قالَ الله تعالىٰ: {إِنَّمَا مَثَلُ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا كَمَآءٍ أَنزَلنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱختَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلأَرضِ مِمَّا يَأكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلأَنعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلأَرضُ زُخرُفَهَا وَٱزَّيَّنَت وَظَنَّ أَهلُهَآ أَنَّهُم قَٰدِرُونَ عَلَيهَآ أَتَىٰهَآ أَمرُنَا لَيلًا أَو نَهَارا فَجَعَلنَٰهَا حَصِيدا كَأَن لَّم تَغنَ بِٱلأَمسِ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلأٓيَٰتِ لِقَوم يَتَفَكَّرُونَ} [يونس: 24] ، وقال تعالىٰ: {وَٱضرِب لَهُم مَّثَلَ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا كَمَآءٍ أَنزَلنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱختَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلأَرضِ فَأَصبَحَ هَشِيما تَذرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيء مُّقتَدِرًا * ٱلمَالُ وَٱلبَنُونَ زِينَةُ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَاۖ وَٱلبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابا وَخَيرٌ أَمَلا} [الكهف:45 _46] ، وقال تعالىٰ: {ٱعلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلحَيَوٰةُ ٱلدُّنيَا لَعِبٞ وَلَهوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُ بَينَكُم وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلأَموَٰلِ وَٱلأَولَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيثٍ أَعجَبَ ٱلكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصفَرّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰماۖ وَفِي ٱلأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضوَٰنٞ وَمَا ٱلحَيَوٰةُ ٱلدُّنيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلغُرُورِ} [الحديد: 20] ، وقال تعالىٰ: {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلبَنِينَ وَٱلقَنَٰطِيرِ ٱلمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلفِضَّةِ وَٱلخَيلِ ٱلمُسَوَّمَةِ وَٱلأَنعَٰمِ وَٱلحَرثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسنُ ٱلمََٔابِ} [آل عمران: 14] ، وقال تعالىٰ: {يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلحَيَوٰةُ ٱلدُّنيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلغَرُورُ} [فاطر: 5] ، وقال تعالىٰ: {أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ(8)} [التكاثر: 1 ــ 5] ، وقال تعالىٰ: {وَمَا هَٰذِهِ ٱلحَيَوٰةُ ٱلدُّنيَآ إِلَّا لَهوٞ وَلَعِبٞ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلأٓخِرَةَ لَهِيَ ٱلحَيَوَانُ لَو كَانُواْ يَعلَمُونَ} [العنكبوت: 64] . والآيات في الباب كثيرة مشهورة.
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan menjadi cantik, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam dan siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang berpikir." (QS. Yūnus: 24) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahf: 45-46) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Ḥadīd: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik." (QS. Āli 'Imrān: 14) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Fāṭir: 5) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kalian mengetahui dengan pasti, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahīm. Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kalian benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)." (QS. At-Takāṡur: 1-8) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (Al-'Ankabūt: 64) Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini sangatlah banyak dan masyhur.
1) الدنيا بكل نعيمها متاع قليل زائل، فالبصير من يجعلها دار ممرٍّ لا دار مقرٍّ.
1) Dunia dengan segala macam kemewahannya adalah kenikmatan yang sedikit dan akan sirna, sehingga orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai negeri persinggahan, bukan negeri untuk menetap.
2) رحمة الله بعباده؛ فقد حذرهم الاغترار بالدنيا، وفتح لهم أبواب الآخرة.
2) Rahmat Allah kepada hamba-Nya, yaitu Allah mengingatkan mereka agar tidak teperdaya dengan kenikmatan dunia lalu membukakan mereka pintu-pintu akhirat.
فأكثرُ مِنْ أنْ تُحْصَرَ، فَنُنَبِّهُ بِطَرَفٍ مِنها علىٰ ما سواه.
maka tidak bisa dihitung jumlahnya, sehingga kita akan sebutkan sebagiannya untuk mengingatkan yang lainnya.
1/457 ــ عن عمروِ بنِ عوف الأنصاريِّ رضي الله عنه: أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم بَعَثَ أبا عبَيدَةَ بنَ الجرَّاحِ رضي الله عنه إلىٰ البَحْرَيْنِ يَأتِي بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ البَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأنصَارُ بقُدومِ أبي عُبَيْدَة، فَوافَوْا صَلاةَ الفَجْرِ مَعَ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم، فَلَمَّا صَلَّىٰ رسولُ صلى الله عليه وسلم انْصَرَفَ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ، فَتبَسَّمَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم حِينَ رَآهُمْ، ثُمَّ قال: «أَظُنُّكُم سَمِعتُم أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بشَيْءٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ؟» فقالوا: أَجَل يا رسولَ الله، فقال: «أبشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ، فوَاللهِ ما الفَقْرَ أَخْشَىٰ عَلَيْكُمْ، ولكِنِّي أَخْشَىٰ عَلَيْكُمْ أَن تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُم، كما بُسِطَتْ عَلىٰ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ». متفق عليه.
1/457- 'Amr bin 'Auf Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengutus Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrāh -raḍiyallāhu 'anhu- ke Bahrain untuk mengambil jizyah (upeti) penduduknya. Lalu Abu 'Ubaidah datang membawa harta dari Bahrain. Lantas orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, mereka pun melaksanakan salat Fajar bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Usai salat, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beranjak pergi, sehingga orang-orang Ansar menghadang beliau. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersenyum manakala melihat mereka, lalu bersabda, "Aku kira kalian sudah mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah dari Bahrain dengan membawa sesuatu?" Mereka menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Bergembiralah dan berharaplah dengan sesuatu yang menyenangkan kalian. Demi Allah! Bukan kefakiran yang aku khawatirkan pada kalian. Tetapi yang aku khawatirkan pada kalian ialah dibentangkannya kenikmatan dunia pada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba kepadanya sebagaimana mereka telah berlomba-lomba kepadanya, lalu dunia membinasakan kalian sebagaimana membinasakan mereka." (Muttafaq 'Alaih)
بجزيتها: بجزية أهلها، وكان غالبهم مجوساً. والجزية: مال يدفعه كافرُ أهلِ الذمة صغاراً لأهل الإسلام، لقاء البقاء علىٰ كفره، ويأمن مقابل ذلك في أهله وماله ودينه.
بِجِزْيَتِهَا (bi jizyatihā): maksudnya, dengan jizyah penduduknya. Mayoritas penduduk Bahrain adalah Majusi. Jizyah adalah harta yang yang diserahkan oleh orang kafir zimi sebagai bentuk ketundukan kepada pemerintah Islam, juga sebagai imbalan ketetapannya dalam kekafiran. Jizyah itu dia berikandalam rangka mendapatkan keamanan pada keluarga, harta, dan agamanya.
فوافوا: اجتمعوا وحضروا.
فَوافَوْا (fawfau): mereka berkumpul dan hadir.
1) قد يكون الفقر خيراً للعبد؛ لأن المال في الغالب يُطغي الإنسان.
1) Ada kalanya hidup miskin lebih baik bagi seseorang, karena harta umumnya membuat manusia zalim.
2) كمال هدي رسول الله صلى الله عليه وسلم في معالجة النفوس البشرية بما يصلحها؛ فقد عرف مايريد الأنصار، فبشَّرهم، وأمّلهم؛ لتطمئن قلوبهم ونفوسهم.
2) Sempurnanya petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengobati jiwa manusia dengan tepat; yaitu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang Ansar, lalu beliau memberi mereka kabar gembira dan harapan agar hati mereka tenang.
2/ 458 ــ وعن أبي سعيدٍ الخُدْريِّ رضي الله عنه قالَ: جَلَسَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم عَلىٰ المِنْبَرِ، وَجَلَسْنَا حَولَه، فقال: «إنَّ مِمّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِي مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِن زَهْرَةِ الدُّنْيَا وزينَتِهَا». متفق عليه.
2/458- Abū Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar sedangkan kami duduk mengelilingi beliau. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara hal yang aku takutkan menimpa kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan harta dunia serta perhiasannya yang akan dibukakan untuk kalian." (Muttafaq 'Alaih)
1) إن التعلُّق بالدنيا الذي ينسي الآخرة، هو أخوف ما خافَه رسول الله صلى الله عليه وسلم علىٰ أمته.
1) Terpana dengan dunia yang sampai membuat lupa kepada akhirat adalah yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap umat beliau.
2) شفقة الرسول صلى الله عليه وسلم علىٰ أمته، وحرصه علىٰ نجاتهم، وخوفه عليهم أن يتعلَّقوا بالفاني ويغفلوا عن الباقي. وهكذا يجب أن يكون الدعاة إلىٰ الله تعالىٰ حريصين علىٰ هداية الخلق.
2) Kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya, juga kepedulian beliau terhadap keselamatan mereka serta kekhawatiran beliau mereka akan terikat dengan dunia yang fana lalu lalai terhadap akhirat yang kekal. Seperti inilah seharusnya para dai yang berdakwah mengajak manusia kepada Allah -Ta'ālā-, supaya bersungguh-sungguh di dalam memberi petunjuk kepada manusia.
