اللغات المتاحة للكتاب Indonesia English

45 ــ باب زيارة أهل الخير ومجالستهم وصحبتهم ومحبتهم

id

45- BAB BERKUNJUNG KEPADA ORANG-ORANG BAIK, BERGAUL DAN BERTEMAN DENGAN MEREKA,

وطلب زيارتهم والدعاء منهم وزيارة المواضع الفاضلة

id

SERTA MEMINTA KUNJUNGAN DAN DOA MEREKA, DAN MENGUNJUNGI TEMPAT-TEMPAT MULIA

قال الله تعالىٰ: {وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبۡرَحُ حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِيَ حُقُبٗا} إلىٰ قوله تعالىٰ: {قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدٗا} [الكهف: 60 ـ 66] ، وقال تعالىٰ: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥ} [الكهف: 28].

id

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.'” Hingga firman Allah -Ta'ālā-: "Musa berkata kepadanya, 'Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?'” (QS. Al-Kahf: 60-66) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang berdoa kepada Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan mereka sangatlah mengharapkan keridaan-Nya." (QS. Al-Kahf: 28)

هداية الآيات:

id

Pelajaran dari Ayat:

1) الحث علىٰ صلة أهل الخير، وهم أهل العلم والإيمان والصلاح.

id

1) Anjuran agar bersilaturahmi kepada orang-orang baik, yaitu orang-orang berilmu, beriman, dan saleh.

2) إن صبر النفوس علىٰ مصاحبة أهل الصلاح هي وصية الله تعالىٰ لنبيه صلى الله عليه وسلم.

id

2) Bersabar dan menahan diri dalam rangka berteman dengan orang-orang saleh adalah wasiat Allah -Ta'ālā- kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

1/360 ــ وعن أنَسٍ رضي الله عنه قال: قال أبو بَكْر لِعمرَ رضي الله عنهما بَعْدَ وَفَاةِ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم : انْطَلِقْ بِنَا إلىٰ أُمِّ أَيْمَنَ رضي الله عنها نَزُورُهَا، كَمَا كَانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَزُورُهَا، فَلمَّا انْتَهَيَا إلَيْهَا بَكَتْ، فَقَالاَ لَهَا: مَا يُبْكِيكِ؟ أَمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ مَا عِنْدَ الله خَيْرٌ لِرَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم؟ فقالت: إنِّي لا أَبْكِي أَنّي لأَعْلَمُ أَنَّ ما عِنْدَ الله تعالىٰ خَيْرٌ لرسولِ الله صلى الله عليه وسلم، وَلكِنْ أَبْكِي أَنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ مِنَ السَّمَاءِ، فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَىٰ البُكَاءِ، فَجَعَلاَ يَبْكِيَانِ مَعَهَا. رواه مسلم.

id

1/360- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, bahwa Abu Bakar berkata kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, "Mari kita pergi berkunjung ke rumah Ummu Aiman -raḍiyallāhu 'anhā- sebagaimana dulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengunjunginya." Ketika keduanya sampai, Ummu Aiman menangis. Keduanya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis? Tidak tahukah engkau bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Ummu Aiman menjawab, "Aku menangis bukan karena tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit." Ummu Aiman pun membuat keduanya terharu, sehingga keduanya ikut menangis bersamanya. (HR. Muslim)

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

أم أيمن: مولاة رسول الله صلى الله عليه وسلم وحاضنته في طفولته أعتقها النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم حين كبر.

id

أُمُّ أَيْمَن (Ummu Aiman): mantan budak perempuan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekaligus pengasuh beliau di masa kecilnya, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerdekakannya ketika beliau telah beranjak tua.

فهيجتهما: أثارتهما علىٰ البكاء.

id

فَهَيَّجَتْهُمَا (fahayyajathumā): dia membuat keduanya terharu untuk menangis.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) تأسي الصحابة رضوان الله عليه بالرسول الله صلى الله عليه وسلم في كل أمر، حتىٰ في تفقُّدِهِ وزيارته لذوي الحقوق.

id

1) Upaya para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam segala hal, bahkan sampai dalam hal kunjungan beliau kepada orang-orang yang berhak dikunjungi.

2) تعظيم الصحابة رضي الله عنهم لشأن الوحي (القرآن والسنة)؛ فهم بكوا لأنه انقطع. فلماذا لا يبكي من أضاعه وهجره؟!

id

2) Pengagungan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- terhadap wahyu (Al-Qur`ān dan Sunnah), yaitu mereka menangis karena wahyu terhenti. Lalu mengapa orang-orang yang menelantarkan dan meninggalkannya tidak menangis?!

3) إن البكاء حزناً علىٰ فراق الصالحين وانقطاع الخير ليس من النياحة المحرمة.

id

3) Menangis karena merasa sedih dengan alasan berpisah dengan orang-orang saleh dan terputusnya kebaikan bukan termasuk meratap yang diharamkan.

4) الحث علىٰ زيارة أهل الخير، فهذا من حقوق الأخوة الإيمانية.

id

4) Anjuran melakukan kunjungan kepada orang-orang baik karena ini termasuk hak persaudaraan di antara orang beriman.

