1/1009ــ عَنْ أبي سعيدٍ رافعِ بنِ المعلَّىٰ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ لي رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «ألاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ في الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ المَسْجِدِ؟» فَأَخَذَ بِيَدِي، فَلَمَّا أَرَدْنا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ الله، إنَّكَ قُلْت: لأُعَلَمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ في الْقُرْآنِ؟ قالَ: «الحَمْدُ للهِ رَبّ العَالَمِينَ، هِيَ السَبْعُ المَثَاني وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذي أُوتِيتُهُ». رواه البخاري.
1/1009- Abu Sa'īd Rāfi' bin Al-Mu'allā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, "Maukah engkau aku ajari surah yang paling agung dalam Al-Qur`ān sebelum engkau keluar dari masjid?" Lalu beliau memegang tanganku. Ketika kami hendak keluar, aku berkata, "Wahai Rasulullah! Bukankah engkau telah mengatakan, 'Sungguh aku akan mengajarimu surah yang paling agung dalam Al-Qur`ān?'" Beliau menjawab, "Yaitu 'Alḥamdulillāhi Rabbil-'Ālamīn' (Surah Al-Fātiḥah); ia adalah As-Sab'u Al-Maṡānī (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur`ān Al-'Aẓīm yang telah diberikan kepadaku." (HR. Bukhari)
1) سورة الفاتحة هي أعظم سورة في القرآن، لأنها أم الكتاب، وجميع معاني القرآن ترجع إلىٰ هذه السورة.
1) Surah Al-Fātiḥah adalah surah yang paling agung dalam Al-Qur`ān karena merupakan Ummul-Kitāb (induk Al-Qur`ān), karena semua makna Al-Qur`ān kembali ke surah ini.
2) سُمِّيت الفاتحة بالسبع المثاني؛ لأن آياتها سبع، ولأنها تُثنىٰ ــ أي تكرر ــ في كل ركعة من الصلوات.
2) Surah Al-Fātiḥah dinamakan juga dengan As-Sab'ul-Maṡānī (tujuh ayat yang diulang-ulang), karena jumlah ayatnya ada tujuh dan karena diulang-ulang di setiap rakaat salat.
3) تألف الرسول صلى الله عليه وسلم قلوبَ أصحابه بإفادتهم وحسن تعليمهم، فانظر كيف أخذ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم بيد الصحابي، ومشىٰ معه إلىٰ باب المسجد ممسكاً بيده، كل ذلك يدخل الألفة علىٰ القلوب.
3) Cara Rasululullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil hati sahabat-sahabatnya dengan memberikan mereka ilmu serta mengajarkan mereka dengan baik. Lihatlah bagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggandeng tangan sahabat ini lalu berjalan bersamanya menuju pintu masjid sambil memegang tangannya, semua itu akan memasukkan rasa keakraban dan kedekatan dalam hati.
2/1010ــ عَنْ أبي سعيد الخُدْريّ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ في {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ}: «والذي نفسِي بيدِهِ، إنَّها لَتعدِلُ ثُلُثَ القُرآنِ».
2/1010- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda tentang Surah 'Qul Huwallāhu Aḥad', "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Sungguh ia setara dengan sepertiga Al-Qur`ān."
وفي رواية: أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ لأصحابه: «أيعجزُ أحدُكُمْ أنْ يقرأَ بثُلُثِ القرآنِ في ليلةٍ» فشقَّ ذلك عليهمْ، وقالُوا: أيُّنا يطيقُ ذلك يارسولَ اللهِ، فقال: «قلْ هو اللهُ أحدٌ، اللهُ الصَّمدُ: ثُلُثُ القرآنِ». رواه البخاري.
Dalam riwayat lain: bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada para sahabatnya, "Tidakkah kalian mampu membaca sepertiga Al-Qur`ān dalam satu malam?" Ternyata hal itu berat atas mereka. Mereka lantas berkata, "Wahai Rasulullah! Siapakah di antara kami yang mampu melakukannya?" Beliau bersabda, "Surah 'Qul Huwallāhu Aḥad Allāhu Aṣ-Ṣamad' sama dengan sepertiga Al-Qur`ān." (HR. Bukhari)
3/1011 ــ وعَنْهُ أَنَّ رَجُلاً سَمعَ رَجُلاً يَقْرَأ {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ} يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إلىٰ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ، وَكأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فقالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدهِ، إنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ». رواه البخاري.