3) إخبارُ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم عن حال أمته، وما سيفتح عليها من زينة الحياة الدنيا وفتنتها.
3) Berita dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang keadaan umat beliau serta kemewahan dunia yang akan dibukakan kepada mereka.
3/459 ــ وعنه أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم، قال: «إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإنَّ اللهَ تَعالىٰ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ». رواه مسلم.
3/459- Masih dari Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menyerahkan urusannya kepada kalian, lalu melihat apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah kepada fitnah dunia dan takutlah kepada fitnah wanita." (HR. Muslim)
مستخلفكم فيها: جاعلكم خلائف فيها، يخلف بعضكم بعضاً.
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا (mustakhlifukum fīhā): menjadikan kalian sebagai penguasa yang saling mewarisi.
1) لاحرج علىٰ العبد إذا تمتع بملذَّات الدنيا المباحة، فإنها حلوة خضرة.
1) Seseorang boleh menikmati kenikmatan dunia yang halal, sesungguhnya kenikmatan dunia manis dan hijau.
2) وظيفة العبد في الدنيا أن يقيم عبودية الله تعالىٰ {وَمَا خَلَقتُ ٱلجِنَّ وَٱلإِنسَ إِلَّا لِيَعبُدُونِ}.
2) Tugas manusia di dunia adalah menegakkan ibadah kepada Allah -Ta'ālā-: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Aż-Żariyāt: 56)
4/460 ــ وعن أنسٍ رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «اللهمَّ لا عَيْشَ إلَّا عَيْشُ الآخِرَةِ». متفقٌ عليه.
4/460- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang hakiki selain kehidupan akhirat." (Muttafaq 'Alaih)
1) العيش الرغيد الذي يَسعىٰ إليه العبد المُوَفَّق ويَفرح به، هو عيش الدار الآخرة ، وأمّا عيش الدنيا، فهو ممزوج بأنواع المصيبات.
1) Kehidupan indah yang berusaha diwujudkan dan didambakan oleh orang yang diberi taufik ialah kehidupan negeri akhirat. Adapun kehidupan dunia, maka dia adalah kehidupan yang tercemar dengan berbagai macam musibah dan ujian.
2) الحث علىٰ اهتمام المؤمن بما عند الله؛ لأنه هو الباقي الذي لاينقطع نعيمه.
2) Anjuran agar orang beriman memberikan perhatian terhadap apa yang ada di sisi Allah, karena itu yang akan kekal dan tidak putus kenikmatannya.
5/461 ــ وعنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: «يَتْبَعُ الميْتَ ثَلاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ؛ فَيَرْجِعُ اثْنانِ، ويَبْقَىٰ مَعَهُ وَاحِدٌ؛ يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، ويَبْقَىٰ عَمَلُهُ». متفقٌ عليه.
5/461- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jenazah itu akan diikuti oleh tiga hal: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang, dan satu yang akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq 'Alaih)
1) إن الذي ينفع الميت هو عمله الصالح، فطوبىٰ لعبد أتىٰ قبرَه بزادٍ صالحٍ.
1) Yang akan berguna bagi orang yang meninggal adalah amal salehnya. Sehingga berbahagialah orang yang datang ke kuburnya dengan bekal yang baik.
2) الأهل والمال ودائع عند العبد، ثم كلٌّ مغادرٌ إلىٰ ربِّه ومفارق للوديعة.
2) Keluarga dan harta adalah titipan pada hamba, kemudian masing-masing orang akan pergi menemui Tuhannya dan meninggalkan titipan tersebut.
6/462 ــ وعنه قال: قالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «يُؤْتَىٰ بأَنْعَم أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُصْبَغُ في النَّارِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ: يا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ خَيْراً قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعيمٌ قَطُّ ؟ فَيَقُولُ: لا والله يَارَبِّ. وَيُؤْتَىٰ بأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْساً في الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، فَيُصْبَغُ صَبْغَةً في الجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ: يا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْساً قَطُّ ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ ؟ فيقولُ: لا وَالله، مَا مَرَّ بي بُؤْسٌ قَطُّ، وَلا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ». رواه مسلم.
6/462- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat kelak akan dihadirkan orang yang paling merasakan nikmat di dunia dari kalangan penduduk neraka, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam neraka. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu kebaikan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kenikmatan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah, ya Rabbi.’ Kemudian dihadirkan orang yang paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam surga. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu penderitaan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kesengsaraan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah. Aku tidak pernah sama sekali merasakan satu penderitaan. Tidak juga pernah melihat satu kesengsaraan sekalipun.” (HR. Muslim)
يصبغ في النار صبغة: يغمس فيها غمسة واحدة.
يُصْبَغُ في النَّارِ صَبْغَةً: dicelupkan ke dalam neraka satu kali celupan.
بؤساً: فقراً وشدة.
بُؤْسًا (bu`san): kemiskinan dan kesulitan.
1) نعيم الدنيا وشقاؤها لايقارنان بنعيم الجنة وعذاب النار، وهذا فيه حث علىٰ الرجاء والصبر.
1) Kenikmatan dan kesengsaraan dunia tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan surga dan siksa neraka. Ini mengandung anjuran untuk mengharapkan surga dan bersabar dari penderitaan dunia.
2) إنعام الله علىٰ أهل الفساد في الدنيا ليس دليل محبتهم، وإنما هو تعجيل لحظ الدنيا، حتىٰ إذا لاقوا الله لم يكن لهم في الآخرة إلا العذاب.
2) Pemberian karunia oleh Allah kepada para pelaku maksiat dan kerusakan di dunia tidak menjadi bukti bahwa Dia mencintai mereka. Tetapi itu adalah bentuk menyegerakan balasan sedikit kebaikan mereka di dunia. Sehingga ketika menghadap Allah mereka tidak lagi memiliki apa-apa di akhirat kecuali siksa.
7/463 ــ وعن المُسْتَوْرد بن شدادٍ رضي الله عنه قال: قالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا الدُّنْيَا في الآخِرَةِ إلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ أُصْبُعَهُ في اليَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يرْجِعُ؟». رواه مسلم.
7/463- Al-Mustaurid bin Syaddād -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang kalian mencelupkan telunjuknya ke lautan, maka lihatlah (dunia) pada apa yang tersisa (di tangannya)!" (HR. Muslim)
اليم: البحر.
اليَمُّ (al-yamm): laut.
1) الدنيا دَنِيَّة فانية، والعاقل هو من جعلها مركباً صالحاً إلىٰ الفوز بالآخرة.
1) Dunia ini hina dan akan sirna; orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai kendaraan dan sarana yang baik untuk meraih akhirat.
2) جواز ضرب الأمثال لفهم المعاني.
2) Boleh membuat perumpamaan untuk memudahkan memahami makna tertentu.
8/464 ــ وعن جابِرٍ رضي الله عنه أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم مَرَّ بِالسُّوقِ، وَالنَّاسُ كَنَفَتَيْهِ، فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ، فتَنَاوَلَهُ، فَأَخَذَ بأُذُنِهِ، ثُمَّ قال: «أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يكُونَ هذَا لَهُ بِدِرهمٍ؟» فَقالوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ، وَمَا نَصنَعُ بِهِ؟ ثم قال: «أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَـكُمْ؟» قَالُوا: واللهِ لَوْ كانَ حَيًّا كَانَ عَيْباً أنَّهُ أَسَكُّ، فَكَيْفَ وهو مَيِّتٌ! فقال: «فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَىٰ الله مِنْ هذَا عَلَيْكُمْ». رواه مسلم.
8/464- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati pasar sementara orang-orang ikut berjalan di kanan dan kiri beliau. Kemudian beliau melewati bangkai anak kambing yang telinganya kecil. Beliau mengambil anak kambing itu dan memegang telinganya lalu bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak akan sudi membelinya dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?" Beliau bertanya, "Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian dengan cuma-cuma?" Mereka menjawab, "Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya kecil. Apalagi dia sudah jadi bangkai." Maka beliau bersabda, "Demi Allah! Sungguh, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini di mata kalian." (HR. Muslim)
قوله: «كَنَفتَيْهِ» أَيْ: عن جانبيه. و«الأسكّ»: صغير الأُذُن.
Kata "كَنَفتَيْهِ" (kanafataihi), maksudnya: di dua sisi beliau. Sedangkan "الأَسَكُّ (al-asakk): yang bertelinga kecil.
1) الدنيا ومافيها أذلُّ وأحقر عند الله من جيفة الحيوان المعيب، فيا عجباً كيف خدعت كثيراً من الناسِ وغرتهم؟!
1) Dunia dengan seluruh isinya lebih hina di sisi Allah dari bangkai hewan yang cacat. Tapi sungguh mengherankan, bagaimana bisa dunia menipu dan memperdaya banyak manusia?!
