Terjemahan yang Berlaku English عربي

243- KEUTAMAAN BERSELAWAT KEPADA RASULULLAH -ṢĀLLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM-

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Aḥzāb: 56)

Pelajaran dari Ayat:

1) Anjuran agar terus berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam rangka mengimplementasikan perintah Allah -Ta'ālā- dan meneladani para malaikat yang mulia.

2) Berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diwajibkan dalam beberapa kondisi, di antaranya ketika nama beliau disebutkan.

3) Makna selawat dari seorang hamba kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah mendoakan beliau supaya Allah memujinya di hadapan para malaikat yang mulia. Adapun salam kepada Rasulullah maksudnya ialah mendoakan keselamatan untuk beliau dari semua keburukan di masa hidup beliau dan setelah wafatnya, di antaranya agar agama dan Sunnah beliau selamat dari segala bentuk penambahan dan distorsi.

Faedah Tambahan:

Tidak boleh mengkhususkan ucapan selawat untuk selain para nabi dan menjadikannya sebagai syiar yang dirutinkan untuk sebagian imam, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kelompok sesat pada tokoh ahli bidah. Yang benar adalah hanya para nabi saja yang boleh dikhususkan dengan doa selawat. Adapun selain para nabi, selawat kepada mereka dibolehkan dalam bentuk diikutkan dengan selawat kepada para nabi. Misalnya kita mengucapkan, "Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad wa ālihi" atau "Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad wa ṣaḥbihi".

1/1397- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang berselawat kepadaku satu selawat, maka Allah akan berselawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena di dalamnya terkandung pelipatgandaan pahala bagi hamba.

2) Berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sebab adanya rahmat Allah -Ta'ālā- kepada para hamba-Nya.

2/1398- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang paling patut mendapat syafaatku pada hari Kiamat adalah yang paling banyak berselawat kepadaku." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

Pelajaran dari Hadis:

1) Menampakkan keutamaan khusus bagi ahli hadis yang mengikuti Sunnah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berpegang teguh dengannya, karena ahli hadis adalah orang yang paling banyak berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila dibandingkan dengan manusia lainnya.

2) Anjuran untuk banyak berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena hal itu adalah sebab untuk mendapatkan kedekatan dengan beliau.

3/1399- Aus bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di antara hari terbaik kalian adalah hari Jumat. Maka perbanyaklah bacaan selawat kepadaku pada hari itu, karena selawat kalian akan dipaparkan kepadaku." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Bagaimana selawat kami dipaparkan kepadamu sementara jasadmu telah hancur?!" Yakni engkau telah hancur. Beliau bersabda, "Allah -'Azza wa Jalla- telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan khusus bagi selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta memperbanyaknya pada hari Jumat; lantaran saat itu keutamaan ibadah bergabung dengan keutamaan waktu.

2) Bacaan selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dipaparkan kepada beliau lewat perantara para malaikat sayyāḥīn yang Allah tugaskan untuk menyampaikan selawat umatnya kepada beliau, dan hadis ini tidak bermakna bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar kita secara langsung.

3) Kewajiban membenarkan semua berita dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- walaupun tidak mampu dipahami oleh akal, karena akal memiliki batas pemahaman sebagaimana mata memiliki batas penglihatan yang tidak dapat ia lewati.

4/1400- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Terhinalah seseorang yang namaku disebut di sisinya namun ia tidak berselawat padaku." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")

Kosa Kata Asing:

رَغْمَ أَنْفُ (ragma anf: terhinalah): sebuah doa supaya hidung seseorang ditempelkan di tanah. Makna dari doa ini agar hidungnya -yang merupakan bagian paling tinggi pada wajah manusia- menempel dengan tanah. Ini untuk menunjukkan kehinaan dan ketercelaan orang tersebut.

Pelajaran dari Hadis:

1) Mendoakan kehinaan dan ketercelaan bagi orang yang terus-menerus sengaja meninggalkan bacaan selawat dan salam kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika nama beliau disebutkan.

2) Memperbanyak ibadah selawat dan salam kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sebab adanya kemuliaan dan ketinggian derajat seorang mukmin. Seluruh manusia biasanya berbangga dengan tokoh-tokoh besar mereka di dunia, sedangkan umat Islam berbangga dengan orang yang datang membawakan mereka kebaikan dunia dan akhirat.

