قَالَ الله تَعَالَى: {مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ حَمِيمٖ وَلَا شَفِيعٖ يُطَاعُ} [غافر: 18] ، وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِير} [الحج: 71].
Allah --Ta'ālā-- berfirman, "Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang zalim dan tidak ada baginya seorang pemberi syafaat yang diterima (syafaatnya)." (QS. Gāfir: 18) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bagi orang-orang yang zalim tidak ada seorang penolong pun." (QS. Al-Ḥajj: 71)
1ــ ظلم يتعلق بحقوق الله _عز وجل_: كالشرك، والبدع، والكبائر، والصغائر.
1- Kezaliman terkait hak Allah -'Azza wa Jalla-; seperti kesyirikan, bidah, dosa besar, dan dosa kecil.
2 ــ ظلم يتعلق بحقوق العباد: في دمائهم، وأموالهم، وأعراضهم.
2- Kezaliman terkait hak manusia; yaitu pada darah, harta, dan kehormatan mereka.
فمنها حديث أبي ذرٍّ رضي الله عنه المتقدم في آخر باب المجاهدة.
Di antaranya hadis Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- yang telah disebutkan di akhir Bab Mujāhadah.
1/203 ــ وَعَنْ جَابرٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإِنَّ الظُّلْم ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، واتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَىٰ أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلّوا مَحَارِمَهُمْ». رَوَاهُ مُسْلِم.
1/203- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jauhilah perbuatan zalim, karena sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan pada hari Kiamat. Dan jauhilah sifat kikir, karena kikir telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat kikir telah menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan atas mereka." (HR. Muslim)
اتقوا الظلم: احذروه.
اتَّقُوا الظُّلْمَ: jauhilah perbuatan zalim.
الشح: الحرص علىٰ المال مع البخل.
الشُّحُّ (asy-syuḥḥ): tamak terhadap harta disertai kikir.
1) الظلم والشح من كبائر الذنوب، التي تسبب الهلاك في الدنيا، والكربات الشديدة يوم القيامة.
1) Perbuatan zalim dan sikap kikir termasuk dosa besar yang dapat menyebabkan kebinasaan di dunia dan kesengsaraan besar hari Kiamat.
2) البخل ليس صفةً لأهل الإيمان، فإن من صفات المؤمنين الكرم والجود.
2) Kikir bukanlah sifat orang beriman, karena di antara sifat orang beriman adalah dermawan dan murah hati.
2/204 ــ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قالَ: «لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوقَ إِلَىٰ أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّىٰ يُقَادَ للشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ». رَوَاهُ مُسْلِم.
2/204- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh, hak-hak itu akan ditunaikan kepada pemiliknya pada hari Kiamat, sampai-sampai seekor kambing tanpa tanduk pun diberi hak membalas kepada kambing yang bertanduk." (HR. Muslim)
يُقاد: يُقتص.
يُقاد (yuqādu): dikisas.
الجلحاء: التي لاقرن لها.
الْجَلْحَاءِ (al-jalḥā`): yang tidak bertanduk.
القرناء: التي لها قرن.
الْقَرْنَاءُ (al-qarnā`): yang bertanduk.
1) وجوب أداء الحقوق لأهلها.
1) Kewajiban menunaikan hak kepada pemiliknya.
2) حقوق العباد لا يتجاوز عنها، حتىٰ تؤدىٰ إلىٰ أصحابها.
2) Hak makhluk tidak akan dilewatkan sampai ditunaikan kepada pemiliknya.
3) كمال عدل الله _عز وجل_، حتىٰ في وفاء الحقوق بين البهائم. فَلْيَتَّقِ الله من يظلمِ الناس!
3) Sempurnanya keadilan Allah -'Azza wa Jalla- hingga dalam menunaikan hak di antara sesama hewan. Karena itu, hendaklah orang yang menzalimi manusia takut kepada Allah!
3/205 ــ وَعَنْ ابنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: كُنَّا نتَحَدَّثُ عَنْ حَجَّةِ الْوَدَاعِ، وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَيْنَ أَظْهُرِنَا، وَلاَ نَدْرِي مَا حَجَّةُ الْوَدَاعِ، حَتَّىٰ حَمِدَ اللهَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم ، وأَثْنَىٰ عَلَيْهِ، ثُمَّ ذَكَرَ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ وَأطْنَبَ فِي ذِكْرِهِ، وَقَالَ: «مَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ إلَّا أَنْذَرَهُ أُمَّتَهُ: أَنْذَرَهُ نُوح والنَّبيونَ مِنْ بَعْدِهِ، وَإِنَّهُ إِنْ يَخْرُجْ فِيكُمْ فَمَا خَفِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ شَأنِهِ فَلَيْسَ يَخْفَىٰ عَلَيْكُمْ، إِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّهُ أعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنبَةٌ طَافِيَةٌ، أَلا إِنَّ الله حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا، فِي بلدِكُم هذَا، فِي شَهْرِكُمْ هذَا، أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ؟» قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «اللهم اشْهَدْ ــ ثَلاثاً ــ وَيْلَكُمْ، أَوْ ويْحَكُمْ، انْظُرُوا: لا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّاراً يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ». رَوَاهُ البُخَارِيّ، وَرَوَىٰ مُسْلِم بعْضه.
