قال الله تعالىٰ: {قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ} [الزمر: 9].
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Katakanlah, 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar: 9)
1) المراد بالعلماء علماء الشريعة الذين هم ورثة النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، فإن العلماء ورثة الأنبياء، وتوقير العلماء سبب توقير الشريعة؛ لأنهم حاملوها، فإكرامهم إكرام للشريعة.
1) Yang dimaksud dengan ulama adalah orang yang berilmu tentang agama, yaitu ahli waris Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sesungguhnya para ulama adalah penerus para Nabi. Menghormati ulama merupakan sebab untuk memuliakan ajaran agama, karena merekalah orang yang mengembannya, sehingga memuliakan mereka adalah memuliakan agama.
2) بيان الفرق بين العالم والجاهل؛ لأن العالم متصف بصفة مدح، والجاهل متصف بصفة ذم.
2) Menjelaskan perbedaan antara orang berilmu dengan orang jahil; karena orang berilmu akan memiliki sifat terpuji, sedangkan orang jahil akan memiliki sifat tercela.
1/348 ــ وعن أبي مسعودٍ عُقبةَ بنِ عمرٍو البدرِيِّ الأنصاريِّ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ الله، فَإنْ كَانُوا في الْقِرَاءة سَوَاءً، فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإنْ كَانُوا في السُّنـَةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا في الهِجْرَةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ سِنّاً، وَلا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ في سُلْطَانِهِ، وَلا يَقعُدْ في بَيْتِهِ عَلىٰ تكْرِمَتِهِ إلَّا بِإذْنِهِ». رواه مسلم.
1/348- Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amr Al-Badriy Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Yang berhak mengimami suatu kaum adalah orang yang paling paham Al-Qur`ān. Jika mereka setara dalam Al-Qur`ān, maka yang paling memahami Sunnah. Jika dalam Sunnah mereka sama, maka yang yang paling dahulu hijrah (ke Madinah). Jika dalam hal hijrah mereka sama, maka yang paling tua umurnya. Jangan sekali-kali seseorang mengimami orang lain di tempat kekuasaannya. Dan tidak boleh duduk di tempat khusus tuan rumah kecuali atas izinnya." (HR. Muslim)
وفي روايةٍ لَهُ: «فَأَقْدَمُهُمْ سِلْماً» بَدَل «سِنَّا»: أَوْ «إسْلاماً».
Dalam riwayat Muslim yang lain: "... maka yang paling dahulu masuk Islam." Sebagai ganti dari kata "umur".
وفي روايةٍ: «يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ الله، وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءة، فَإنْ كَانَتْ قِرَاءتُهُمْ سَوَاءً، فَيَؤُمُّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا في الهِجْرَةِ سَوَاءً، فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمُ سِنّاً».
Dan dalam riwayat lain: "Orang yang paling berhak mengimami suatu kaum adalah yang paling paham Al-Qur`ān dan yang paling dahulu menghafalnya. Jika mereka setara dalam Al-Qur`ān, maka yang mengimami mereka adalah yang paling dahulu hijrah. Jika dalam hal hijrah mereka sama, hendaklah yang mengimami mereka yang paling tua usianya."
وَالمُرَادُ «بِسُلْطَانِهِ» مَحَلُّ ولايَتِهِ، أَوِ المَوْضِعُ الَّذِي يَخْتَصُّ به. «وَتكْرِمَتُهُ» بفتحِ التاءِ وكسر الراءِ: وَهِيَ مَا يَنْفَرِدُ بِهِ مِنْ فِرَاشٍ وَسريرٍ وَنَحْوِهِمَا.
Yang dimaksud dengan "سُلْطَانُهُ" (kekuasaanny) adalah tempat kekuasaannya atau tempat yang khusus untuknya. تكْرِمَتُهُ (takrimatuhu), dengan memfatahkan "tā`" dan mengkasrahkan "rā`", yaitu tempat khususnya seperti tikar atau ranjang dan semisalnya.
تكرمته: مكان الإكرام كصدر المجلس.
تكْرِمَتُهُ (takrimatuhu): tempat penghormatan seperti barisan depan majelis.
1) صاحب العلم مقدَّمٌ علىٰ غيره في الوظائف الدينية كالإمامة في الصلاة، فيُقدم الأقرأ لكتاب الله، ثم الأعلم بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
1) Orang yang berilmu didahulukan atas yang lain dalam tugas-tugas agama, seperti imam salat. Sehingga orang yang paling paham Al-Qur`ān lebih diutamakan, kemudian yang paling paham Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) أعظم العلوم هو العلم بكتاب الله جل جلاله، والعلم بالسنة النبوية. فَلْيحرصِ المؤمن علىٰ العناية بالأصلين العظيمين: الكتاب والسنة، والاستغناء بهما عن ما سواهما.
