Terjemahan yang Berlaku English عربي

32- BAB KEUTAMAAN MUSLIM YANG LEMAH DAN MISKIN YANG TIDAK DIKENAL

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka." (QS. Al-Kahfi: 28)

Pelajaran dari Ayat:

1) Menghibur orang yang lemah secara fisik, akal, harta, atau lainnya yang dianggap sebagai kelemahan oleh manusia, agar dia merasa kuat dengan adanya pahala dan ganjaran yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.

2) Menjelaskan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama orang-orang lemah dan miskin di kalangan kaum muslimin; yaitu beliau duduk bersama mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.

1/252- Ḥāriṡah bin Wahb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan dipandang lemah, seandainya ia bersumpah kepada Allah niscaya Allah akan mewujudkan untuknya. Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta, serta berlaku sombong." (Muttafaq 'Alaih)

الْعُتُلُّ (al-'utull): orang yang keras dan kasar. الجَوَّاظُ (al-jawwāẓ), dengan memfatahkan "jīm", setelahnya "wāw" bertasydid kemudian "ẓā`", yaitu orang yang rakus dan pelit. Ada juga yang berpendapat, maknanya: orang yang gempal dan sombong dalam cara jalannya. Juga ada yang mengatakan orang yang pendek dan besar perutnya.

Kosa Kata Asing:

متضَعَّف (mutaḍa''af), dengan memfatahkan "'ain" bertasydid, yaitu dianggap lemah dan dihinakan orang.

لَأَبَرَّهُ (la`abarrahu): maksudnya, bila dia bersumpah mengharapkan kemurahan Allah, niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang disebutkan dalam sumpahnya.

المُسْتَكْبِرُ (al-mustakbir; sombong): orang yang menggabungkan antara dua sifat tercela; merendahkan orang lain (gamṭun-nās) dan menolak kebenaran (baṭarul-ḥaqq).

Pelajaran dari Hadis:

1) Di antara tanda penghuni surga adalah mereka tidak menghiraukan karunia dunia yang tidak mereka dapatkan; bila karunia dunia menghampiri, mereka akan menerimanya, dan kalau karunia dunia itu lepas mereka membiarkannya.

2) Di antara tanda penghuni neraka ialah sombong dan angkuh. Seorang hamba hendaknya waspada jangan sampai memiliki sifat-sifat orang yang disiksa.

3) Di antara hamba Allah ada orang yang apabila bersumpah (berdoa) kepada Allah maka Allah pasti mewujudkan untuknya disebabkan karena dia yakin dan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.

2/253- Abul-'Abbās Sahal bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Seorang pria melintas di depan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bertanya kepada seseorang yang duduk bersama beliau, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Orang itu menjawab, "Dia termasuk orang terhormat. Demi Allah! Jika ia melamar maka layak untuk dinikahkan. Jika ia memberi syafaat, maka ia layak diterima syafaatnya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diam. Kemudian melintas pria lain, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya lagi kepadanya, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah! Ini adalah orang fakir di antara kaum muslimin. Jika orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memberi syafaat, maka syafaatnya akan ditolak. Jika ia berucap, maka ucapannya tidak didengar." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang seperti tadi." (Muttafaq ‘Alaih)

Ucapannya: "حَرِيٌّ" (ḥariyyun), dengan memfatahkan "ḥā`", setelahnya "rā`" yang kasrah, kemudian "yā`" bertasydid, artinya: layak, pantas. Sedangkan "شَفَعَ" (syafa'a), dengan memfatahkan "fā`".

Kosa Kata Asing:

يُنكح (yunkaḥu): dinikahkan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Seseorang kadang memiliki kedudukan yang tinggi di dunia, tetapi tidak memiliki kedudukan di sisi Allah -Ta'ālā-.

2) Yang menjadi ukuran adalah hakikat amal serta iman yang ada dalam hati, bukan potret fisik.

