قال الله تعالىٰ: {ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ} [النساء: 34].
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)." (QS. An-Nisā`: 34)
1) الرجال هم القوّامون علىٰ النساء؛ لِمَا اختصّهم الله تعالىٰ به، ومن ذلك أن الرجل هو الذي يُنفق علىٰ المرأة.
1) Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, karena Allah -Ta'ālā- telah mengistimewakan mereka dengan hal itu. Juga karena laki-laki yang memberi nafkah kepada perempuan.
2) كرامة المرأة في بيتها، فتحفظ سرَّ الرجل وغيبته بما حفظ الله تعالىٰ، وتديم عبادة ربها، وطاعة زوجها.
2) Kemuliaan perempuan ada di rumahnya, yaitu dia menjaga rahasia suaminya serta menjaga diri ketika suaminya tidak ada karena Allah -Ta'ālā- menjaga mereka, merutinkan ibadah kepada Rabb-nya, dan taat kepada suaminya.
فَمِنْهَا حَدِيثُ عَمْرو بن الأحْوَصِ السَّابق في الْبَاب قَبْلَهُ.
di antaranya hadis 'Amr bin Al-Aḥwaṣ yang telah disebutkan di bab sebelumnya.
1/281 ــ وعن أَبي هريرةَ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إلَىٰ فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا المَلائِكَةُ حَتَّىٰ تُصبِحَ». متفقٌ عليه.
1/281- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya menolak sehingga si suami melalui malam itu dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat istri itu hingga pagi." (Muttafaq ‘Alaih)
وفي رواية لهما: «إذا بَاتَتِ المَرْأَةُ هَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا المَلائِكَةُ حَتَّىٰ تُصبِحَ».
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain: "Apabila seorang wanita bermalam sementara ia tidak memenuhi ajakan suaminya di tempat tidur, maka malaikat melaknatnya hingga pagi."
وفي رواية: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «والَّذِي نَفْسِي بِيَدهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إلَىٰ فِرَاشِهِ ، فَتَأبَىٰ عَلَيْهِ ، إلا كانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطاً عَلَيْهَا حَتَّىٰ يَرْضَىٰ عَنْهَا».
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Tidaklah seorang suami mengajak istrinya ke ranjang lalu dia menolak, melainkan yang ada di langit murka kepadanya sampai suaminya memaafkannya."
لعنتها الملائكة: تدعو علىٰ هذه المرأة باللعنة، واللعنة هي الطرد والإبعاد من رحمة الله.
"Malaikat melaknatnya" yaitu, malaikat berdoa memohonkan laknat untuk perempuan tersebut. Laknat ialah pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah.
تأبىٰ: تمتنع.
تَأْبىٰ (ta`bā): ia menolak.
1) دليل صريح لما ذهب إليه أهل السنة والجماعة من أن الله _عز وجل_ في السماء، مستوٍ علىٰ عرشه، وعرشه فوق سبع سموات، دلَّ علىٰ هذا نصوص الشرع والإجماع.
1) Ia adalah dalil yang tegas bagi pendapat Ahli Sunah wal Jamaah, bahwa Allah -'Azza wa Jalla- di atas langit, berada di atas Arasy-Nya. Arasy Allah ada di atas tujuh langit, sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh nas syariat dan ijmak.
2) بيان عظم حق الزوج علىٰ زوجته، ويتأكد هذا في حق الزوج القائم بحق زوجته.
2) Menjelaskan besarnya hak suami atas istrinya, dan hak ini semakin kuat bagi suami yang menunaikan hak istrinya.
3) الترهيب من سخط الله تعالىٰ، ولعنة الملائكة علىٰ المرأة، التي تمتنع عن فراش زوجها، بقصد المخالفة والعصيان من غير سبب شرعي.
3) Peringatan terhadap murka Allah -Ta'ālā- serta laknat malaikat terhadap perempuan yang menolak ajakan suaminya ke tempat tidur karena membangkang dan durhaka tanpa sebab yang dibenarkan syariat.