2) Ilmu yang paling agung adalah ilmu tentang Kitābullāh dan Sunnah Nabi. Maka, hendaklah orang yang beriman bersungguh-sungguh untuk memperhatikan dua fondasi besar ini; yaitu Al-Qur`ān dan Sunnah, serta mencukupkan diri dengan keduanya dari yang lain.
2/349 ــ وعنه قال: كان رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَمْسَح مَنَاكِبَنَا في الصَّلاَةِ ، وَيَقُولُ: «اسْتَوُوا وَلا تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ، لِيَلِني مِنكُمْ أُولُو الأَحْلاَمِ وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثم الذين يَلُونَهُمْ». رواه مسلم.
2/349- Masih dari Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amr Al-Badriy Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selalu meluruskan pundak kami dalam salat dan bersabda, "Luruskanlah saf kalian dan jangan berselisih sehingga akan menyebabkan hati kalian berselisih. Hendaknya yang berada di belakangku adalah orang yang dewasa dan berakal, lalu yang setelahnya, kemudian yang setelahnya." (HR. Muslim)
وقوله صلى الله عليه وسلم: «لِيَلِنِي»، هو بتخفيفِ النُّون وَلَيْس قَبْلها يَاءٌ، وَرُوِيَ بتشديد النُّونِ مَعَ يَاءٍ قَبْلَهَا، «وَالنُّهَى»: الْعُقُولُ: «وَأُولُو الأَحْلام» هُمُ الْبَالِغُونَ، وَقِيلَ: أَهْلُ الحِلْمِ وَالْفَضْلِ.
Sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "لِيَلِنِي" (liyalinī), dengan tidak mentasydidkan "nūn", dan tanpa "yā`" sebelumnya. Juga diriwayatkan dengan mentasydidkan "nūn" disertai "yā`" sebelumnya (لِيَلِيَنِّيْ liyaliyannī). النُّهَى (an-nuhā): akal. أُولُو الأَحْلام (ulul-aḥlām): orang-orang yang berusia balig. Ada yang berpendapat, yaitu orang-orang yang dewasa dan mulia.
لِيَلِني: لِيدنو مني في الصلاة، وَلْيكنْ من ورائي.
لِيَلِني (li yalinī): hendaklah mendekat kepadaku dalam salat, dan berada di belakangku.
1) وجوب تسوية الصفوف، وسَدّ الفُرَج، والتحاذي بالمناكب والأقدام في الصلاة.
1) Kewajiban meluruskan saf, menutup celah, dan menyejajarkan pundak dan kaki dalam salat.
2) علىٰ الإمام أن يحرص علىٰ تفقد الصفوف وتسويتها، بقوله وبفعله، اقتداء بعمل النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم.
2) Kewajiban imam agar sungguh-sungguh memeriksa dan meluruskan saf makmum, dengan ucapan dan perbuatannya, sebagai bentuk meneladani amalan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
3) الترغيب في أن يُقدم إلىٰ الإمام عند المصافَّة الكبارُ وأهل الفضل والحلم.
3) Anjuran agar orang-orang yang dewasa dan mulia merapat kepada imam ketika bersaf.
3/350 ــ وعن عبد الله بن مسعودٍ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لِيَلِنِي مِنكُمْ أُولُو الأحلام وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» ثلاثاً «وَإيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الأَسْوَاقِ». رواه مسلم.
3/350- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaklah yang berada tepat di belakangku orang dewasa dan berakal. Kemudian yang setelahnya." Beliau mengulanginya tiga kali. Lalu melanjutkan, "Dan hendaklah kalian menjauhi kebisingan dan perselisihan pasar." (HR. Muslim)
هيشات الأسواق: ما يكون فيها من اختلاط ومنازعة وخصومة وارتفاع الأصوات.
هَيْشَاتُ الأَسْوَاقِ (haisyātul-aswāq): kebisingan yang ada di pasar berupa campur baur, perselisihan, pertengkaran, dan adanya suara tinggi.
1) للمساجد حقها المحفوظ، فلا يجوز للمصلين إحداث فتن في المساجد من الخصومات وارتفاع الأصوات؛ لأن ذلك يذهب بالخشوع.
1) Masjid memiliki hak yang wajib dipelihara, sehingga orang yang salat tidak boleh menciptakan fitnah dalam masjid seperti pertengakaran dan mengangkat suara, karena hal itu dapat menghilangkan kekhusyukan.
