قالَ الله تَعَالىٰ: {يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسخَر قَوم مِّن قَومٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيرا مِّنهُم وَلَا نِسَآء مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيرا مِّنهُنَّ وَلَا تَلمِزُوٓاْ أَنفُسَكُم وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلأَلقَٰبِ بِئسَ ٱلِٱسمُ ٱلفُسُوقُ بَعدَ ٱلإِيمَٰنِ وَمَن لَّم يَتُب فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ} [الحجرات: 11]، وقالَ تَعَالىٰ: {وَيل لِّكُلِّ هُمَزَة لُّمَزَةٍ} [الهمزة: 1].
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Ḥujurāt: 11) Dia juga berfirman, "Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela." (QS. Al-Humazah: 1)
1) تحريم السخرية بالمسلمين واحتقارهم، فذلك ينافي مقتضيات الإيمان.
1) Pengharaman mengolok dan merendahkan kaum muslimin karena yang demikian itu bertentangan dengan konsekuensi iman.
2) علىٰ العباد دوام التوبة إلىٰ الله من الأقوال والأفعال المتضمنة للسخرية بأهل الإيمان، لأنها محبطة للأعمال.
2) Hamba wajib terus bertobat kepada Allah dari ucapan dan perbuatan yang mengandung ejekan terhadap orang beriman karena dapat menggugurkan pahala amalannya.
1/1574 ــ وعن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «بحَسْبِ امْرئٍ منَ الشَّرِّ أن يُحَقِّرَ أخَاهُ المُسلمَ».
1/1574- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Cukuplah seseorang dianggap buruk jika ia merendahkan saudaranya sesama muslim."
رواه مسلم، وقد سبق قريباً بطوله.
(HR. Muslim). Hadis ini telah disebutkan sebelumnya secara sempurna.
1) شدة التحذير من احتقار المسلم أخاه المسلمَ، فذلك سبب لتفكك الرابطة الأخوية بين المسلمين.
1) Kerasnya peringatan dari tindakan merendahkan sesama muslim, karena itu merupakan sebab tercerai-berainya ikatan persaudaraan di antara umat Islam.
2) التحذير من الإثم العظيم في احتقار المسلم، فقد جعله رسول الله صلى الله عليه وسلم علامةً علىٰ عِظَم الشّرّ.
2) Peringatan dari besarnya dosa merendahkan seorang muslim; yaitu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadikannya sebagai tanda besarnya keburukan.
2/1575ــ وعن ابن مسعود رضي الله عنه عنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كانَ في قَلْبه مثْقَالُ ذرَّة منْ كِبْرٍ» فقالَ رجُلٌ: إنَّ الرَّجُلَ يُحبُّ أن يكونَ ثَوْبُهُ حَسَناً، ونَعْلُهُ حَسَنَةً، فقال: «إنَّ اللهَ جميلٌ يُحبُّ الجَمَالَ، الكبرُ بَطَرُ الحَقِّ، وغَمْطُ النَّاسِ». رواه مسلم.
2/1575- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya masih terdapat sifat sombong seberat zarah." Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya ada orang yang senang jika pakaiannya bagus dan sandalnya pun bagus." Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia." (HR. Muslim)
ومعنىٰ «بَطَرُ الحَقِّ»: دَفْعُه، «وغَمْطُهُم»: احْتِقَارُهُمْ، وقد سبق بيانُهُ أوضحَ من هذا في (باب الكِبرِ).
بَطَرُ الحَقِّ (baṭarul-ḥaqq): menolak kebenaran. غَمْطُهُم (gamṭuhum): merendahkan mereka. Penjelasan hadis ini telah dibawakan sebelumnya dengan penjelasan yang lebih detail dalam Bab Pengharaman Sombong.
1) الكِبْرُ من أسوء الأخلاق، فهو يُردي صاحبه في نار جهنم، ويمنع من دخول الجنة.
1) Sifat sombong termasuk akhlak yang paling buruk, ia menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka jahanam dan menghalanginya dari masuk surga.
2) إنّ قَبول الحق، والتواضع للخلق، من صفات المؤمنين.
2) Menerima kebenaran dan tawaduk kepada sesama makhluk termasuk sifat orang beriman.
3) الترغيب في التعليم، بالسؤال عما يُشْكِل، فمن صعبت عليه مسألة فَلْيسأل عنها أهل العلم.
3) Anjuran untuk belajar dengan cara menanyakan apa yang membingungkannya, maka siapa yang kesulitan memahami suatu permasalahan hendaklah menanyakannya kepada orang berilmu.
3/1576ــ وعن جندُب بن عبد الله رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «قَالَ رجلٌ: واللهِ لا يغْفرُ اللهُ لفُلانٍ، فقال اللهُ _عز وجل_: مَنْ ذا الذي يَتَألَّىٰ عليَّ أن لا أغْفر لفُلانِ! إنِّي قد غَفَرْتُ لَهُ، وأحْبَطْتُ عَمَلَكَ». رواه مسلم.
3/1576- Jundub bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang laki-laki berkata, 'Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si polan.' Maka Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Siapa yang bersumpah kepada-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si polan? Sungguh Aku telah mengampuninya dan Aku telah menghapuskan amalmu.'" (HR. Muslim)
يتألىٰ: يحلف علىٰ الله تعالىٰ.
يَتَألَّىٰ (yata`allā): bersumpah kepada Allah -Ta'ālā-.
1) بيان سعة رحمة الله _عز وجل_ ومغفرته لعباده.
1) Menjelaskan luasnya rahmat dan ampunan Allah -'Azza wa Jalla- kepada hamba-Nya.
2) إن العبد ليتكلم بالكلمة لا يلقي لها بالاً يخسر بها آخرته، فاحرصْ يا أخي علىٰ تدبر الكلام قبل أن ينطق به لسانُك.
2) Seorang hamba kadang mengucapkan sebuah kalimat yang tidak dia perhatikan akibatnya, lalu dengan sebab itu dia kehilangan akhiratnya. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah untuk selalu mencermati ucapan sebelum diucapkan oleh lisan Anda.