3/254- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Surga dan neraka saling mengadu. Neraka berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang yang angkuh dan sombong.' Surga berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang lemah dan miskin.' Lalu Allah memutuskan di antara keduanya, 'Sesungguhnya engkau, wahai Surga, adalah rahmat-Ku. Denganmu Aku merahmati siapa yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya engkau, wahai Neraka, adalah azab-Ku. Denganmu Aku mengazab siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing (dari) kalian berdua, menjadi wewenang-Ku untuk memenuhinya (dengan penghuninya).'” (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

احْتَجَّتِ الجَنَّةُ وَالنَّارُ: surga dan neraka saling mengadu.

"Sesungguhnya engkau, wahai surga, adalah nikmat-Ku", maksudnya bahwa surga adalah negeri yang diciptakan dari rahmat Allah. Adapun rahmat Allah -Ta'ālā- yang merupakan sifat-Nya, maka bukan makhluk.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban mengimani perkara-perkara gaib ini, walaupun tidak masuk akal, sebab orang beriman akan tunduk kepada perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Karunia dan rahmat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih luas dari murka-Nya. Allah -'Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada diri-Nya untuk mengisi surga dan neraka, tetapi rahmat-Nya mendahului murka-Nya.

3) Orang fakir dan lemah adalah penduduk surga; karena umumnya merekalah yang tunduk kepada kebenaran. Sedangkan orang-orang jahat, mereka angkuh dari kebenaran dan tidak tunduk kepada-Nya.

4/255- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya kelak hari Kiamat akan datang seseorang yang sangat besar dan gemuk, akan tetapi berat timbangannya di sisi Allah tidak menyamai sayap nyamuk sekalipun" (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Menetapkan adanya mizan atau timbangan amalan pada hari Kiamat, yaitu timbangan adil yang tidak mengandung kezaliman.

2) Peringatan agar seseorang tidak hanya memperhatikan kebahagiaan fisiknya, tetapi seorang hamba berkewajiban untuk memperhatikan kebahagiaan hatinya dengan ilmu dan iman. Bila hati bahagia, fisik pun akan bahagia.

Peringatan:

Sebab disebutkannya hadis ini di dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah dan Miskin yang Tidak Dikenal, karena kegemukan umumnya disebabkan karena banyak makan, sedangkan banyak makan kadang menunjukkan banyak harta dan keadaan sombong, kufur nikmat, dan lupa terhadap kaum muslimin yang lemah.

Faedah Tambahan:

Apa yang ditimbang pada mizan atau timbangan?

Makna lahir hadis ini menunjukkan bahwa yang ditimbang pada mizan adalah manusia, dan berat dan ringannya tergantung amal perbuatannya. Sebagian ulama berpendapat, yang ditimbang adalah catatan amal, berdasarkan hadis biṭāqah: "Lalu dikeluarkan sebuah biṭāqah (kartu) yang di dalamnya tercatat: 'Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah serta Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.' Lalu kartu tersebut diletakkan di satu mata timbangan." Ulama lain berpendapat, bahwa yang ditimbang adalah amalan, berdasarkan firman Allah: "Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat ..." (QS. Al-Anbiyā`: 47) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, "Ada dua kalimat yang berat di timbangan ..." Dalam ayat dan hadis ini, yang ditimbang adalah amalan. Tetapi, tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat ini, karena bisa dikatakan, yang ditimbang adalah semuanya. Yaitu, yang ditimbang adalah pelaku, catatan amal, dan amal perbuatan. Wallāhu a'lam.

5/256- Masih dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang wanita hitam -atau seorang pemuda- yang biasa menyapu masjid. Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mendapatkannya sehingga beliau menanyakannya. Para sahabat menjelaskan, "Dia telah meninggal." Beliau bersabda, "Mengapa kalian tidak memberitahuku?" Sepertinya mereka meremehkannya. Maka beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Lantas mereka menunjukkannya dan beliau menyalatinya. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi oleh kegelapan terhadap para penghuninya, dan Allah -Ta'ālā- memberinya cahaya dengan salatku kepada mereka." (Muttafaq ‘Alaih)

Perkataan: "تَقُمُّ" (taqummu), dengan memfatahkan "tā`", dan mendamahkan "qāf", artinya: menyapu. Al-Qumāmah artinya sampah. آذَنْتُموني (āżantumūnī), dengan mad pada "hamzah", artinya: kalian memberitahuku.