3/205- Ibnu Umar -raḍiyyallāhu 'anhumā- menceritakan, Kami berbincang-bincang tentang haji wadak sedangkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masih hidup di tengah-tengah kami. Kami tidak tahu apa haji wadak itu? Hingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhotbah dengan memuji dan menyanjung Allah kemudian menyebutkan tentang Almasih Dajal dan menjelaskan tentangnya secara panjang lebar. Beliau bersabda, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia mengingatkan umatnya tentang Dajal. Nuh telah memperingatkannya kepada umatnya dan juga nabi-nabi yang datang setelahnya. Sungguh, jika Dajal keluar pada kalian maka kalian tidak akan susah mengetahuinya. Tidak samar bagi kalian bahwa Rabb kalian tidaklah buta sebelah, sedangkan Dajal buta mata sebelah kanannya. Matanya seperti buah anggur yang menonjol. Ketahuilah! Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada sesama kalian darah dan harta kalian, sebagaimana haramnya hari ini, di negeri ini, dan bulan ini. Ketahuilah! Apakah aku telah menyampaikan?" Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Ya Allah, saksikanlah! (sebanyak tiga kali). Celakah kalian, janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, sehingga sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya!" (HR. Bukhari, dan sebagiannya diriwayatkan juga oleh Muslim)
أطنب: بالغ.
أَطْنَبَ (aṭnaba): berlebihan, panjang lebar.
طافية: بارزة.
طَافِيَةٌ (ṭāfiyah): menonjol
1) خطر فتنة الدجال علىٰ الناس، وتحذير الأنبياء جميعاً منه.
1) Besarnya bahaya fitnah Dajal terhadap manusia serta peringatan semua nabi darinya.
2) تحريم دماء المسلمين وأموالهم وأعراضهم، والاعتداء عليها من الظلم المحرم.
2) Pengharaman darah, harta, dan kehormatan kaum muslimin dan sikap melampauinya termasuk kezaliman yang diharamkan.
3) النهي عن الاقتتال، فذلك من أعمال الكفر، وهو من ظلم العباد بعضهم بعضاً.
3) Larangan saling memerangi, karena ia merupakan perbuatan orang-orang kafir dan termasuk kezaliman hamba kepada yang lain.
4/206 ــ وَعَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ». مُتَّفَقٌ عَلَيْه.
4/206- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang berbuat zalim (dengan mengambil) sejengkal tanah, maka itu akan dikalungkan padanya sejumlah tujuh lapis bumi." (Muttafaq 'Alaih)
قيد شبر: قدر شبر.
قِيدَ شِبْرٍ (qaida syibrin): seukuran satu jengkal.
طوقه من سبع أرضين: أن يجعل له طوقاً في عنقه، يحمله أمام الناس، يُخزىٰ به يوم القيامة.
طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ: tujuh lapis bumi dijadikan sebagai kalung di lehernya, dia memikulnya di hadapan manusia, untuk menghinakannya pada hari Kiamat.
1) غصب الأرض من الكبائر، وهو من الظلم المتوعد عليه بالعقوبة.
1) Merampas tanah termasuk dosa besar, karena merupakan kezaliman yang diancam dengan siksa.
2) الجزاء من جنس العمل؛ فمن ظلم عاقبه الله تعالىٰ من جنس ظلمه.
2) Balasan akan sejenis dengan perbuatan, yaitu orang yang berbuat zalim akan disiksa oleh Allah -Ta'ālā- sejenis dengan kezalimannya.
من ملك أرضاً ملكاً صحيحاً ملك ما تحتها، فليس لأحدٍ أن يضع نفقاً تحت أرضه إلا بإذنه، وما وجده في باطن أرضه، فهو له.
Orang yang memiliki tanah dengan kepemilikan yang sah juga memiliki apa yang terkandung di bawah tanah tersebut. Sehingga tidak boleh bagi siapa pun untuk membuat saluran di bawah tanahnya kecuali dengan seizinnya. Apa yang didapatkan di dalam perut tanahnya menjadi miliknya.
5/207 ــ وَعَنْ أَبِي مُوسَىٰ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ، ثُمَّ قَرَأَ: {وَكَذَٰلِكَ أَخۡذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلۡقُرَىٰ وَهِيَ ظَٰلِمَةٌۚ إِنَّ أَخۡذَهُۥٓ أَلِيمٞ شَدِيدٌ}» [هود: 102] مُـتَّفَقٌ عَلَيْه.
5/207- Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah membiarkan orang yang zalim. Namun, apabila Allah telah menghukumnya, Dia tidak akan melepaskannya." Selanjutnya beliau membaca ayat: "Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, lagi sangat berat." (QS. Hūd: 102) (Muttafaq ‘Alaih)
يملي: يمهل ويُؤخر.
يُمْلِيْ (yumlī): membiarkan dan menunda.
1) علىٰ الظالم ألَّا يغتر بنفسه، ولا بإمهال الله له.
1) Orang yang berbuat zalim tidak boleh tertipu dengan dirinya maupun dengan pembiaran Allah kepadanya.
2) يستدرج الله الظالمين ليزدادوا إثماً، فيضاعف لهم العذاب.