2) الحث علىٰ وقوف الكبار العقلاء وراء الإمام، ثم يلونهم من هم دونهم.
2) Anjuran agar orang-orang yang lebih dewasa dan berakal berdiri di belakang imam, kemudian setelahnya orang-orang yang ada di bawah mereka.
فهم بعض الناس من الحديث نهي الصبيان عن الوقوف وراء الإمام، وهذا خطأ وثَمَّ فرق بين أن تكون العبارة: «لايلني إلا أولو الأحلام»، وبين قوله صلى الله عليه وسلم: «ليلني منكم أولو الأحلام». فالثانية: تحث الكبار العقلاء علىٰ التقدم، والأولىٰ معناها: أنه ينهىٰ أن يلي الإمام من ليس بالغاً، أوعاقلاً، ولكن الرواية النبوية هي الثانية. وبناء علىٰ ذلك فلا يجوز طرد الصبيان عن الصف المتقدم إلا أن يحدث منهم أذية، لأنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم لم ينهَ عن وقوف الصغار وراء الإمام، وإنما حث الكبار علىٰ القرب من الإمام. فتدبر الفرق.
Sebagian orang memahami hadis ini sebagai larangan bagi anak-anak untuk berdiri di belakang imam. Ini adalah pandangan yang salah. Karena berbeda antara ungkapan: "Jangan berada di belakangku kecuali orang-orang dewasa", dengan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Hendaklah yang berada di belakangku di antara kalian orang-orang yang lebih dewasa." Ungkapan kedua menganjurkan kepada orang-orang yang dewasa dan berakal untuk berada di depan. Sedangkan ungkapan pertama maknanya larangan berada di belakang imam bagi yang belum balig atau berakal. Adapun hadis Nabi maka menggunakan ungkapan yang kedua. Berdasarkan hal itu, tidak boleh mengusir anak-anak dari saf depan, kecuali mereka melakukan hal yang mengganggu, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah melarang anak kecil berdiri di belakang imam. Tetapi beliau menganjurkan kepada orang-orang yang besar supaya mendekat kepada imam. Renungkanlah perbedaannya.
الذين يزجرون الصبيان عن الصف المتقدم وقعوا في مفاسد، منها:
Orang-orang yang melarang anak-anak berdiri di saf depan telah jatuh dalam beberapa kesalahan, di antaranya:
1) أخطؤوا من جهة أنهم منعوا ذوي الحقوق حقوقهم؛ فإن الصبي صاحب حق ولو كان صغيراً.
1) Mereka salah dari sisi menghalangi hak orang yang berhak mendapatkannya, karena anak kecil itu memiliki hak walaupun dia kecil.
2) أنهم يُكرِّهون المساجد للصبية الصغار، وهذا يؤدي إلىٰ أن ينفرَ الصَّبيُّ عن المسجد، ويكره مَن طَرَدَه.
2) Mereka menjadikan masjid dibenci oleh anak-anak kecil, dan hal ini dapat mengakibatkan anak-anak lari dari masjid serta membenci orang yang mengusirnya.
3) لو أننا طردنا الصبيان من أوائل الصفوف لحصل منهم عند تأخرهم من اللعب مايوجب اضطراب المسجد وأهله.
3) Bila kita mengusir anak-anak dari saf-saf terdepan, mereka akan hanya bermain-main ketika berada di saf-saf terakhir. Hal ini dapat mengakibatkan masjid ribut dan orang yang ada di sana terganggu.
4/351 ــ وعن أبي يَحْيَى، وَقِيلَ: أبي مُحَمَّد، سَهْلِ بن أبي حَثْمَة ــ بفتح الحاءِ المهملة وإسكانِ الثاءِ المثلثةِ ــ الأنصاريِّ رضي الله عنه قال: انْطَلَقَ عَبْدُ الله بن سَهْلٍ وَمُحَيِّصَةُ بنُ مَسْعُود إلىٰ خَيبَرَ، وَهِي يَوْمَئِذٍ صُلْحٌ، فَتَفَرَّقَا ، فأتَىٰ مُحَيِّصَةُ إلىٰ عبدِ الله ابنِ سهلٍ وهو يَتَشَحَّطُ في دَمِهِ قَتِيلاً، فَدَفَنَهُ، ثُمَّ قَدِمَ المَدِينَةَ، فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرحْمنِ ابن سهل وَمُحَيِّصَةُ وَحُوَيِّصةُ ابْنَا مَسْعُود إلىٰ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، فَذَهَبَ عَبْدُ الرَحمنِ يَتكَلَّمُ، فقال: «كَبِّرْ كَبِّرْ» وَهُوَ أَحْدَثُ القَوْمِ، فَسَكَتَ، فَتكَلَّمَا، فقال: «أتَحْلِفُونَ وَتَسْتَحِقُّونَ قَاتِلَكُمْ؟»، وَذَكَرَ تَمامَ الحديث، متفقٌ عليه.
