Terjemahan yang Berlaku English عربي

185- BAB KEUTAMAAN WUDU

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Mā`idah: 6)

Pelajaran dari Ayat:

1) Wudu adalah nikmat dari Allah -Ta'ālā- kepada umat ini, karena wudu melahirkan kesucian lahiriah dengan terwujudnya kebersihan dan kesucian batin dengan melaksanakan perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Ayat ini berisikan tata cara wudu, mandi, serta hukum tayamum, dan ini semua tanpa memiliki kesulitan dan kesusahan, karena Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih kasih sayang kepada kita daripada diri kita sendiri. Semua yang disyariatkan oleh Allah mengandung kebaikan dan kemaslahatan, dan semua yang Allah haramkan kepada kita di dalamnya terkandung keburukan dan kekurangan.

3) Seorang hamba wajib membalas nikmat dengan syukur, yaitu dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, melaksanakan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, dan membenarkan firman-Nya.

1/1024- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari Kiamat dalam keadaan wajah, tangan, dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudu.”

Maka siapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah dia lakukan. (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

غُرًّا (gurran), bentuk jamak dari "الأَغَرُّ" (al-agarr), berasal dari kata "al-gurrah" yang memiliki artia warna putih di wajah.

مُحَجَّلينَ (muḥajjalīn): cahaya putih di bagian anggota wudu berupa tangan dan kaki.

Maksudnya, bahwa bagian-bagian anggota tubuh ini pada umat Islam akan diberikan cahaya yang bersinar terang pada hari Kiamat karena ia adalah bekas wudu.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan wudu, yaitu wudu akan mendatangkan cahaya bagi orang beriman dari kalangan umat ini secara khusus pada hari Kiamat nanti.

2) Keutamaan umat Islam, karena Allah -Ta'ālā- telah mengistimewakan mereka dengan hal ini tanpa umat yang lain, sehingga disebutkan di sebagian riwayat hadis ini dalam Ṣaḥīḥ Muslim, "Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh siapa pun selain kalian." Yakni tanda khusus.

3) Ketaatan akan menyisakan jejak dan cahaya di wajah, sebagaimana maksiat meninggalkan kegelapan di wajah. Oleh karena itu, orang beriman harus bersungguh-sungguh untuk memutihkan wajahnya dengan cahaya ketaatan, dan berhati-hati supaya tidak menghitamkannya dengan gelapnya kemaksiatan.

Peringatan:

Kalimat dalam hadis di atas: "Maka siapa di antara kalian yang bisa memanjangkan cahayanya, hendaklah dia lakukan"; disebutkan oleh ulama hadis bahwa kalimat ini tidak berasal dari ucapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, melainkan dari ucapan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, yaitu Abu Hurairah hendak memberikan motivasi untuk menambah cahaya di wajah serta tangan dan kaki. Namun, anjuran Abu Hurairah ini tidak memungkinkan untuk dipraktikkan, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul-Qayyim -raḥimahullāh-,

Abu Hurairah menuturkannya dari pandangan pribadinya, lalu para ulamalah yang memilahnya,

Memanjangkan cahaya gurrah juga tidaklah mungkin, dan ini sangat jelas sekali.

2/1025- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku telah mendengar kekasihku -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perhiasan seorang mukmin akan sampai di tempat sampainya air wudu." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Di antara keutamaan wudu adalah bahwa tempat-tempat anggota wudu akan diberikan perhiasan pada hari Kiamat sebagai perhiasan orang beriman di dalam surga, baik laki-laki ataupun perempuan.

2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan; yaitu Allah -Ta'ālā- akan memberikan balasan kepada orang beriman dengan memberi mereka perhiasan emas, perak, dan permata di tempat-tempat anggota wudu, sebagai balasan karena mereka telah menjaganya di dunia.

3/1026- 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang berwudu dan dia menyempurnakan wudunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya hingga dosanya itu keluar dari bawah kukunya." (HR. Muslim)

4/1027- Juga dari 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- berwudu seperti wuduku ini, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang berwudu seperti ini, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Sedangkan salatnya dan langkahnya menuju masjid terhitung sebagai tambahan." (HR. Muslim)

5/1028- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila seorang muslim atau mukmin berwudu, lalu membasuh wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap dosa akibat pandangan kedua matanya bersamaan dengan air itu, atau bersama dengan tetesan air terakhir. Lalu jika dia membasuh kedua tangannya, akan keluarlah setiap dosa akibat perbuatan yang dilakukan kedua tangannya bersamaan dengan air itu, atau bersama dengan tetesan air yang terakhir. Lalu jika ia membasuh kedua kaki, akan keluarlah setiap dosa akibat langkah kedua kakinya bersamaan dengan air itu, atau bersama tetesan air terakhir. Sehingga ia keluar (dari wudu) dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Wudu merupakan salah satu ibadah yang agung karena dengannya dosa-dosa akan dihapuskan, bahkan dosa yang halus, yaitu yang ada di bawah kuku.