2) Allah akan menangguhkan orang-orang yang zalim agar dosa mereka bertambah lalu diazab dengan azab yang berlipat.
6/208 ــ وعَنْ مُعَاذٍ رضي الله عنه قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: «إنَّكَ تَأْتِي قَوْماً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فادْعُهُمْ إِلَىٰ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إلهَ إِلَّا الله، وَأَنِّي رَسُولُ الله، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ الله قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِم خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَة تُؤْخَذُ مِنْ أغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَىٰ فُقَرائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ. وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الله حِجَابٌ». مُتَّفَقٌ عَلَيْه.
6/208- Mu'āż -raḍiyallāhu 'anhu- mengisahkan: Aku diutus oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya beliau bersabda, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka serulah mereka kepada syahadat bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaatimu dalam masalah ini, sampaikan kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka lima kali salat setiap hari dan malam. Jika mereka telah menaatimu dalam masalah itu, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka, yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin mereka. Jika mereka menaatimu dalam masalah itu, maka tinggalkanlah harta-harta mereka yang bagus. Takutlah terhadap doa orang yang dizalimi karena tidak ada penghalang apapun antara doanya dengan Allah." (Muttafaq 'Alaih)
كرائم: نفائس.
كَرَائِم (karā`im): yang bagus.
1) إن أول ما يُدعىٰ إليه الناس هو: شهادة أن لا إله إلا الله. فالتوحيد أول واجب علىٰ العبيد.
1) Perkara pertama yang didakwahkan kepada manusia adalah syahadat lā ilāha illallāh, karena tauhid adalah kewajiban paling pertama terhadap hamba.
2) أهمية الصلاة والزكاة، فهما أفضل أركان الإسلام بعد الشهادتين.
2) Urgensi salat dan zakat karena keduanya adalah rukun Islam paling utama setelah dua kalimat syahadat.
3) تحريم الظلم؛ فلا يجوز للساعي علىٰ الزكاة أن يأخذ أكثر من الواجب.
3) Diharamkan berbuat zalim sehingga tidak boleh bagi amil zakat untuk mengambil lebih dari yang diwajibkan.
4) دعوة المظلوم مستجابة، مسلماً كان أو كافراً، لأن الله حرَّم الظلم بين العباد.
4) Doa orang yang dizalimi mustajab, baik dia muslim maupun kafir, karena Allah telah mengharamkan perbuatan zalim di antara hamba.
7/209 ــ وَعَنْ أَبِي حُمَيْد عَبْدِ الرَّحْمن بْنِ سعدٍ السَّاعِدِيِّ رضي الله عنه قَالَ: اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم رَجُلاً مِنَ الأَزْد يقَالُ لَهُ: ابْنُ اللُّتْبِيَّةِ عَلَىٰ الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ: هذَا لَكُمْ، وَهذَا أُهْدِيَ إِلَيَّ، فَقَامَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم عَلَىٰ الْمِنْبرِ، فَحَمِدَ الله وَأَثْنَىٰ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أسْتَعْمِلُ الرَّجُلَ مِنْكُمْ عَلَىٰ الْعَمَلِ مِمَّا ولاَّنِي اللهُ، فَيَأْتِي فَيَقُولُ: هذَا لَكُمْ، وَهذَا هَديَةٌ أُهْدِيَتْ إِلَيَّ، أَفَلاَ جَلَسَ فِي بيْتِ أَبِيهِ أَوْ أُمِّهِ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُ هَدِيَتُهُ إِنْ كَانَ صَادِقاً؟ وَاللهِ لا يَأْخُذُ أَحَدٌ مِنكُمْ شَيْئاً بِغَيْرِ حَقِّهِ إِلَّا لَقِيَ اللهَ تَعَالَى، يَحْمِلُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلا أَعْرِفَنَّ أَحَداً مِنْكُمْ لَقِيَ الله يَحْمِلُ بَعِيراً لَهُ رُغَاءٌ، أَو بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ»، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّىٰ رؤيَ عُفْرَةُ إِبْطَيْهِ فَقالَ: «اللهم هَلْ بَلَّغْت» ثلاثاً. مُـتَّفَقٌ عَلَيْه.
7/209- Abu Ḥumaid As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengangkat seorang dari Bani Al-Azd bernama Ibnu Al-Lutbiyyah sebagai amil zakat. Ketika dia datang (ke Madinah), dia berkata, "Ini (zakat) untuk kalian dan ini hadiah yang diberikan untukku." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas mimbar dan memuji Allah serta menyanjung-Nya lalu bersabda, "Ammā ba'du. Sesungguhnya aku telah mengangkat seseorang di antara kalian untuk melakukan tugas yang telah diberikan Allah kepadaku lalu orang itu datang dan berkata, 'Ini (zakat) untuk kalian dan ini hadiah untukku.' Sekiranya dia benar, kenapa dia tidak duduk saja di rumah bapak atau ibunya hingga hadiah itu datang. Demi Allah, tidaklah seseorang di antara kalian mengambil sesuatu tanpa hak, kecuali dia bertemu dengan Allah -Ta'ālā- sambil membawa apa yang diambilnya pada hari Kiamat. Maka jangan sampai aku mengetahui salah seorang dari kalian bertemu Allah sambil membawa unta yang bersuara atau sapi yang melenguh atau kambing yang mengembik." Selanjutnya beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat warna putih kedua ketiaknya, lalu bersabda, "Ya Allah! Aku sudah menyampaikan." (tiga kali) (Muttafaq ‘Alaih)
رغاء: صوت الإبل.