2/282 ــ وعن أَبي هريرةَ رضي الله عنه أيضاً أَنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم قال: «لا يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إلَّا بِإذْنِهِ، وَلا تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إلَّا بإذنهِ». متفقٌ عليه، وهذَا لفظ البخاري.
2/282- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa (sunah) sedang suaminya ada kecuali dengan seizinnya. Dan tidak boleh memberi izin (orang masuk) di rumah suaminya kecuali dengan seizinnya." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)
شاهد: حاضر.
شَاهِدٌ (syāhid): hadir, ada.
1) الزوج إذا كان غائباً فللمرأة أن تصوم ماشاءت.
1) Bila suami tidak ada maka seorang perempuan boleh berpuasa sesukanya.
2) الزوج يحكم في أهله بالمعروف، فله أن يمنع من يخاف الضرر من وجودهم في بيته.
2) Suami memimpin istrinya menurut cara yang makruf; dia boleh melarang siapa yang dikhawatirkan kedatangannya akan membawa keburukan di rumah tangganya.
هل حكم صلاة النفل مثل صيام النفل لابد فيها من الإذن؟
Apakah hukum salat sunah sama seperti puasa sunah, harus ada izin suami?
قال العلماء: إن صلاة التطوع ليست كالصوم، لأن وقت الصلاة قصير؛ بخلاف الصوم فإنه يستغرق كل النهار، فلها أن تصلِّي ولو كان زوجها حاضراً، إلا أن يمنعها، لكن علىٰ الزوج ألاّيحرم زوجته الخير، بل يحثها عليه.
Para ulama berkata, "Salat sunah tidak seperti puasa. Karena waktu salat pendek. Ini berbeda dengan puasa yang dilakukan sepanjang siang. Sehingga seorang wanita boleh melakukan salat walaupun suaminya ada, kecuali kalau dia melarangnya. Tetapi, seharusnya seorang suami tidak menghalangi istrinya dari amalan kebaikan. Bahkan dia harus menyemangatinya."
الإذن في إدخال البيت نوعان:
Izin memasukkan orang ke rumah terbagi dua:
ــ الإذن العرفي: يُعنىٰ به عُرف أوساط الناس وعادتهم، مثل دخول امرأة الجيران والقريبات وما أشبه ذلك.
- Izin menurut kebiasaan; yaitu kebiasaan dan budaya masyarakat, seperti masuknya istri tetangga, kerabat, dan semisalnya.
ــ الإذن اللفظي: يأن يقول لها: أدخلي مَن شئتِ إلا مَن رأيتِ فيه مضرّة، فلا تُدخليه، فيتقيد الأمر بإذنه.
- Izin secara ucapan, misalnya suami berkata, "Masukkan siapa saja yang kamu kehendaki, kecuali orang yang kamu lihat berbahaya maka jangan dimasukkan." Jika demikian, maka perkara ini harus mengikuti izinnya.
3/283 ــ وعن ابنِ عُمرَ رضي الله عنهما عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيتِهِ، وَالأَمِيرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَىٰ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَىٰ بَيْتِ زَوْجِها وَوَلَـدِهِ، فَكُلُّـكُمْ رَاعٍ، وَكُـلُّكُمْ مَسـؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ». متفقٌ عليه.
3/283- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Semua kalian adalah pemimpin, dan semua kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin, laki-laki adalah pemimpin untuk keluarganya, wanita adalah pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Jadi setiap kalian adalah pemimpin, dan semua kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (Muttafaq ‘Alaih)
الراعي: هو الذي يقوم علىٰ الشيء، بأن يرعىٰ مصالحه فيُهيِّئها له، ويرعىٰ مفاسده فيجنّبه إياها.
الرَّاعِي (ar-rā'ī): orang yang mengurus sesuatu (pemimpin), yaitu memperhatikan kemaslahatannya serta mempersiapkannya dan memperhatikan yang membahayakannya lalu menjauhkannya.
1) الخطاب للأمة جميعاً، يبين فيه الرسول صلى الله عليه وسلم مراتب المسؤولية الواجب أداؤها لتحقيق المصالح.