2) علىٰ أهل العلم تذكير الناس بحقارة الدنيا، وحثهم علىٰ الزهد فيها، وتحذيرهم من الركون إليها، ولا يُلام من استمتع بما فيها من الطيبات المباحة، بشرط ألا ينسىٰ الآخرة.
2) Kewajiban orang berilmu untuk mengingatkan manusia tentang hinanya dunia serta menganjurkan mereka untuk bersikap zuhud di dalamnya dan memperingatkan mereka agar tidak teperdaya dengannya. Tetapi, tidak tercela orang yang menikmati kenikmatan halal yang ada padanya, dengan syarat dia tidak lupa akhirat.
9/465 ــ وعن أبي ذرٍّ رضي الله عنه قال: كُنْت أَمْشِي مَعَ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم في حَرَّةٍ بالمدينَةِ، فَاسْتَقْبَلَنَا أُحُدٌ، فقال: «يَا أبَا ذَرٍّ»، قلت: لَبَّيْكَ يَا رسولَ الله، فقال: «مَا يَسُرُّني أَنَّ عِنْدِي مِثْلَ أُحُدٍ هَذَا ذَهباً، تمْضِي عَلَيَّ ثَلاثَةُ أَيَّامٍ وَعِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ، إلَّا شَيْءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنِ، إلَّا أَنْ أَقُولَ بِهِ في عِبَادِ الله هكَذَا وَهكَذَا وَهكَذَا» عن يَمِينِه، وعن شمالِه، وعن خلفه. ثم سار، فقال: «إنَّ الأَكثَرِينَ هُمُ الأقلُّونَ يَوْمَ القيامةِ، إلَّا مَنْ قَالَ بالمَالِ هكَذا وهكَذا وهكَذا» عن يمينِهِ، وعن شمالِهِ، ومِن خَلْفه، «وَقَلِيلٌ مَا هُم». ثم قال لي: «مَكَانَكَ لاَ تَبْرَحْ حَتَّىٰ آتِيَكَ». ثم انْطَلَقَ في سَوَادِ اللَّيْلِ حتىٰ تَوَارَىٰ، فَسَمِعْتُ صَوْتاً قَدِ ارْتفَعَ، فَتَخَوَّفْتُ أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ عَرَضَ للنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَأَرَدْتُ أَنْ آتِيَهُ، فَذَكَرْتُ قوله: «لا تَبْرَحَ حتَّىٰ آتِيَكَ»، فلم أَبْرَحْ حَتَّىٰ أتاني، فَقُلْتُ: لقد سَمِعْتُ صَوْتاً تَخَوَّفْتُ منه، فَذَكَرْتُ له، فقال: «وَهَلْ سَمِعْتَهُ ؟» قلت: نَعَم، قال: «ذَاكَ جِبريلُ أَتاني، فقال: مَن مات مِنْ أُمَّتِكَ لا يُشرِكُ بِالله شَيئاً دَخَلَ الجَنَّةَ»، قلتُ: وَإنْ زَنَىٰ وَإنْ سَرَقَ؟ قال: «وَإن زَنَىٰ وَإن سَرَقَ». متفقٌ عليه، وهذا لفظُ البخاري.
9/465- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah berjalan bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di tanah berbatu Madinah, hingga Uhud berada di hadapan kami. Beliau bersabda, "Wahai Abu Żarr!" Aku menjawab, "Aku memenuhi seruanmu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tidaklah membuatku senang jika aku mempunyai emas seperti Uhud lalu tiga hari berlalu sementara masih tersisa bersamaku satu dinar dari emas tersebut, kecuali sebagian yang aku simpan untuk (membayar) utang. Melainkan aku membagikan emas itu kepada hamba-hamba Allah; begini, begini, dan begini." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau. Kemudian beliau berjalan dan bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang banyak hartanya adalah orang-orang yang paling sedikit pahalanya pada hari Kiamat. Kecuali yang memperlakukan hartanya begini, begini, dan begini -sambil berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau- tetapi sedikit sekali mereka itu." Lantas beliau bersabda, "Diamlah di tempatmu. Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Setelah itu beliau berjalan di kegelapan malam hingga tidak terlihat. Tiba-tiba aku mendengar suara keras sehingga membuatku cemas jangan-jangan ada orang yang berbuat buruk kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku pun ingin menyusul beliau, tetapi aku teringat ucapan beliau: "Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Sehingga aku tidak beranjak sampai beliau datang. Aku berkata, "Aku mendengar sebuah suara yang membuatku khawatir." Dan aku menceritakan hal itu kepada beliau. Beliau bertanya, "Apakah engkau mendengarnya?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Itu adalah suara Jibril yang datang kepadaku. Dia berkata, 'Siapa saja dari umatmu yang meninggal dunia tanpa ia menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, niscaya dia masuk surga.'" Aku bertanya, "Meskipun dia berzina dan meskipun mencuri?" Beliau bersabda, "Meskipun dia berzina dan mencuri." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)
10/466 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عنْ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم قال: «لو كان لي مِثلُ أُحُدٍ ذَهَباً، لَسَرَّني ألَّا تَمُرَّ عَلَيَّ ثَلاثُ لَيَالٍ وَعِندِي منه شَيْءٌ، إلَّا شَيْءٌ أُرْصِدهُ لِدَينٍ». متفق عليه.
10/466- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Seandainya aku mempunyai emas seperti gunung Uhud, tentu aku sangat senang sekali jika tidak berlalu tiga malam dalam keadaan aku masih memiliki sebagian harta itu kecuali sedikit yang aku sisihkan untuk (bayar) utang." (Muttafaq 'Alaih)
حرّة: أرض ذات حجارة سوداء.
حَرَّةٌ (ḥarrah): tanah berbatu hitam.
أرصِده: أعده وأحفظه.
أَرْصِدُهُ (arṣiduhu): aku menyiapkannya, atau aku menyimpannya.
1) بيان فضل التوحيد وما يكفر من الذنوب، وأن من حقق التوحيد دخل الجنة، بلا عذاب ولا حساب.
1) Menjelaskan keutamaan tauhid dan dosa yang dihapuskannya, bahwa orang yang merealisasikan tauhid secara sempurna akan masuk surga tanpa azab dan hisab.
2) كان النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم أزهد الناس في الدنيا، مع تمام الغنىٰ في قلبه صلوات الله وسلامه عليه.
2) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia disertai sikap kanaah yang sempurna dalam hati beliau. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada beliau.
3) الغالب علىٰ من كثر ماله في الدنيا أن يطغى ويتكبر {كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَىٰ (6) أَن رَّآهُ اسْتَغْنَىٰ (7)}.
3) Umumnya orang yang banyak harta di dunia akan bersikap zalim dan sombong: "Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup." (QS. Al-'Alaq: 6-7)
4) حسن أدب أبي ذر رضي الله عنه مع الرسول صلى الله عليه وسلم؛ فقد عظَّم أمره، ولم يخالفه ولو كان لحاجة ومصلحة مظنونة. فكل الخير في اتباع المعصوم صلى الله عليه وسلم.
4) Adab Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- yang bagus terhadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu dia menjunjung perintah Rasulullah dan tidak menyelisihinya sekalipun untuk suatu hajat dan maslahat kuat. Seluruh kebaikan ada pada mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang maksum.
5) المال خير عون للعبد الصالح في إنفاقه في وجوه الخير، والعبد المُوَفَّق من رُزق علماً ومالاً، فهو ينفق ماله بما يعلم من وجوه الخير.
5) Harta adalah sebaik-baik sarana penolong bagi hamba yang saleh dengan menginfakkannya pada pos-pos kebaikan, dan hamba yang diberi taufik adalah yang diberikan ilmu dan harta lalu dia menginfakkan hartanya berdasarkan ilmunya pada pos-pos kebaikan.
11/467 ــ وعنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «انْظُرُوا إلىٰ مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلا تَنْظُرُوا إلىٰ مَنْ هُوَ فَوقَكُم، فَهُوَ أَجْدَرُ ألا تَزْدَرُوا نِعمَةَ الله عَلَيْكُمْ». متفقٌ عليه، وهذا لفظ مسلمٍ.
11/467- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawah kalian (dalam urusan dunia), dan janganlah melihat orang yang ada di atas kalian. Hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kalian." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)
وفي رواية البخاري: «إذا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إلىٰ مَنْ فُضِّلَ عليهِ في المالِ وَالخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إلىٰ مَنْ هو أَسْفَلُ مِنْهُ».
Dalam riwayat Bukhari disebutkan: "Bila salah seorang kalian telah melihat orang yang dilebihkan harta dan rupanya, hendaklah dia melihat orang yang di bawahnya."
أجدر: أحق.
أَجْدَرُ (ajdar): lebih pantas.
تزدروا: تستصغروا وتحتقروا.
تَزْدَرُوْا (tazdarū): menganggap kecil dan meremehkan.
1) الحث علىٰ شكر نعم الله تعالىٰ، ولو كان العبد دون غيره في النعم.
