قال الله تعالىٰ: {إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَٰحِشَةُ فِي ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ} [النور: 19].
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nūr: 19)
العورة نوعان: عورة حسيّة، وعورة معنوية.
Aurat terbagi dua macam: aurat fisik dan aurat maknawi.
ــ فالعورة الحسيّة: هي ما يحرم النظر إليه كالقُبل والدُّبر، وما أشبه ذلك.
- Aurat fisik yaitu yang haram dilihat, seperti kubul, dubur, dan semisalnya.
ــ والعورة المعنوية: وهي العيب والسوء الخُلُقي أو العملي.
- Aurat maknawi yaitu aib dan keburukan berupa akhlak ataupun perbuatan.
فالمطلوب من العبد؛ ستر عورات المسلمين عموماً.
Setiap orang dituntut untuk menutup aurat-aurat tersebut secara umum.
وأما (محبة انتشار الفاحشة في الذين آمنوا) فتشمل:
Adapun sikap menginginkan tersiarnya kekejian di tengah orang-orang beriman, maka mencakup:
ــ محبة انتشار الفاحشة في المجتمع المسلم.
- Menginginkan tersiarnya kekejian di tengah masyarakat muslim.
ــ ومحبة أن تنتشر في شخص معيّن.
- Menginginkan agar kekejian itu tersiar ke orang tertentu.
1/240 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْداً فِي الدُّنْيَا إلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ». رواه مسلم.
1/240- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) hamba lainnya di dunia melainkan Allah akan menutupi (aib)nya pada hari Kiamat." (HR. Muslim)
1) الجزاء من جنس العمل؛ فمن ستر مسلماً جازاه الله تعالىٰ بالستر يوم القيامة.
1) Balasan sesuai jenis perbuatan; siapa yang menutup aib seorang muslim, Allah -Ta'ālā- akan memberinya balasan berupa ditutup aibnya pada hari Kiamat.
2) الستر يتبع المصالح؛ فإن كانت المصلحة في الستر سترنا، أو كانت في الكشف كشفنا.
2) Penutupan aib harus mengikuti maslahat; bila maslahat terdapat pada penutupan aib maka kita menutupnya, tetapi kalau maslahat terdapat pada membukanya maka kita buka.
الستر نوعان:
Menutup aib terbagi dua:
النوع الأول: ستر محمود؛ ويكون في حق الإنسان المستقيم، فهذا يجب أن يُستر عليه ويُنصح له.
Pertama: hal yang terpuji; yaitu bila aib itu ada pada orang yang baik, aibnya harus ditutupi dan dirinya harus diberi nasihat.
والنوع الثاني: ستر شخص مستهتر في الحرمات معتد علىٰ عباد الله؛ فهذا لا يستر، بل يُكشف ويُفضح.
Kedua: hal yang tercela; yaitu menutupi aib orang yang terkenal menggampangkan perbuatan haram dan menzalimi hamba-hamba Allah, yang seperti ini tidak boleh ditutupi, tetapi harus disebarkan dan diterangkan.
2/241ــ وعنه قال: سمعْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «كُلُّ أمَّتِي معَافَىٰ إلَّا المُجَاهِرِينَ، وإنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُل بِاللَّيْلِ عَمَلاً، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولُ: يَا فُلانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سَتْرَ الله عنه». متفق عليه.
2/241- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia mengatakan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Semua umatku diberikan maaf kecuali yang terang-terangan bermaksiat. Termasuk terang-terangan bermaksiat ialah seseorang melakukan suatu perbuatan (maksiat) di malam hari lalu ketika pagi tiba dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupinya. Yaitu dia berkata, 'Wahai polan! Tadi malam aku melakukan ini dan itu.' Padahal Allah telah menutupi perbuatannya di malam hari, tetapi ketika pagi tiba, dia menyingkap tabir Allah atas dirinya." (Muttafaq 'Alaih)
المجاهرين: المجاهرون؛ هم الذين يُظهرون دوماً معصية الله _عز وجل_ علانية.
المُجَاهِرِينَ (al-mujāhirīn) ialah orang-orang yang selalu memperlihatkan maksiat kepada Allah -'Azza wa Jalla- secara terang-terangan.
1) النفس أمانة عندك؛ يجب عليك أن ترعاها حق رعايتها، ولا تعرضها لسخط الله تعالىٰ.
1) Diri Anda adalah amanah bagi Anda; Anda wajib menjaga hak-haknya dengan baik dan jangan dibiarkan mendapatkan murka Allah -Ta'ālā-.
2) يدخل في المجاهرة كلُّ مَنْ سنَّ سنة سيئة.