3/1011- Juga dari Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa seorang laki-laki telah mendengar seseorang membaca Surah 'Qul Huwallāhu Aḥad' dengan mengulang-ulangnya. Keesokan harinya dia datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan hal itu kepada beliau, dan seakan-akan laki-laki itu menganggapnya sedikit. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya! Sesungguhnya surah itu benar-benar setara dengan sepertiga Al-Qur`ān." (HR. Bukhari)
4/1012ــ وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ في {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ}: «إنها تَعْدلُ ثُلُثَ القُرآن». رواه مسلم.
4/1012- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda tentang Surah 'Qul Huwallāhu Aḥad', "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Sungguh ia setara dengan sepertiga Al-Qur`ān." (HR. Muslim)
1) {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ}: سورة الإخلاص، سُميت بذلك لأن الله تعالىٰ أخلصها لنفسه، فلم يذكر فيها إلَّا أسماءه وصفاته، فهي مشتملة علىٰ توحيد الله تعالىٰ، وهذا من عظم التوحيد في ديننا.
1) Surah 'Qul Huwallāhu Aḥad' adalah Surah Al-Ikhlāṣ; dinamakan demikian karena Allah -Ta'ālā- memurnikan surah ini untuk diri-Nya, yaitu Allah tidak menyebutkan di dalamnya kecuali nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Surah ini berisikan penauhidan Allah -Ta'ālā-, dan ini menunjukkan keagungan tauhid dalam agama kita.
2) توحيد الله تعالىٰ ثلث القرآن، لأن علوم القرآن دائرة علىٰ علوم ثلاثة: التوحيد، والأحكام، والجزاء، فكانت سورة الإخلاص تعدل ثلث القرآن، لأن فيها التوحيد الخالص.
2) Pengesaan Allah -Ta'ālā- adalah sepertiga Al-Qur`ān; karena ilmu yang dikandung Al-Qur`ān berkisar pada tiga macam ilmu: tauhid, hukum-hukum (fikih), dan balasan. Maka Surah Al-Ikhlās setara sepertiga Al-Qur`ān karena ia berisikan tauhid yang murni.
3) المعادلة الواردة في الحديث في الأجر والجزاء، لا في الإجزاء، فهي لا تغني عن باقي معاني القرآن.
3) Penyetaraan yang disebutkan dalam hadis ialah dalam hal pahala dan ganjaran, bukan dalam hal penyukupan, sehingga Surah Al-Ikhlāṣ tidak dapat menyukupkan dari makna-makna Al-Qur`ān lainnya.
5/1013ــ عَنْ أنس رضي الله عنه أنَّ رجُلاً قَالَ: يارسولَ اللهِ إنِّي أحبُّ هذه السُّورةَ: {قُل هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ} قَالَ: «إنَّ حُبَّها أدْخَلَكَ الجَنَّةَ». رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسن. ورواه البخاري في صحيحه تعليقاً.
5/1013- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku menyukai surah ini, 'Qul huwallāhu aḥad'." Beliau bersabda, "Sungguh, mencintainya telah memasukkanmu ke dalam surga." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan") Hadis ini juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam Ṣaḥīḥ-nya secara mu'allaq.
1) إنَّ محبة السورة المتضمنة للتوحيد سبب لدخول الجنة، فالتوحيد مفتاح باب الجنة.
1) Mencintai surah yang mengandung tauhid adalah sebab masuk surga, karena tauhid adalah kunci pintu surga.
2) إنَّ العمل الصالح سبب لدخول العبد الجنة، وأعظم العمل هو: تحقيق التوحيد في حياة العبد.
2) Amal saleh adalah sebab untuk masuk surga, dan amal saleh yang paling besar adalah merealisasikan tauhid dalam kehidupan hamba.
6/1014ــ وعَنْ عقبةَ بنِ عامرٍ رضي الله عنه أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «ألمْ تَرَ آياتٍ أُنزلَتْ هذه اللَّيلةَ لَمْ يُرَ مثْلُهُنَّ قطُّ؟ {قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلفَلَقِ}، و{قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ}. رواه مسلم.