1) Anjuran mensyukuri nikmat Allah -Ta'ālā- walaupun kadar nikmat yang dimilikinya masih berada di bawah yang lain.
2) الشريعة جاءت بإصلاح النفوس وتهذيب أحوال الناس.
2) Agama Islam datang untuk memperbaiki jiwa dan meluruskan keadaan manusia.
12/468 ــ وعنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: «تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالقَطِيفَةِ وَالخَمِيصَةِ، إنْ أُعْطِيَ رضِيَ، وإنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ». رواه البخاري.
12/468- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Binasalah budak dinar, dirham, pakaian beludru, dan kain wol bermotif. Jika diberi ia rida, tetapi jika tidak diberi dia tidak rida." (HR. Bukhari)
تعس: هلك.
تَعِسَ (ta'isa): binasa.
القطيفة: ثوب له خمل.
القَطِيْفَةُ (al-qaṭīfah): pakaian yang mengandung beludru
الخميصة: الكساء المخطط.
الخَمِيْصَةُ (al-khamīṣah): kain bermotif.
1) لابد للإنسان من عبودية؛ فإما أن يكون عبداً لله، وإما أن يكون عبداً للشهوات.
1) Manusia pasti memiliki sembahan, antara menjadi hamba Allah atau hamba syahwat.
2) المذموم من شَغَلَه المال عن الله تعالىٰ، فصار صاحبه يفرح إن أُعطي، ويحزن إن مُنع.
2) Orang tercela adalah orang yang disibukkan harta dari beribadah kepada Allah -Ta'ālā-, sehingga dia akan senang bila diberi harta dan bersedih ketika tidak diberi.
13/469 ــ وعنه رضي الله عنه قال: لَقَدْ رأَيْتُ سَبْعِينَ منْ أَهْلِ الصُّفَّةِ، مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ عليه رداءٌ، إمَّا إزَارٌ، وَإمَا كِسَاءٌ، قَدْ رَبَطُوا في أَعْنَاقِهِمْ، فَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ نِصْفَ السَّاقَيْنِ، وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ الكَعْبَيْنِ، فَيَجْمَعُهُ بِيَدهِ كرَاهِيَةَ أَنْ تُرَىٰ عَوْرَتُهُ. رواه البخاري.
13/469- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia bercerita, "Aku telah melihat tujuh puluh orang di antara ahli sufah, tidak seorang pun di antara mereka yang mengenakan atasan (selendang). Sebagian hanya memakai bawahan (sarung). Dan sebagian hanya memakai kain yang mereka ikat di leher; ada yang sampai setengah betis dan ada yang sampai mata kaki, sehingga kain itu harus dipegang dengan tangannya karena tidak mau auratnya terlihat." (HR. Bukhari)
أهل الصفة: هم أضياف الإسلام، من فقراء الصحابة، كانوا يأوون إلىٰ مكان في آخر مسجد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، عُرف بالصُّفَّة.
أَهْلِ الصُّفَّةِ (ahl aṣ-ṣuffah/ahli sufah): tamu-tamu Islam dari kalangan orang-orang fakir sahabat, mereka tinggal di sebuah tempat di bagian belakang Masjid Nabawi yang dikenal dengan nama aṣ-ṣuffah.
رداء: ما يستر عالي البدن فقط.
رِدَاء (ridā`): pakaian atasan yang hanya menutup bagian atas badan.
الإزار: ما يستر أسفل البدن فقط.
الإِزَار (al-izār): pakaian bawahan yang hanya menutup bagian bawah badan.
1) التقلُّل في الدنيا هو حال سادات هذه الأمة، ومنهم أهل الصُّفَّة من صحابة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
1) Bersikap sederhana dalam kehidupan dunia adalah kebiasaan para tokoh umat ini, di antaranya ahli sufah dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) الفقر لايمنع العامل من الاجتهاد في الخير، فأولئك الزهاد علىٰ أيديهم فتحت البلاد وقلوب العباد. فيا أيها الفقير الصابر لا تحزن!.
2) Hidup serba kekurangan tidak menghalangi seseorang dari berjuang dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan. Mereka orang-orang yang zuhud itu, di tangan merekalah negeri-negeri kafir ditaklukkan serta hati-hati manusia diislamkan. Wahai orang yang miskin dan sabar, jangan bersedih!
14/470 ــ وعنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «الدُّنْيَا سِجْنُ المُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الكَافِرِ». رواه مسلم.
14/470- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dunia itu penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim)
1) هوان الدنيا علىٰ الله، حتىٰ جعلها أشبه بالسجن للمؤمن.
1) Hinanya dunia bagi Allah, sehingga Allah menjadikannya mirip seperti penjara bagi orang beriman.
2) من استغرق دنياه بالنعيم الخالص ولم تصبه المصائب، فليفتش عن قلبه وعمله؛ لأن النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم وصف حال المؤمن مع الدنيا بحال السجين!
2) Siapa yang seluruh dunianya diisi dengan kesenangan murni dan tidak pernah diitimpa musibah hendaklah mengecek hati dan amalnya, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menggambarkan keadaan orang beriman bersama dunia seperti keadaan penjara.
15/471 ــ وعن ابن عُمرَ رضي الله عنهما قال: أخذ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم بِمَنكِبَيَّ، فقال: «كُنْ في الدُّنْيَا كأنَّكَ غَريبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبيلٍ».
15/471- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir!"
وَكَانَ ابنُ عمرَ رضي الله عنهما يقول: إذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإذَا أصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. رواه البخاري.
Dahulu Ibnu 'Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- memberikan nasihat, "Apabila engkau berada di sore hari maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari! Pergunakanlah waktu sehatmu untuk (menyongsong) waktu sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu untuk (menyambut) kematianmu!" (HR. Bukhari)
قالوا في شرحِ هَذا: معناه: لا تَركَن إلىٰ الدُّنْيَا، وَلا تَتَّخِذْهَا وَطَناً، وَلا تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِطُولِ البَقَاءِ فِيهَا، وَلا بالاعْتِناءِ بِهَا، وَلا تَتَعَلَّقْ مِنْهَا إلَّا بِمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ الْغَرِيبُ في غَيْرِ وَطَنِهِ، وَلا تَشْتَغِلْ فِيهَا بِمَا لا يَشْتَغِلُ بِهِ الْغَرِيبُ الَّذي يُريدُ الذَّهَابَ إلىٰ أَهْلِهِ. وَبالله التَّوْفِيقُ.
Dalam menjelaskan hadis ini, para ulama berkata, "Maksudnya: janganlah engkau tunduk kepada dunia, jangan dijadikan ia sebagai tempat tinggal tetap, jangan bisiki dirimu untuk hidup lama di dalamnya ataupun memberikan perhatian besar kepadanya, jangan bergantung kepadanya kecuali seperti hubungan orang asing pada selain negerinya, jangan sibukkan diri padanya kecuali seperti kesibukan orang asing di selain negerinya yang ingin pulang ke keluarganya. Wabillāhi at-taufīq."
1) إن أخذ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم بمنكبَيْ عبد الله بن عمر رضي الله عنهما دليل علىٰ محبته له.
1) Tindakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang memegang pundak Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- menunjukkan kecintaan beliau kepadanya.
2) استحباب مسك المعلِّم كتف المتعلِّم عند التعليم والموعظة، وذلك للتأنيس والتنبيه.
2) Anjuran agar guru memegang pundak anak didik ketika proses pengajaran dan nasihat, yaitu untuk mengakrabkan sekaligus menjaga konsentrasinya.
3) حرص النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم علىٰ إيصال الخير لأمته.
3) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk memberikan berbagai kebaikan kepada umatnya.
4) الإنسان في هذه الدنيا مسافر، فالدنيا ليست دار مقرٍّ، بل هي دار ممرٍّ.
4) Manusia di dunia ini sedang melakukan safar, sehingga dunia ini bukan tempat tinggal tetap, tetapi hanya tempat singgah.
5) المؤمن في الدنيا غريب؛ لأن الجنة هي موطنه الأول {َيَٰٓـَٔادَمُ ٱسكُن أَنتَ وَزَوجُكَ ٱلجَنَّةَ} فعدوُّه الشيطان هو الذي أخرجه منها، وسباه، فهو الآن يعيش في سجن الأسر، يَحِنُّ أبداً إلىٰ وطنه!.
5) Orang beriman di dunia ini adalah orang asing, karena surga adalah tempat tinggal pertamanya: "Wahai Adam! Tinggallah engaku dan istrimu di dalam surga." (QS. Al-Baqarah: 35) Tetapi musuhnya adalah setan. Dialah yang mengeluarkannya dari surga dan menawannya. Sehingga orang beriman sekarang hidup di dalam penjara para tawanan, seharusnya ia selalu rindu untuk pulang ke negeri aslinya.
16/472 ــ وعن أبي الْعَبَّاسِ سَهْلِ بنِ سَعْدٍ السّاعديِّ رضي الله عنه قال: جاءَ رَجُلٌ إلىٰ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم، فقالَ: يا رسولَ الله، دُلَّنِي عَلىٰ عَمَلٍ إذا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللهُ، وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فقال: «ازهَدْ في الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ». حديث حسنٌ رواه ابن مَاجَه وغيره بأسانيد حسنةٍ.
