِ الرَّحمنِ عوفِ بنِ مالكٍ رضي الله عنه قَالَ: صَلَّىٰ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم عَلَىٰ جنَازَةٍ، فَحَفظْتُ من دُعَائِهِ وهُوَ يقُولُ: «اللّهم اغْفرْ لَهُ، وارْحَمْهُ، وَعَافهِ، واعْفُ عَنْه، وأكْرمْ نُزُلَهُ، وَوسِّعْ مُدْخَلَهُ، واغسِلْهُ بالمَاء والثَّلْج والبَرَد، ونَقِّهِ منَ الخَطَايَا كما نَقَّيْتَ الثَّوبَ الأبْيضَ من الدَّنَس، وأبْدِلْهُ دَاراً خَيراً منْ دَارهِ، وأهْلاً خيراً منْ أهْلِهِ، وَزَوْجاً خَيْراً منْ زَوْجِهِ، وأدْخلْهُ الجَنَّةَ، وأعِذْهُ منْ عَذَابِ القَبْرِ وَمنْ عَذَاب النَّار» حَتَّىٰ تَمَنَّيْتُ أن أكونَ أنا ذلك المَيِّتَ. رواه مسلم.
1/935- Abu Abdirrahman 'Auf bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menyalatkan seorang jenazah, dan aku menghafal di antara doa beliau, yaitu beliau membaca, "Allāhumma igfir lahu wa-rḥamhu wa 'āfihi wa-'fu 'anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi' mudkhalahu, wa-gsilhu bil-mā`i waṡ-ṡalji wal-baradi, wa naqqihi minal-khaṭāyā kamā naqqaita aṡ-ṡaubal-abyaḍa minad-danas, wa abdilhu dāran khairan min dārihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa adkhilhul-jannah, wa a'iżhu min 'ażābil-qabri, wa min 'ażābin-nār (artinya: Ya Allah! Ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah jamuannya, dan lapangkanlah kuburnya. Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia dari semua dosa seperti Engkau membersihkan pakaian yang putih dari semua kotoran. Berilah dia ganti rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan istri yang lebih baik dari istrinya. Masukkanlah dia ke dalam surga dan lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa neraka)." ('Auf bin Mālik berkata), "Sampai aku berangan-angan seandainya akulah jenazah tersebut." (HR. Muslim)
نزله: ضيافته.
نُزُلَهُ (nuzulahu): perjamuannya.
الدنس: الوسخ والدرن.
الدَّنَسُ (ad-danas): kotoran dan daki.
مدخله: الموضع الذي يدخل فيه وهو قبره.
مُدْخَلَهُ (mudkhalahu): tempat dia dimasukkan, yaitu kuburnya.
1) هذا الدعاء هو الدعاء الخاص للميت «اللهم اغفر له وارحمه...»، وذلك أن صلاة الجنازة اشتملت عَلَىٰ: قراءة الفاتحة، ثُمَّ الصَّلاةِ عَلَىٰ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ الدّعاءِ العام، ثم الدّعاءِ الخاص للميت.
1) Doa ini adalah doa yang khusus untuk jenazah; "Allāhumma igfir lahu wa-rḥamhu ..." Salat jenazah terdiri atas: membaca Surah Al-Fātiḥah, kemudian selawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kemudian doa yang umum untuk semua umat Islam, kemudian doa yang khusus untuk jenazah yang disalatkan.
2) الحثّ علىٰ الإخلاص لله تَعَالَىٰ، والإلحاح في الدعاء للميت بمغفرة الذنوب والمبالغة في محوها وإزالتها.
2) Anjuran ikhlas kepada Allah -Ta'ālā- dan bersungguh-sungguh dalam mendoakan ampunan bagi orang yang meninggal dan penghapusan dosanya sebersih-bersihnya.
3) سؤال التبديل يكون تبديلاً للذات أو تبديلاً للصفات؛ بمعنىٰ أن تُبدَّل صفات الأهل والزوجة والدار صفاتٍ أحسنَ وأفضلَ وأكثرَ خيريةً.
