1/1033- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan azan dan saf pertama kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan berundi, niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkannya. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera dalam memenuhi panggilan salat, niscaya mereka akan berlomba untuk mendatanginya. Dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan salat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan datang menunaikannya walaupun dengan merangkak." (Muttafaq 'Alaih)
الاسْتِهَامُ (al-istihām): berundi. "التَّهْجِيرُ" (at-tahjīr): bersegera memenuhi panggilan salat.
النِّدَاءُ (an-nidā`): azan.
العَتَمَةُ (al-'atamah): salat Isya.
1) Keutamaan azan; yaitu azan termasuk amal yang paling utama karena memiliki manfaat yang bersifat umum berupa pengagungan Allah -Ta'ālā- dengan tauhid dan mengajak manusia kepada ibadah yang paling agung.
2) Azan lebih utama dari menjadi imam. Para ulama telah menjelaskan alasannya, yaitu karena azan berisikan tauhid kepada Allah -Ta'ālā- dan syahadat kerasulan Rasulullah, dan hal ini menjelaskan kepada kita tentang agungnya ajakan kepada tauhid dan ittibā' (mengikuti Rasulullah).
3) Anjuran berlomba di antara kaum mukminin dalam ibadah dan ketaatan, sehingga orang beriman harus memanfaatkan kesempatan mengerjakan kebaikan dan ketaatan, di antaranya bersegera memenuhi panggilan azan.
2/1034- Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari Kiamat." (HR. Muslim)
1) Para muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari pembalasan, mereka dikenal dengan hal itu untuk mengenalkan keutamaan mereka serta menampakkan kemuliaan mereka.
2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan, yaitu kepala para muazin akan tinggi pada hari Kiamat karena mereka meninggikan pengesaan Allah -Ta'ālā- selama di dunia.
3/1035- Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ṣa'ṣa'ah meriwayatkan bahwa Abu Sa'īd al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata kepadanya, "Sungguh aku melihatmu menyukai kambing dan daerah pedalaman. Jika engkau sedang menggembala kambingmu -atau berada di pedalaman- lalu engkau mengumandangkan azan untuk salat, maka keraskan suara azanmu. Sungguh, tidaklah jin, manusia, dan apa saja yang mendengar sejauh suara muazin melainkan pasti mereka menjadi saksi baginya pada hari Kiamat." Abu Sa'īd berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." (HR. Bukhari)
مَدَىٰ صَوْتِ المُؤَذِّنِ: sejauh suara.
1) Hewan-hewan, bahkan benda mati, akan menjadi saksi bagi para muazin pada hari Kiamat, dan ini bagian dari keutamaan dan kemuliaan azan.
2) Anjuran mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat.
3) Anjuran meninggikan suara ketika azan, dan agar seorang muazin adalah orang yang memiliki suara keras.
4/1036- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila azan salat dikumandangkan, setan lari sambil terkentut-kentut hingga ia tidak mendengar azan. Apabila azan telah usai ia datang kembali, dan ketika ikamah dikumandangkan, ia lari. Ketika ikamah telah usai, ia datang kembali untuk membisikkan antara seseorang dan hatinya (mengusik pikirannya). Setan berkata, 'Ingatlah ini! Ingatlah itu!' Yaitu pada sesuatu yang dia tidak ingat sebelumnya, hingga seseorang menjadi tidak tahu sudah berapa rakaat dia mengerjakan salat." (Muttafaq 'Alaih)
يخْطِر (yakhṭiru): ia membisikkan.
1) Menjelaskan keutamaan azan, yaitu dapat mengusir setan.
2) Kegigihan setan untuk memalingkan orang beriman dari kekhusyukan dalam ibadah, sehingga wajib atas seorang hamba untuk berjuang melawan setan serta memohon perlindungan dari bisikannya, yaitu dengan kembali kepada Allah -Ta'ālā- secara benar dan tulus.