5/1401- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan. Ucapkanlah selawat kepadaku, karena sesungguhnya ucapan selawat kalian akan sampai kepadaku di mana saja kalian berada." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

Kosa Kata Asing:

عِيْدًا ('īdan): 'Īd adalah nama untuk perkumpulan besar yang berulang secara rutin. Sehingga 'īd adalah nama untuk hari berkumpul serta perbuatan yang dilakukan padanya. Istilah 'īd juga digunakan untuk tempat yang didatangi sebagai tempat berkumpul.

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran mengucapkan selawat dan salam kepada Rasulullah di mana pun seseorang berada di muka bumi, karena selawatnya itu akan sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Tidak boleh melakukan perjalanan jauh yang dikhususkan dengan niat menziarahi kubur Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi perjalanan jauh dilakukan dengan niat menziarahi Masjid Nabawi, lalu setelah sampai ia dibolehkan untuk menziarahi kubur Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

6/1402- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan rohku kepadaku hingga aku membalas salamnya." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Kehidupan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di alam kuburnya adalah kehidupan barzakh yang paling sempurna, dengannya Allah -Ta'ālā- memuliakan seorang nabi di dalam kuburnya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yang paling mengetahui sifat kehidupan ini. Yang pasti, ia tidak sama dengan kehidupan dunia, sehingga kita tidak boleh meyakini bahwa kehidupan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam kuburnya seperti kehidupan beliau di dunia.

2) Motivasi untuk mengucapkan selawat dan salam kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- supaya hamba meraih keutamaan jawaban Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap ucapan salamnya.

7/1403- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang bakhil itu adalah orang yang namaku disebut di dekatnya namun ia tidak berselawat kepadaku." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika nama beliau disebutkan supaya seorang hamba selamat dari sifat bakhil, karena orang bakhil yang sesungguhnya adalah yang enggan berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Sifat bakhil adalah sifat tercela, khususnya kebakhilan seorang hamba pada sesuatu yang mampu dia berikan. Oleh karena itu, hendaklah orang beriman gigih untuk menyucikan dan membersihkan dirinya dari sifat bakhil supaya dia termasuk di antara orang-orang yang beruntung; "Dan siapa yang dirinya dijaga dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Ḥasyr: 9)

8/1404- Faḍālah bin ‘Ubaid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar seseorang berdoa dalam salatnya tanpa mengagungkan Allah -Ta'ālā- dan tanpa berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Orang ini telah terburu-buru.” Kemudian beliau memanggilnya lalu berkata kepadanya -atau kepada selainnya-, "Apabila salah seorang kalian mengerjakan salat, hendaklah dia memulai dengan memuji dan memuja Rabb-nya, lalu berselawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, setelah itu ia berdoa dengan apa yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata "Hadis hasan sahih")

Pelajaran dari Hadis:

1) Di antara adab berdoa di dalam dan di luar salat ialah agar diawali dengan pujian dan pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- kemudian selawat dan salam kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, setelah itu dia berdoa dengan doa apa saja yang dia kehendaki.

2) Terburu-buru dalam doa adalah faktor doa ditolak dan tidak dikabulkan.

3) Anjuran mengajar orang yang jahil ketika dia salah; yaitu hendaklah orang beriman, khususnya para penuntut ilmu, gigih untuk mengajarkan masyarakat tentang Sunnah Nabi yang sahih.

9/1405- Abu Muhammad Ka’ab bin ‘Ujrah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar menemui kami, maka kami berkata, 'Wahai Rasulullah! Sungguh kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan ucapan salam kepadamu, lantas bagaimana kami berselawat kepadamu?' Beliau bersabda, "Ucapkan, 'Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad, wa 'alā āli Muḥammad, kamā ṣallaita 'alā āli Ibrāhīm, innaka ḥamīdun majīd. Allāhumma bārik 'alā Muḥammad, wa 'alā āli Muḥammad, kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm, innaka ḥamīdun majīd' (Artinya: Ya Allah! Limpahkanlah selawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau melimpahkan selawat atas keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Zat yang Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah! Curahkanlah keberkahan atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau mencurahkan keberkahan atas keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia)." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- terkait antusias mereka untuk bertanya tentang ilmu yang bermanfaat. Beginilah seharusnya keadaan seorang muslim, yaitu bertanya tentang apa yang berguna baginya dalam perkara agamanya serta meninggalkan pertanyaan selainnya.