رُغَاءٌ (rugā`): suara unta.
خوار: صوت البقرة.
خُوَار (khuwār): suara sapi.
تَيْعَر: تصيح، واليعار هو صوت الشاة.
تَيْعَر (tai'ar): mengembik. Adapun "اليَعَارُ" (al-ya'ār) adalah suara kambing.
عفرة إبطيه: بياضهما الذي ليس بالناصع.
عُفْرَةُ إِبْطَيْهِ ('ufrah ibṭaihi): warna putih tidak terang pada kedua ketiaknya.
1) هدايا العمال غلول ورشوة، ولا يحق للعامل أن يستغل منصبه لمنفعة خاصة.
1) Hadiah kepada para petugas atau pegawai adalah bentuk suap dan sogokan, dan petugas tidak boleh memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
2) ما من ظالم إلا ويأتي بما ظلم به يوم القيامة، فالظلم مرتع مبتغيه وخيم.
2) Tidak ada orang yang berbuat zalim kecuali akan datang pada hari Kiamat dengan membawa kezalimannya. Kezaliman adalah amalan mudah yang membawa bahaya bagi pelakunya.
3) الأسلوب النبوي في النصيحة والتذكير هو التعميم لا التشهير؛ لأن هذا أبلغ في عموم الفائدة، وعدم افتضاح الناس.
3) Metode Nabi dalam memberi nasihat dan peringatan adalah menggunakan bahasa umum, tidak bertujuan membuat malu di depan umum, karena yang seperti ini lebih meluas faedahnya dan tidak mencemarkan nama orang.
8/210 ــ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ، مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلله مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لا يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلمَتِهِ، وإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيَئَّاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ». رَوَاهُ الْبُخَارِيّ.
8/210- Abu Hurairah raḍiyallāhu 'anhu meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa saja yang pernah melakukan suatu kezaliman terhadap saudaranya, baik itu pada harga diri ataupun perkara lain, maka hendaklah ia meminta untuk dihalalkan pada saat ini sebelum datang hari ketika dinar dan dirham sudah tidak berlaku; yaitu jika dia memiliki amal saleh maka akan diambil dari pahala amalan salehnya sebanyak kezalimannya, dan jika ia tidak memiliki kebaikan, maka akan diambil dosa orang yang dizaliminya kemudian dibebankan kepadanya." (HR. Bukhari)
1) يجب علىٰ العبد أن يتحلل من ظلم أخيه، مهما كان الظلم يسيراً.
1) Seorang hamba wajib meminta maaf dari perbuatan zalimnya kepada saudaranya, sekalipun perbuatan zalim itu kecil.
2) أمر الظلم خطير، وحقوق الناس لابد أن تُعطَىٰ لهم، إما في الدنيا وإما في الآخرة.
2) Perkara kezaliman sangat berbahaya dan hak manusia pasti akan dikembalikan kepadanya, baik di dunia maupun di akhirat.
قال بعض العلماء في مسألة الطعن في العرض: إن كان المظلوم لم يبلغه الطعن فلا حاجة أن يعلمه، لئلا يترتب علىٰ الإخبار مفسدة. ولكنْ يستغفرُ الطاعنُ له، ويدعو له، ويثني عليه بالخير في المجالس التي كان يسبه فيها، وبذلك يتحلل منه.
Sebagian ulama berpendapat dalam masalah celaan terhadap kehormatan atau nama baik; bila celaan itu belum sampai kepada orang yang dizalimi maka dia tidak butuh untuk diberitahukan agar pemberitahuan itu tidak merusak hubungan mereka. Orang yang mencela itu cukup meminta ampun dan berdoa untuk orang yang dia zalimi serta menyebutkan kebaikannya di tempat dia mencelanya. Dengan cara itu dia telah melepaskan dirinya dari dosa tersebut.
9/211 ــ وَعَنْ عَبْد الله بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاص رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَىٰ اللهُ عَنْهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيْه.
9/211- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari lisan dan tangannya. Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (Muttafaq 'Alaih)
1) المسلم الحق من سلم المسلمون من لسانه ويده؛ فلا يسبُّهم، ولا يلعنهم، ولا يغتابهم، ولا يعتدي عليهم بالضرب أو الأذية أو ما أشبه ذلك.
1) Muslim sejati adalah orang yang selamat kaum muslimin lainnya dari lisan dan tangannya; yaitu dia tidak mencela dan melaknat mereka, tidak menggibah, dan tidak menzaliminya dengan pukulan, gangguan, atau semisalnya.
2) الظلم يكون باللسان والجوارح، وصاحبه علىٰ خطر عظيم.
2) Perbuatan zalim bisa terjadi dengan lisan dan anggota badan, sementara pelakunya berada pada bahaya yang besar.
