Al-Qur`ān Al-Karīm adalah kalam Allah -Ta'ālā- yang diturunkan, membacanya adalah ibadah, Allah mengucapkannya secara hakiki dan diterima dari Allah oleh Jibril -'alaihiṣ ṣalātu wassalām-, kemudian dia turunkan ke dalam hati Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Al-Qur`ān memiliki keutamaan-keutamaan yang besar pada keseluruhan ayatnya serta keutamaan-keutamaan yang khusus pada ayat dan surah-surah tertentu. Hal ini mengharuskan orang beriman agar antusias setinggi-tingginya untuk membaca Kitābullāh, menadaburinya, dan mengamalkannya. "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadaburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang berakal." (QS. Ṣād: 29) Al-Qur`ān adalah cahaya, ruh, dan sumber kehidupan bagi orang beriman serta petunjuk bagi mereka dalam berilmu dan beramal.
1/991- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah Al-Qur`ān, karena Al-Qur`ān itu akan datang pada hari Kiamat untuk memberi syafaat bagi orang-orang yang suka membacanya." (HR. Muslim)
1) Mengagungkan kabar gembira bagi orang beriman, yaitu Al-Qur`ān Al-Karīm akan datang pada hari Kiamat untuk memberi syafaat bagi orang yang membacanya karena mengharap pahala di sisi Allah.
2) Anjuran dan motivasi untuk membaca dan menadaburi Al-Qur`ān agar kita dapat memperoleh janji yang besar ini.
3) Membenarkan berita dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa Al-Qur`ān akan memberi syafaat pada hari Kiamat, dan kita tidak perlu bertanya lagi tentang caranya memberi syafaat, karena sabda Nabi -'alaihiṣṣalātu was sallām- adalah hak dan benar; "Hanyalah ucapan orang-orang mukmin, bila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, 'Kami mendengar dan kami taat.' Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An-Nūr: 51)
2/992- An-Nawwās bin Sam'ān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari kiamat, Al-Qur`ān akan didatangkan beserta para Ahli Al-Qur`ān, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia; Surah Al-Baqarah dan Āli 'Imrān datang di depannya, keduanya akan membela orang yang suka membacanya." (HR. Muslim)
تَقْدُمُهُ (taqdumuhu): mendahuluinya, datang lebih awal.
تُحاجّان (tuḥājjāni), berasal dari kata "المُحَاجَّةُ" (al-muḥājjāh), artinya: menampakkan hujah serta membela sesuatu, yakni kedua surah itu akan membela orang yang selalu membaca dan mengamalkannya.
1) Keutamaan orang yang mengamalkan Al-Qur`ān, karena pahala dan keutamaan ini diperuntukkan bagi orang yang mengamalkan Al-Qur`ān di dunia.
2) Mengamalkan Al-Qur`ān tidak mungkin terwujud kecuali setelah mengetahui, memahami, dan menadaburinya, sehingga memahami makna Al-Qur`ān adalah sebuah keharusan; karena wajib hukumnya berilmu sebelum berucap dan beramal.
3) Keutamaan Surah Al-Baqarah dan Āli 'Imrān.
3/993- 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`ān dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)
1) Sebaik-baik manusia adalah yang menggabungkan dua sifat ini, yaitu orang yang mempelajari Al-Qur`ān dan mengajarkannya.
2) Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`ān mencakup mempelajari lafalnya dari sisi tilawah dan cara bacanya, juga mencakup mempelajari tafsirnya, yaitu mempelajari makna kalam Allah -Ta'ālā- sesuai tafsir yang benar.
3) Memberikan perhatian kepada Al-Qur`ān Al-Karīm adalah bukti kebaikan seorang mukmin, dan meratanya hal itu di tengah-tengah orang beriman adalah bukti kebaikan umat secara keseluruhan.
4/994- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang membaca Al-Qur`ān dan dia mahir membacanya, maka dia bersama para malaikat yang mulia nan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`ān dengan terbata-bata dan dia merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala." (Muttafaq 'Alaih)
مَاهِرٌ (māhir): dia lancar membacanya.
يَتَتَعْتَعُ (yatata'ta'u): mengejanya terbata-bata, huruf demi huruf.
1) Keutamaan orang yang membaca Al-Qur`ān; yaitu dia tidak akan terhalangi dari pahala, baik dia mahir membaca Al-Qur`ān ataupun tidak mahir.
2) Pahala sesuai tingkat kesulitan amalan dan manfaatnya, ini berdasarkan maslahat yang didapat dari pahala membaca dan pahala sabar atas kesulitan itu.
3) Orang yang mahir membaca Al-Qur`ān akan bersama malaikat yang mulia, dan ini adalah keutamaan bagi orang yang membaca Al-Qur`ān dengan baik.
5/995- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur`ān seperti buah utrujjah (sejenis jeruk), aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan mukmin yang tidak membaca Al-Qur`ān seperti buah kurma, tidak memiliki aroma tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur`ān seperti raiḥānah (sejenis kemangi), aromanya harum tapi rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur`ān seperti hanẓalah (sejenis labu pahit), tidak memiliki aroma dan rasanya pahit." (Muttafaq 'Alaih)
1) Orang mukmin yang membaca Al-Qur`ān lebih afdal dari yang tidak membaca Al-Qur`ān. Orang yang pertama jiwanya baik dan hatinya baik, lalu kebaikannya untuk dirinya dan untuk orang lain yang mendapat manfaat darinya, sehingga permisalannya seperti buah yang memiliki aroma yang harum serta rasa yang enak. Sedangkan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur`ān, kebaikannya terbatas hanya pada dirinya, kebaikannya tidak mengalir kepada orang lain, sehingga permisalannya seperti buah kurma.