3) Doa agar orang yang wafat diberikan ganti, mencakup ganti secara fisik ataupun sifat, artinya pengggantian sifat keluarga, istri, dan rumah dengan sifat-sifat yang lebih bagus, lebih afdal, dan lebih baik.
4) حرص الصحابة رضي الله عنهم عَلَىٰ بركة الدعوات النبوية، حَتَّىٰ تمنّىٰ الصحابي أن يكون هُوَ الميت المدعو لَهُ.
4) Kegigihan para sahabat untuk mendapatkan keberkahan doa-doa Nabi, sampai sahabat ini berangan-angan andainya dialah orang mati yang didoakan itu.
قوله: «واغسله بالماء والثلج والبرد، ونقه من الخطايا كما ينقىٰ الثوب الأبيض من الدنس». يُستفاد منه التنبيه علىٰ خطأ قول العامة: «حرارة الإيمان»، بل يُقال: بَرْد الإيمان ففي الحديث ذَكَر الثلج والبرد لأنه بارد، وذكر الماء لأن به النظافة، والذنوب لما كانت عقوبتها حارة والموسوس بها هو الشيطان المخلوق من نار ناسب أن يُقرن الماء مع الثلج والبرد، ليحصل تمام التنظيف والتبريد من الذنوب.
Dalam ucapan beliau: "Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun; bersihkanlah dia dari semua dosa seperti Engkau membersihkan pakaian yang putih dari semua kotoran" dapat dipetik pelajaran, berupa peringatan terhadap kesalahan ucapan orang-orang awam yang mengatakan, "Panasnya iman." Tetapi harusnya diucapkan, "Dinginnya iman." Di dalam hadis ini disebutkan salju dan embun karena keduanya bersifat dingin, sedangkan penyebutan air karena air alat pembersih. Manakala siksaan dosa sifatnya panas dan setan yang membisikkannya adalah setan yang diciptakan dari api, sangat tepat bila air digandeng dengan salju dan embun, agar terwujud pembersihan dan pendinginan yang maksimal terhadap dosa.
وذكرُ الثوب الأبيض، لأنه هُوَ الذي تظهر فيه أدنىٰ وساخة، فإذا كان الثوب الأبيض نقيّاً فمعناه أنه ليس به أدنىٰ دنس، وهذا من تمام الإلحاح والسؤال بمغفرة الذنوب، والتنقية من الخطايا. فما أنفع الدعوات النبوية، الجامعة لخصال الخيرية!
Sedangkan disebutkannya pakaian warna putih, karena pada pakaian warna putih akan terlihat kotoran sekecil apa pun. Jika pakaian putih terlihat bersih, itu artinya tidak ada kotoran sekecil apa pun. Ini bagian dari besarnya kesungguhan dan permintaan pengampunan dosa serta pembersihan kesalahan. Betapa besar manfaat doa-doa Nabi yang menggabungkan semua perkara baik.
2/936 ــ عن أبي هُرَيْرَةَ وأبي قتادةَ، وأبي إبراهيم الأشهليِّ عن أبيه ــ وأبوه صَحابيٌّ ــ رضي الله عنهم عن النبي صلى الله عليه وسلم أنَّهُ صَلَّىٰ عَلَىٰ جنازة، فَقَالَ: «اللّهم اغْفرْ لحَيِّنَا ومَيِّتنَا، وَصَغيرِنا وَكبيرِنا، وذَكَرِنا وأنثانَا، وشَاهِدِنا وغَائِبِنَا، اللّهم مَنْ أحييْتَهُ مِنَّا فأحْيِهِ عَلَىٰ الإسلامِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ منَّا فَتَوَفَّهُ عَلَىٰ الإيمان، اللّهم لا تَحْرِمْنَا أجْرَهُ، ولا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ». رواه الترمذي من رواية أبي هريرة والأشهليِّ، ورواه أبو داود من رواية أبي هريرة وأبي قَتَادَةَ. قال الحاكم: حديثُ أبي هريرة صحيحٌ علىٰ شَرْط البُخاري ومُسْلم، قال الترمذيُّ: قال البخاريُّ: أصحُّ روايات هذا الحديث روايةُ الأشْهَليِّ، قال البخاري: وأصَحُّ شيء في الباب حديث عَوْف بن مالكٍ.