16/472- Abul-'Abbās Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku lakukan, maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia." Beliau bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dengan apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu!" (Hadis hasan, HR. Ibnu Mājah dan lainnya dengan sanad yang bagus).
1) حرص الصحابة رضي الله عنهم علىٰ السؤال عما ينفعهم، ويقربهم إلىٰ الله تعالىٰ.
1) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menanyakan perkara yang berguna bagi diri mereka dan yang mendekatkan mereka kepada Allah -Ta'ālā-.
2) مَن تقلَّل من الدنيا وتطلَّع إلىٰ ما عند الله أحبَّه مولاه.
2) Siapa yang hidup sederhana di dunia dan merindukan apa yang ada di sisi Allah niscaya akan dicintai oleh Allah.
3) الترغيب في عدم الطمع بما في أيدي الناس، ولذلك كان الرسل عليهم الصلاة والسَّلام جميعاً لايسألون الناس أجراً.
3) Anjuran supaya tidak rakus terhadap apa yang ada di tangan orang lain; oleh karena itu, para rasul -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam- tidak pernah meminta upah kepada manusia.
17/473 ــ وعن النُّعْمَانِ بنِ بشيرِ رضي الله عنهما قالَ: ذَكَرَ عُمَرُ بْن الخَطَّابِ رضي الله عنه مَا أَصَابَ النَّاسُ مِنَ الدُّنيَا، فقال: لَقَدْ رَأَيْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يَظَلُّ الْيَوْمَ يَلْتَوي، مَا يَجِدُ مِنَ الدَّقَلِ مَا يَمْلأُ بِهِ بَطْنَهُ. رواه مسلم.
17/473- An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- mengatakan bahwa Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan berbagai karunia dunia yang diperoleh kaum muslimin, lalu dia berkata, "Sungguh aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari meringkuk kelaparan, dan beliau tidak mendapatkan kurma (meskipun) jelek untuk mengisi perutnya." (HR. Muslim)
«الدَّقَلُ» بفتح الدال المهملة والقاف: رَدِيءُ التَّمْرِ.
الدَّقَلُ (ad-daqal), dengan memfatahkan "dāl", dan "qāf", artinya: kurma yang jelek.
1) الدنيا ليست معياراً لحال العبد ومقامه عند ربه، فهذا رسول الله صلى الله عليه وسلم أكرم الخلق علىٰ الله تعالىٰ يبيت جائعاً.
1) Dunia bukan ukuran keadaan dan kedudukan seseorang di sisi Allah; lihatlah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang merupakan makhluk paling mulia di sisi Allah -Ta'ālā-, beliau melalui malam dengan meringkuk kelaparan.
2) زهد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم في الدنيا، وصبره علىٰ الجوع، إيثاراً للآخرة علىٰ الدنيا.
2) Sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan kesabaran beliau dalam menghadapi kelaparan serta lebih mengedepankan akhirat daripada dunia.
18/474 ــ وعن عائشةَ رضي الله عنها قالت: تُوُفِّيَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم، وَمَا في بَيْتِي مِنْ شَيءْ يَأكُلُهُ ذُو كَبِد ، إلَّا شَطْرُ شَعِيرٍ في رَفٍّ لي، فَأكَلْتُ مِنْهُ حَتَّىٰ طَال علَيَّ، فَكِلْتُهُ فَفَنِي. متفقٌ عليه.
18/474- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan bernyawa, kecuali sedikit gandum di rak milikku. Maka aku pun memakannya dalam kurun waktu cukup lama. Lalu aku menakarnya untuk mengetahui banyaknya, akhirnya gandum itu pun habis." (Muttafaq 'Alaih)
«شَطْر شَعيرٍ» أَيْ: شَيْءٌ مِنْ شَعِيرٍ، كَذا فسَّرَهُ التِّرْمذيُّ.
شَطْر شَعيرٍ (syaṭru sya'īr), maksudnya: sedikit gandum, demikian dijelaskan oleh Tirmizi.
ذو كبد: أي ذو حياة.
ذُوْ كّبِدٍ (żū kabid): yang bernyawa.
1) زهد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم في الدنيا، وبيان صفة الحياة التي كان يعيشها بيت النبوة.
1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan potret kehidupan rumah tangga beliau.
2) من رزقه الله شيئاً أو أكرمه بكرامة، فالواجب عليه ملاحظة شكر الله تعالىٰ.
2) Siapa yang diberikan rezeki oleh Allah atau diberikan suatu kemuliaan maka dia wajib ingat bersyukur kepada Allah -Ta'ālā-.
19/475 ــ وعن عمروِ بنِ الحارثِ أخِي جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ الحَارثِ أُمِّ المُؤمنينَ رضي الله عنهما قال: «مَا تَرَكَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم عنْدَ مَوْتِهِ دِينَاراً، وَلا دِرْهَماً، وَلا عَبْداً، وَلا أَمَةً، ولاَ شَيْئاً، إلَّا بغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ الَّتي كَان يَرْكَبُهَا، وَسِلاحَهُ، وَأَرْضاً جَعَلَهَا لابْنِ السَّبيلِ صَدقةً». رواه البخاري.
19/475- 'Amr bin Al-Ḥāriṡ, saudara Juwairiyah binti Al-Ḥāriṡ Ummul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Ketika meninggal dunia, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki maupun perempuan,ataupun harta lainnya kecuali bagal putih yang beliau kendarai, senjata beliau, dan tanah yang beliau berikan kepada umat Islam sebagai sedekah." (HR. Bukhari)
1) الأنبياء لا يُوَرِّثُون درهماً ولاديناراً، وماتركوه صدقة.
1) Para nabi tidak meninggalkan warisan dinar ataupun dirham, tetapi semua yang mereka tinggalkan adalah sedekah.
2) من أحب لقاء الله تعالىٰ فليخفف من أثقال الدنيا، إلا ما كان وسيلة إلىٰ الآخرة.
2) Siapa yang berharap untuk bertemu Allah -Ta'ālā- maka ia hendaklah meringankan beban dunianya, kecuali yang menjadi sarana menuju akhirat.
20/476 ــ وعن خَبَّاب بنِ الأرَتِّ رضي الله عنه قال: هَاجَرْنَا مَعَ رسولِ الله صلى الله عليه وسلم نَلْتَمِسُ وَجْهَ الله تعالىٰ، فَوَقَعَ أَجْرُنا عَلىٰ الله، فَمِنَّا مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَأْكُلْ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئاً، مِنْهُمْ مُصْعَبُ بن عُمَيْر رضي الله عنه، قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ، وَتَرَكَ نَمِرَةً، فَكُنَّا إذَا غَطَّيْنَا بِهَا رَأْسَهُ بَدَتْ رِجْلاهُ، وَإذَا غَطَّيْنَا بِهَا رِجْلَيْهِ بَدَا رَأْسُهُ، فَأَمَرَنا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم أَنْ نُغَطِّيَ رَأْسَهُ، وَنَجْعَلَ عَلَىٰ رِجْلَيْهِ شَيْئاً مِنَ الإِذْخِر، وَمنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ، فَهُو يَهْدِبُهَا. متفقٌ عليه.
20/476- Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami berhijrah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena mengharapkan rida Allah -Ta'ālā-. Maka Allah telah menetapkan pahala bagi kami. Setelahnya sebagian kami meninggal dunia sebelum menikmati sedikit pun dari pahalanya (di dunia ini). Di antaranya adalah Muṣ'ab bin 'Umair -raḍiyallāhu 'anhu-. Dia terbunuh dalam perang Uhud dan hanya meninggalkan selembar kain; apabila kami tutup kepalanya akan terlihat kakinya, dan apabila kami tutup kakinya akan terlihat kepalanya. Sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk menutup kepalanya (dengan kain) dan menutup kakinya dengan sedikit iżkhir. Dan sebagian kami dipanjangkan umurnya dan mendapatkan buah pahalanya serta memetiknya (di dunia ini)." (Muttafaq 'Alaih)
«النَمِرَةُ»: كسَاءٌ مُلَوَّنٌ مِنْ صوفٍ. وقوله: «أَيْنَعَت» أَيْ: نَضِجَتْ وَأَدْرَكَت. وقوله: «يَهْدبُهَا» هو بفتح الياءِ وضم الدال وكسرها، لُغَتَان، أَيْ: يَقْطِفُهَا وَيَجْتَنِيهَا، وهذِهِ اسْتِعَارَةٌ لمَا فَتَحَ الله تعَالَىٰ عَلَيْهِمْ مِنَ الدُّنْيَا وَتَمَكَّنُوا فيهَا.