Pelajaran dari Hadis:

1) Tingginya kedudukan orang beriman berdasarkan amal perbuatan mereka; semua orang yang mengerjakan kebaikan, maka dia berada di atas kebaikan.

2) Anjuran membersihkan dan menyingkirkan sampah dari masjid, juga tanpa diberikan hiasan dan lukisan-lukisan yang akan mengganggu dan menyibukkan pikiran orang yang salat.

3) Menjelaskan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mengetahui perkara gaib; oleh sebab itu beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Bila beliau tidak mengetahui sesuatu yang nyata padahal dekat, maka sesuatu yang gaib beliau lebih pantas tidak ketahui!

4) Perhatian yang sangat bagus oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada para sahabatnya; yaitu beliau mencari dan menanyakan mereka.

6/257- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sedikit orang dengan rambut berantakan, warna berubah dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah (berdoa) kepada Allah, niscaya Allah mewujudkan untuknya." (HR. Muslim)

7/258- Usāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah wanita." (Muttafaq 'Alaih)

الجَدُّ (al-jadd), dengan memfatahkan "jīm", artinya: kekayaan. Sabda beliau: مَحْبُوسُونَ (maḥbūsūna), maksudnya: mereka belum diperkenankan masuk surga.

Kosa Kata Asing:

أَشْعَث (asy'aṡ): rambut berantakan; dia tidak memiliki apa yang bisa digunakan membaguskan rambutnya.

أَغْبَر (agbar): warnanya berubah, karena sangat miskin.

Pelajaran dari Hadis:

1) Takwa kepada Allah adalah ukuran kemuliaan hamba, siapa yang paling bertakwa kepada Allah maka dialah yang paling mulia di sisi Allah.

2) Mayoritas penghuni neraka dari kalangan perempuan karena banyak di antara mereka yang membuat fitnah, kecuali perempuan yang dijaga oleh Allah -Ta'ālā-.

3) Seorang hamba harus menjaga diri dari fitnah kekayaan, karena kekayaan dapat mendatangkan perilaku zalim dan dapat mengantarkan pelakunya kepada kebinasaan dan kerusakan. Sebab itu, sikap sabar dituntut pada seorang hamba ketika miskin dan kaya.