2/936- Abu Hurairah, Abu Qatādah, dan Abu Ibrāhīm Al-Asyhaliy dari riwayat ayahnya yang merupakan seorang sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau menyalati seorang jenazah dan berdoa, "Allāhumma igfir li ḥayyinā wa mayyitinā, wa ṣagīrinā wa kabīrinā, wa żakarinā wa unṡānā, wa syāhidinā wa gā`ibinā. Allāhumma man aḥyaitahu minnā fa aḥyihi 'alal-islām, wa man tawaffaitahu minnā fa tawaffihi 'alal-īmān. Allāhumma lā taḥrimnā ajrahu wa lā taftinnā ba'dahu (artinya: Ya Allah! Ampunilah orang yang masih hidup dan yang telah meninggal di antara kami, yang kecil dan yang tua, laki-laki dan perempuan, yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah! Siapa di antara kami yang Engkau panjangkan umurnya, maka panjangkanlah umurnya di atas Islam. Dan siapa yang Engkau wafatkan di antara kami, maka wafatkanlah dia di atas iman. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan jangan pula Engkau sesatkan kami sepeninggalnya)." (HR. Tirmizi dari Abu Hurairah dan Al-Asyhaliy, dan Abu Daud dari Abu Hurairah dan Abu Qatādah) Al-Ḥākim berkata, "Hadis Abu Hurairah sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim." Tirmizi menukil bahwa Bukhari berkata, "Yang paling sahih di antara riwayat hadis ini adalah riwayat Al-Asyhaliy." Bukhari berkata, "Yang paling sahih dalam masalah ini adalah hadis 'Auf bin Mālik."
لا تفتنا: لا تُضِلَّنا، والفتنة: بمعنىٰ الاختبار والامتحان.
لا تَفْتِنَّا (lā taftinnā): jangan sesatkan kami; al-fitnah artinya ujian dan cobaan.
1) مقام الدعاء يُستحب فيه البسط والتفصيل، لأن كل جملة من الدعاء هي طلب وثناء، وكلما كرر العبد الدعوات ازداد قرباً وثواباً.
1) Dianjurkan ketika berdoa agar doa disebutkan lebih panjang dan rinci, karena setiap kata dalam doa adalah permintaan dan pujian; setiap kali seorang hamba mengulang-ulang doa, maka kedekatannya dengan Allah dan pahalanya semakin bertambah.
2) هذا الدعاء فيه الدعاء العام للميت ولعموم المسلمين.
2) Di dalam doa ini terkandung doa yang bersifat umum, yaitu bagi orang yang wafat dan bagi seluruh umat Islam.
3) مدار الإسلام عَلَىٰ الأعمال الظاهرة، فخص ذكره في الحياة، ومدار الإيمان عَلَىٰ الأعمال الباطنة، فخص ذكره عند الموت؛ فالإيمان محلّه القلب، والإسلام محلّه الظاهر.
3) Ranah Islam adalah pada amal-amal yang lahiriah, sebab itu ia disebutkan secara khusus ketika masa hidup, sedangkan ranah iman adalah pada amal-amal batin, sebab itu ia disebutkan secara khusus ketika kematian; iman tempatnya di hati, sedangkan Islam tempat di anggota badan yang bersifat lahir.
4) الحيّ لا تُؤمَن عليه الفتنة، ولذا استُحب سؤال الثبات وعدم الفتنة.
4) Orang yang hidup tidak aman dari fitnah, oleh karena itu dianjurkan untuk meminta keteguhan dan agar tidak terfitnah.