2) Ketika seorang mukmin menghadirkan niat ikhlas kepada Allah -Ta'ālā-, niat mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan niat pengampunan dosa saat berwudu, maka semua itu adalah ibadah yang mendatangkan pahala baginya. Maka orang yang berbahagia sebenarnya ialah yang diberikan taufik kepada perkara ini secara ilmu dan pengamalan.

3) Keutamaan umat ini; yaitu Allah memberikan mereka pahala yang besar pada amal perbuatan yang sederhana.

4) Usaha sahabat yang mulia ini -raḍiyallāhu 'anhu- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kegigihannya untuk menyampaikan petunjuk Nabi kepada umat Islam, dan ini bagian dari kemuliaan dan keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-. Semoga Allah merahmati hamba yang berjalan di atas petunjuk mereka.

5) Besarnya rahmat Allah -Ta'ālā- kepada umat Islam, yaitu Dia mensyariatkan untuk mereka ibadah-ibadah sederhana yang akan mendatangkan ampunan terhadap dosa-dosa yang besar. Semoga Allah -Ta'ālā- merahmati orang-orang beriman dengan mengampuni dosa mereka.

Faedah Tambahan:

Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Sedangkan salatnya dan langkahnya menuju masjid terhitung sebagai tambahan";

Makna "an-nafl" secara bahasa, yaitu: tambahan. Sebagaimana Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud sebagai suatu (ibadah) tambahan bagimu." (نَافِلَة لَّكَ) artinya: sebagai (ibadah) tambahan bagimu. Makna hadis ini adalah sebagai tambahan atas pengampunan dosa. Karena dosa orang yang berwudu telah diampuni dengan wudu dan salatnya yang pertama, yaitu salat sunnah wudu, bagi orang yang berwudu dan mengerjakan salat sunnah wudu. Sehingga langkahnya menuju masjid serta salatnya adalah tambahan atas pengampunan dosa.

6/1029- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke kubur kemudian membaca, "As-salāmu 'alaikum dāra qaumin mu`minīn, wa innā in syā`allāhu bikum lāḥiqūn (artinya: Semoga keselamatan untuk kalian wahai penghuni kuburan kaum mukminin, kami insya Allah akan menyusul kalian)." Kemudian beliau bersabda, "Sungguh, aku membayangkan seandainya kita telah melihat saudara-saudara kita." Mereka bertanya, "Bukankah kami saudaramu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Kalian adalah sahabatku. Sedangkan saudara kita adalah mereka yang belum datang sama sekali." Mereka bertanya, "Bagaimana engkau dapat mengenal orang-orang yang belum datang dari kalangan umatmu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Bagaimana menurut kalian, seandainya seseorang memiliki kuda yang putih di bagian muka dan keempat kakinya di tengah-tengah gerombolan kuda yang hitam polos, tidakkah dia mengenalnya?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Sungguh, mereka akan datang dalam keadaan wajah, tangan, dan kaki mereka putih bercahaya karena wudu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ (gurr muḥajjalah): al-gurrah ialah warna putih di muka kuda, sedangkan at-taḥjīl ialah warna putih di kaki kuda.

دُهْم بُهْم (duhmun buhmun): ad-duhm, dengan mendamahkan "dāl" dan mensukunkan "hā`", artinya: yang hitam. Sedangkan al-buhm, dengan mendamahkan "bā`" dan mensukunkan "hā`", artinya: yang warnanya tidak bercampur dengan warna lain selain hitam.

فَرَطُهُمْ (faraṭuhum): yang mendahului mereka; al-faraṭ ialah yang mendahului sesuatu.

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran berziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kepada akhirat. Adapun larangan yang ada terhadap ziarah kubur, maka penyebabnya adalah bahwa dahulu orang-orang di awal Islam belum lama meninggalkan kesyirikan, sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- khawatir hati mereka masih bergantung kepada kubur, maka beliau pun melarang ziarah kubur. Kemudian setelah tauhid dan iman telah tertanam dalam hati mereka, beliau menganjurkan ziarah kubur dan membatalkan pelarangannya.

2) Disyariatkannya mengucapkan salam pada penghuni kubur dengan bacaan: "As-salāmu 'alaikum dāra qaumin mu`minīn (artinya: Semoga keselamatan untuk kalian wahai penghuni kuburan kaum mukminin)."

3) Para sahabat adalah saudara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekaligus sahabat beliau, adapun orang beriman yang datang setelah mereka ialah saudara beliau, dan bukan sahabat beliau.