2/361 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: «أنَّ رَجُلاً زَارَ أَخاً لَهُ في قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ تعالىٰ عَلىٰ مَدْرَجَتِهِ مَلَكاً، فَلَمَّا أَتَىٰ عَلَيْهِ قال: أَيْنَ تُريدُ؟ قال: أُرِيدُ أَخاً لي في هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قال: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا عَلَيْهِ ؟ قال: لا، غَيْرَ أنِّي أَحْبَبْتُهُ في الله تعالىٰ، قال: فَإنِّي رَسُولُ الله إلَيْكَ بأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ». رواه مسلم.

id

2/361- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kampung lain. Lalu Allah -Ta'ālā- mengutus seorang malaikat untuk menunggu di jalan yang dilaluinya. Ketika laki-laki itu bertemu dengannya, dia bertanya, 'Engkau mau kemana?' Orang itu menjawab, 'Aku ingin menemui saudaraku di kampung ini.' Malaikat bertanya, 'Apakah ada satu kebaikan yang ingin engkau dapatkan padanya?' Orang itu menjawab, 'Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah -Ta'ālā-.' Malaikat itu berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah (untuk mengabarkan) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah." (HR. Muslim)

يقال: «أَرْصَدَه» لِكَذا: إذَا وَكَّلَهُ بِحِفْظِهِ، وَ«المَدْرَجَةُ» بفتحِ الميمِ والراءِ: الطَّريقُ، ومعنىٰ «تَرُبُّهَا» تَقُومُ بهَا، وَتَسْعَىٰ في صَلاحِهَا.

id

Dikatakan: أَرْصَدَه لِكَذا, artinya: dia ditugaskan untuk menjaganya. المَدْرَجَةُ (al-madrajah), dengan memfatahkan "mīm" dan "rā`", artinya: jalan. Dan makna تَرُبُّهَا (tarubbuhā): mengerjakannya serta berusaha memperbaikinya.

3/362 ــ وعنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَنْ عَادَ مَرِيضاً أَوْ زَارَ أَخاً لَهُ في الله، نَادَاه مُنَادٍ: بِأَنْ طِبْتَ، وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلاً». رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ، وفي بعض النسخ غريبٌ.

id

3/362- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, seorang penyeru akan berseru, 'Bagus hidupmu, dan bagus perjalananmu, serta engkau akan mendapatkan satu rumah di surga.'" (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadisnya hasan." Di sebagian manuskrip disebutkan, "Hadisnya garīb")

هداية الأحاديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) استحباب زيارة الإخوان في الله، فالأخوة الإيمانية فوق روابط الدم والنسب والمصالح.

id

1) Anjuran berkunjung ke saudara seiman karena Allah, karena persaudaraan iman lebih tinggi daripada ikatan darah, nasab, dan kepentingan duniawi.

2) فضيلة الحب في الله، والتزاور فيه، فمَن أحب في الله فقد صدق في محبة مولاه.

id

2) Keutamaan saling mencintai dan saling mengunjungi karena Allah; Siapa yang mencintai karena Allah sungguh dia telah tulus mencintai Rabb-nya.

3) التزاور في الله سبب لدخول العبد الجنة، ونيل الثواب العظيم.

id

3) Saling mengunjungi karena Allah adalah sebab masuk surga dan mendapatkan pahala melimpah.

4) ترغيب الشريعة في كل مايجلب المودة بين الأخوة، كالتواصل والتزاور.

id

4) Motivasi agama pada setiap yang akan mendatangkan kasih sayang di antara saudara seperti saling berhubungan baik dan mengunjungi.

4/363 ــ وعن أبي موسىٰ الأشعَرِيِّ رضي الله عنه أَنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «إنَّمَا مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافخِ الْكِيرِ؛ فَحَامِلُ المِسْكِ إمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحاً طَيّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ، إمَّا أنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحاً منتِنَةً». متفقٌ عليه.

id

4/363- Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, antara dia akan memberimu atau engkau yang akan membeli darinya, atau paling tidak engkau mendapatkan aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, antara dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap." (Muttafaq ‘Alaih)

«يُحْذِيكَ»: يُعْطِيكَ.

id

يُحْذِيكَ (yuḥżīka): memberimu.

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

الكير: ما ينفخ به الحداد النار.

id

الكِيْرُ (al-kīr): alat yang digunakan oleh pandai besi untuk meniup api.

تبتاع: تشتري.

id

تَبْتَاعُ (tabtā'): membeli.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) ضرب الأمثال في الأحاديث النبويةمن أساليب التعليم؛ لتقريب المعنىٰ للسامع.

id

1) Perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam hadis Nabi merupakan bagian dari metode pengajaran untuk lebih memahamkan sesuatu yang bersifat maknawi (abstrak) kepada pendengar.

2) النهي عن صحبة أهل السوء والشر؛ فإن مصاحبتهم تُسيءُ في الدين والدنيا.

id

2) Larangan berteman dengan orang-orang yang buruk dan pelaku kejahatan karena berteman dengan mereka dapat merusak agama dan dunia.

3) الترغيب في اتخاذ الأصدقاء الصالحين، فمثلهم كبائع الروائح الطيبة لاتجد منهم إلا طيباً.

id

3) Anjuran untuk mencari teman yang saleh karena perumpamaan mereka seperti penjual minyak wangi yang Anda tidak akan dapatkan darinya kecuali kebaikan.