النَمِرَةُ (an-namirah): kain dari wol dengan motif warna. Perkataan Khabbāb bin Al-Aratt: "أَيْنَعَت" (aina'at), maksudnya: matang dan mendapatkan. Sedangkan kata "يَهْدبُهَا" (yahdibuhā), dengan memfatahkan "yā`", lalu mendamahkan "dāl", dan boleh juga dikasrahkan, artinya: memetik dan memanen. Ini adalah perumpamaan terhadap kenikmatan dunia yang Allah -Ta'ālā- buka dan berikan kepada mereka.
الإذخر: نبات طيب الرائحة.
الإِذْخِر (al-iżhir): jenis tumbuhan yang memiliki aroma sedap.
1) وصف صبر الصحابة رضي الله عنهم علىٰ تحمُّل المشاق في سبيل نصر الدين، فهم هاجروا يطلبون أجرهم من الله تعالىٰ، فجدير بأهل الإيمان الاقتداء بطريقة السابقين الأولين.
1) Menggambarkan kesabaran para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam memikul berbagai kesulitan dalam rangka membela agama Islam; yaitu mereka berhijrah demi mendapatkan pahala dari Allah -Ta'ālā-. Sehingga sepantasnya orang beriman mengikuti jejak mereka yang merupakan generasi pertama umat ini.
2) إن الله سبحانه يعطي الدنيا لمن أحب ومن لم يحب، ولا يعطي الدِّين والآخرة إلا لمن أحب.
2) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memberikan kenikmatan dunia kepada yang disukai dan yang tidak disukai, sedangkan agama dan akhirat tidak akan diberikan kecuali kepada siapa yang disukai.
21/477 ــ وعن سَهْلِ بن سَعْد السَّاعديِّ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَىٰ كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ». رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح.
21/477- Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya dunia di sisi Allah nilainya sebanding dengan sayap lalat, Dia tidak akan memberi minum orang kafir walau seteguk air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) هوان الدنيا علىٰ الله سبحانه، فهي لاتساوي جناح بعوضة.
1) Hinanya dunia di sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yaitu tidak setara nilai sayap lalat.
2) قيمة الدنيا بأن تجعلها طريقاً تعبرها، لا أن تعمرها كأنك خالد فيها، وتهجر الآخرة كأنك غافل عنها.
2) Dunia akan bernilai ketika Anda menjadikannya sebagai jalan untuk Anda lewati, bukan untuk Anda hidupkan seakan-akan Anda akan kekal padanya lalu mengisolir akhirat seakan-akan Anda lupa dengannya.
22/ 478 ــ وعَن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال: سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «أَلا إنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلْعُونٌ مَا فيها، إلَّا ذِكْرَ الله تَعَالىٰ وَمَا وَالاهُ، وَعالماً وَمُتَعَلِّماً». رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ.
22/478- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketahuilah bahwa dunia itu terlaknat, terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali zikir kepada Allah -Ta'ālā- dan apa yang mengikutinya, serta orang yang alim dan yang menuntut ilmu." (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadis hasan")
ملعونة: ساقطة مُبَغَّضة.
مَلْعُونَةٌ (mal-'ūnah): hina, dilaknat atau dimurkai.
1) كل مافي الدنيا لعب ولهو، إلا ذكر الله وما كان سبباً في ذلك، فالعاقل من عرف قيمة الدنيا ومافيها من الغرور.
1) Semua yang ada di dunia hanyalah permainan dan senda gurau, kecuali zikir kepada Allah dan yang menjadi sarananya, sehingga orang yang cerdas adalah yang mengetahui nilai dunia dan tipu daya yang dikandungnya.
2) شرف العلم وأهله، فهم المكرَّمون من الدنيا الفانية.
2) Kemuliaan ilmu dan orang berilmu, mereka adalah orang-orang yang disucikan dari kehinaan dunia fana ini.
3) الناس في طلب العلم قسمان: عالم أو متعلم، وهما علىٰ سبيل نجاة، فكن واحداً منهما تنجُ وتربحْ.
3) Manusia dalam hal ilmu terbagi menjadi dua: orang berilmu dan penuntut ilmu, dan keduanya ada di atas jalan keselamatan. Silakan menjadi salah satu dari keduanya, niscaya Anda selamat dan beruntung.
23/479 ــ وعن عبْدِ الله بنِ مسعودٍ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لَا تَتَّخِذُوا الضَّيْعَةَ فَتَرْغَبُوا في الدُّنْيَا». رواه الترْمِذي وقال: حديثٌ حسن.
23/479- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mengumpulkan kebun, sehingga menyebabkan kalian mencintai dunia! (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
الضّيعة: العقار.
الضَّيْعَةَ (aḍ-ḍai'ah): tanah, kebun.
1) النهي عن الاستكثار من الدنيا، مما يؤدي إلىٰ انصراف القلب إليها، والغفلة عن الآخرة.
1) Larangan menimbun harta dunia, karena dapat membuat hati condong kepadanya serta lalai terhadap akhirat.
2) حرص النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم علىٰ هداية الأمة لطرق الخير، وتجنيبها طرق الشّرّ.
2) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menunjuki umat ini ke jalan kebaikan serta menjauhkan mereka dari jalan keburukan.
24/480 ــ وعن عبدِ الله بنِ عمرِو بنِ العاصِ رضي الله عنهما قال: مرَّ عَلَيْنَا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم، وَنحنُ نعالجُ خُصّاً لَنَا، فقال: «مَا هذَا؟» فَقُلْنَا: قَدْ وهَىٰ، فَنَحْنُ نُصْلِحُهُ، فقال: «ما أَرَىٰ الأمْرَ إلَّا أَعْجَلَ مِنْ ذلِكَ». رواه أبو داود والترمذي بإسناد البخاري ومسلم، وقال الترمذي: حديثٌ حسنٌ صحيحٌ.
24/480- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat pada saat kami sedang merenovasi gubuk kami. Beliau bertanya, "Apa yang kalian kerjakan ini?" Kami menjawab, "Gubuk sudah rapuh. Kami memperbaikinya." Beliau lantas bersabda, ”Kurasa datangnya kematian lebih cepat dari ini." (HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad Bukhari dan Muslim, dan Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
خُصّاً: هو بيت من خشب وقصب، ويصلح بالطين، وسُمِّي به لما فيه من الخصاص، وهي الفرج والأثقاب.
خُصّاً (khuṣṣan): rumah yang terbuat dari kayu dan bambu serta diperbaiki dengan tanah. Dinamakan demikian (al-khuṣṣ), karena memiliki banyak lubang dan celah (al-khuṣāṣ).
1) إن معالجة البيت وإصلاحه إذا فسد وتعرض للسقوط، ليس من التعلق المذموم بالدنيا.
1) Memperbaiki rumah ketika rusak dan hampir roboh tidak termasuk bergantung kepada dunia yang tercela.
2) علىٰ العبد أن يضع الموت نصب عينيه، وأن يعتقد أنه أقرب شيء إليه.
2) Kewajiban seseorang agar selalu mengingat kematian serta meyakininya sangat dekat.
3) المقصود من هذا التوجيه النبوي، هو قطع تعلُّق القلوب بالدنيا، وليس هجرها بالكلية {وَٱبتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنيَاۖ}.
3) Maksud dari arahan Nabi di sini yaitu memotong kecenderungan hati kepada dunia, bukan meninggalkannya secara keseluruhan: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (QS. Al-Qaṣaṣ: 77)
25/481ــ وعن كَعْبِ بنِ عِيَاضٍ رضي الله عنه قالَ: سمعتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إنَّ لكلِّ أمَّةٍ فِتْنـَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتي المَالُ». رواه الترمِذي وقَال: حديثٌ حسنٌ صحيح.
25/481- Ka'ab bin 'Iyāḍ -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) إن الابتلاء بالفتن سنة الله تعالىٰ في الأمم، و«إن السعيد لمن جُنِّب الفتن، ولمن ابتلي فصبر».
1) Ujian dengan berbagai jenis fitnah adalah sunatullah pada semua umat, namun ingatlah: bahwa orang yang berbahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah serta yang diuji lalu dia bersabar.
2) الحرص علىٰ المال سببٌ في فساد العلاقات؛ لأنه يورث الشح، والشح يؤدي إلىٰ تقطع الأرحام {فَهَل عَسَيتُم إِن تَوَلَّيتُم أَن تُفسِدُواْ فِي ٱلأَرضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرحَامَكُم}.
2) Tamak terhadap dunia adalah sebab rusaknya hubungan antara manusia karena akan melahirkan sikap kikir, sementara sifat kikir dapat mengakibatkan ikatan silaturahmi berantakan: "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, lalu kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaanmu?" (QS. Muḥammad: 22)
3) علىٰ الإنسان أن يكون زاهداً في الدنيا، راغباً في الآخرة. فَلْيجعلْ الدنيا في يده، لا في قلبه.
3) Seseorang harus zuhud terhadap dunia dan mengejar akhirat, serta agar dunia ia tempatkan di tangannya, bukan di hatinya.
4) الفقيه من كان المال عنده بمنزلة بيت الخلاء؛ لا يُستغنىٰ عنه، ولا يُرْغَب فيه.