2) Selawat yang disebutkan dalam hadis ini adalah redaksi selawat yang paling afdal untuk diucapkan seseorang, baik di dalam maupun di luar salat. Ia adalah lafal selawat yang sempurna. Seandainya dicukupkan dengan mengatakan, "Allāhumma ṣalli wa sallim 'alā Muḥammad" maka ini adalah lafal yang diperbolehkan.

3) Apa yang dilakukan oleh sebagian orang berupa membuat-buat redaksi selawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah perbuatan yang menyelisihi Sunnah Nabi dan Sunnah para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-, karena semua kebaikan ada pada mengikuti petunjuk nabi yang maksum.

10/1406- Abu Mas'ūd Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang menemui kami ketika kami di majelis Sa'ad bin 'Ubadah -raḍiyallāhu 'anhu-. Maka Basyīr bin Sa'ad berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah! Allah -Ta'ālā- telah memerintahkan kami untuk berselawat kepadamu. Lalu bagaimanakah kami berselawat kepadamu?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun diam sehingga kami berharap andainya dia tidak pernah bertanya. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ucapkan, 'Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad, wa 'alā āli Muḥammad, kamā ṣallaita 'alā āli Ibrāhīm. Wa bārik 'alā Muḥammad, wa 'alā āli Muḥammad, kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm. Innaka ḥamīdun majīd' (Artinya: Ya Allah! Limpahkanlah selawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau melimpahkan selawat atas keluarga Ibrahim. Dan curahkanlah keberkahan atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau mencurahkan keberkahan atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia). Sedangkan ucapan salam, adalah seperti yang telah kalian ketahui." (HR. Muslim)

11/1407- Abu Ḥumaid As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Bagaimanakah kami berselawat kepadamu?" Beliau bersabda, "Ucapkan, 'Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad, wa 'alā azwājihi wa żurriyyatihi, kamā ṣallaita 'alā āli Ibrāhīm. Wa bārik 'alā Muḥammad, wa 'alā azwājihi wa żurriyyatihi, kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm, innaka ḥamīdun majīd' (Artinya: Ya Allah! Limpahkanlah selawat atas Muhammad beserta istri dan anak keturunannya, sebagaimana Engkau melimpahkan selawat atas keluarga Ibrahim. Dan curahkanlah keberkahan atas Muhammad beserta istri dan anak keturunannya, sebagaimana Engkau mencurahkan keberkahan atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia)." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Seorang muslim tidak boleh mengerjakan suatu ibadah hingga dia bertanya bagaimana dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengerjakannya? Lihatlah para sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, sebelum beramal mereka bertanya terlebih dahulu, "Bagaimanakah kami berselawat kepadamu?"

2) Lafal-lafal selawat Ibrāhīmiyyah berisikan permintaan selawat kepada Allah -Ta'ālā- untuk Nabi dan keluarga beliau serta permohonan keberkahan atas beliau dan keluarganya, termasuk tawasul kepada Allah, bahwa sebagaimana Allah telah berselawat dan memberi keberkahan kepada Ibrahim dan keluarganya, kita meminta kepada Allah agar Dia berselawat dan memberi keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya. Ini termasuk tawasul yang dibenarkan, yaitu bertawasul kepada Allah -Ta'ālā- dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang telah terdahulu dalam rangka meraih perbuatan-Nya di masa mendatang.

Faedah Tambahan:

Sekiranya ada seseorang bernazar akan berselawat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan redaksi yang paling afdal, apa yang harus dia lakukan?

Para ulama mengatakan, "Tidak bisa dikatakan dia telah memenuhi nazarnya kecuali jika dia menggunakan redaksi yang datang dari Nabi di salah satu hadis yang sahih, seperti hadis-hadis di atas. Karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepada mereka yang terbaik yang beliau ketahui. Seandainya ada redaksi yang lebih afdal dari redaksi-redaksi ini, tentu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- akan memotivasi umat kepadanya."

KITAB ZIKIR