8/259- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidak ada anak yang berbicara ketika masih dalam buaian kecuali tiga orang. (Pertama), Isa bin Maryam. (Kedua), seorang anak dalam kisah Juraij. Juraij adalah orang yang taat beribadah. Dia membangun tempat ibadah dan selalu ada di dalamnya. Suatu saat, ibunya datang menemuinya ketika dia sedang salat. Ibunya memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia meneruskan salatnya, sementara sang ibu akhirnya pulang. Keesokan harinya, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Keesokan harinya lagi, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Maka berkatalah sang ibu, 'Ya Allah! Jangan matikan dia sebelum melihat wajah pelacur.' Ketika orang-orang Bani Israil berbincang-bincang tentang Juraij dan ibadahnya, ada seorang wanita pelacur yang terkenal cantik, dia berkata, 'Kalau kalian mau, aku akan menggodanya.' Lantas dia menggodanya, namun Juraij tak mempedulikannya. Maka wanita pelacur itu mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di bawah rumah ibadah itu, lalu menggodanya untuk berbuat zina. Terjadilah perzinaan di antara mereka. Kemudian wanita itu hamil. Ketika telah melahirkan, dia berkata, 'Ini anak dari Juraij.' Masyarakat pun mendatangi Juraij dan memaksanya turun lalu rumah ibadahnya dirobohkan. Mereka memukulinya. Juraij bertanya, 'Ada apa dengan kalian ini?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan wanita pelacur ini sehingga dia melahirkan anak darimu.' Juraij berkata, 'Mana anaknya?' Mereka kemudian membawakan bayi tersebut. Juraij berkata, 'Biarkan aku salat dulu!' Kemudian Juraij salat. Setelah selesai salat dia mendatangi anak bayi tersebut dan menekan perutnya seraya berkata, 'Wahai anak kecil, siapa bapakmu?' Anak itu menjawab, 'Fulan si penggembala.' Maka orang-orang mengerumuni Juraij, mencium dan mengusap-usapnya. Mereka berkata, 'Kami akan bangun ulang rumah ibadahmu dengan bahan emas.' Dia menjawab, 'Tidak, bangunlah kembali dengan tanah liat seperti semula!' Lantas mereka mengerjakannya. (Ketiga), ketika seorang bayi sedang menyusu pada ibunya, lalu lewat seorang penunggang kendaraan yang tampak mewah dan berpenampilan bagus. Sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah anakku seperti orang itu.' Sang bayi melepas tetek ibunya lalu menoleh dan memandang orang itu seraya berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti orang itu!' Kemudian dia kembali ke teteknya dan menyusu kembali." Abu Hurairah bercerita: Seakan aku masih melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencontohkannya menyusu dengan jari telunjuk beliau ke mulut dan mengisapnya. Beliau lanjut bersabda, "Kemudian mereka melewati seorang budak wanita yang sedang dipukuli. Mereka berkata, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Sedangkan wanita tersebut hanya berkata, 'Ḥasbiyallāhu wa ni'mal wakīl.' Maka sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan anakku seperti dia.' Anak itu melepas teteknya dan memandang wanita tersebut, kemudian dia berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah aku seperti dia.' Ketika itu terjadilah dialog antara ibu dan anak. Sang ibu berkata, 'Ketika ada orang yang berpenampilan bagus, aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan putraku seperti dia.' Engkau mengatakan, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu ketika ada seorang budak wanita dipukuli sambil dikatakan, engkau telah berzina dan mencuri, aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan putraku seperti dia.' Engkau berkata, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia?!' Anak itu berkata, 'Laki-laki itu adalah orang yang zalim, maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Sedangkan terhadap wanita yang kalian katakan: engkau telah berzina dan mencuri, dia tidak pernah berzina dan tak pula mencuri. Maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia.'" (Muttafaq ‘Alaih)

المومِسَاتُ (al-mūmisāt), dengan mendamahkan "mīm" yang pertama, setelahnya "wāw", kemudian mengkasrahkan "mīm" yang kedua, dan setelahnya "sīn", yaitu: para pezina. المُومِسَةُ (al-mūmisah) artinya wanita pezina. دَابَّةٌ فَارِهَةٌ (dābbah fārihah), dengan huruf "fā`", maksudnya: kendaraan yang cerdas dan bagus. الشَّارَةُ (asy-syārah), dengan "syīn", kemudian "rā`" tanpa tasydid, yaitu: keindahan yang tampak pada penampilan dan pakaian. Dan makna (تَرَاجَعَا الحديث), yaitu sang ibu berbicara ke anaknya dan sang anak bicara ke ibunya. Wallāhu a'lam.

Kosa Kata Asing:

الصَّوْمَعَةُ (aṣ-ṣauma'ah): bangunan tinggi di bagian ujungnya lancip, yaitu tempat beribadah para rahib.

بَغِيٌّ (bagyun): wanita pezina yang melakukan perzinaan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kesabaran sang ahli ibadah, Juraij, ketika dia tidak balas dendam, tetapi rida bersikap kanaah dan memilih hidup bersama orang-orang lemah dan miskin.

2) Seorang hamba bila mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- pada kondisi lapang, maka Allah akan menolongnya pada kondisi sulit. Orang yang imannya tulus tidak akan celaka oleh berbagai fitnah. Dan termasuk bentuk kasih sayang Allah, Dia memberikan jalan keluar bagi wali-wali-Nya ketika mereka diuji. Kadang hal itu terlambat demi membersihkannya dari dosa serta memberikan tambahan pahala baginya.

3) Tekad seorang hamba agar bergaul dengan keumuman manusia, bukan bersama orang-orang yang sombong dan zalim.

4) Anjuran untuk mendahulukan panggilan ibu dari salat sunah.

5) Merupakan bentuk dalamnya pemahaman seseorang bila dia segera melaksanakan salat ketika terjadi kesulitan.