4) Orang yang paham adalah yang menjadikan harta seperti kamar buang air; tidak bisa dihilangkan, tetapi tidak dicintai.
26/482 ــ وعن أبي عَمْرٍو، ويقالُ: أبو عبدِ الله، ويقال: أبُو لَيْلَىٰ، عُثْمَانَ بنِ عَفَّانَ رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «لَيْسَ لابْنِ آدَمَ حَقٌّ في سِوىٰ هذه الخِصَالِ: بَيْتٌ يَسْكُنُهُ، وَثَوْبٌ يُواري عَوْرَتَهُ، وجِلْفُ الخُبْزِ، وَالمَاءِ». رواه الترمِذي وقال: حديث صحيح[1].
26/482- Abu 'Amr, juga dikatakan Abu Abdillah dan Abu Lailā, Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada hak bagi anak Adam selain dari perkara-perkara ini, yaitu: rumah yang ditempati, pakaian yang menutup auratnya, roti tawar (tanpa lauk), dan air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih") [1].
قال الترمِذي: سَمعتُ أَبَا داوُدَ سُلَيْمَانَ بنَ سَالمٍ البَلخيَّ يقولُ: سَمِعْتُ النَّضْرَ ابْنَ شُمَيْلٍ يقولُ: الجِلفُ: الخُبزُ لَيْسَ مَعَهُ إدَامٌ. وقَالَ غَيرُه: هُوَ غَلِيظُ الخُبزِ، وقَالَ الهَرَوِيُّ: المُرَادُ بِهِ هُنَا وِعَاءُ الخُبْزِ، كالجَوَالِقِ وَالخُرْجِ. والله أعلم.
Imam Tirmizi berkata, Aku mendengar Abu Daud Sulaimān bin Sālim Al-Balkhiy berkata, "Aku mendengar An-Naḍr bin Syumail berkata, 'الجِلفُ (al-jilf) ialah roti tanpa lauk.' Yang lain menyatakan bahwa ia roti yang kasar. Al-Harawiy juga mengatakan bahwa maksudnya adalah tempat roti seperti bejana besar.
هذا الحديث من الإسرائيليات ، وقال الإمام أحمد ــ رحمه الله تعالىٰ ــ في حريث ابن السائب أحد رواة الحديث: «روىٰ حديثاً منكراً عن عثمان عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، وليس هو عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، يعني هذا الحديث». وعن الدارقطني أنه سُئل عن الحديث، فقال:
Hadis ini termasuk riwayat isrā`īliyyāt (riwayat dari Bani Israil). Imam Ahmad -raḥimahullāh- berkata tentang Ḥuraiṡ bin As-Sā`ib, salah seorang rawi hadis ini, "Dia telah meriwayatkan satu hadis munkar dari 'Uṡmān, dari Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, padahal itu bukan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam." Hadis munkar tersebut adalah hadis ini. Diriwayatkan dari Ad-Dāraquṭniy, bahwa dia pernah ditanya tentang hadis ini, maka dia berkata,
«وهم فيه حريث، والصواب عن الحسن بن حمران عن بعض أهل الكتاب».
"Ḥuraiṡ keliru (wahm) dalam hadis ini. Yang benar adalah dari Al-Ḥasan bin Ḥumrān, dari sebagian Ahli Kitab."
27/483 ــ وعنْ عبدِ الله بنِ الشِّخِّيرِ ــ بكسر الشينِ والخاءِ المشددةِ المعجمتَيْنِ ــ رضي الله عنه أنَّهُ قالَ: أتَيْتُ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم، وَهُوَ يَقْرَأُ: {أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ }، قال: «يَقُولُ ابنُ آدَمَ: مَالي مَالي، وَهَل لَكَ يَا ابنَ آدَمَ مِنْ مالِكَ إلَّا ما أَكَلتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ»؟. رواه مسلم.
27/483- Abdullah bin Asy-Syikhkhīr (dengan mengkasrahkan "khā`" yang bertasydid) -raḍiyallāhu 'anhu-, berkata, Aku pernah menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang membaca Surah Alhākumut-Takāṡur. Selanjutnya beliau bersabda, "Anak Adam selalu berkata, 'Hartaku, hartaku.' Wahai anak Adam! Tidak ada harta yang menjadi milikmu kecuali yang engkau makan sampai habis, atau yang engkau kenakan sampai usang, atau yang engkau sedekahkan dan engkau simpan (pahalanya)." (HR. Muslim)
1) وازنت الشريعة بين الأمور، فرغّبت في الآخرة، فهي الوطن الذي يُرغب فيه أبداً، وحثت علىٰ أخذ النصيب من الدنيا دون مكاثرة.
1) Agama Islam telah meletakkan semua urusan secara proporsional; yaitu ia menganjurkan pada akhirat yang merupakan negeri yang selalu diidamkan, dan juga menganjurkan mengambil bagian dari dunia tanpa ditimbun dan berlebih-lebihan.
2) المال النافع هو ما كان مركباً إلىٰ الآخرة، كمأكل أو ملبس أو مأوىٰ أو صدقة.
2) Harta yang bermanfaat adalah yang dijadikan sebagai sarana menuju akhirat, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sedekah.
28/484 ــ وعن عبدِ الله بن مُغَفَّلٍ رضي الله عنه قال: قال رَجُلٌ للنَّبيِّ صلى الله عليه وسلم: يا رسولَ الله، وَاللهِ إنِّي لأُحِبُّكَ، فَقَالَ لَهُ: «انْظُرْ ماذا تقُولُ؟» قال: وَالله إنِّي لأُحِبُّكَ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ، فقال: «إنْ كُنْتَ تُحِبُّنِي فَأَعِدَّ لِلفَقْرِ تِجفَافاً، فإنَّ الفَقْرَ أَسْرَعُ إلىٰ مَن يُحِبُّني مِنَ السَّيْلِ إلىٰ مُنْتَهَاهُ». رواه الترمِذي وقال حديث حسن.
28/484- Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah! Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Beliau berkata kepadanya, "Pikirkanlah apa yang engkau katakan itu." Dia berkata, "Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Dia mengulangnya sebanyak tiga kali. Maka beliau bersabda, "Jika engkau benar mencintaiku, maka siapkanlah perisai untuk menghadapi kemiskinan, karena kemiskinan lebih cepat kepada orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
«التِّجْفَافُ» بكسرِ التاءِ المثناةِ فوقُ وإسكانِ الجِيم وبالفاءِ المكررة، وَهُوَ شَيْءٌ يُلْبَسُهُ الفَرَسُ، لِيُتَّقَىٰ بِهِ الأَذَىٰ، وَقَدْ يَلْبَسُهُ الإنْسَانُ.
التِّجْفَافُ (at-tijfāf), dengan mengkasrahkan "tā`", mensukunkan "jīm", serta ada dua huruf "fā`", yaitu sesuatu yang dipakaikan pada kuda untuk melindunginya dari serangan senjata. Kadang ia juga dipakai oleh manusia.
1) لا ارتباط بين الغنىٰ ومحبة النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، فعلامة محبة الرسول صلى الله عليه وسلم أن يكون العبد أعظم اتِّباعاً له، وتمسكاً بسُنَّته، ومن كان للرسول صلى الله عليه وسلم َ أتبع، فهو له أحبُّ.
1) Tidak ada hubungan antara kaya dan cinta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena tanda cinta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sungguh-sungguh mengikuti dan memegang teguh sunah beliau. Siapa yang lebih mengikuti Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka dialah yang lebih mencintai beliau.
2) ثبت عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم أنه قال: «نعم المال الصالح للعبد الصالح»، فمدح المال الحلال إذا وقع في حقه.
2) Telah sahih dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sebaik-baik harta yang halal adalah yang ada pada hamba yang saleh." Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memuji harta yang halal jika berada pada orang yang tepat.
3) مَن حَرص علىٰ متابعة النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم لزمه التقلُّل من ترف الدُّنيا، فلا يجتمع في قلب المؤمن الحبُّ الصادق للدارِ الآخرةِ، مع الانغماس في ملذاتِ الدنيا، والتثاقل إليها.
3) Siapa yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- semestinya bersikap sederhana dalam kenikmatan dunia. Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mukmin antara cinta yang tulus kepada negeri akhirat bersama tenggelam dalam kenikmatan dunia.
قد يَفهم بعضُ الناس من هذا الحديث: «أن الفقر ملازم لأهل التقوىٰ»، ولا ارتباط بينهما، بل قد يجتمع الغنىٰ وسعة المال، مع لزوم التقوىٰ ومحبة النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، وإنما المراد بالحديث: الصبر علىٰ عموم البلاء، وأنه واقع علىٰ المؤمن قدراً رفعةً في درجاته، وتكفيراً لسيئاته.
Mungkin sebagian orang akan salah memahami hadis ini, yaitu bahwa kemiskinan akan selalu menyertai orang bertakwa. Padahal tidak ada korelasi antara keduanya. Bahkan, bisa jadi terkumpul antara kaya dan kelapangan rezeki bersama ketakwaan dan cinta Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Hanya saja, maksud hadis ini adalah agar bersabar terhadap ujian secara umum, bahwa ujian secara takdir pasti terjadi pada seorang mukmin untuk mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahannya.