3/937 ــ عن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: سَمعتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إذَا صَلَّيْتُمْ عَلَىٰ المَيِّت، فأخلِصُوا لَهُ الدُّعاءَ». رواه أبو داود.
3/937- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila kalian menyalatkan orang yang meninggal, maka ikhlaskanlah doa untuknya." (HR. Abu Daud)
1) يُستحب إخلاص الدعاء للميت، لأنه بحاجة إلَىٰ شفاعة المؤمنين ودعائهم، فالدعاء أعظم مقصود في صلاة الجنازة.
1) Anjuran mengikhlaskan doa untuk orang yang wafat, karena ia sangat memerlukan syafaat dan doa orang-orang beriman; doa adalah tujuan paling besar dalam salat jenazah.
2) قَبول الدعاء مداره عَلَىٰ الإخلاص؛ فكلما كان الداعي مخلصاً في دعائه، موافقاً للسُّنَّة، رُجي لَهُ الاستجابة .
2) Fondasi pengabulan doa ialah keikhlasan; seseorang semakin ikhlas dalam doanya serta sesuai Sunnah, semakin besar harapan doanya dikabulkan.
4/938 ــ وعنه عن ِالنَّبيِّ في الصَّلاة عَلَىٰ الجنازة: «اللّهم أنْتَ ربُّهَا، وأنْتَ خَلَقْتَها، وأنْتَ هَدَيْتَهَا للإسلام، وأنْتَ قَبَضْتَ رُوحَها، وأنْتَ أعْلَمُ بسرِّهَا وعَلانيتها، جئْنَاكَ شُفَعَاءَ لَهُ، فَاغفرْ لَهُ». رواه أبو داود[6].
4/938- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang doa salat jenazah, "Allāhumma anta rabbuhā, wa anta khalaqtahā, wa anta hadaitahā lil-islām, wa anta qabaḍta rūḥahā, wa anta a'lamu bi sirrihā, wa 'alāniyyatihā, ji`nāka syufa'ā`a lahu, fa-gfir lahu (artinya: Ya Allah! Engkaulah Rabb-nya dan Engkaulah yang telah menciptakannya. Engkaulah yang menuntunnya kepada Islam. Engkaulah yang mengambil nyawanya. Engkaulah yang lebih mengetahui rahasia dan perbuatan nyatanya. Sungguh kami datang memberikan syafaat kepadanya, maka ampunilah dia)." (HR. Abu Daud) [6].
5/939 ــ وعن واثِلَةَ بنِ الأسقَعِ رضي الله عنه قَالَ: صَلَّىٰ بنَا رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم عَلَىٰ رجُلٍ مِنَ المسلمين، فسمعْتُهُ يقُولُ: «اللّهم إنَّ فُلانَ ابنَ فُلانٍ في ذمَّتكَ وحَبْلِ جوَارِكَ، فَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابَ النَّار، وأنْتَ أهْلُ الوَفَاءِ والحَمْدِ، اللّهم فَاغْفرْ لَهُ وارْحَمْهُ، إنك أنْتَ الغَفُورُ الرَّحيمُ». رواه أبو داود.
5/939- Wāṡilah bin Al-Asqa' -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah memimpin kami menyalatkan salah seorang muslim, lalu aku mendengar beliau berdoa, "Allāhumma inna fulāna ibna fulān (yakni menyebutkan namanya dan nama ayahnya) fī żimmatika wa ḥabli jiwārika, fa qihi fitnatal-qabri wa 'ażāban-nāri, wa anta ahlul-wafā` wal-ḥamdi. Allāhumma fa-gfir lahu wa-rḥamhu, innaka antal-gafūr ar-raḥīm (artinya: Ya Allah! Sesungguhnya polan bin polan (yakni menyebutkan namanya dan nama ayahnya) dalam tanggungan-Mu dan ikatan perlindungan-Mu, maka lindungilah dia dari fitnah kubur dan siksa neraka, Engkau adalah Zat yang memenuhi janji dan yang berhak atas segala pujian. Ya Allah! Ampunilah dan rahmatilah dia, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Abu Daud)
ذمتك: عهدك.