6/1014- 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidakkah engkau mengetahui ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini yang belum pernah ada sama sekali tandingannya? Yaitu, 'Qul A'ūżu Birabbil-Falaq' dan 'Qul A'ūżu Birabbin-nās'." (HR. Muslim)
7/1015ــ وعَنْ أبي سعيد الخُدْريّ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يتعوَّذُ من الجانِّ، وعَيْنِ الإنسَانِ، حَتَّىٰ نزَلَتْ المعوِّذتان، فلمَّا نزَلَتَا أخَذَ بهمَا، وتركَ مَا سوَاهُمَا. رواه الترمذي وقال: حديث حسن.
7/1015- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berlindung dari jin dan tatapan (hasad) manusia, hingga turun Al-Mu'awwiżatān (Surah Al-Falaq dan An-Nās). Setelah keduanya turun, beliau berpegang pada keduanya dan meninggalkan (doa perlindungan) lainnya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
1) الرقية بالقرآن عامة، وبالمعوذات خاصة، تحصينٌ للمؤمن من العين وأذىٰ الإنس والجان.
1) Ruqyah dengan Al-Qur`ān secara umum, khususnya dengan surah-surah Al-Mu'awwiżāt adalah perlindungan bagi orang beriman dari penyakit 'ain serta gangguan manusia dan jin.
2) فضيلة المعوذتين: {قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلفَلَقِ}{قُل أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ}، لأن فيهما الالتجاء التام إلىٰ الله تعالىٰ، وقطع التعلق بالأسباب الدنيوية، فما تعوّذ بهما متعوذ عن إيمان وصدق، إلَّا أعاذه الله _عز وجل_.
2) Keutamaan Al-Mu'awwiżatain (Surah Al-Falaq dan An-Nās), karena di dalamnya terkandung permohonan perlindungan yang utuh kepada Allah -Ta'ālā- serta pemutusan kebergantungan kepada sebab-sebab duniawi. Tidaklah seseorang berlindung dengan keduanya atas dasar iman dan pembenaran, kecuali Allah -'Azza wa Jalla- akan melindunginya.
3) إن الاكتفاء بالقرآن عما سواه هو سبيل الموفَّق من عباد الله تعالىٰ.
3) Mencukupkan diri dengan Al-Qur`ān dan meninggalkan yang lain adalah prinsip hamba Allah -Ta'ālā- yang diberi taufik.
8/1016ــ عَنْ أبي هُرَيْرَة رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مِنَ القُرآنِ سُورةٌ ثَلاثُونَ آيةً، شَفَعَتْ لرجلٍ حَتَّىٰ غُفرَ لَهُ، وهيَ {تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلمُلكُ}». رواه أبو داود والترمذي وقال: حديث حسن. وفي رواية أبي داود: «تشفع».
8/1016- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada sebuah surah dari Al-Qur`ān yang terdiri dari tiga puluh ayat, yang memberi syafaat kepada seseorang hingga dosa-dosanya diampuni, yaitu Tabārakallażī Biyadihil-Mulk (Al-Mulk)." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan"). Dalam riwayat Abu Daud disebutkan, "akan memberi syafaat."
1) فضيلة سورة الملك، لأنها تشفع لصاحبها كما ورد في نص الحديث.
1) Keutamaan Surah Al-Mulk karena akan memberi syafaat kepada orang yang senantiasa membacanya, sebagaima yang disebutkan oleh nas hadis.
2) المتمسك بالقرآن الكريم موعود بالشفاعة والمغفرة بإذن الله تعالىٰ.
2) Orang yang berpegang kepada Al-Qur`ān Al-Karīm dijanjikan syafaat dan ampunan dengan seizin Allah -Ta'ālā-.
عدد آيات السور كَانَ معروفاً في زمن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وإلىٰ يومنا، وهذا دليل علىٰ حفظ الله للقرآن الكريم في ألفاظه ومعانيه، فادعاء تحريف القرآن من الكفر المخرج عن الإسلام.
Jumlah ayat-ayat surah Al-Qur`ān telah diketahui sejak masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hingga masa kita sekarang, dan ini adalah bukti penjagaan Allah terhadap Al-Qur`ān Al-Karīm baik lafalnya maupun maknanya, sehingga mengklaim adanya penyelewengan pada Al-Qur`ān termasuk kekafiran yang mengeluarkan dari Islam.