10/212 ــ وَعَنْهُ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ عَلَىٰ ثَقَل النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ كِرْكِرَةُ، فَمَاتَ، فَقَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «هُوَ فِي النَّارِ»، فَذَهَبُوا يَنْظُرُونَ إلَيْهِ، فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدْ غَلَّهَا. رَوَاهُ البُخَارِي.
10/212- Masih dari Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia meriwayatkan, "Dahulu ada seseorang yang bekerja membawa barang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang dipanggil Kirkirah. Lalu dia meninggal dunia. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Dia di neraka.' Para sahabat pun pergi untuk melihat keadaannya dan mereka dapati padanya pakaian (mantel) hasil rampasan perang (ganimah) yang diambilnya dengan diam-diam." (HR. Bukhari)
ثقل: ما يثقل حمله من الأمتعة والعيال.
ثَقْلٌ (ṡaql): barang-barang yang berat dibawa.
الغلول: الخيانة، وهو الأخذ من الغنائم قبل قسمتها.
الغُلُوْلُ (al-gulūl): bentuk pengkhianatan, yaitu mengambil sebagian ganimah sebelum dibagi.
1) تحريم قليل الغلول وكثيره، وهو ما أخذ من الأموال بغير حق.
1) Pengharaman gulūl, baik sedikit maupun banyak; yaitu harta yang diambil tidak dengan cara yang benar.
2) خيانة أموال المسلمين العامة من كبائر الذنوب، سواءٌ كانت قليلة أم كثيرة.
2) Berkhianat dalam harta kaum muslimin yang bersifat umum merupakan dosa besar, baik sedikit maupun banyak.
11/213 ــ وَعَنْ أَبي بَكْرَةَ نُفَيْعِ بْنِ الحَارِثِ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّموَاتِ وَالأَرْضَ: السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً، مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَة، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّم، وَرَجَبُ مُضَرَ، الَّذِي بَيْنَ جُمَادَىٰ وَشَعْبَانَ، أيُّ شَهْرٍ هذَا؟» قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّىٰ ظَنَنَّا أنهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: «ألَيْسَ ذَا الْحِجَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَأَيُّ بَلَد هذَا؟» قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّىٰ ظَنَنَّا أَنّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: «أَليْسَ الْبَلْدَةَ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَأَيُّ يَوْمٍ هذَا؟» قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّىٰ ظَنَنَّا أَنهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: «أَليْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَ أَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا، فِي بَلَدِكُمْ هذَا، فِي شَهْرِكُمْ هذَا، وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعمَالِكُمْ، أَلا فَلا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّاراً يَضْرِبُ بَعْضكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، أَلا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ، فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُه أَنْ يَكُونَ أَوْعَىٰ لَه مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَه» ثُمَّ قَالَ: «أَلا هَلْ بَلَّغْت؟ أَلا هَلْ بَلَّغْتُ؟» قُلْنَا: نَعَمْ، قَال: «اللهم اشْهَدْ». مُتَّفَقٌ عَلَيْه.
11/213- Abu Bakrah Nufai' bin Al-Ḥāriṡ Aṡ-Ṡaqafiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan dan di antaranya ada empat bulan yang suci. Tiga berturut-turut, yaitu Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam. Kemudian Rajab Muḍar, antara Jumadil akhir dan Syakban." Kemudian Nabi bertanya, "Bulan apakah sekarang?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau kemudian diam, sehingga kami menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lain. Beliau berkata, "Bukankah ini bulan Zulhijah?" Kami menjawab, "Ya, benar." Beliau bertanya lagi, "Negeri apakah ini?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau terdiam lagi sehingga kami menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lain selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda, "Bukankah ini tanah haram?" Kami menjawab, "Benar." Beliau bertanya lagi, "Hari apakah ini?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Kemudian beliau diam sehingga kami menyangka beliau akan memberinya nama lain selain dari namanya yang biasa. Lalu beliau bersabda, "Bukankah hari ini hari Nahar?" Kami menjawab, "Benar." Beliau bersabda, "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah terlindungi bagi kalian semua sebagaimana sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan di dalam bulan kalian ini. Dan kalian semua akan menemui Rabb kalian, lalu Dia akan menanyakan semua perihal amalan perbuatan kalian. Ingatlah! Janganlah kalian semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, dengan saling membunuh. Ingatlah! Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Mungkin saja orang yang diberi tahu akan lebih paham daripada yang mendengar langsung." Kemudian beliau bersabda, "Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan ini?! Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan ini?!" Kami menjawab, "Benar." Beliau bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!" (Muttafaq 'Alaih)
استدار: فسرت الاستدارة بقوله: «السنة اثنا عشر شهراً».
اِسْتَدَارَ (istadāra): berputar, dan dijelaskan dengan sabda beliau: "Setahun itu ada dua belas bulan."
رجب مضر: أضيف إلىٰ قبيلة مضر؛ لأنها كانت أكثر القبائل محافظة علىٰ حرمته.
رَجَبُ مُضَرَ (rajab muḍar); Rajab dinisbahkan kepada kabilah Muḍar karena mereka yang paling menjaga kesuciannya.
1) تحذير النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم أمته من قتال بعضهم بعضاً.
1) Peringatan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap umat beliau agar tidak saling memerangi di antara mereka.
