1/878- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu, jika salah seorang kalian bersin lalu memuji Allah -Ta'ālā-, maka wajib atas semua muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya, 'Yarḥamukallāh (Semoga Allah merahmatimu).' Adapun menguap, maka ia bersumber dari setan. Oleh karena itu, jika salah seorang kalian akan menguap, hendaklah dia menahannya sebisa mungkin, karena ketika seseorang menguap, setan akan tertawa kepadanya." (HR. Bukhari)
1) Bersin disukai oleh Allah karena menunjukkan kondisi semangat dan ringan badan, dan Allah cinta kepada hamba yang bersemangat dalam kebaikan, bersungguh-sungguh, dan kuat.
2) Menguap disukai oleh setan karena menunjukkan kondisi malas dan tidak semangat, dan setan senang kepada orang yang malas dan lemah.
3) Mendoakan orang yang bersin adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap orang yang mendengarnya, sehingga yang mendengar ucapan hamdalah orang yang bersin fardu ain baginya untuk mendoakannya.
4) Anjuran menahan perbuatan menguap sebisa mungkin, karena setan menertawakan orang yang menguap lantaran menunjukkan kemalasan dan ketidaksemangatannya.
5) Menampakkan pujian kepada Allah -Ta'ālā- atas nikmat-nikmat-Nya, di antaranya nikmat bersin, sehingga nikmat harus dibalas dengan syukur dan pujian.
2/879- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah ia membaca, 'Alhamdulillah.' Saudaranya atau sahabatnya hendaklah mengucapkan, 'Yarḥamukallāh (semoga Allah merahmatimu).' Jika ia telah mengucapkan padanya, 'Yarḥamukallāh', maka hendaklah ia berkata, 'Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).'" (HR. Bukhari)
3/880- Abu Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah, maka doakanlah dia. Tetapi bila dia tidak memuji Allah, maka janganlah didoakan." (HR. Muslim)
4/881- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Ada dua orang laki-laki yang bersin di dekat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau mendoakan salah satunya dan tidak mendoakan yang lain. Maka laki-laki yang tidak beliau doakan berkata, "Ketika polan yang bersin engkau mendoakannya, sedangkan ketika aku yang bersin tidak engkau doakan?" Beliau bersabda, "Dia ini memuji Allah, sedangkan engkau tidak memuji Allah." (Muttafaq 'Alaih)
1) Balasan itu sesuai jenis perbuatan; siapa yang mengucapkan "alḥamdulillāh" ketika bersin, maka pantas didoakan dengan ucapan "yarḥamukallāh", yaitu dia dimohonkan rahmat sebagai balasan atas pujiannya kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
2) Orang beriman saling menyempurnakan satu sama lain, karena mereka seperti bangunan yang kukuh dalam kerja sama mereka.
3) Siapa yang tidak memuji Allah ketika bersin maka kita tidak mendoakannya, tetapi kita hanya mengajarkan padanya adab dalam Sunnah ketika bersin.
4) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah mengajarkan umat segala hal yang baik baginya berupa adab-adab agama.
Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang jawaban orang yang bersin kepada orang yang mendoakannya adalah mengucapkan: "yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum", atau mengucapkan: "yagfirullāhu lanā wa lakum", sebagaimana yang ada dalam riwayat. Adapun perkataan masyarakat awam: "yahdīnā wa yahdīkumullāh", dan ungkapan-ungkapan semisalnya yang bidah, maka semua itu menyelisihi Sunnah Nabi, padahal Allah -'Azza wa Jalla- telah berfirman, "Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Aḥzāb: 21) Lagi pula zikir-zikir harus dibangun di atas ittibā' (ketundukan) terhadap Sunnah, tidak menyelisihinya dan tidak pula berbuat bidah di dalamnya.
5/882- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Apabila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersin, beliau meletakkan tangannya atau kainnya di mulutnya dan merendahkan -atau menahan- suaranya." Perawi ragu. (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Di antara adab yang diambil dari perbuatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika bersin yaitu agar orang yang bersin menaruh tangan atau pakaiannya pada mukanya. Adab ini mengandung banyak hikmah, di antaranya:
a) Melindungi orang lain yang hadir supaya tidak keluar bersama bersin itu sesuatu yang membahayakan mereka, berupa virus yang dapat menular pada orang lain.
b) Supaya tidak menimbulkan kejijikan disebabkan apa yang keluar bersama bersin.
2) Pemuliaan agama Islam terhadap seorang mukmin dengan memberikannya bimbingan sejumlah adab yang bisa dia lakukan untuk memperindah kepribadiannya dan memperbaiki kelakuannya ketika bergaul dengan orang lain.
3) Anjuran merendahkan suara ketika bersin agar orang lain yang hadir tidak merasa terganggu.
6/883- Abu Musā -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Orang-orang Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena berharap beliau akan mendoakan mereka: yarḥamukumullāh. Namun beliau mengucapkan kepada mereka, 'Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum.'"
(HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
يَتَعَاطَسُونَ (yata'āṭasūn): memaksa diri untuk bersin atau berpura-pura bersin.
1) Doa berupa rahmat dikhususkan bagi orang yang beriman. Adapun orang kafir, mereka didoakan agar mendapatkan hidayah.
2) Orang Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai, karena mereka mengetahui kebenaran namun menolaknya. Dahulu mereka mengetahui kebenaran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahkan mereka mengharapkan keberkahan doa beliau untuk mereka.
7/884- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika salah seorang kalian menguap, maka hendaklah dia menahannya dengan meletakkan tangan di atas mulutnya, karena setan akan masuk." (HR. Muslim)
1) Penjelasan bahwa setan masuk ke dalam tubuh manusia ketika ia menguap dan membuka mulut.
2) Penjelasan agama tentang cara berlindung yang dapat dilakukan oleh seorang mukmin untuk melindungi dirinya dari setan ketika menguap.
3) Membenarkan berita dari Allah -'Azza wa Jalla- dan berita Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena berita dari Allah dan Rasul-Nya adalah kebenaran yang mutlak sekalipun kita tidak menyaksikannya dengan mata. Ini termasuk sikap tunduk kepada wahyu yang hukumnya wajib atas setiap muslim.