9/1017ــ عَنْ أبي مسعود البدري رضي الله عنه عنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ قرأ بالآيتَينْ مِن آخرِ سُورةِ البَقَرةِ في ليلةٍ كَفَتَاهُ». متفق عليه.
9/1017- Abu Mas'ūd Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah pada malam hari, niscaya kedua ayat itu telah mencukupinya." (Muttafaq 'Alaih)
قيلَ: كَفَتَاهُ المَكْروهَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، وَقِيلَ: كَفَتَاهُ مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ.
Ada yang mengatakan, maksudnya adalah kedua ayat tersebut mencukupinya sebagai pelindung dari semua keburukan pada malam itu. Pendapat lainnya mengatakan, maksudnya adalah bahwa kedua ayat itu mencukupinya dari mengerjakan salat malam.
10/1018ــ عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «لا تجعلُوا بيوتَكُمْ مقابرَ، إنَّ الشَّيْطانَ ينفرُ مِنَ البيتِ الذي تُقْرأ فيهِ سورةُ البَقَرةِ». رواه مسلم.
10/1018- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya Surah Al-Baqarah." (HR. Muslim)
1) فضيلة سورة البقرة والآيتين في آخرها، فإنها تكفي مَن قرأها الشرورَ كلها.
1) Keutamaan Surah Al-Baqarah dan dua ayat terakhirnya, karena ia akan menjaga orang yang membacanya dari seluruh keburukan.
2) إنَّ قراءة سورة البقرة في البيت حصن من الشيطان أن يدخله، فهل عرفنا كيف نُحصن بيوتنا؟!
2) Membaca Surah Al-Baqarah di dalam rumah adalah benteng dari setan sehingga ia tidak bisa masuk. Apakah kita telah mengetahui bagaimana kita membentengi rumah kita?!
3) الوصية بعمارة البيوت بالقرآن الكريم حَتَّىٰ لا تكون كالمقابر.
3) Pesan supaya meramaikan rumah dengan Al-Qur`ān Al-Karīm agar rumah tidak menjadi seperti kuburan.
11/1019ــ عَنْ أُبيِّ بنِ كعبٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «يا أبا المُنْذِرِ، أتدري أيُّ آيةٍ مِن كتابِ اللهِ مَعَكَ أعظمُ؟» قلتُ: {ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلحَيُّ ٱلقَيُّومُ}، فَضَرَبَ في صَدْري، وقال: «لِيهْنَكَ العلمُ أبا المُنْذِرِ». رواه مسلم.
11/1019- Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai Abul-Munżir! Apakah engkau mengetahui manakah ayat yang paling agung dari Kitābullāh yang engkau hafal?" Aku menjawab, "Yaitu, Allāhu lā ilāha illā huwa al-ḥayyu al-qayyūm (Ayat Kursi)." Kemudian beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga ilmu dimudahkan bagimu, wahai Abul-Munżir." (HR. Muslim)
يهنك: هنيئاً لك.
يَهْنَكَ (yahnaka): mudah bagimu.
1) إنَّ آية الكرسي أعظم آية في كتاب الله تعالىٰ، لاشتمالها علىٰ معاني عظيمة من توحيد الله تعالىٰ، وذكر أسمائه الحسنىٰ وصفاته العلىٰ.
1) Ayat Kursi adalah ayat yang paling agung dalam Kitab Allah -Ta'ālā- karena berisikan makna-makna yang agung berupa penauhidan Allah -Ta'ālā- serta menyebutkan nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi.
2) آية الكرسي اشتملت علىٰ عشر جُمَل من صفات الله _عز وجل_، كلها في إخلاص التوحيد لله تعالىٰ.
2) Ayat Kursi berisikan sepuluh kalimat yang mengandung sifat-sifat Allah -'Azza wa Jalla-, seluruhnya tentang pemurnian tauhid untuk Allah.
3) إن العلم بالتوحيد هو من العلم العظيم الذي يُفرح به، ويُهنَّأ صاحبه عليه.
3) Mengetahui tauhid merupakan ilmu yang agung yang patut dibanggakan serta pemiliknya patut diberikan ucapan selamat.