2) إشهار المشهد العظيم يوم حجة الوداع، وفيه: الوصية بأداء الحقوق، والكف عن الظلم. والموفَّق من حفظ وصية رسول الله صلى الله عليه وسلم.
2) Menyiarkan momen besar ketika haji wadak, di dalamnya terdapat wasiat agar menunaikan hak-hak sesama muslim dan menahan diri dari perbuatan zalim. Orang yang diberikan taufik adalah yang menjaga wasiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
3) دم المسلم وماله وعرضه حرام علىٰ أخيه المسلم ، وانتهاك هذا الحق من الظلم الكبير.
3) Darah, harta, dan kehormatan seorang muslim terlindungi (haram) bagi saudaranya seagamaو dan melanggar hak ini merupakan kezaliman besar.
12/214 ــ وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ إِيَاسِ بْنِ ثَعْلَبةَ الْحَارِثِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِىءٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ فَقَدْ أَوْجَبَ اللهُ لَهُ النَّارَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ» فَقَالَ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئاً يَسِيراً يَا رَسُولَ الله؟ فَقَالَ: «وَإِنْ قَضِيباً مِنْ أَرَاكٍ». رَوَاهُ مُسْلِم.
12/214- Abu Umāmah Iyās bin Ṡa'labah Al-Ḥāriṡiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang mengambil hak seorang muslim secara zalim dengan sumpahnya maka Allah menetapkan neraka baginya serta mengharamkan surga baginya." Seorang lelaki berkata, "Meskipun sesuatu yang remeh, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Meskipun satu batang pohon Arāk (yang batangnya sebagai siwak)." (HR. Muslim)
أراك: شجر معروف يستاك بأعواده.
أَرَاك (arāk): pohon terkenal, batangnya digunakan sebagai siwak.
1) حرمة اغتصاب حقوق العباد، والحرص علىٰ أدائها لأهلها، ولو كانت شيئاً يسيراً.
1) Haram merampas hak orang lain. Hak itu harus diberikan kepada pemiliknya, walaupun sesuatu yang kecil.
2) حقوق العباد تمنع مغتصبها من دخول الجنة، حتىٰ تؤدىٰ إلىٰ أصحابها.
2) Hak manusia akan menghalangi perampasnya dari masuk surga hingga ditunaikan kepada pemiliknya.
13/215 ــ وَعَنْ عَدِي بْنِ عُمَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُول: «من اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَىٰ عَمَلٍ، فَكَتَمَنَا مِخْيَطاً فَمَا فَوْقَهُ، كَانَ غُلُولاً يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»، فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ أَسْوَدُ مِنَ الأَنْصَارِ، كَأنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ، قَالَ: «وَمَا لَكَ؟» قال: سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: «وَأنَا أَقُولُه الآنَ: مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَىٰ عَمَلٍ فَلْيَجِىءْ بِقَلِيلِهِ وَكَثِيرهِ، فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَ، وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى». رَوَاهُ مُسْلِم.
13/215- 'Adī bin 'Umairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa saja yang kami serahi sebuah tugas, lalu ia menyembunyikan sebuah jarum atau yang lebih besar dari itu maka itu termasuk gulūl (pengkhianatan), kelak pada hari Kiamat ia akan datang dengan membawanya." Lantas seorang laki-laki hitam dari golongan Ansar berdiri menuju beliau. Seolah-olah aku masih melihatnya. Dia berkata, "Ya Rasulullah! Bebaskan aku dari pekerjaan yang engkau tugaskan aku mengerjakannya." Rasulullah bertanya, "Ada apa denganmu?" Ia menjawab, "Aku mendengar engkau bersabda begini dan begini." Beliau bersabda, "Sekarang aku katakan, siapa saja yang kami serahi suatu tugas pekerjaan hendaklah dia membawanya, sedikit maupun banyak. Apa yang diberikan kepadanya dari pekerjaan itu, maka ia boleh mengambilnya. Dan apa yang dilarang untuk dirinya, maka janganlah ia mengambilnya." (HR. Muslim)
مخيطاً: الإبرة الغليظة.
مِخْيَطًا (mikhyaṭan): jarum yang keras.
اقبل عني عملك: أَعْفِني من العمل الذي ولّيتني عمله.
اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ: bebaskan aku dari pekerjaan yang engkau tugaskan aku mengerjakannya.
1) من أؤتمن علىٰ أموال المسلمين، فعليه أن يحافظ عليها، ويوصلها إلىٰ مستحقيها.
1) Siapa yang diamanahi harta kaum muslimin, maka dia wajib menjaganya dan menyampaikannya kepada yang berhak.
2) الحرص علىٰ البعد عن الإمارة والوظائف العامة، فإنها مظنة التقصير.
2) Kegigihan seseorang untuk menjauhkan diri dari jabatan, karena hal itu rentan menimbulkan kelalaian dalam memenuhi haknya.
14/216 ــ وَعَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ أَقْبَلَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَقَالُوا: فُلانٌ شَهِيدٌ، وفُلانٌ شَهِيدٌ، حَتَّىٰ مَرُّوا عَلَىٰ رَجُلٍ، فَقَالُوا: فُلانٌ شَهِيدٌ، فَقال النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم: «كَلَّا ، إِنِّي رَأَيْتُهُ فِي النَّارِ فِي بُرْدَةٍ غَلَّهَا ــ أوْ عَبَاءَةٍ ــ». رَوَاهُ مُسْلِم.