4/351- Abu Yaḥyā, konon Abu Muḥammad, Sahl bin Abi Ḥaṡmah -dengan memfatahkan "ḥā`" dan mensukunkan "ṡā`"- Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu-berkata, Abdullah bin Sahl dan Muḥayyiṣah bin Mas'ūd pergi menuju Khaibar. Khaibar waktu itu masih dalam masa perjanjian damai. Kemudian mereka berpisah. Lalu Muḥayyiṣah pergi ke Abdullah bin Sahl sementara dia berguncang penuh darah karena terbunuh. Muḥayyiṣah langsung menguburkannya, kemudian pulang ke Madinah. Lantas Abdurraḥmān bin Sahl bersama Muḥayyiṣah dan Ḥuwayyiṣah, keduanya putra Mas'ūd, mereka pergi menghadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Abdurraḥmān memulai berbicara, tetapi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaknya yang lebih tua yang berbicara dahulu. Hendaknya yang lebih tua yang berbicara dahulu." Pada saat itu dia paling muda di antara mereka. Maka dia pun diam. Lalu Muḥayyiṣah dan Ḥuwayyiṣah yang berbicara. Nabi bersabda, "Apakah kalian mau bersumpah (lima puluh kali) sehingga kalian berhak terhadap diat saudara kalian?" Kemudian dia menyebutkan hadis ini secara sempurna. (Muttafaq ‘Alaih)
وقوله صلى الله عليه وسلم: «كَبِّرْ كَبِّرْ» مَعْنَاهُ: يَتكَلَّمُ الأَكْبَرُ.
Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "كَبِّرْ كَبِّرْ" (kabbir, kabbir), maksudnya: hendaklah yang lebih tua yang berbicara dahulu.
يتشحط: يتخبط في دمه.
يَتَشَحَّطُ (yatasyaḥḥaṭu): berguncang penuh darah.
أحدث القوم: أصغرهم سناً.
أَحْدَثُ القَوْمِ (aḥdaṡul-qaum): orang yang paling muda usianya di antara mereka.
1) الحث علىٰ تقديم الأكبر سنّاً في الكلام، فهذا من الأدب النبوي الذي أرشدنا إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم.
1) Anjuran untuk mendahulukan yang paling tua usianya dalam berbicara. Ini adalah adab nabawi yang diajarkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) إن تعلم الآداب النبوية من أهم المهمات في حياة العبد المؤمن.
2) Mempelajari adab-adab nabawi termasuk kepentingan paling urgen dalam kehidupan hamba yang beriman.
5/352 ــ وعن جابرٍ رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَىٰ أُحُدٍ يَعْنِي في القَبْرِ، ثُمَّ يَقُولُ: «أَيُّهُمَا أَكْثَرُ أَخْذاً لِلْقُرْآنِ ؟» فَإذَا أُشِيرَ لَهُ إلىٰ أحَدِهِمَا قَدَّمَهُ في اللَّحْدِ. رواه البخاري.
5/352- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengumpulkan dua jenazah di antara syuhada Uhud dalam satu kubur. Kemudian beliau bersabda, "Siapakah di antara mereka yang paling banyak menghafal Al-Qur`ān?" Bila ditunjukkan kepada beliau salah satunya maka beliau mendahulukannya di dalam liang lahad. (HR. Bukhari)
اللحد: هو ميل في الجدار القبلي للقبر، يوضع فيه الميت.
اللَّحْدُ (al-laḥd): lahad; ceruk atau relung di sisi kubur di arah kiblat, tempat meletakkan mayat.
1) يجوز في القبور اللحد والشق؛ لوقوع العمل عليهما في عهد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، ولكن اللحد أفضل.
1) Diperbolehkan pembuatan kubur dengan model lahad (ceruk ke samping) ataupun syaqq (lubang ke bawah) karena keduanya dilakukan di zaman Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi lahad lebih afdal.
2) جواز دفن الرجلين والثلاثة في القبر الواحد، عند الحاجة أو الضرورة.
2) Boleh mengubur dua atau tiga orang dalam satu kubur ketika dibutuhkan ataupun terpaksa.
3) تقديم أهل العلم والفضل يكون في حياتهم، وبعد مماتهم، وهذا لشرف العلم الذي حملوه في صدورهم.