5/364 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأربَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ». متفقٌ عليه.

id

5/364- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Perempuan dinikahi karena empat alasan: karena hartanya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang agamais, niscaya engkau akan beruntung." (Muttafaq ‘Alaih)

ومعناه: أَنَّ النَاسَ يَقْصِدُونَ في الْعَادَةِ مِنَ المَرْأَةِ هَذِهِ الخِصَالَ الأَرْبَعَ، فَاحْرِصْ أَنْتَ عَلىٰ ذَاتِ الدِّينِ، وَاظْفَرْ بِها، وَاحْرِصْ عَلىٰ صُحْبَتِهَا.

id

Maksudnya: bahwa umumnya manusia menginginkan empat perkara ini pada perempuan. Maka bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan wanita yang taat beragama dan untuk hidup bersamanya.

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

تربت يداك: هذه الكلمة تقال عند العرب للحث علىٰ الشيء، وهي بمعنىٰ الدعاء له.

id

تَرِبَتْ يَدَاكَ: ungkapan ini biasa diucapkan oleh kalangan Arab untuk menganjurkan sesuatu, dan maknanya adalah mendoakannya kebaikan.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) خير الأمور التي يقصدها الخاطب فيمن يتزوجها هو الدين؛ لأنها تعينه علىٰ دينه، وتحفظ أمانته، وترعىٰ أولاده.

id

1) Sebaik-baik perkara yang dicari oleh laki-laki yang melamar pada perempuan yang ingin dinikahinya adalah agama, karena perempuan yang seperti ini akan membantunya dalam agamanya, menjaga amanahnya, dan merawat anak-anaknya.

2) أكثر النكاح بركة ماكان مبنياً علىٰ الدين.

id

2) Pernikahan yang paling diberkahi adalah yang dibangun di atas fondasi agama.

6/365 ــ وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما قال: قال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم لِجِبْرِيلَ –عليه السلام_: «مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَزَورَنَا أَكْثَرَ مِمَّا تَزُورَنا ؟» فَنَزَلَتْ: {وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمۡرِ رَبِّكَۖ لَهُۥ مَا بَيۡنَ أَيۡدِينَا وَمَا خَلۡفَنَا وَمَا بَيۡنَ ذَٰلِكَۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيّٗا}. رواه البخاري.

id

6/365- Ibnu Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepada Jibril -'alaihissalām-, "Apa yang menghalangimu untuk mengunjungi kami lebih sering dari biasanya?" Maka turunlah ayat ini: "Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita dan segala yang ada di antara keduanya, dan sekali-kali Tuhanmu tidak lupa." (HR. Bukhari)

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) الترغيب في طلب زيارة أهل الخير إلىٰ بيتك، من أجل أن تنتفع بصحبتهم.

id

1) Anjuran meminta orang-orang baik untuk berkunjung ke rumah Anda supaya Anda mendapatkan manfaat lewat persahabatan dengan mereka.

2) محبة رسول الله صلى الله عليه وسلم لجبريلu؛ لأنه يحمل معه الوحي الذي فيه الهدىٰ والنور.

id

2) Besarnya cinta Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada Jibril -'alaihissalām- karena dia datang dengan membawa wahyu yang berisikan petunjuk dan cahaya iman.

3) الملائكة لاتتصرف ولاتنزل إلا بأمر الله. وهكذا شأن العبد المؤمن؛ لايتصرف في الأمور الشرعية إلا بعد معرفة حكم الله تعالىٰ وحكم رسوله صلى الله عليه وسلم، ليكون أمرُه تابعاً لأمر الله تعالىٰ وأمر رسوله صلى الله عليه وسلم.

id

3) Malaikat tidak akan bertindak dan tidak pula turun ke bumi kecuali dengan adanya perintah Allah. Demikian juga keadaan hamba yang beriman, dia tidak bertindak dalam perkara-perkara agama kecuali setelah mengetahui hukum Allah -Ta'ālā- dan hukum Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalamnya agar urusannya mengikuti perintah Allah dan perintah Rasul-Nya.

7/366 ــ وعنْ أبي سعيدٍ الخُدْرِيِّ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لا تُصَاحِبْ إلَّا مُؤْمِناً، وَلا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إلَّا تَقيٌّ ».

id

7/366- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Janganlah engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu selain orang yang bertakwa!"

رواه أبو داود، والترمذي بإسْنَادٍ لا بأس بِهِ.

id

(HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad lā ba`sa bih/hasan)

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) النهي الشديد عن صحبة الكفار والفجار ومودتهم، والنهي عن إكرامهم حتىٰ بالأكل والشرب.

id

1) Larangan keras dari berteman dan bersahabat dengan orang kafir dan jahat, serta larangan memuliakan mereka walaupun dengan makan dan minum bersama.

2) الأمر بملازمة الأتقياء من أهل الإيمان ومخالطتهم، فهذه وصية النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم التي يجب حفظها.

id

2) Perintah berteman dan bergaul dengan orang-orang beriman yang bertakwa; ini adalah wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang wajib dijaga.

8/367 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه أنّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «الرَّجُلُ عَلىٰ دينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ».

id

8/367- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah kalian memperhatikan siapa yang dijadikan sebagai teman dekat."