5/1037- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika kalian mendengar muazin (mengumandangkan azan), maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan. Kemudian berselawatlah kepadaku, sesungguhnya siapa yang berselawat kepadaku satu kali, Allah akan membalas selawatnya itu sepuluh kali. Kemudian mintakanlah kepada Allah untukku al-waṣīlah, sesungguhnya al-waṣīlah itu kedudukan dalam surga yang tidak patut kecuali untuk salah satu hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba itu. Siapa yang memintakan untukku al-waṣīlah, maka wajib baginya syafaatku." (HR. Muslim)
6/1038- Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika kalian mendengar azan maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muazin." (Muttafaq 'Alaih)
7/1039- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang ketika (selesai) mendengar azan membaca doa, 'Allāhumma rabba hāżihi ad-da'watit-tāmmah waṣ-ṣalātil-qā`imah, āti muḥammadan al-wasīlah wal-faḍīlah, wa-b'aṡhu maqāman maḥmudan al-lażī wa'adtahu (artinya: Ya Allah! Rabb pemilik seruan yang sempurna dan salat yang akan ditegakkan ini. Limpahkanlah kepada Muhammad al-waṣīlah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya),' niscaya dia mendapatkan syafaatku kelak di hari Kiamat." (HR. Bukhari)
8/1040- Sa'ad bin Abi Waqqāṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasannya beliau bersabda, "Siapa yang mendengar muazin lalu mengucapkan, 'Asyhadu an lā ilāha illallāhu waḥdahū lā syarīka lah wa anna muḥammadan 'abduhū wa rasūluh, raḍītu billāhi rabban, wa bi muḥammadin rasūlan, wa bil-islāmi dīnan (artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Aku rida Allah sebagai Rabb-ku, Muhammad sebagai rasulku, dan Islam sebagai agamaku),' maka dosanya akan diampuni." (HR. Muslim)
Hadis-hadis ini berisikan sejumlah sunah dan adab dalam azan, yaitu:
1) Menjawab muazin; yaitu dengan mengulang apa yang diucapkan oleh muazin. Kecuali pada kalimat "Ḥayya 'alaṣ-ṣalāh" dan "Ḥayya 'alal-falāḥ" kita mengucapkan kalimat isti'ānah, "Lā ḥaula walā quwwata illā billāh", maksudnya kami bertekad untuk memenuhinya dengan memohon pertolongan kepada-Mu, ya Rabbi.
2) Anjuran membaca selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- langsung setelah selesai azan.
3) Meminta al-waṣīlah untuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu kedudukan paling tinggi dalam surga, serta mendoakan beliau agar dibangkitkan oleh Allah pada kedudukan terpuji, karenanya beliau akan dipuji oleh makhluk seluruhnya, yaitu kedudukan syafaat pada hari Kiamat.
4) Memelihara sunah-sunah ini adalah sebab adanya pengampunan dosa dan sebab meraih syafaat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
9/1041- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Doa di antara azan dan ikamah tidak akan ditolak." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")
1) Memanfaatkan waktu-waktu yang utama ketika berdoa.
2) Menjelaskan adab berdoa, yaitu menghaturkan pujian-pujian kepada Allah serta mengucapkan selawat dan salam kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlebih dahulu, karena yang demikian itu menjadikan doa lebih pantas untuk dikabulkan. Perhatikanlah, bagaimana orang yang mendengar azan dianjurkan untuk menjawab muazin. Ini adalah salah satu bentuk pujian kepada Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-. Selanjutnya dia membaca selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta memintakan untuk beliau al-waṣīlah. Maka, yang demikian itu lebih patut untuk dikabulkan doanya setelah azan.
Manakala azan merupakan bentuk zikir kepada Allah -Ta'ālā- yang diriwayatkan dalam Sunnah Nabi, para ulama dalam mazhab-mazhab fikih seluruhnya telah memberikan perhatian pada penentuan lafal-lafalnya, dan mereka bersepakat bahwa azan berakhir pada ucapan muazin di bagian terakhir, yakni Lā ilāha illallāh.
Adapun apa yang disebutkan dalam hadis-hadis di atas berupa selawat kepada Rasulullah dan memohonkan al-wasīlah untuk beliau, itu adalah bagian dari sunah azan yang mengikutinya dan tidak boleh dibaca dengan suara keras sehingga menjadi sekan-akan bagian dari azan. Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang dikerjakan pada masa beliau, ialah muazin mengumandangkan azan kemudian dia dan juga orang yang mendengar membaca selawat kepada Rasululah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan suara sirr (pelan). Siapa yang mengerjakan cara yang berbeda dari itu, maka dia telah menyelisihi Sunnah Nabi serta keluar dari mazhab para imam. Maka, hendaklah para muazin waspada jangan sampai menyelisihi petunjuk Nabi, dan hendaklah mereka bersungguh-sungguh untuk menjalankan Sunnah, karena yang demikian itu adalah keberkahan dan kebaikan.