3) Mendahulukan orang berilmu dan mulia dilakukan di masa hidup mereka dan setelah mereka meninggal; hal ini dikarenakan kemuliaan ilmu yang mereka emban dalam dada mereka.
6/353 ــ وعن ابنِ عمرَ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «أَرَاني في المَنَامِ أتسَوَّكُ بِسِوَاكٍ، فَجَاءَني رَجُلانِ، أَحَدُهُمَا أَكْبَرُ مِن الآخَرِ، فَنَاوَلْتُ السِّوَاكَ الأَصْغَرَ، فقِيلَ لِي: كَبِّرْ، فَدَفَعْتُهُ إلىٰ الأَكْبَرِ مِنْهُمَا». رواه مسلم مُسْنَداً والبخاري تعلِيقاً.
6/353- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku bermimpi sedang bersiwak dengan sepotong kayu siwak. Tiba-tiba ada dua orang mendatangiku, salah satunya lebih tua dari yang lain. Aku memberikan kayu siwak itu kepada orang yang lebih muda. Lantas dikatakan kepadaku, 'Dahulukan yang lebih tua!' Aku pun memberikannya kepada yang lebih tua." (HR. Muslim dengan sanad bersambung dan Bukhari secara mu'allaq)
1) اعتبار كبر السن؛ فيقدم الأكبر في إعطاء الشيء إذا كان الحاضرون أمامك.
1) Mempertimbangkan usia yang lebih tua, sehingga yang lebih tua harus didahulukan dalam pemberian sesuatu bila mereka ada di hadapan Anda.
2) مراعاة البدء باليمين عند توزِّع الحاضرين يمنة ويسرة.
2) Memulai dari kanan ketika orang-orang yang hadir terpencar di kanan dan kiri.
7/354 ــ وعن أبي موسىٰ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ مِن إجْلالِ الله تعالىٰ إكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ المُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالجَافي عَنْهُ، وَإكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ المُقْسِطِ». حديثٌ حسَنٌ رواه أبو داود.
7/354- Abū Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di antara bentuk mengagungkan Allah -Ta'ālā- ialah menghormati orang muslim yang tua dan penghafal Al-Qur`ān dengan cara tidak berlebih-lebihan dan tidak pula lalai darinya, serta menghormati penguasa yang adil." (Hadis hasan; HR. Abu Daud)
إجلال الله: تعظيم الله.
إِجْلَالُ الله (ijlālullāh): mengagungkan Allah.
الغالي: المتجاوز الحد في التشديد.
الغَالِيْ (al-gālī): berlebihan dan ekstrim.
الجافي: التارك للعمل به والهاجر له.
الجَافِيْ (al-jāfī): meninggalkannya dan tidak mengamalkannya.
المقسط: العادل.
المُقْسِطُ (al-muqsiṭ): orang yang adil.
1) استحباب إكرام مَن له فضل، أو تقدم سنّ، وتوقيرهم في المجالس اعترافاً بفضلهم وسبقهم.
1) Anjuran memuliakan orang yang memiliki keutamaan atau lebih tua serta memuliakan mereka dalam majelis sebagai bentuk pengakuan terhadap keutamaan dan usia mereka.
2) الغلو في الأمر مهلكة، والجفاء بُعدٌ وتقصير، والوسط هو أعدل الأمور.
2) Sikap guluw (berlebihan) dalam urusan adalah sebab kebinasaan, sikap jafā` (melalaikan) adalah bentuk kelalaian, sedangkan sikap pertengahan adalah sikap paling adil.
3) دين الله وسط بين الغالي فيه والجافي عنه، وكل من لزم السنة النبوية، وهدي الصحابة، وسلف الأمة، في أقواله وأفعاله وأحواله، وُفِّق إلىٰ الوسطية.
3) Agama Allah pertengahan antara orang yang guluw dan jafā`; semua orang yang komitmen pada Sunnah Nabi dan petunjuk sahabat dan generasi salaf dalam ucapan, perbuatan serta tingkah lakunya, maka dia akan diberikan taufik kepada sikap pertengahan.
8/355 ــ وعن عَمْرِو بن شُعَيْب عَن أبِيهِ عن جدِّه رضي الله عنهم قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، ويَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا». حديثٌ صحيحٌ. رواه أبو داود والترمذي، وقال الترمذي: حديثٌ حسن صحيحٌ.
