Terjemahan yang Berlaku English عربي

51- BAB RAJĀ` (HARAPAN)

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhanya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." (QS. Saba`: 17) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sungguh telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak memperdulikannya)." (QS. Ṭāhā: 48) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." (QS. Al-A'rāf: 156)

Pelajaran dari Ayat:

1) Khauf (takut) dan rajā` (harapan) adalah dua hal yang saling bertalian; Siapa yang yang takut kepada Allah -Ta'ālā- niscaya akan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya.

2) Di dalam hati orang beriman akan terkumpul rasa takut dan harapan. Rasa takut dan harapan bagi orang beriman ibarat dua sayap bagi burung. Bila salah satunya lebih dominan di sebagian waktu, maka yang lain hendaknya lebih dominan di waktu lainnya, agar keduanya setara.

Faedah Tambahan:

Apa perbedaan antara rajā` (harapan) dan tamannī (angan-angan)?

- Rajā` (harapan) adalah merencanakan kebaikan dan dekatnya waktu terjadinya disertai mengerjakan sebab-sebabnya. Sehingga rajā` disertai oleh perbuatan dan usaha. Rajā` juga akan mendorong kepada ketaatan kepada Allah. Kalaulah bukan karena harapan, tentu tidak akan ada amal saleh.

- Adapun tamannī (angan-angan), maka dibangun di atas ketidakmampuan dan kemalasan. Sehingga pelakunya tidak akan melakukan usaha dan kesungguhan dalam rangka ketaatan kepada Allah.

1/412- 'Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga benar adanya serta neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amalnya." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam riwayat Muslim lainnya: "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah haramkan atasnya api neraka."

Kosa Kata Asing:

رُوحٌ مِنْهُ: ruh dari ciptaan-Nya dan dari sisi-Nya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman yang membuktikan imannya dengan amal saleh.

2) Kedudukan mukmin yang paling tinggi adalah menjadi hamba Allah -Ta'ālā- secara benar dan tulus, yaitu dia bersaksi dengan kesaksian yang tulus sehingga mengantarnya kepada amal saleh.

2/413- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Siapa yang mengerjakan satu kebaikan, baginya balasan sepuluh kali lipatnya atau lebih. Dan Siapa yang mengerjakan satu keburukan, maka balasan satu keburukan adalah satu keburukan yang setimpal atau Aku akan mengampuninya. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya satu depa. Siapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan biasa, Aku akan datang kepadanya dengan berjalan cepat. Siapa yang menjumpai-Ku dengan memiliki seisi bumi kesalahan, namun dia tidak menyukutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan menemuinya dengan ampunan yang semisalnya.'" (HR. Muslim)

Makna "mendekatkan diri kepada-Ku", yaitu dengan melakukan ketaatan kepada-Ku. "Aku mendekatinya", yaitu dengan rahmat-Ku; bila dia tambah, Aku akan tambah. "Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan biasa" yaitu dia bersegera mengerjakan ketaatan kepada-Ku, "Aku akan datang kepadanya dengan berjalan cepat"; yaitu Aku akan menuangkan rahmat kepadanya, serta Aku akan mendahuluinya tanpa memaksanya melakukan perjalanan yang banyak untuk menuju apa yang diinginkan. Sedangkan "قُرَابُ الأرْضِ" (qurābul-arḍ), dengan mendamahkan "qāf". Ada yang mengatakan, dengan mengkasrahkannya. Tetapi damah lebih fasih dan lebih masyhur. Maknanya: yang mendekati isi bumi. Wallāhu a'lam.

Kosa Kata Asing:

الباع (al-bā'; depa): ukuran sepanjang dua tangan manusia ketika dibentangkan disertai lebar dadanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran untuk mengharapkan ampunan dan rahmat Allah serta tidak berputus asa dari ampunan-Nya.

2) Bila hamba mengerjakan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, maka Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan memberinya balasan sekian kali lipat dari perbuatannya. Ini termasuk kabar gembira bagi orang-orang beriman.

Faedah Tambahan:

Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di dalam hadis ini: "Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, ... Aku mendekatinya satu hasta... Aku mendekatinya sedepa..."