رواه أبو داود، والترمذي بإسنادٍ صحيح، وقال الترمذي: حديثٌ حسنٌ.

id

(HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad sahih, Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan")

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

الخليل: الصديق والصاحب الخالص.

id

الخَلِيْلُ (al-khalīl): teman dan sahabat dekat.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) علىٰ العبد أن يصحب الأخيار؛ لأن للخلطة أثراً بيناً في سلوك العبد.

id

1) Seorang hamba harus berteman dengan orang-orang yang baik, karena pergaulan memiliki pengaruh yang nyata dalam perilaku manusia.

2) المرء يزداد إيمانه بصحبته المؤمنين، وينقص بصحبة الفاسقين، فالصاحب ساحب، إما إلىٰ الخير أو إلىٰ الشر، والمخالطة تورث المشاكلة.

id

2) Seseorang akan bertambah imannya ketika berteman dengan orang-orang beriman, sebaliknya akan berkurang ketika berteman dengan orang-orang fasik. Karena teman biasanya akan menarik kita, antara menarik kepada kebaikan atau kepada keburukan. Dan juga karena pergaulan akan melahirkan kesamaan.

9/368 ــ وعن أبي موسىٰ الأشْعَرِيِّ رضي الله عنه أنّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ». متفقٌ عليه.

id

9/368- Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya." (Muttafaq ‘Alaih)

في رواية قال: قِيلَ للنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلـمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قال: «المَرءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ».

id

Dalam sebagian riwayat dia berkata, Ada yang bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Seseorang mencintai suatu kaum sementara dia tidak mampu menyusul perbuatan mereka?" Nabi menjawab, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya."

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) علىٰ المسلم أن يحب المتقين ليكون معهم؛ فإن المرء يحشر مع من أحب.

id

1) Seorang muslim harus mencintai orang-orang bertakwa agar bisa bersama mereka karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai.

2) الحب في الله طاعة يدرك بها المرء مافاته، أو قَصُر عنه من الطاعات.

id

2) Cinta karena Allah adalah ketaatan, dengannya seseorang akan bisa mendapatkan ketaatan yang luput darinya ataupun yang tidak sempurna dia kerjakan.

3) تفاوت أهل الإيمان في مقامات العبودية، لايمنع أن يلحق المقصر بالسابق؛ لاشتراكهم في أصل المحبة الإيمانية؛ وهي أجل أعمال القلوب .

id

3) Perbedaan tingkat ibadah orang-orang beriman tidak menghalangi orang yang kurang ibadahnya untuk menyusul orang yang banyak ibadahnya karena mereka digabungkan oleh fondasi saling mencintai atas dasar iman, dan itu adalah ibadah hati yang paling tinggi.

4) فضل محبة الصالحين، من أهل العلم والدِّين، وعلى رأسهم الصحابة رضي الله عنهم، والسلف السابقين، فبشرىٰ لمن والاهم وأحبهم، والويل لمن عاداهم وأبغضهم.

id

4) Keutamaan mencintai orang-orang saleh dari kalangan ahli ilmu dan ahli agama, terutama para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dan generasi salaf. Sungguh, kebahagiaan besar diperuntukkan kepada orang-orang yang membela dan mencintai mereka, dan kesengsaraan diperuntukkan pada orang yang memusuhi dan membenci mereka.

10/369 ــ وعن أنس رضي الله عنه أن أعرابياً قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: مَتَىٰ السَّاعَةُ؟ قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟» قال: حُبُّ الله ورسولِهِ، قال: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».

id

10/369- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang badui bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Kapan waktu terjadinya kiamat?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apa yang telah engkau siapkan untuk kiamat?" Orang itu menjawab, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai."

متفقٌ عليه، وهذا لفظ مسلم.

id

(Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

وفي روايةٍ لهما: مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَوْمٍ وَلاَ صَلاةٍ وَلا صَدَقَةٍ، وَلكِنِّي أحِبُّ الله وَرسولَهُ.

id

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, "Saya tidak mempersiapkan banyak puasa, salat, maupun sedekah untuk itu. Tetapi, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya."

11/370 ــ وعن ابنِ مسعودٍ رضي الله عنه قال: جاءَ رَجُلٌ إلىٰ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم، فقال: يا رسولَ الله، كَيْفَ تَقُولُ في رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْماً وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فقال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ». متفق عليه.

id

11/370- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya bertanya, "Ya Rasulullah! Bagaimanana pendapatmu tentang orang yang mencintai suatu kaum sementara dia tidak mampu menyusul perbuatan mereka?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya." (Muttafaq 'Alaih)

هداية الأحاديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) الشأن في العبد أن يسأل نفسه ويحاسبها: هل عملتِ؟ هل أنبتِ؟ هل تبتِ؟ فهذا هو المهم، لا أن ينتظر قدوم الموت دون عمل!

id

1) Seharusnya seorang hamba mengintrospeksi diri, apakah aku telah beramal? Apakah aku telah kembali kepada Allah? Apakah aku telah bertobat? Ini yang penting. Bukan menunggu kematian tanpa amal perbuatan!

2) حكمة رسول الله صلى الله عليه وسلم في إجابة السائل؛ فقد دَلَّه علىٰ الذي يهمه وينجيه، وهو الاستعداد للآخرة بما ينفع.

id

2) Sikap bijaksana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika menjawab penanya? Yaitu beliau hanya menunjukinya sesuatu yang penting baginya dan yang akan menyelamatkannya, yaitu mempersiapkan diri kepada akhirat dengan sesuatu yang bermanfaat.