12/1020ــ عن أبي هريرةَ رضي الله عنه قال: وَكَّلَني رسولُ الله صلى الله عليه وسلم بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ، فَأَتَاني آتٍ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لأَرْفَعَنَّكَ إلىٰ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، قالَ: إنِّي مُحْتَاجٌ، وَعَلَيَّ عِيَالٌ، وَبِي حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ، فَخَلَّيْتُ عَنْهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ رَسُولُ الله: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟». قُلْتُ: يَا رسُولَ الله شَكَا حَاجَةً وَعِيالاً، فَرَحِمْتُه، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. فَقَالَ: «أَمَا إِنهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ» فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم. فَرَصَدْتُهُ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَقُلْتُ: لأرْفَعَنَّكَ إلىٰ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، قَالَ: دَعْنِي فَإنِّي مُحْتَاجٌ، وَعَلَيَّ عِيَالٌ، لا أَعُودُ، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ لِي رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟» قُلْتُ: يَا رَسُولَ الله، شَكَا حَاجَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُه، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَقَالَ: «إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ». فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، فقُلْتُ: لأرْفَعَنَّكَ إلىٰ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، وَهذا آخِرُ ثَلاثِ مَرَّاتٍ، أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّكَ لاَ تَعُودُ، ثُمَّ تَعُودُ! فقال: دَعْنِي، فَإنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللهُ بِهَا، قلتُ: مَا هُنَّ؟ قال: إذا أَوَيْتَ إلىٰ فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ، فإِنَّهُ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ الله حَافِظٌ، وَلا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّىٰ تُصْبِحَ، فَخَلَّيْتُ سَبيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ ؟» قلْت: يَا رَسُولَ الله، زَعَمَ أنَّهُ يُعَلّمُنِي كَلِمَاتٍ يَنْفَعُني اللهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَه، قالَ: «مَا هِيَ؟» قلتُ: قالَ لي: إذا أَوَيْتَ إلىٰ فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيةَ الْكُرْسِيِّ مِنْ أَوِّلَها حَتَّىٰ تَخْتِمَ الآيَة: ﴿الله لا إله إلا هو الحي القيوم﴾ وقالَ لي: لا يَزَالُ عَلَيْكَ مِنَ الله حَافِظٌ، وَلَن يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّىٰ تُصْبِحَ، فقالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «أَمَا إنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ، وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاثٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟» قلت: لا، قال: «ذَاكَ شَيْطَانٌ». رواه البخاري.
12/1020- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menunjukku untuk menjaga zakat Ramadan. Tiba-tiba ada yang datang dan langsung mengambil makanan itu dengan kedua tangannya. Maka aku menangkapnya dan berkata, "Sungguh, aku akan membawamu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Ia menjawab, "Aku orang yang butuh dan aku memiliki tanggungan keluarga. Aku sedang sangat butuh." Sehingga aku melepaskannya. Ketika pagi hari, Rasulullah bertanya, "Wahai Abu Hurairah! Apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Ia mengeluhkan kebutuhan dan tanggungan keluarganya. Sehingga aku merasa iba padanya dan melepaskannya." Beliau berkata, "Ketahuilah, ia telah membohongimu, dan ia akan kembali." Aku pun yakin ia akan kembali berdasarkan perkataan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka aku menunggunya. Dan benar, dia datang lagi mengambil makanan itu. Aku berkata, "Sungguh, aku akan membawamu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Ia berkata, "Lepaskanlah aku. Sesungguhnya aku orang yang butuh dan aku memiliki tanggungan keluarga. Aku tidak akan kembali." Aku merasa iba padanya lalu melepaskannya. Ketika pagi hari, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepadaku, "Wahai Abu