2) Orang munafik adalah orang yang buruk perbuatan dan hatinya; tidak ada kebaikannya, baik dia membaca Al-Qur`ān ataupun tidak, sehingga permisalannya seperti raiḥānah atau ḥanẓalah.
3) Membuat permisalan termasuk metode pengajaran yang tinggi dan bermanfaat.
6/996- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya dengan kitab ini (Al-Qur`ān), Allah mengangkat sebagian kaum dan merendahkan sebagian kaum yang lain." (HR. Muslim)
1) Anjuran meraih pahala orang yang mengamalkan Al-Qur`ān, yaitu dengan membenarkan beritanya, melaksanakan perintahnya, meninggalkan larangannya, serta mengikuti dan mencukupkan diri dengan petunjuknya, karena Allah -Ta'ālā- akan mengangkat derajat para Ahli Al-Qur`ān di dunia dan akhirat.
2) Waspada terhadap hukuman orang yang membaca Al-Qur`ān karena ria dan sumah, serta demi menyombongkan diri terhadap hamba-hamba Allah -Ta'ālā-, sementara dia termasuk orang yang tidak mengikuti petunjuk Al-Qur`ān, tidak membenarkan beritanya, tidak mengamalkan hukumnya, dan tidak mencukupkan diri dengan petunjuknya; mereka itu akan direndahkan oleh Allah -Ta'ālā- serta diturunkan kedudukannya.
7/997- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali kepada dua orang. Yaitu orang yang Allah anugerahi hafalan Al-Qur`ān, lalu dia mengerjakan salat dengan membacanya di waktu-waktu siang dan malam, dan orang yang Allah karuniakan padanya harta, lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu siang dan malam.” (Muttafaq 'Alaih). الآناء (al-ānā`): waktu-waktu.
1) Anjuran untuk berlomba dan bersemangat pada sesuatu yang berguna di dunia dan akhirat, seperti membaca Al-Qur`ān di dalam salat atau menginfakkan harta di jalan Allah.
2) Mukmin yang tulus adalah yang membangun seluruh amal salehnya di atas petunjuk Al-Qur`ān Al-Karīm dan Sunnah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
3) Orang yang diberikan harta oleh Allah wajib menunaikan hak harta tersebut dan melaksanakan kewajibannya dengan menginfakkannya di jalan-jalan kebaikan.
8/998- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu ada seorang laki-laki yang membaca surah Al-Kahfi (pada malam hari), dan di dekatnya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Tiba-tiba sesuatu seperti awan menaunginya, awan itu terus mendekat sehingga kudanya itu lari menjauhi awan tersebut. Pada pagi harinya, dia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan peristiwa tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda, "Itu adalah ketenangan yang turun karena Al-Qur'ān." (Muttafaq 'Alaih)
الشَّطَنُ (asy-syaṭan), dengan memfatahkan "syīn" dan "ṭā`", artinya: tali.
تغشّته (tagasysyathu): menaunginya.
1) Di antara keutamaan Al-Qur`ān adalah bahwa ketenangan akan turun ketika membacanya.
2) Menetapkan adanya karāmah sahabat ini, dan ini termasuk jenis karāmah-nya para wali Allah. Karāmah para wali benar-benar ada dan terbukti pada orang saleh dari kalangan umat ini. Setiap orang yang beriman dan bertakwa, maka dia adalah wali Allah -Ta'ālā-.
3) Peristiwa luar biasa yang terjadi pada orang-orang yang keluar dan membangkang dari syariat, seperti para pembohong, penyihir, dan pesulap, itu bukanlah karāmah, tetapi itu adalah penghinaan dan tipu daya setan pada mereka.
9/999- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa 'Alif lām mīm' itu satu huruf, akan tetapi, alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf.” (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Menjelaskan pahala yang besar dalam membaca Al-Qur`ān Al-Karīm.
2) Menampakkan keutamaan umat ini, yaitu Allah mengistimewakan mereka dengan pahala yang besar pada amalan yang sedikit lagi ringan.
10/1000- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang yang tidak memiliki Al-Qur`ān sedikit pun dalam hatiya, dia laksana rumah yang rusak." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih") [11].
1) Menjelaskan bahwa hati yang diasupi dan disinari dengan Al-Qur`ān Al-Karīm adalah laksana rumah yang terang dengan cahaya.
2) Peringatan dari tindakan meninggalkan Al-Qur`ān, supaya hati kita tidak menjadi seperti rumah yang rusak.
11/1001- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada orang yang biasa membaca Al-Qur`ān, 'Bacalah dan naiklah (di tingkatan surga); bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tingkatanmu adalah di akhir ayat yang engkau baca." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
اِرْتَقِ (irtaqi): naiklah di tingkatan-tingkatan surga.
1) Tingginya kedudukan orang yang membaca Al-Qur`ān dan mengamalkannya di dalam surga, yaitu kedudukannya di dalam surga sesuai tingkat kesungguhannya serta bacaannya terhadap Al-Qur`ān di dunia.
2) Kedudukan surga bertingkat-tingkat sesuai amal perbuatan orang beriman dan kesungguhan mereka dalam ketaatan.
3) Keutamaan membaca Al-Qur`ān secara tartil dan dengan memperhatikan hak tilawahnya.