14/216- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Seusai perang Khaibar, beberapa orang sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pulang dan mengatakan, "Polan syahid, polan syahid." Hingga ketika mereka menyebut seseorang dengan mengatakan, "Polan mati syahid", Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak, sungguh aku melihatnya di neraka mengenakan pakaian atau mantel yang dia sembunyikan." (HR. Muslim)
غلّها: كتمها.
غلّها (gallahā): menyembunyikannya.
1) لا يجوز إطلاق لفظ الشهيد علىٰ شخص معين؛ لأن الشهيد عند الله تعالىٰ هو من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا، ولا يطلع علىٰ ما في القلوب إلا الله _عز وجل_.
1) Tidak boleh menyatakan kata syahid kepada orang tertentu, karena syahid di sisi Allah -Ta'ālā- adalah yang berperang dengan niat demi meninggikan kalimat Allah, dan tidak ada yang dapat mengetahui isi hati kecuali Allah -'Azza wa Jalla-.
2) القتل في سبيل الله لا يكفر حقوق العباد.
2) Terbunuh di jalan Allah tidak menggugurkan hak manusia.
15/217 ــ وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْحَارِثِ بْنِ رِبْعِيٍّ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم أَنّهُ قَامَ فِيهِمْ، فَذَكَرَ لَهُم أنَّ الْجِهَادَ فِي سَبيلِ الله وَالإيمَانَ بِالله أَفْضَلُ الأَعْمَالِ، فَقَامَ رَجُلٌ فَقَال: يَا رَسُولَ الله أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ الله، تكفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ الله، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ» ثُمَّ قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «كَيْفَ قُلْتَ؟» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيل الله، أَيكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فَقَال رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «نَعَمْ، وَأنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ، إِلَّا الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي ذلِكَ». رَوَاهُ مُسْلِم.
15/217- Abu Qatādah Al-Ḥāriṡ bin Rib'iy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwasanya beliau berdiri di tengah-tengah para sahabat lalu menyebutkan bahwa jihad di jalan Allah dan iman kepada-Nya adalah amal yang paling utama. Lantas seorang lelaki berdiri lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, jika engkau terbunuh di jalan Allah dalam keadaan bersabar mengharapkan pahala, dan maju menghadapi musuh tidak mundur." Kemudian Rasululullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bagaimana pertanyaanmu?" Orang itu menjawab, "Bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, kalau engkau bersabar dan mengharap pahala, maju menghadap musuh tidak mundur, kecuali bila Anda memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku." (HR. Muslim)
1) الشهيد هو من مات في سبيل الله صابراً، مخلصاً، مقبلاً غير مدبر، فهذا يُرجىٰ له تكفير خطاياه إلا الدَّين.
1) Syahid adalah orang yang mati di jalan Allah dengan sabar penuh ikhlas dan maju menghadapi musuh, tidak lari; yang seperti ini diharapkan dosanya akan dihapus, kecuali bila ia berutang.
2) الاهتمام بحقوق العباد وأدائها، فإنَّ منْعَها يحول بين العبد وتكفير خطاياه.
2) Wajibnya memperhatikan hak manusia dan menunaikannya karena menahannya akan menghalangi penghapusan dosa-dosa hamba.
16/218 ــ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟» قَالوا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاع، فَقَالَ: «إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هذَا، وَقَذَفَ هذَا، وَأَكَلَ مَالَ هذَا، وسَفَكَ دَمَ هذَا، وَضَرَبَ هذا، فَيُعْطَىٰ هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يَقْضِيَ مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ». رَوَاهُ مُسْلِم.
16/218- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah yang tidak punya dirham dan harta benda.” Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari Kiamat dengan membawa (pahala) salat, puasa dan zakat. Namun ia datang telah mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si ini. Maka yang ini diberi sebagian kebaikannya, dan yang ini juga sebagian kebaikannya. Hingga jika semua kebaikannya habis padahal semua dosanya belum habis, diambillah kesalahan orang-orang yang dizaliminya, lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
قذف: رماه بالزنىٰ وما يقدح في عرضه.
قَذَفَ (qażafa): menuduh zina dan tuduhan lain yang tertuju pada kehormatan.
1) التحذير من العدوان علىٰ الخَلْقِ وظلمهم، ووجوب أداء هذه الحقوق قبل الممات.
1) Peringatan dari perbuatan menzalimi orang serta kewajiban menunaikan hak-hak tersebut sebelum meninggal.
2) معاملة الله للخلق قائمة علىٰ العدل مع المسيء، والفضل مع المحسن.
2) Perlakuan Allah kepada makhluk dibangun di atas sikap adil kepada yang berbuat buruk dan sikap murah kepada yang berbuat baik.
3) الوعيد الشديد بذهاب الحسنات بظلم العباد. فَلْيحرصِ المؤمن علىٰ حفظ حسناته ليوم مَعاده.
3) Ancaman keras terhadap sikap zalim berupa hilangnya kebaikan dan pahala. Karena itu, hendaklah orang beriman berupaya keras untuk menjaga kebaikannya hingga hari akhirat.