Hurairah! Apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Ia mengeluhkan kebutuhannya dan tanggungan keluarganya. Sehingga aku merasa iba padanya dan melepaskannya lagi." Beliau bersabda, "Sungguh, ia telah membohongimu, dan ia akan kembali." Aku pun menunggunya untuk ketiga kalinya. Benar, ia datang lagi mengambil makanan itu dengan kedua tangannya. Lalu aku menangkapnya dan berkata, "Sungguh, aku benar-benar akan membawamu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini adalah yang ketiga kalinya engkau mengatakan tidak akan kembali. Tetapi kamu kembali lagi!" Ia berkata, "Lepaskanlah aku. Aku akan ajarkan kepadamu beberapa kata, dengannya Allah akan memberimu manfaat." Aku bertanya, "Apa kata-kata itu?" Ia berkata, "Bila engkau telah datang ke tempat tidurmu, maka bacalah Ayat Kursi. Maka akan senantiasa penjaga yang dikirim Allah untukmu, dan engkau tidak akan didekati oleh setan hingga pagi hari." Maka aku pun melepaskannya. Lalu ketika pagi hari, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepadaku, "Apa yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Ia mengaku akan mengajariku beberapa kata, dengannya Allah akan memberiku manfaat. Sehingga aku melepaskannya." Beliau bertanya, "Apa kata-kata itu?" Aku berkata, "Ia mengatakan, bila engkau telah datang ke tempat tidurmu, bacalah Ayat Kursi mulai dari awal hingga engkau menuntaskan ayat itu, yaitu Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm. Ia mengatakan, niscaya akan senantiasa penjagamu yang dikirim Allah, dan engkau tidak akan didekati oleh setan hingga pagi hari." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketahuilah, sungguh ia telah berkata benar kepadamu, padahal ia itu pembohong. Tahukah engkau siapa lawan bicaramu sejak tiga malam ini, wahai Abu Hurairah?" Aku menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Ia itu adalah setan." (HR. Bukhari)
يحثو: يأخذ.
يَحْثُوْ (yaḥṡū): mengambil.
1) المحافظة علىٰ قراءة آية الكرسي كلما جاء الإنسان إلىٰ فراشه للنوم، لأنها تحفظ العبد من الشرور.
1) Terus-menerus membaca Ayat Kursi setiap kali datang ke tempat tidur untuk tidur karena hal itu akan menjaga hamba dari semua keburukan.
2) قَبول الحق ممن جاء به، حَتَّىٰ ولو كَانَ قائِله مبطلاً، فإن علىٰ الحق نوراً يُعرف به.
2) Menerima kebenaran dari siapa pun yang membawanya, sekalipun orang yang menyampaikannya adalah orang yang ada dalam kebatilan, karena kebenaran memiliki cahaya sebagai alat untuk mengenalnya.
3) إن عِلمَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم بما جرىٰ مَعَ الصحابي، مَعَ أنه لَمْ يكن حاضراً معه، آية من آيات الرسول صلى الله عليه وسلم، وهذا بوحي من الله تعالىٰ: {عَٰلِمُ ٱلغَيبِ فَلَا يُظهِرُ عَلَىٰ غَيبِهِۦٓ أَحَدًا * إِلَّا مَنِ ٱرتَضَىٰ مِن رَّسُول} [الجن: 26، 27].
3) Pengetahuan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang apa yang terjadi pada sahabat ini padahal beliau tidak hadir bersamanya merupakan salah satu tanda benarnya kerasulan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan hal ini berdasarkan wahyu dari Allah -Ta'ālā-, "Dia mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya." (QS. Al-Jinn: 26-27)
4) الشيطان قد يتمثل بصورة الإنسان، ويتمثل بصورة الكلاب والحيات. والمؤمن الذي يتحصن بالأوراد الشرعية النبوية لا تضره الشياطين شيئاً.
4) Setan kadang menjelma dalam rupa manusia, dan kadang menjelma dalam rupa anjing dan ular. Orang beriman yang membentengi diri dengan wirid-wirid yang diajarkan Nabi tidak akan dicelakakan sedikit pun oleh setan.
13/1021ــ عن أبي الدرداء رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَن حفظَ عشْرَ آياتٍ مِن أوَّلِ سورةِ الكَهْفِ عُصمَ مِنَ الدَّجَّالِ». وفي رواية: «مِن آخرِ سورةِ الكَهْفِ». رواهما مسلم.
13/1021- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal Surah Al-Kahfi, niscaya Dia dilindungi dari Dajal." Dalam riwayat lain, " ... dari akhir Surah Al-Kahfi ..." (HR. Muslim)
1) فتنة الدجال أعظم فتنة وُجدت علىٰ الأرض، منذ خلق الله تعالىٰ آدم عليه الصَّلاة والسلام إلىٰ قيام الساعة.