2) Termasuk dalam bentuk bermaksiat secara terang-terangan adalah semua perilaku yang memberikan contoh tidak baik.
3/242ــ وعنه عَنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: « إذَا زَنَتِ الأمَةُ فَتَبَيَّنَ زِنَاهَا فَلْيَجْلِدْهَا الحَدَّ، وَلا يُثَرِّبْ عَلَيْهَا، ثُمَّ إنْ زَنَتِ الثَانِيَةَ فَلْيَجْلِدْهَا الحَدَّ وَلا يُثَرِّبْ عَلَيْهَا، ثُمَّ إنْ زَنَتِ الثَّالِثَةَ فَلْيَبِعْهَا وَلَوْ بِحَبْلٍ مِنْ شَعَرٍ » متفق عليه. «التَّثْرِيبُ»: التوْبِيخُ.
3/242- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jika seorang budak wanita melakukan zina dan terbukti perzinaannya, maka cambuklah dia dengan hukuman had dan jangan dicerca. Jika dia berzina lagi yang kedua kali, maka cambuklah dia dengan hukuman had dan jangan dicerca. Kemudian jika dia berzina lagi yang ketiga kali, silakan dijual meskipun seharga sebuah tali dari bulu." (Muttafaq 'Alaih). "التَّثْرِيبُ" (at-taṡrīb) artinya mencerca.
الأمة: هي المملوكة التي تباع وتشترى.
الأمة (al-amah): perempuan hamba sahaya yang diperjualbelikan.
1) بيان حد المملوكة وأنها علىٰ النصف من حد الحرة.
1) Menjelaskan bahwa kadar hukuman had bagi perempuan hamba sahaya adalah setengah dari hukuman had perempuan merdeka.
2) النهي عن تعنيف المملوكة الزانية؛ لئلا تستهين بالمعصية لكثرة اللوم.
2) Larangan mencerca dan memaki budak perempuan yang melakukan zina agar dia tidak menggampangkan maksiat karena sering mendapat celaan.
3) إرشاد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم إلىٰ الطريق الصحيح في العقاب علىٰ الذنب، وهذا فيه بيان سبق الهدي النبوي للطرق التربوية الحديثة؛ من ذم التعنيف وكثرة اللوم.
3) Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang cara yang benar dalam memberikan hukuman terhadap sebuah dosa. Ini mengandung penjelasan bahwa petunjuk Nabi telah mendahului metode-metode pendidikan modern berupa celaan terhadap sikap mencerca dan banyak mencela.
4/243 ــ وعنه قَال: أُتِيَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ خَمْراً، قال: «اضْرِبُوهُ»، قال أَبُو هُرَيْرَةَ: فَمِنَّا الضَّارِبُ بِيَدِهِ، والضَّارِبُ بِنَعْلِهِ، وَالضَّارِبُ بِثَوْبِهِ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: أَخْزَاكَ اللهُ، قال: «لا تَقُولُوا هكَذَا، لا تُعِينُوا عَلَيْه الشَّيْطَانَ». رواه البخاري.
4/243- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, "Seorang laki-laki yang telah minum khamar dibawa ke hadapan Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda, 'Deralah dia!' Abu Hurairah melanjutkan, "Di antara kami ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, ada yang memukul dengan pakaiannya. Setelah orang itu pergi, sebagian orang berkata, 'Semoga Allah menghinakanmu!' Nabi lantas bersabda, "Janganlah kalian mengatakan demikian. Janganlah kalian membantu setan memperdayakannya!" (HR. Bukhari)
الخزي: العار والذل، فقوله: أخزاك الله بمعنىٰ: أذلّك الله.
الخِزْيُ (al-khizyu): aib dan hina. Adapun ucapan: "أَخْزَاكَ اللهُ", maksudnya: semoga Allah menghinakanmu.
1) العبد إذا فعل ذنباً وعُوقب عليه في الدنيا فهو كفارته، فالواجب ألاّ ندعوَ عليه بالخزي والعار، بل نسأل الله له الهداية والمغفرة.
1) Bila seorang hamba berbuat suatu dosa dan dia dihukum atas dosanya itu, maka hal itu sebagai penggugur dosanya. Sehingga, seharusnya kita tidak mendoakan keburukan dan aib kepadanya. Tetapi, kita mohonkan dia kepada Allah agar diberikan hidayah dan ampunan.
2) علىٰ العبد ألا يكون عوناً للشيطان علىٰ أخيه المسلم.
2) Seorang hamba jangan menjadi pembantu setan dalam membahayakan saudaranya seagama.