1) Hadis ini ditujukan untuk semua umat Islam. Di dalamnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menerangkan tingkatan tanggung jawab yang wajib ditunaikan demi mewujudkan kemaslahatan.
2) الرعاة تتنوع رعايتهم، ما بين مسؤولية كبيرة واسعة، ومسؤولية صغيرة ضيقة.
2) Para pemimpin berbeda tingkat kepemimpinannya, antara tanggung jawab besar dan luas dan tanggung jawab yang kecil dan sempit.
3) عظم حق الزوج علىٰ زوجته، فهو حق عظيم يجب عليها أن تقوم به.
3) Besarnya hak suami atas istrinya, dan wajib ditunaikan oleh istri.
4/284ــ وعن أَبِي عَليٍّ طلقِ بنِ عليٍّ رضي الله عنه أَنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم قال: «إذَا دَعَا الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ وَإنْ كَانَتْ عَلَىٰ التَّنُّور». رواه الترمذي والنسائي، وقال الترمِذِي: حديث حسن صحيح.
4/284- Abu Ali Ṭalq bin Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila seorang suami mengajak istrinya kepada hajatnya, maka ia harus memenuhinya walaupun sedang memasak di depan tungku api." (HR. Tirmizi dan An-Nasā`iy; Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan sahih")
5/285ــ وعن أَبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لَوْ كُنْتُ آمِراً أَحَداً أنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا». رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح.
5/285- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Andaikan aku boleh memerintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku akan memerintahkan seorang istri agar bersujud kepada suaminya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")
لحاجته: موضع قضاء الرجل شهوته من زوجته، ويحتمل أن المراد حاجة الرجل مطلقاً.
حَاجَتُهُ (ḥājatuhu): hajat suami memenuhi syahwatnya pada istrinya. Tetapi juga ada kemungkinan bahwa maksudnya adalah hajat suami secara umum.
التنور: الموضع الذي يخبز فيه.
التَّنُّوْر (at-tannūr): dapur membuat roti.
1) التأكيد العظيم علىٰ وجوب مبادرة المرأة لطاعة زوجها، ولو كانت في أصعب الظروف.
1) Penegasan tentang kewajiban perempuan untuk segera melakukan ketaatan kepada suaminya, walaupun dalam kondisi yang paling sulit.
2) سد الشريعة باب فتنة الرجل بالمرأة؛ فأباحت له زوجته، ورغّبت الزوجة بوجوب طاعته.
2) Syariat menutup pintu fitnah perempuan bagi laki-laki, sehingga syariat menghalalkan istrinya baginya serta menganjurkan istri tentang kewajiban menaatinya.
3) تعظيم حق الزوج، وترغيب الزوجة في طاعة زوجها بالمعروف.
3) Menjunjung hak suami serta menganjurkan istri untuk taat kepada suaminya menurut cara yang makruf.
6/286 ــ وعن أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قالت: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ، وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ ، دَخَلَتِ الجَنَّة». رواه الترمذي وقال حديث حسن[2].
6/286- Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wanita mana saja yang meninggal dunia sedangkan suaminya rida kepadanya maka dia akan masuk surga." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan") [2].
1) طاعة الزوج سبب لدخول الجنة.
1) Taat kepada suami merupakan sebab masuk surga.
2) تكريم الشريعة للمرأة؛ حين هيأت لها عملاً تدخل به الجنة، إنْ هي صبرت وأطاعت بالمعروف.
2) Islam memuliakan perempuan, yaitu dengan menyiapkan baginya sebuah amalan yang dengan sebabnya dia akan masuk surga bila dia bersabar dan taat menurut yang makruf.
3) إذا مات الزوج وهو غير راضٍ عن زوجته، فإنها علىٰ خطر عظيم ومتوعدة بالعقوبة.
3) Bila seorang suami meninggal dunia sementara dia tidak rida kepada istrinya, niscaya istrinya berada dalam bahaya besar yang diancam dengan siksa.
7/287 ــ وعن معاذ بن جبل رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا في الدُّنْيَا إلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ الْعِينِ: لا تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ الله ! فَإنَّما هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أنْ يُفَارِقَكِ إلَيْنَا». رواه الترمذي وقال: حديث حسن.