8/355- 'Amr bin Syu'aib meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya -raḍiyallāhu 'anhum-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil (di antara kami), dan tidak mengetahui kemuliaan orang yang tua (di antara kami)." (Hadis sahih; HR. Abu Daud dan Tirmizi. Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan sahih")
وفي رواية أبي داود: «حَقّ كَبِيرِنَا».
Dalam riwayat lainnya oleh Abu Daud, "... hak orang yang tua."
ليس منا: ليس من سنتنا وهدينا وطريقتنا.
لَيْسَ مِنَّا (laisa minnā): ia tidak termasuk golong yang mengikuti sunah, petunjuk, dan jalan kami.
1) استحباب توقير الكبار وإجلالهم، والرحمة بالصغار وبذلك تتم الأمور.
1) Anjuran memulikan dan menghormati orang yang tua serta kasih sayang kepada anak yang kecil, dengan seperti itu urusan akan sempurna.
2) أهلُ الإيمان يكمل بعضهم بعضاً في المجتمع المسلم.
2) Orang beriman saling menyempurnakan satu sama lain dalam masyarakat muslim.
9/356 ــ وعن مَيْمُونِ بن أَبي شَبِيبٍ ــ رحمه الله ــ، أنّ عَائشَةَ رضي الله عنها مَرَّ بها سَائِلٌ، فَأَعْطَتْهُ كِسْرَةً، وَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ عَلَيْهِ ثِيَابٌ وَهَيْئَةٌ، فَأَقْعَدَتْهُ، فَأَكَلَ، فَقِيلَ لَهَا في ذلِكَ؟ فقالت: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «أَنْزِلُوا النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ». رواه أبو داود. لكِنْ قال: مَيْمُون لَمْ يُدْرِك عائِشَةَ[4].
9/356- Maimūn bin Abi Syabīb -raḥimahullāh- meriwayatkan, bahwa seorang yang minta-minta lewat pada Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, lantas Aisyah memberinya sepotong roti. Setelah itu lewat seorang laki-laki yang berpakaian dan berpenampilan bagus, lantas Aisyah mengajaknya duduk. Kemudian orang itu makan. Aisyah ditanya mengenai sikapnya tersebut, maka dia menjawab, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Tempatkanlah manusia sesuai kedudukannya'." (HR. Abu Daud, tetapi Maimūn tidak bertemu dengan Aisyah) [4]
وَقَدْ ذَكَرَهُ مُسْلِمٌ في أَوَّلِ صَحِيحِهِ تَعْلِيقاً، فقال: وَذُكِرَ عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قالت: أَمرنا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم أَنْ نُنْزِلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ، وَذَكَرَهُ الحَاكِمُ أَبُو عَبدِ الله في كِتَابِهِ «مَعْرِفَة عُلُومِ الحديث» وقال: هو حديثٌ صحيح.
Hadis ini telah disebutkan oleh Muslim di awal kitab Ṣaḥīḥ-nya secara mu'allaq, dia berkata: Diriwayatkan dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami agar menempatkan manusia sesuai kedudukan mereka." Hadis ini disebutkan oleh Al-Ḥākim Abu Abdillāh dalam kitabnya Ma'rifah Ulūmil-Ḥadīṡ, dan dia berkata, "Ini hadis sahih."
كسرة: قطعة خبز.
كِسْرَةٌ (kisrah): sepotong roti.
1) الحث علىٰ مراعاة مراتب الناس ومكانتهم، من غير ظلم وجور، بل بمقتضىٰ العدل، فلا يُقصر بالرجل العالي القدر عن درجته، ولا يُرفع متَّضِع القدر فوق منزلته.
1) Anjuran untuk memperhatikan kedudukan dan posisi manusia tanpa ada kezaliman, melainkan sesuai tuntutan keadilan, sehingga orang yang berkedudukan tinggi tidak diturunkan dari posisinya dan yang berkedudukan rendah tidak diangkat melebihi kedudukannya.
2) تفاوت الناس سنة إلهية قدَّرها الله تعالىٰ في أصل الخلق، وأما الدعوة إلىٰ تساوي الناس في كل شيء، فهي دعوة جاهلية، خالية من العلم الرشيد، والفهم السديد.
2) Perbedaan tingkat manusia merupakan sunah ilahiah yang telah Allah -Ta'ālā- tetapkan sejak awal penciptaan. Adapun seruan kepada kesetaraan manusia dalam segala hal, maka ini adalah seruan jahiliah yang hampa dari pengetahuan yang benar dan pemahaman yang lurus.