Hadis ini termasuk hadis tentang sifat-sifat Allah Rabb semesta alam. Kita wajib menetapkannya sebagaimana dia datang dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan merupakan mazhab para salaf -raḍiyallāhu 'anhum-. Kita tidak memaksakan diri untuk larut membahasnya, tidak juga menafikannya. Semoga Allah merahmati hamba yang berpegang dengan Sunnah para salaf.

3/414- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki badui datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah dua hal yang pasti itu?" Beliau menjawab, "Siapa yang meninggal dalam kondisi tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun maka pasti akan masuk surga. Dan Siapa yang yang meninggal dengan dosa mempersekutukan Allah dengan sesuatu maka pasti akan masuk neraka." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

المُوجِبَتَانِ (al-mūjibatān): perkara yang mengharuskan masuk surga dan perkara yang mengharuskan masuk neraka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Fondasi tauhid menghalangi hamba dari kekal dalam neraka dan merupakan sebab masuk surga.

2) Syirik kepada Allah -Ta'ālā- adalah penghalang masuk surga dan merupakan sebab terbesar masuk neraka.

4/415- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah membonceng Mu'āż di atas hewan tunggangan, lalu ‎beliau berkata, "Wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi ‎panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Beliau berkata lagi‎‎, "Wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Beliau berkata lagi, "wahai Mu'āż!" Mu'āż menjawab, "Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah." Sebanyak tiga kali. Lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak ‎diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan ‎utusan-Nya dengan tulus dari hatinya, melainkan Allah akan ‎mengharamkan dirinya dari api neraka.‎" Mu'āż ‎bertanya, "Wahai Rasulullah! Bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada manusia agar mereka merasa gembira?" Beliau menjawab, "(Apabila ‎engkau memberitahukan hal ini kepada mereka), niscaya mereka akan ‎menyandarkan diri (pada hal ini saja)." Mu'āż kemudian menyampaikan hadis ini menjelang kematiannya karena takut berdosa (jika tidak disampaikan). (Muttafaq 'Alaih)

Kata "تَأَثما" (ta`aṡṡuman)) maksudnya: karena takut berdosa bila tidak menyampaikan hadis ini.

Kosa Kata Asing:

رَدِيْفُهُ (radīfuhu): dia ikut naik hewan tunggangan tersebut di belakang beliau.

لَبَّيْكَ (labbaika): senantiasa memenuhi panggilanmu.

سَعْدَيْكَ (sa'daika): terus-menerus membantu dalam rangka taat kepadamu.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan tauhid dan syahadat "Lā ilāha illallāh Muḥammad Rasulullāh"; yaitu siapa yang mengamalkan konsekuensinya maka Allah mengharamkan dirinya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga.

2) Waspada agar tidak menyembunyikan ilmu; sehingga para pendidik harus menerangkan kepada manusia ilmu-ilmu yang bermanfaat serta menerangkan pemahamannya, agar sebagian mereka tidak salah dalam memahami dalil agama secara tidak benar.

5/416- Abu Hurairah atau Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhumā- (perawi ragu di antara keduanya, tetapi keraguan tentang sahabat siapa tidak bermasalah karena mereka semua 'udūl/terpercaya), berkata, Ketika terjadi perang Tabuk orang-orang ditimpa kelaparan sehingga mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Sekiranya engkau mengizinkan, kami akan menyembelih unta-unta kami untuk dimakan dan diambil lemaknya?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lakukanlah!" Lantas Umar -raḍiyallāhu 'anhu- datang dan berkata, "Wahai Rasulullah! Jika engkau melakukannya, maka binatang tunggangan menjadi sedikit, akan tetapi mintalah sisa bekal mereka, lalu mohonkanlah kepada Allah untuk mereka keberkahan. Mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan padanya." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Ya." Lantas beliau meminta karpet kulit lalu membentangnya. Selanjutnya beliau meminta sisa bekal mereka. Ada yang datang membawa satu genggam jagung, yang lain datang membawa segenggam kurma, dan yang lainnya datang membawa sepotong roti. Sehingga terkumpullah sedikit sisa bekal di atas karpet kulit itu. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa memohon keberkahan, lalu bersabda, "Ambillah dan simpanlah di bejana-bejana kalian." Lantas mereka mengambil dan menyimpannya di bejana mereka sehingga tidak ada satu pun bejana di tengah pasukan melainkan mereka isi. Lalu mereka makan hingga kenyang dan masih menyisakan sisa. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah dan sesungguhnya aku utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menghadap Allah dengan membawa dua kalimat itu tanpa ada keraguan lalu dia dihalangi masuk surga." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

نَوَاضِحَنا (nawāḍiḥanā): bentuk jamak dari kata "ناضحِ" (nāḍiḥ), yaitu unta yang digunakan untuk mengangkut air.