3) أخفىٰ الله سبحانه علمَ الساعة عن العباد، ليبقىٰ المرء مستعداً متجهزاً للقاء الله {وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ}، فإذا مات العبد قامت ساعته.

id

3) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- merahasiakan ilmu tentang waktu kiamat dari semua makhluk agar manusia tetap siap dan sedia untuk bertemu Allah: "Jangan sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Āli 'Imrān: 102) Apabila seseorang telah mati, maka kiamatnya telah terjadi.

4) حبُّ الله وطاعته، وحبُّ رسوله صلى الله عليه وسلم وطاعته، من أفضل القربات، وأكمل الطاعات المنجية للعبد في الدنيا ويوم القيامة.

id

4) Mencintai Allah dan taat kepada-Nya serta mencintai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan taat kepada beliau merupakan ketaatan yang paling utama dan paling sempurna yang akan menyelamatkan hamba ketika di dunia dan di hari Kiamat.

فائـدة:

id

Faedah Tambahan:

في رواية عند البخاري ومسلم: «قال أنس: فإني أحب النبي صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر، وأرجو أن أكون معهم بحُبّي إياهم، وإن لم أعمل بمثل أعمالهم».

id

Dalam sebagian riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: Anas berkata, "Sesungguhnya aku mencintai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku kepada mereka, sekalipun aku tidak mampu beramal seperti amalan mereka."

قال شيخ الإسلام ابن تيمية ــ رحمه الله تعالىٰ ــ في (لاميته):

id

Syaikhul-Islām Ibnu Taimiyah -raḥimahullāh- telah berkata dalam kitabnya, Al-Lāmiyyah,

حب الصحابة كلهم لي مذهب ومــودة القربىٰ بهـا أتوسـل

id

Mencintai sahabat semuanya adalah mazhabku dengan mencintai ahli bait aku bertawasul

ولكلـــهم قــدر عــلا وفضــائل لكنما الصديق منهم أفضل

id

Bagi semua mereka kedudukan dan keutamaan yang tinggi tetapi Aṣ-Ṣiddīqlah yang paling afdal di antara mereka.

12/371 ــ وعن أبي هُريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «النَّاسُ مَعَادِنٌ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ؛ خِيَارُهُمْ في الجَاهلِيَّةِ خِيَارُهُمْ في الإِسْلاَمِ إذَا فَقِهُوا، وَالأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اختَلَفَ». رواه مسلم.

id

12/371- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Manusia ibarat logam berharga seperti emas dan perak; orang-orang terbaik pada masa jahiliah adalah yang terbaik setelah masa Islam jika mereka berilmu. Ruh-ruh manusia bagaikan tentara yang berkelompok-kelompok; ruh yang saling kenal akan bersatu, dan yang tidak saling kenal maka akan berpisah." (HR. Muslim)

وروىٰ البخاري قوله: «الأرْوَاحُ» إلخ من رواية عائشة رضي الله عنها.

id

Bukhari juga meriwayatkan hadis Nabi: "Ruh-ruh manusia ..." dari riwayat Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-.

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

فقهوا: علموا وصاروا فاهمين عن الله تعالىٰ ورسوله صلى الله عليه وسلم.

id

فَقِهُوا (faqihū): mereka berilmu dan memahami apa yang datang dari Allah -Ta'ālā- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) حث العباد علىٰ السعي في إصلاح النفوس وتكميل ما فيها من الخير.

id

1) Anjuran kepada hamba agar berusaha memperbaiki dirinya serta menyempurnakan kebaikan yang ada dalam dirinya.

2) العلم والفقه من أعظم ما يهذب نفوس الناس {قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا}.

id

2) Ilmu dan pemahaman agama merupakan media paling besar untuk menyucikan jiwa manusia; "Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)." (QS. Asy-Syams: 9)

3) تتعارف الأرواح بحسب الطباع التي جبلت عليها، ولكن يجب تهذيب النفس؛ لتحب وتألف المؤمنين الصالحين، وتنفر وتفرَّ عن الكافرين والفاسقين.

id

3) Ruh akan saling kenal sesuatu tabiat yang Allah ciptakan padanya. Tetapi wajib hukumnya menyucikan jiwa agar dia cinta dan bersahabat dengan orang-orang mukmin yang saleh, dan agar dia menjauh serta lari dari orang-orang kafir dan fasik.