Fitnah Dajal adalah fitnah paling besar yang ada di muka bumi sejak Allah menciptakan Adam -'alaihissalām- hingga hari kiamat.
2) من أسباب الوقاية من فتنة الدجال: حفظ عشر آيات من أول سورة الكهف أو من آخرها.
2) Di antara sebab perlindungan dari fitnah Dajal ialah menghafal sepuluh ayat pertama atau sepuluh ayat terakhir dari Surah Al-Kahfi.
3) رحمة الرسولصلى الله عليه وسلم بأمته، إذ هدىٰ المؤمنين إلىٰ مَا فيه نجاتهم من الفتن عموماً، فأرشدنا إلىٰ مَا نعتصم به من فتنة الدجال، باللجوء إلىٰ القرآن الكريم.
3) Besarnya kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya, beliau senantiasa membimbing mereka pada semua yang mendatangkan keselamatan bagi mereka dari berbagai fitnah, serta mengajarkan pada kita semua cara untuk melindungi diri dari fitnah Dajal, yaitu dengan kembali kepada Al-Qur`ān Al-Karīm.
14/1022 ــ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: بَيْنَمَا جِبْرِيلُ –عليه السلام_ قَاعِدٌ عِندَ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم سَمعَ نَقِيضاً مِنْ فَوْقِهِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: «هذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتحَ اليَوْمَ، وَلَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إلَّا اليَوْمَ»، فَنَزَلَ مِنه مَلكٌ، فقالَ: «هذا مَلَكٌ نَزَلَ إلىٰ الأَرْضِ، لمْ ينزِلْ قَطُّ إلَّا اليَوْمَ، فَسَلَّمَ وقال: «أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوتِيتَهُمَا، لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةِ الكِتَابِ، وَخَوَاتِيمِ سُورَةِ البَقَرَةِ، لَن تَقرَأَ بِحَرْفٍ منها إلَّا أُعْطِيتَه». رواه مسلم.
14/1022- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Ketika Jibril -'alaihis-salām- duduk di sisi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia mendengar ada suara dari atasnya. Lantas Jibril mengangkat kepalanya lalu berkata, 'Ini adalah suara sebuah pintu langit yang dibuka hari ini, dan pintu itu sama sekali belum pernah dibuka sebelumnya kecuali hari ini.' Lalu turunlah satu malaikat dari pintu itu. Jibril berkata, 'Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, sama sekali dia tidak pernah turun kecuali hari ini.' Malaikat itu mengucapkan salam lalu berkata, 'Bergembiralah (wahai Muhammad) dengan dua cahaya yang telah dikaruniakan kepadamu, yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, (yaitu): Al-Fātiḥah dan penutup Surah Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf pun dari ayat-ayat itu (yang berisi permohonan) melainkan engkau pasti diberikan apa yang engkau mohon.'" (HR. Muslim)
«النقيض»: الصَّوت.
النَّقِيْضُ (an-naqīḍ): suara.
1) إظهار فضيلة خاصة لسورة الفاتحة، وخواتيم سورة البقرة، من قوله تعالىٰ: {ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلمُؤمِنُونَ} إلىٰ آخر السورة.
1) Menampakkan keutamaan khusus Surah Al-Fātihah dan dua ayat penutup Surah Al-Baqarah yang dimulai dari firman Allah -Ta'ālā-: "Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`ān) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman ... " Hingga akhir surah.
2) مَا من مؤمن يقرأ بالآيتين الأخيرتين، موقناً بهما، إلَّا آتاه الله تعالىٰ مَا فيهما من الطلب.
2) Tidaklah seorang mukmin membaca dua ayat yang terakhir tersebut dengan penuh keyakinan, kecuali Allah -Ta'ālā- akan memberinya semua permintaan yang ada di dalamnya.
3) فضيلة هذه الأمة، لِمَا خصّها الله تعالىٰ به وخصّ نبيّها صلى الله عليه وسلم من فضائل، دون سائر الأمم والأنبياء.
3) Keutamaan umat Islam, karena banyaknya keutamaan yang Allah berikan secara khusus kepada mereka dan kepada nabi mereka -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tanpa umat dan nabi-nabi yang lain.