4) Pada hari Kiamat bekas wudu yang ada di muka dan kaki serta tangan menjadi tanda bagi umat Muhammad yang tercinta ini, dengan karunia dan kebaikan dari Allah.

5) Penghuni kubur didoakan dengan rahmat, bukan dimintai doa, karena mereka tidak memiliki sebuah manfaat maupun keburukan.

7/1030- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudu dalam kondisi-kondisi yang tidak disukai, banyak langkah menuju masjid, dan menunggu salat berikutnya setelah mengerjakan salat, yang demikian itu ibarat berjaga dalam jihad melawan musuh." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam mengetahui pintu-pintu kebaikan dan mengamalkannya. Beginilah seharusnya keadaan seorang mukmin, yaitu dia bertanya tentang kunci kebaikan dengan tujuan agar dia masuk di dalamnya.

2) Wudu -pada situasi yang dibenci dan sulit yang tidak disengaja- adalah pintu penghapusan dosa, tetapi dengan syarat hal itu tidak menimbulkan adanya kemudaratan. Adapun jika disertai dengan timbulnya kemudaratan, maka dia tidak boleh melakukan wudu, tetapi cukup bertayamum.

3) Seorang hamba tidak diperintahkan, dan tidak juga disunahkan untuk mengerjakan sesuatu yang menyulitkan dan yang mencelakakannya. Bahkan, semakin mudah ibadah yang disyariatkan ia lakukan, maka itu lebih utama.

4) Keutamaan salat berjamaah di masjid sekalipun orang yang hendak melakukannya harus datang dari tempat yang jauh, bahkan pahalanya lebih besar, tetapi tidak boleh dia sengaja mengambil jarak yang jauh.

8/1031- Abu Mālik Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bersuci adalah setengah keimanan." (HR. Muslim)

Hadis ini telah dibawakan secara lengkap dalam Bab Sabar.

Juga dalam bab ini terdapat hadis 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- yang telah disebutkan di akhir Bab Harapan. Hadis itu adalah hadis yang agung dan mengandung sekian banyak kebaikan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Bersuci mencakup bersuci secara lahiriah dengan berwudu dan mandi, dan bersuci secara maknawi, yaitu bersuci dari kesyirikan, keraguan, hasad, dan dengki.

2) Setengah keimanan adalah menyucikan diri dengan penyucian yang bersifat lahir dan batin, yaitu dengan meninggalkan dan membersihkan diri dari kotoran dan keburukan serta dari berbagai macam kesyirikan, bidah, dan maksiat.

Sedangkan setengah sisanya adalah menghias diri dan menguatkannya dengan amalan-amalan mulia, seperti akhlak mulia dan amal saleh.

Faedah Tambahan:

Perkataan An-Nawawiy -raḥimahullāh-: "Juga dalam bab ini terdapat hadis 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- yang telah disebutkan di akhir Bab Harapan; hadis itu adalah hadis yang agung dan mengandung sekian banyak kebaikan."

Hadis ini telah disebutkan pada nomor 438. Dan yang menjadi objek dalil dari hadis tersebut dalam Bab Keutamaan Wudu ialah sabda beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Tidaklah salah seorang kalian menghadirkan air wudunya, lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya, melainkan gugur dosa-dosa wajah, mulut dan hidungnya. Kemudian ketika dia membasuh wajahnya ... ."

9/1032- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Tidaklah seseorang di antara kalian berwudu lalu dia bersungguh-sungguh -atau lalu dia menyempurnakan wudunya- kemudian dia membaca, 'Asyhadu an lā ilāha illallāh waḥdahu lā syarīka lahu, wa asyhadu anna Muḥammadan 'abduhu wa rasūluh', melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia mau.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat Tirmizi terdapat tambahan doa: "Allāhumma ij'alnī minat-tawwābīn, wa-j'alnī minal-mutaṭahhirīn (artinya: Ya Allah! Jadikanlah aku ke dalam golongan orang yang bertobat, dan jadikan pula aku ke dalam golongan orang yang menyucikan diri)."

Pelajaran dari Hadis:

1) Wudu sesuai petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sebab masuk surga.

2) Syahadat tauhid setelah berwudu mengandung penggabungan antara kesucian batin dengan tauhid dan menyempurnakan kesucian lahiriah dengan wudu.

3) Keutamaan menyempurnakan wudu, yaitu mengerjakan wudu secara sempurna tanpa ada yang dikurangi serta sesuai petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sebab itu, seorang mukmin harus bersungguh-sungguh untuk mempelajari petunjuk Nabi tentang wudu, sebagaimana dia bersungguh-sungguh dalam mempelajari petunjuk Nabi tentang salat.