13/372 ــ وعن أُسَيْرِ بن عَمْرٍو، وَيُقَالُ: ابْنُ جابِر، وهو بضم الهمزةِ وفتحِ السين المهملة، قال: كَانَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رضي الله عنه إذا أَتَىٰ عَلَيْهِ أمْدَادُ أَهْلِ الْيَمن سَأَلَهُمْ: أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ حَتَّىٰ أتىٰ عَلىٰ أُوَيْسٍ رضي الله عنه ، فقال له: أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ قال: نَعَمْ، قال: مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِن قرنٍ؟ قال: نَعَمْ، قال: فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ، فَبَرَأْتَ مِنْهُ إلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ ؟ قال: نَعَمْ، قال: لَكَ وَالِدَةٌ ؟ قال: نَعَمْ، قال: سَمِعْت رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ اليَمَنِ مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ، فَبَرَأَ مِنْهُ إلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلىٰ الله لأَبَرَّهُ، فَإنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَك فَافْعَلْ» فَاسْتَغْفِرْ لي، فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَقال له عُمَرُ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قالَ: الْكُوفَةَ، قال: أَلاَ أَكْتُبُ لَكَ إلىٰ عَامِلِهَا؟ قال: أَكُونُ في غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إلَيَّ، فلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ المُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ، فَوَافَىٰ عُمَرَ، فَسَأَلَهُ عَنْ أُوَيْسٍ، فقال: تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ قَليل المَتَاعِ، قال: سَمِعْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «يَأْتي عَلَيْكُمْ أوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادٍ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرادٍ، ثُمَّ مِنْ قُرَنٍ،كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَىٰ الله لأَبَرَّهُ، فَإنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ» فَأَتَىٰ أُوَيْساً، فقال: اسْتَغْفِرْ لي، قالَ: أَنتَ أحْدَثُ عَهْداً بِسَفَرٍ صَالحٍ، فَاسْتَغْفِرْ لِي، قال: لقِيتَ عُمَرَ؟ قال: نَعَمْ. فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ، فَانْطَلَقَ عَلَىٰ وَجْهِهِ. رواه مسلم.

id

13/372- Usair bin 'Amr (dengan menḍamahkan "hamzah" dan memfatahkan "sīn"), yang juga dikenal dengan nama Ibnu Jābir, dia bercerita, Dahulu bila Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- kedatangan pasukan bantuan dari penduduk Yaman dia selalu bertanya, "Apakah di antara kalian ada Uwais bin 'Āmir?" Sampai dia berhasil bertemu Uwais -raḍiyallāhu 'anhu-. Umar berkata kepadanya, "Apakah engkau Uwais bin 'Āmir?" Uwais menjawab, "Ya, benar." Umar berkata, "Apakah engkau berasal dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn?" Dia menjawab, "Ya." Umar bertanya lagi, "Engkau dulu mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham?" Dia menjawab, "Ya." "Engkau memiliki ibu masih hidup?" Dia menjawab, "Ya." Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Akan datang kepada kalian Uwais bin 'Āmir bersama pasukan bantuan dari penduduk Yaman. Dia dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn. Dia pernah mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham. Dia memiliki ibu dan dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah kepada Allah pasti Allah mewujudkan untuknya. Jika engkau bisa (memintanya) agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' Umar melanjutkan, "Maka, mohonkanlah ampunan untukku." Lantas Uwais memohonkan ampunan untuk Umar. Lalu Umar berkata kepadanya, "Engkau akan ke mana?" Uwais menjawab, "Kufah." Umar berkata, "Maukah aku tuliskan untukmu surat kepada gubernurnya?" Uwais menjawab, "Aku lebih senang tetap bersama orang-orang miskin yang tidak dikenal.” Pada tahun berikutnya, salah seorang pemuka penduduk Kufah berhaji lalu bertemu dengan Umar, dan Umar menanyakan Uwais kepadanya. Laki-laki itu menjawab, “Aku meninggalkannya dalam keadaan sangat miskin; perabot rumahnya usang dan dan hartanya sedikit.” Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Akan datang kepada kalian Uwais bin 'Āmir bersama pasukan bantuan dari penduduk Yaman. Dia dari kabilah Murād, anak kabilah Qarn. Dia pernah mengidap penyakit belang, kemudian sembuh, kecuali bagian sebesar dirham. Dia memiliki ibu dan dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah kepada Allah pasti Allah mewujudkan untuknya. Jika engkau bisa (memintanya) agar dia memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.' Kemudian laki-laki itu mendatangi Uwais, lalu berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.” Uwais berkata, “Justru engkau baru saja menempuh perjalanan ibadah. Mohonkanlah ampunan untukku.” Uwais bertanya, “Apakah engkau bertemu Umar?” Laki-laki itu menjawab, “Ya.” Lantas Uwais memintakan ampunan untuknya. Setelah itu orang-orang mengenalnya (dan berbondong-bondong mendatanginya). Sehingga dia pergi menghilang (dari Kufah). (HR. Muslim)

وفي روايةٍ لمسلمٍ أيْضاً عن أسَيْر بن جابر رضي الله عنه أنَّ أهلَ الكُوفَةِ وَفَدُوا عَلَىٰ عُمَرَ رضي الله عنه ، وَفِيهِم رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فقال عُمَرُ: هَلْ هاهُنَا أَحَدٌ مِنَ القَرَنِيِّينَ ؟ فَجَاءَ ذلِكَ الرَّجُلُ، فقالَ عُمَرُ: إنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم قَد قَال: «إنَّ رَجُلاً يَأْتِيكُمْ مِنَ اليَمَنِ يُقالُ لَهُ: أُوَيْسٌ، لا يَدَعُ بِاليَمَنِ غَيرَ أُمٍّ لَهُ، قَدْ كانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا الله تعالىٰ، فَأَذْهَبَهُ إلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَمِ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ».

id

Dalam riwayat Muslim yang lain, juga dari Usair bin Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa penduduk Kufah datang sebagai utusan kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhu-. Di antara mereka ada seseorang yang selalu mengolok-olok Uwais. Umar bertanya, “Apakah di sini ada seseorang dari kabilah Qarn?” Orang itu pun maju. Umar berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, Sesungguhnya ada seorang yang akan datang pada kalian dari Yaman, namanya Uwais. Dia tidak meninggalkan di Yaman selain ibunya. Dia dulu mengidap penyakit belang, lalu dia berdoa kepada Allah -Ta'ālā-, dan Allah menyembuhkannya kecuali bagian sebesar dinar atau dirham. Siapa yang di antara kalian bertemu dengannya, maka mintalah agar dia memohonkan ampunan untuk kalian'.”