10/357 ــ وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما قال: قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنٍ، فَنَزَلَ عَلىٰ ابْن أخِيهِ الحُرِّ بْن قَيْسٍ، وَكَانَ مِنَ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ رضي الله عنه ، وَكَانَ القُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجْلِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ،كُهُولاً كَانُوا أَوْ شُبَّاناً، فقال عُيَيْنَةُ لابْنِ أَخِيهِ: يَا ابْنَ أَخِي لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الأَمِيرِ، فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ، فَاسْتَأْذَنَ لَهُ، فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ رضي الله عنه ، فلما دَخَلَ قال: هِيْ يَا ابْنَ الخَطَّابِّ! فَوَاللهِ مَا تُعْطِينَا الجَزْلَ، وَلا تَحْكُمُ فِينَا بِالعَدْلِ، فَغضب عُمَرُ رضي الله عنه حَتَّىٰ هَمَّ أَنْ يُوقعَ بِهِ، فقال لَهُ الحُرُّ: يَا أَمِيرَ المُؤمِنِينَ إنَّ الله تعالىٰ قال لِنَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم: {خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ} وإن هَذَا مِنَ الجَاهِلِينَ. وَاللهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ رضي الله عنه حِينَ تَلاَهَا عَلَيهِ، وَكَانَ وَقَّافاً عِنْدَ كِتَابِ الله تعالىٰ. رواه البخاري.
10/357- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, 'Uyainah bin Ḥiṣn datang lalu menginap di tempat keponakannya, Al-Ḥurr bin Qais. Dia termasuk salah seorang yang dekat dengan Umar -raḍiyallāhu 'anhu-, dan dahulu Umar mengangkat para penghafal Al-Qur'ān sebagai dewan majelis dan musyawarahnya, yang tua maupun yang muda. 'Uyainah berkata kepada keponakannya, "Wahai anak saudaraku, kamu adalah orang yang memiliki tempat pada Amīrul-Mu`minīn, maka mintalah izin kepadanya agar aku dapat menemuinya." Lantas keponakannya memintakan izin dan Umar mengizinkannya. Ketika 'Uyainah masuk, ia berkata, "Wahai Ibnul-Khaṭṭab! Demi Allah, engkau tidak memberi yang banyak kepada kami dan engkau tidak menetapkan hukum kepada kami dengan adil." Umar -raḍiyallāhu 'anhu- marah hingga berniat untuk memukulnya. Al-Ḥurr berkata kepada Umar, "Wahai Amīrul-Mu`minīn! Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah berfirman kepada Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Berikanlah maaf, perintahkanlah untuk berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang jahil.' Sesungguhnya orang ini termasuk orang yang jahil." Demi Allah! Umar tidak mengabaikan ayat itu ketika dia membacanya, sebab Umar adalah orang yang sangat patuh terhadap Al-Qur`ān. (HR. Bukhari)
يدنيهم: يقربهم.
يُدْنِيْهِمْ (yudnīhim): mendekatkan mereka.
هِيْ: كلمة تهديد ووعيد.
هِيْ (hī): ucapan ancaman.
الجزل: الجود بالعطاء.
الجَزْلُ (al-jazl): murah dalam memberi.
1) مخاطبة كل إنسان بحسب حاله؛ فلا يُخاطَب الأمير أو المقدَّم في الناس كما يُخاطَب العامة.
1) Berbicara kepada setiap orang sesuai kedudukannya; tidak boleh berbicara kepada amir atau orang yang terpandang seperti berbicara kepada masyarakat umum.
2) فضيلة عُمرَ رضي الله عنه في تعظيمه لآيات الله، فعند سماعه آية العفو والإعراض عن الجاهلين امتثلها، فعفا عن الرجل. فأين المقتدون بالفاروق رضي الله عنه؟
2) Keutamaan Umar -raḍiyallāhu 'anhu- dalam pengagungannya terhadap ayat-ayat Allah; yaitu ketika mendengar ayat yang memerintahkan memberi maaf dan meninggalkan orang yang jahil dia langsung mengimplementasikannya dan memaafkan laki-laki tersebut. Maka, adakah orang yang akan meneladani Al-Fārūq -raḍiyallāhu 'anhu-?!
11/358 ــ وعن أبي سَعيد سَمُرَةَ بن جُنْدبٍ رضي الله عنه قال: لَقَدْ كُنْتُ عَلىٰ عَهْدِ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم غُلاماً، فَكُنْتُ أَحْفَظُ عَنْهُ، فَمَا يَمْنَعُني مِنَ القَوْلِ إلَّا أنَّ هَهُنا رِجَالاً هُمْ أَسَنُّ مِنِّي. متفقٌ عليه.