ويدل لهذا المعنىٰ رواية للحديث في صحيح ابن حبان عن عبد الله بن مُغَفّل رضي الله عنه قال: أتىٰ رجلٌ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم، فقال: والله يارسول الله إنِّي أُحبُّك، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن البلايا أسرع إلىٰ مَن يُحبُّني مِن السيل إلىٰ منتهاه».
Hal ini ditunjukkan oleh riwayat lain hadis ini dalam Ṣaḥīḥ Ibni Ḥibbān dari Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa ia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya mengatakan, "Demi Allah. Ya Rasulullah, sungguh aku benar-benar mencintaimu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda kepadanya, "Sesungguhnya ujian lebih cepat menimpa orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya."
29/485 ــ وعن كَعبِ بنِ مالكٍ رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا ذِئْبَانِ جَائِعانِ أُرْسِلا في غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَها مِنْ حِرْصِ المَرْءِ عَلَىٰ المَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِه». رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ صحيح.
29/485- Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas pada sekawanan kambing lebih merusak daripada kerusakan akibat sikap tamak seseorang pada harta dan kemuliaan terhadap agamanya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) إنَّ الحرص علىٰ جمع المال بأي طريق، مما يفسد الدين؛ لأن الغنىٰ إذا لم يصاحبه تقوىٰ يُطغي العبد.
1) Sikap tamak untuk mengumpulkan harta dengan cara apa pun termasuk yang merusak agama, karena kekayaan jika tidak disertai dengan ketakwaan akan menjadikan seseorang berbuat zalim.
2) النفس طماعة، فعلىٰ المرء أن يُعلِّمها القناعة.
2) Jiwa memiliki sifat sangat tamak, sehingga seseorang harus mengajari jiwanya sifat kanaah.
30/486 ــ وعن عبد الله بن مَسْعُودٍ رضي الله عنه قال: نَامَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم علىٰ حَصِير، فَقَامَ وَقَدْ أثَّرَ في جَنْبِهِ. قُلْنَا: يا رَسُولَ الله لوِ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً، فقال: «مَالي وَلِلدُّنيَا؟ مَا أنَا في الدُّنْيَا إلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا».
30/486- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah tidur di atas tikar, lalu beliau bangun dan tikar tersebut meninggalkan bekas di lambung beliau. Kami berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya kami diizinkan mengadakan kasur untukmu." Beliau bersabda, "Aku tidak memiliki ketertarikan sedikit pun kepada dunia. Tidaklah aku di dunia ini kecuali seperti seorang musafir yang berteduh di bawah sebuah pohon kemudian dia melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pohon itu."
رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ صحيح.
(HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
وطاءً: فراشاً تطؤه وتنام عليه.
وِطَاءً (wiṭā`): kasur yang dijadikan alas dan tempat tidur.
1) بيان زهد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، وتَقلُّلِه من الدنيا، {لَّقَد كَانَ لَكُم فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسوَةٌ حَسَنَةٞ}.
1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kesederhanaan beliau terhadap dunia; "Sungguh, telah ada teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah." (QS. Al-Aḥzāb: 21)
2) ضرب المثل للدنيا باستراحة مسافرتحت ظل شجرة، فما أسرعَ انقضاءَها!
2) Mengumpamakan kehidupan dunia seperti istirahatnya seorang musafir di bawah naungan pohon, sungguh betapa cepat dunia ini akan berlalu!
31/487 ــ وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «يَدْخُلُ الفُقَراءُ الجنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِخَمْسِمَائَةِ عَامٍ». رواه الترمذي وقال: حديثٌ صحيحٌ.
31/487- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang-orang miskin masuk surga lima ratus tahun lebih awal sebelum orang-orang kaya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih")
1) الفقراء أسبق أهل الجنة دخولاً؛ لأن الفقراء الصابرين ليس عندهم مايشغلهم عن الآخرة.
1) Orang-orang miskin adalah penghuni surga yang paling pertama masuk, karena orang-orang miskin yang sabar tidak memiliki sesuatu yang menyibukkan mereka dari akhirat.
2) المال في الغالب يَصُدُّ العبد ويؤخره عن العمل الصالح، فمن كان فقيراً فَلْيصبرْ، وَلْيحمدِ الله تعالىٰ، وَلْيهنأْ بهذه البشارة النبوية.
2) Harta pada umumnya menghalangi dan memperlambat seseorang dari amal saleh. Maka siapa yang ditakdirkan miskin agar bersabar dan memuji Allah -Ta'ālā- serta bergembira dengan kabar gembira dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini.
32/ 488 ــ وعن ابنِ عَبَّاسٍ وعمْرَانَ بنِ الحُصَيْن رضي الله عنهم عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «اطَّلَعْتُ في الجَنَّةِ، فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ في النَارِ، فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ». متفقٌ عليه من رواية ابن عباسٍ.
32/488- Ibnu 'Abbās dan 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhum- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku memandang ke surga, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah para wanita." (Muttafaq 'Alaih dari riwayat Ibnu 'Abbās)
ورواه البخاري أيْضاً من روايةِ عمْرانَ بن الحُصيْنِ رضي الله عنه.
Juga diriwayatkan oleh Bukhari dari riwayat 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu-.
33/489 ــ وعن أُسامةَ بنِ زيدٍ رضي الله عنهما عنِ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: « قُمْتُ عَلَىٰ بَابِ الجَنَّةِ، فَكَانَ عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا المَساكِينُ، وَأَصحَابُ الجَدِّ محبُوسُونَ، غَيْرَ أَنَّ أَصحَابَ النَّار قَد أُمِرَ بِهِم إلىٰ النَّارِ». متَّفقٌ عليه.
33/489- Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya masih tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka." (Muttafaq 'Alaih)
و(الجَدُّ) الحَظُّ وَالغِنَىٰ. وقد سبق بيان هذا في باب فضلِ الضَّعَفَة.
الجَدُّ (al-jadd) ialah keuntungan dan kekayaan. Hadis ini telah dijelaskan sebelumnya dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah.
1) الفقراء أكثر أهل الجنة، لكن لِيُعلم أن الفقير لم يدخلْه الجنة فقرُه! وإنما دخلها بعمله الصالح، وصبره علىٰ البلاء.
1) Orang miskin adalah mayoritas penghuni surga. Tetapi perlu diketahui bahwa orang miskin bukan masuk surga karena dia miskin! Melainkan dia masuk surga dengan amal salehnya serta kesabarannya terhadap ujian kemiskinan.
2) حض النساء علىٰ الأعمال الصالحة، ليحفظن أنفسهن من النار.
2) Anjuran kepada para wanita agar mengerjakan amal saleh untuk menjaga diri mereka dari neraka.
3) الجنة والنار مخلوقتان موجودتان.
3) Surga dan neraka telah diciptakan dan sudah ada.
34/490 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «أَصْدَقُ كلِمَةٍ قَالَها شَاعِرٌ كَلِمَةُ لَبِيدٍ: أَلا كُلُّ شيءٍ ما خَلا الله بَاطِلُ». متفقٌ عليه.
34/490- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ucapan penyair yang paling benar adalah yang diucapkan oleh Labīd, yaitu: 'Ketahuilah bahwa segala sesuatu selain Allah adalah batil.'" (Muttafaq 'Alaih)
لبيد: هو لبيد بن ربيعة أحد فحول الشعراء في الجاهلية، أدرك الإسلام، ووفد علىٰ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، وترك الشعر بعد إسلامه.
Labīd adalah Labīd bin Rabī'ah. Ia salah satu tokoh penyair pada masa jahiliah. Dia mendapatkan masa turunnya agama Islam, lalu datang sebagai utusan kabilahnya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia meninggalkan syair setelah masuk Islam.
ما خلا الله: ماعدا الله.
ما خَلا الله: selain Allah.
1) استشهاد النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم بالشعر الحسن، فكان يستشهد بشطر البيت أحياناً.
1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berargumentasi dengan syair yang baik, dan kadang beliau berargumentasi dengan setengah bait syair.
2) كل شيء سوىٰ الله تعالىٰ باطل ضائع لا ينفع، فما كان لله دام واتصل، وما كان لغير وجهه انقطع وانفصل.
2) Segala sesuatu selain Allah -Ta'ālā- adalah batil dan akan sirna, tidak bisa memberi manfaat. Sehingga segala sesuatu yang diniatkan karena Allah akan langgeng dan berkelanjutan. Tetapi sesuatu yang diniatkan bukan untuk Allah akan putus dan tidak bersambung.
3) الحقُّ يُقبل ممن جاء به، دون النظر إلىٰ قائله.
3) Kebenaran harus diterima dari mana pun datangnya, tanpa melihat siapa yang mengucapkannya.