17/219 ــ وَعَنْ أمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ؟ «إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ، وَإِنَّكُم تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ، وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ، فَأقْضِيَ لَهُ بِنَحْوِ مَا أَسْمَعُ، فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ أَخِيه فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنَ النَّارِ». مُتَّفَقٌ عَلَيْه. «أَلْحَنَ» أَيْ: أَعْلَمَ.
172196- Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya aku ini seorang manusia, dan kalian mengadukan persengketaan kalian kepadaku. Mungkin sebagian kalian lebih cerdas dalam menyampaikan argumentasi dari yang lain, lalu aku memutuskan perkara berdasarkan apa yang aku dengar. Maka siapa yang aku menangkan pada hak saudaranya, sesungguhnya aku telah mengambilkan potongan dari api neraka untuknya." (Muttafaq 'Alaih) أَلْحَنَ (alḥana): lebih pandai.
ــ ألحَنَ: من اللَّحْن، وهو الميل عن جهة الاستقامة، وأراد في الحديث: إن بعضكم يكون أعرف بالحجة وأفطن لها من غيره.
أَلْحَنَ (alḥana), berasal dari kata "اللَّحْن" (al-laḥn), artinya: belok dari arah yang lurus. Maksudnya dalam hadis ini: sebagian kalian lebih pandai dan lebih cerdas dalam menyampaikan argumentasinya dari yang lain.
1) الوعيد الشديد لمن يأكل حقوق العباد ظلماً وعدواناً.
1) Ancaman keras bagi orang yang memakan hak orang secara zalim dan melampaui batas.
2) الرسول صلى الله عليه وسلم بشر لا يعلم الغيب؛ فلا يجوز لنا أن ندعوه أو نرجوه لكشف الضر أو لجلب الخير. فهذا ينافي شهادة التوحيد؛ لأن الله _عز وجل_ هو المتفرد بعلم الغيب، فلا نسأل إلا الله، ولا نرجو جلب الخير ودفع الضر إلا من عنده سبحانه.
2) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah seorang manusia, tidak tahu perkara gaib sehingga kita tidak boleh berdoa kepada beliau ataupun mengharapkan beliau untuk menghilangkan keburukan maupun memberikan kebaikan. Ini bertentangan dengan syahadat tauhid. Karena hanya Allah -'Azza wa Jalla- sendiri yang mengetahui perkara gaib. Kita tidak boleh meminta kecuali kepada Allah dan tidak berharap mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan kecuali kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.
3) إن حكم الحاكم لا يبيح الحرام، ولا يحرم الحلال.
3) Keputusan hakim tidak menghalalkan yang haram dan juga tidak mengharamkan yang halal.
4) يجب علىٰ القاضي أو الحاكم ألا يحكم قبل سماع الخصمين علىٰ السواء.
4) Hakim wajib tidak memberikan keputusan sebelum mendengar dua pihak yang bersengketa secara adil.
18/220 ــ وَعَن ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَماً حَرَاماً». رَوَاهُ البُخَارِي.
18/220- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang mukmin akan senantiasa dalam kelonggaran agamanya selama dia tidak menumpahkan darah yang terjaga tanpa alasan yang dihalalkan." (HR. Bukhari)
1) إصابة الدم الحرام من كبائر الذنوب.
1) Menumpahkan darah yang terjaga merupakan dosa besar.
2) الاعتداء علىٰ دماء المسلمين من أعظم الظلم، وهو مستوجب لفساد دين العبد.
2) Tindakan melampaui batas terkait darah kaum muslimin merupakan kezaliman yang paling besar dan akan mendatangkan kerusakan pada agama seseorang.
19/221 ــ وَعَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ عَامِرٍ الأنصَارِيَّةِ، وَهِيَ امْرأَةُ حَمْزةَ رضي الله عنهما، قَالَت: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «إِنَّ رِجَالاً يَتَخَوّضُونَ فِي مَالِ الله بِغَيْرِ حَقٍّ، فَلَهُمُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ». رَوَاه البُخَاري.
19/221- Khaulah binti 'Āmir Al-Anṣāriyyah, istri Ḥamzah -raḍiyallāhu 'anhumā-meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh banyak orang yang membelanjakan harta yang Allah titipkan kepada mereka dengan cara yang tidak benar, maka api neraka untuk mereka pada hari Kiamat." (HR. Bukhari)
يتخوضون: يتصرفون تصرفاً سفيهاً غير مبني علىٰ أصول شرعية.
يَتَخَوّضُونَ (yatakhawwaḍūn): bertindak buruk yang tidak didasari dengan pokok-pokok ajaran syariat.
1) تحريم التصرف في الأموال العامة بغير أصول شرعية؛ لأنه من الظلم.
1) Larangan mempergunakan (membelanjakan) harta milik umum tanpa dasar syariat karena termasuk perbuatan zalim.
2) التحذير من بذل المال في غير ما ينفع والتخوّض فيه، فهذا مما يوجب الوعيد يوم القيامة.
2) Peringatan agar tidak membelanjakan harta pada sesuatu yang tidak bermanfaat karena hal ini akan mendatangkan azab pada hari Kiamat.