7/287- Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan calon istrinya di akhirat dari kalangan bidadari akan berkata, 'Janganlah kamu menyakitinya! Semoga Allah mencelakakanmu. Sesungguhnya ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia meninggalkanmu menuju kami.'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan")
1) الحور العين تقبّح المرأة التي تؤذي زوجها في الدنيا، وهذا دليل علىٰ خطورة العصيان.
1) Bidadari surga mencela perempuan yang menyakiti suaminya di dunia; ini adalah dalil bahayanya tidak menaati suami.
2) حث الأزواج والزوجات علىٰ حسن الصحبة؛ لأن هذه الدنيا دار ممرٍّ لا دار مقرٍّ.
2) Anjuran kepada para suami dan istri agar saling bergaul dengan baik, karena dunia ini hanyalah negeri sementara, bukan negeri abadi.
8/288 ــ وعن أسامَةَ بن زيدٍ رضي الله عنهما عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَىٰ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ». متفق عليه.
8/288- Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang paling berbahaya bagi laki-laki melebihi wanita." (Muttafaq 'Alaih)
1) إخبار النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم بهذه الفتنة، إنما هو للتحذير من فتنة النساء.
1) Berita tentang fitnah yang disampaikan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini sebenarnya sebagai peringatan terhadap fitnah wanita.
2) سدّ كل طريق يوجب الفتنة بالمرأة، ومن ذلك تحريم الاختلاط بين الرجال والنساء.
2) Menutup semua celah yang akan menyebabkan seorang laki-laki terfitnah dengan wanita, di antaranya pengharaman ikhtilāṭ (campur-baur) antara laki-laki dan perempuan.
ــ قال الله تعالىٰ: {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ} [آل عمران: 14] ، فكلُّ هذه مما زُيِّن للناس في دنياهم، وصارت سبباً لفتنتهم، لكن أشدها فتنة النساء؛ ولهذا بدأ الله بها فقال: {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ}.
- Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang." (QS. Āli 'Imrān: 14) Semua yang disebutkan ini termasuk yang dijadikan indah bagi manusia di dunia dan menjadi sebab mereka terfitnah. Tetapi yang paling berat adalah fitnah wanita. Oleh karena itu, Allah memulai dengan penyebutannya. Allah berfirman, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita ..."
ــ بعض الرجال يفهم هذه الأحاديث فهماً خاطئاً فيتسلط علىٰ زوجته ويؤذيها، وما عرف أن هذه الأحاديث لا تفتح له باباً للظلم والعدوان، بل عليه أن يكون عادلاً منصفاً لزوجته، ويقابلها بالإحسان، وأن يؤدي ما عليه من الحقوق {وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِي عَلَيۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡهِنَّ دَرَجَةٞۗ} [البقرة: 228] فالزوج العاقل يبني علاقته مع أهله علىٰ المودة والرحمة، والصفح والنصح، حتىٰ ينال الفلاح والصلاح، ويكون قدوته في ذلك بيت النبوة وحاله صلى الله عليه وسلم مع زوجاته وأهله، والله الموفق.
- Sebagian laki-laki salah memahami hadis-hadis ini sehingga dia bersikap keras dan menyakiti istrinya. Dia tidak tahu bahwa hadis-hadis ini tidak membukakannya jalan untuk berbuat zalim. Bahkan, dia harus bersikap adil dan proporsional kepada istrinya, agar dia bergaul bersamanya dengan baik, serta menunaikan hak-hak istri yang harus dia tunaikan: "Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami, mempunyai kelebihan di atas mereka." (QS. Al-Baqarah: 228) Suami yang cerdas akan membangun hubungannya bersama istrinya di atas cinta dan kasih sayang serta lapang dada dan ketulusan, agar dia dapat meraih kesuksesan dan kesalehan. Yang menjadi teladannya dalam masalah itu adalah rumah tangga Nabi serta hubungan antara beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama istri dan keluarganya. Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah dalam menjalaninya.