وفي روايةٍ له عن عمر رضي الله عنه قال: إنِّي سَمِعْت رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ، وَلَهُ وَالِدَةٌ، وكَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَمُروهُ، فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ».

id

Juga dalam riwayat Muslim lainnya, dari Umar -raḍiyallāhu 'anhu- dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Sungguh, sebaik-baik tabiin adalah seseorang yang bernama Uwais. Dia memiliki seorang ibu, dan dia dulu pernah mengidap penyakit belang. Mintalah kepadanya supaya dia bersedia memohonkan ampunan untuk kalian!'”

قوله: «غَبراء النَّاس» بِفَتْح الغَيْنَ المُعْجمَةِ وإسْكَان البَاء وبالمدِّ، وهَمْ فُقراؤهم وَصَعَاليكهم ومَن لا يُعْرَفُ عَيْنُه مِنْ أَخلاطِهِمْ، «وِالأَمدادُ » جَمْعُ مَدَدٍ، وهُمُ الأَعْوانُ، والناصرون الذين كانوا يمدُّون المسلمِين في الجهاد.

id

Frasa "غَبراء النَّاس" (gubarā` an-nās), dengan memfatahkan "gain" dan mensukunkan "bā`", setelahnya ada mad, artinya: orang-orang fakir, tidak punya harta, dan tidak dikenal oleh orang-orang sepergaulannya. الأَمدادُ (al-amdād), bentuk jamak dari "مَدَدٍ" (madad), yaitu pasukan bantuan bagi kaum muslimin dalam jihad.

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

موضع درهم: مقدار يسير بحجم الدرهم.

id

مَوْضِعَ دِرْهَمٍ (mauḍi' dirhamin): ukuran yang kecil seukuran dirham.

لأبرّه: لو حلف علىٰ الله بأمر من الأمور لأبرّ قسمه.

id

لَأبَرَّهُ (la`abarrahu): kalau dia bersumpah kepada Allah pada suatu urusan niscaya Allah akan mewujudkan sumpahnya.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) فضل أويس بن عامر القرني ــ رحمه الله تعالىٰ ــ ، فهو خير التابعين، كما أن خير الصحابة الصدِّيق أبو بكر رضي الله عنه .

id

1) Besarnya keutamaan Uwais bin 'Āmir Al-Qarniy -raḥimahullāh-; yaitu dia adalah sebaik-baik tabiin, sebagaimana Aṣ-Ṣiddīq Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- adalah sebaik-baik sahabat.

2) طلب الدعاء من الصالحين، وإن كان الطالب أفضل من المطلوب منه. واغتنام دعاء من تُرجىٰ إجابته لعلمه وصلاحه، فهذا من أنواع التوسل الشرعي.

id

2) Boleh meminta doa kepada orang saleh, walaupun yang meminta lebih afdal dari tempatnya meminta doa, dan juga memanfaatkan doa orang yang diharapkan dikabulkan karena ilmu dan kesalehannya. Ini termasuk jenis tawasul yang dibenarkan oleh agama.

3) برّ الرجل بوالديه سبب لاستجابة الدعاء وتوفيق الله له.

id

3) Berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab terkabulnya doa serta adanya taufik Allah kepadanya.

4) تواضع عمر بن الخطاب رضي الله عنه، وحرصه علىٰ الخير، وهو يومئذ خليفة المسلمين. فرحم الله ابن الخطاب ورضي عنه، لقد أتعب مَن جاء بعده!.

id

4) Tawaduknya Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- serta antusiasmenya kepada kebaikan, padahal waktu itu dia adalah khalifah kaum muslimin. Semoga Allah merahmati dan meridai Ibnul-Khaṭṭāb. Dia telah mengalahkan orang yang datang setelahnya!

14/373 ــ وعن عُمَرَ بنِ الخطَّابِ رضي الله عنه قالَ: اسْتأْذَنْتُ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم في العُمْرَةِ، فأَذِنَ لِي، وَقَالَ: «لا تَنْسَنَا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ» فقال كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي بِهَا الدُّنيا.

id

14/373- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk melaksanakan umrah. Beliau pun memberiku izin dan bersabda, "Wahai Saudaraku! Janganlah engkau melupakan kami dalam doamu." Lantas beliau menyebutkan sebuah perkataan, aku tidak akan menukarnya dengan dunia."

وفي روايةٍ قال: «أَشْرِكْنَا يا أُخَيَّ في دُعَائِكَ». حديث صحيح رواه أبو داود، والترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ صحيح[6].

id

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, "Wahai Saudaraku! Sertakanlah kami dalam doamu!" (Hadis sahih; HR. Abu Daud dan Tirmizi, Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan sahih") [6]

[6](1) الحديث إسناده ضعيف.
id
[6] (1) Hadis ini sanadnya daif.