ذِمَّتِكً (żimmatika): tanggungan-Mu.
1) الترغيب في الإلحاح بسؤال المغفرة، والتوسل إلىٰ الله تعالىٰ بأن يرحم الميت.
1) Anjuran supaya bersungguh-sungguh dalam meminta ampunan serta bertawasul kepada Allah -Ta'ālā- supaya Dia mengasihi orang yang mati.
2) صلاة الجنازة شفاعة من الله تعالىٰ، يطلبها أهل الإيمان للموتىٰ من المسلمين.
2) Salat jenazah adalah syafaat dari Allah -Ta'ālā- yang diminta oleh orang beriman bagi orang-orang yang meninggal di antara kaum muslimin.
3) جواز تسمية الميت بذكر اسمه واسم أبيه.
3) Boleh menyebut nama orang mati dan nama ayahnya.
6/940ــ وعن عبد الله بن أبي أوْفىٰ رضي الله عنهما أنَّه كَبَّرَ عَلَىٰ جنَازة ابنَةٍ لَهُ أرْبعَ تَكْبيراتٍ، فَقَامَ بَعْدَ الرَّابعة كَقَدْر مَا بيْنَ التَّكْبيرَتَيْن يَسْتَغْفرُ لَها ويَدْعُو، ثُمَّ قَالَ: كانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ هكذا.
6/940- Abdullah bin Abu Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa dia bertakbir ketika menyalati jenazah putrinya sebanyak empat kali takbir. Setelah takbir yang keempat, dia berdiri seukuran antara dua takbir untuk memintakannya ampunan serta mendoakannya. Kemudian dia berkata (setelah salat), "Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan seperti ini."
وفي رواية: كَبَّرَ أرْبَعاً، فمَكَثَ ساعَةً حَتَّىٰ ظَنَنْتُ أنَّهُ سيُكبِّرُ خَمْساً، ثُمَّ سلَّمَ عن يَمينه وعَنْ شماله، فَلَمَّا انْصرَفَ قُلْنَا لَهُ: مَا هذا؟ فَقَالَ: إنِّي لا أزيدُكُمْ عَلَىٰ ما رأيْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ، أو: هكذا صَنعَ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم. رواه الحاكم وقال: حديث صحيح[7].
Dalam riwayat lain disebutkan, "Dia bertakbir sebanyak empat kali takbir lalu berdiri beberapa saat hingga aku (perawi) mengira bahwa dia akan melakukan takbir kelima, kemudian dia bersalam ke kanan dan ke kiri. Tatkala dia salam, kami berkata kepadanya, 'Apa yang engkau lakukan ini?' Maka dia menjawab, 'Sesungguhnya aku tidak melakukan pada kalian lebih dari yang pernah aku lihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukannya.' Atau dia berkata, 'Seperti inilah yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.'" (HR. Al-Ḥākim dan dia berkata, "Hadis sahih") [7].
1) يُستحب التطويل في الدعاء للميت، لأن المقام مقام طلب رحمة ومغفرة.
1) Dianjurkan memperpanjang doa untuk orang yang meninggal saat menyalatinya, karena waktu itu adalah waktu untuk meminta rahmat dan ampunan.
2) ظاهر الحديث أن في صلاة الجنازة تسليماً مثل تسليم الصلاة مرتين.
2) Makna lahiriah hadis ini bahwa salat jenazah memiliki dua kali salam seperti salam salat secara umum.
3) بيان طريقة الصحابة في اقتدائهم برسول الله صلى الله عليه وسلم في عباداتهم : «هكذا صنع رَسُول الله صلى الله عليه وسلم».
3) Menjelaskan prinsip para sahabat dalam meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam ibadah mereka; "Seperti inilah yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."