11/358- Samurah bin Jundub -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- aku masih muda belia. Aku hafal apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Tidak ada yang menghalangiku untuk ikut berbicara, kecuali karena di sana ada orang-orang yang lebih tua dariku." (Muttafaq ‘Alaih)
1) كراهة التحديث بالشيء إذا كان في الحاضرين من هو أكثر علماً أو أكبر سنّاً.
1) Larangan menyampaikan sesuatu bila di antara yang hadir ada yang lebih berilmu ataupun lebih berumur.
2) إن توقير الكبار وإجلالهم مما يجب أن يُربىٰ الناشئة عليه؛ ليكبروا علىٰ الأدب.
2) Menghormati dan memuliakan orang yang tua termasuk yang harus diajarkan kepada anak kecil agar mereka tumbuh di atas adab mulia.
3) معرفة صغار صحابة رسول الله صلى الله عليه وسلم شرفَ كبارهم، فهم يعلمون أنهم علىٰ خير ما دام العلم يأتيهم من قِبَل أكابرهم.
3) Pengetahuan kalangan junior sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang keutamaan para sahabat yang senior; yaitu mereka mengetahui bahwa mereka akan senantiasa ada di atas kebaikan selama ilmu datang kepada mereka dari kalangan senior.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «البركة مع أكابرهم» رواه الحاكم عن ابن عباس رضي الله عنهما.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Keberkahan bersama kalangan senior." (HR. Al-Ḥākim, dari Ibnu Abbās -raḍiyallāhu 'anhuma-)
هذا منهج نَبَويٌّ يجب أن يُسلَك في جميع نواحي الحياة العلمية والعملية، فالكبير في العلم والسن يجب أن يُقدَّم علىٰ الأصاغر. واليوم ما اضطربت أحوالنا إلا لمَّا فقدنا هذا المنهاج العظيم، فتصدَّر الأحداثُ القيادة دون الكبار، ورضي الله عن الفاروق عمر بن الخطاب يوم قال: «قد علمت متىٰ صلاح الناس، ومتىٰ فسادهم :إذا جاء الفقه من قبل الصغير استعصىٰ عليه الكبير، وإذا جاء الفقه من قبل الكبير، تابعه عليه الصغير، فاهتديا». رواه ابن عبد البر في (جامع بيان العلم وفضله).
Ini adalah manhaj Nabi yang harus ditempuh dalam segenap lini kehidupan, baik ilmiah maupun amaliah. Orang yang lebih besar dalam hal ilmu dan umur harus didahulukan di atas yang lebih rendah. Tidaklah keadaan kita hari ini lemah dan tak menentu kecuali setelah kita kehilangan manhaj agung ini. Yaitu orang-orang yang junior mengambil alih kendali dengan menyisihkan yang senior. Semoga Allah meridai Al-Fārūq Umar bin Al-Khaṭṭāb manakala dia berkata, "Aku telah tahu kapan manusia baik dan kapan mereka rusak. Jika ilmu datang dari kalangan junior maka akan ditentang oleh senior. Dan jika ilmu datang dari kalangan senior maka akan diikuti oleh junior, sehingga mereka semua mengikuti petunjuk." (Riwayat Ibnu 'Abdil-Barr dalam Jāmi' Bayānil-'Ilmi wa Faḍlihi)
12/359 ــ عن أنسٍ رضي الله عنه قالَ: قالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخاً لِسِنِّهِ إلَّا قَيَّضَ اللهُ لَهُ مَنْ يُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّه». رواه الترمذي وقال: حديث غريب[5].
12/359- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang pemuda menghormati yang lanjut usia karena umurnya, melainkan Allah menetapkan baginya orang yang akan menghormatinya ketika dia sudah tua." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya garīb) [5]
قيَّض: قدَّر.
قيَّض (qayyaḍa): menetapkan, menakdirkan.
1) استحباب إكرام شيوخ المسلمين لكبر سنهم، وتقدم إيمانهم، فإكرامهم يكون لهذين الوجهين.
1) Anjuran memuliakan para tetua kaum muslimin lantaran usia tua mereka dan mereka lebih dulu beriman. Maka, memuliakan mereka dilihat dari dua sisi ini.
2) الجزاء من جنس العمل، ولايذهب المعروف ولو قلَّ.
2) Balasan sejenis dengan perbuatan, dan kebaikan tidak akan hilang walaupun sedikit.
3) الحث علىٰ تعلم الآداب الشرعية النبوية، ومن ذلك إكرام كبار السِّنِّ.
3) Anjuran mempelajari adab-adab agama yang diajarkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa ālihi wa sallam-, di antaranya memuliakan orang yang tua.