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) دعاء المسافر مستجاب، فَلْيحرصِ المؤمن علىٰ تحري أوقات إجابة الدعاء.

id

1) Doa seorang musafir sangat mustajab. Hendaklah orang yang beriman antusias mencari waktu-waktu mustajabnya doa.

2) جواز طلب الدعاء من الصالحين إذا قصد الطالب نفع الداعي؛ بأن يكون له مثل دعائه، لما ورد في الحديث: أنّ مَن دعا لأخيه قال له الملك: «ولك مثله».

id

2) Diperbolehkan meminta doa dari orang saleh, jika maksud orang yang minta adalah untuk memberi manfaat kepada orang yang berdoa, yaitu agar dia mendapatkan yang semisal dengan doanya. Ini berdasarkan hadis yang sahih bahwa orang yang berdoa untuk saudaranya maka malaikat berkata, "Bagimu yang semisalnya."

15/374 ــ وعن ابن عُمَرَ رضي الله عنهما قال: كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَزُورُ قُبَاءَ رَاكِباً وَمَاشِياً، فَيُصَلِّي فِيهِ رَكْعَتَيْنِ. متفق عليه.

id

15/374- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan, "Dahulu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengunjungi Masjid Qubā` dengan berkendara dan berjalan kaki, lalu salat dua rakaat di sana." (Muttafaq 'Alaih)

وفي روايةٍ: كان النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَأتي مَسْجِدَ قُبَاءَ كُلّ سَبْتٍ رَاكِباً وَمَاشِياً، وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ.

id

Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa datang ke Masjid Qubā` setiap hari Sabtu dengan berkendara dan berjalan kaki. Dan dahulu Ibnu Umar pun melakukan hal itu."

غريب الحديث:

id

Kosa Kata Asing:

قباء: هو مسجد قباء في حيٌّ من أحياء المدينة النبوية، يبعد حوالي ثلاثة كيلو متر عن المسجد النبوي، وفيه نزلت الآية: {لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ}.

id

قُبَاء (Qubā`): yaitu Masjid Qubā`, terletak di salah satu distrik Kota Madinah, kurang lebih sejauh 3 km dari Masjid Nabawi. Masjid inilah yang menjadi sebab turunnya ayat: "Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya."

هداية الحديث:

id

Pelajaran dari Hadis:

1) استحباب زيارة مسجد قباء اقتداءً بفعل رسول الله صلى الله عليه وسلم.

id

1) Anjuran berkunjung ke Masjid Qubā` untuk meneladani perbuatan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) حرص عبد الله بن عمر رضي الله عنهما علىٰ التأسي بالنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، وهذا هو شأن الموفَّق من المؤمنين؛ سعيه في الاقتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم.

id

2) Antusiasme Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- untuk meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beginilah keadaan orang beriman yang mendapat taufik; dia akan berusaha untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

فائـدة:

id

Faedah Tambahan:

ورد في فضيلة مسجد قباء أحاديث، منها ما رواه أبو أمامة قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَنْ تَطَهَّرَ في بَيتِهِ، ثم أتىٰ مَسجِدَ قباءَ فصلَّىٰ فيه، كان له كَأَجْرِ عُمْرةٍ». رواه أحمد بسند صحيح.

id

Terdapat beberapa hadis tentang keutamaan Masjid Qubā`, di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Umāmah, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian datang ke Masjid Qubā` lalu melakukan salat di dalamnya, maka dia akan mendapatkan semisal pahala umrah." (HR. Ahmad dengan sanad yang sahih)

قال الحافظ ابن كثير ــ رحمه الله تعالىٰ ــ في (تفسيره):

id

Al-Ḥāfiẓ Ibnu Kaṡīr -raḥimahullāh- berkata dalam Tafsirnya,

«حث الله نبيَّه علىٰ الصلاة في مسجد قباء، الذي أسس من أول يوم بنائه علىٰ التقوىٰ... ولهذا قال: {لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ} والسياق إنما هو في معرض مسجد قباء... وقد صرّح بأنه مسجد قباء جماعة من السلف... ولكن ورد في الحديث الصحيح: «أن مسجد رسول الله الذي في جوف المدينة هو المسجد الذي أسس علىٰ التقوىٰ»، وهذا صحيح، ولا منافاة بين الآية وبين هذا؛ لأنه إذا كان مسجد قباء قد أُسس علىٰ التقوىٰ من أول يوم، فمسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم بطريق الأَوْلىٰ والأَحْرىٰ».

id

"Allah menganjurkan kepada Nabi-Nya agar mengerjakan salat di Masjid Qubā` yang sejak hari pertama pembangunannya dibangun di atas ketakwaan... Oleh karena itu, Allah berfirman, Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya.' (QS. At-Taubah: 108). Konteks ayat ini berbicara tentang Masjid Qubā`... Bahkan sebagian salaf menegaskan bahwa maksudnya ialah Masjid Qubā`... Tetapi, disebutkan dalam hadis yang sahih: bahwa Masjid Rasulullah (Masjid Nabawi) yang ada di tengah Kota Madinah itulah masjid yang didirikan di atas ketakwaan. Ini benar. Namun, tidak ada kontradiksi antara ayat dan hadis ini. Karena, jika Masjid Qubā` didirikan di atas ketakwaan sejak hari pertama, maka Masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih utama dan lebih pantas seperti itu."