الظَّهْر (aẓ-ẓahr): hewan yang dijadikan kendaraan.

فَضْلِ أَزْوَادِهِمْ (faḍl azwādihim): sisa bekal makanan mereka.

البَرَكَةُ (al-barakah): keberkahan, yaitu bertambah dan banyaknya kebaikan.

نِطَع (niṭa'): karpet (alas) terbuat dari kulit.

Pelajaran dari Hadis:

1) Adab para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu mereka meminta izin kepada beliau dalam perkara yang ingin mereka kerjakan. Para ulama umat hari ini, mereka adalah penerus para nabi -'alaihimuṣ-ṣalātu was-salām-. Sehingga, sepantasnya hamba-hamba Allah rajin bertanya kepada ulama-ulama mereka yang mengamalkan Al-Qur`ān dan Sunnah serta berjalan dengan petunjuk para pendahulu umat ini.

2) Anjuran saling bekerja sama antara kaum muslimin dalam semua urusan mereka, karena orang-orang beriman saling melengkapi satu sama lain.

3) Keutamaan kalimat tauhid; yaitu sebagai kunci surga bagi yang membawanya serta mengamalkan konsekuensinya berupa mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan.

6/417- 'Itbān bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, salah seorang sahabat yang mengikuti perang Badar, ia meriwayatkan: Aku menjadi imam salat pada kaumku Banī Sālim, sedangkan antara tempat tinggalku dan tempat mereka dipisahkan oleh sebuah lembah, bila terjadi hujan maka aku kesulitan untuk melewatinya menuju masjid mereka. Sehingga aku menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan aku berkata kepada beliau, "Sesungguhnya penglihatanku sudah buruk, sementara lembah yang memisahkan antara tempat tinggalku dan tempat kaumku mengalami banjir jika terjadi hujan, sehingga sulit bagiku untuk melewatinya. Aku berharap engkau bisa datang lalu salat di rumahku di tempat yang akan aku jadikan sebagai tempat salat (musalla)." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, "Aku akan lakukan." Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang kepadaku bersama Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- ketika sudah siang. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta izin untuk masuk, maka aku pun mempersilakan beliau. Belum sempat duduk beliau langsung bertanya, "Di mana tempat yang engkau inginkan agar aku salat di rumahmu?" Maka aku menunjukkan kepada beliau tempat yang aku inginkan agar beliau salat di sana. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri lalu bertakbir. Kami pun berdiri membuat saf di belakang beliau. Beliau mengerjakan salat dua rakaat kemudian bersalam. Dan kami pun ikut bersalam ketika beliau bersalam. Lalu aku menahan beliau untuk menunggu makanan dari tepung yang sedang dibuat untuk beliau. Kemudian penduduk tempat itu mendengar kehadiran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di rumahku, sehingga sebagian mereka datang berkumpul. Maka orang-orang pun menjadi banyak di rumahku. Salah seorang berkata, "Apa yang dikerjakan oleh Mālik? Aku tidak melihatnya." Yang lain berkata, "Dia ini munafik. Dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, "Jangan ucapkan seperti itu. Bukankah engkau lihat dia mengucapkan 'Lā ilāha illallāh' dengan mengharap rida Allah?!" Orang itu berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Adapun kami, demi Allah, kami tidak lihat kecuali cinta dan percakapannya kepada orang-orang munafik." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka orang yang mengucapkan 'Lā ilāha illallāh' dengan mengharap rida Allah." (Muttafaq 'Alaih)

عِتْبَان ('itbān) dengan mengkasrahkan "'ain" dan mensukunkan "tā`", setelahnya huruf "bā`". Sedangkan "الخَزِيرَةُ" (al-jazīrah) dengan "khā`" dan "zāy", yaitu tepung yang dimasak dengan lemak. Kalimat "ثَابَ رِجَالٌ", artinya: kaum laki-laki datang dan berkumpul.

Kosa Kata Asing:

اِجْتِيَازُهٌ (ijtiyāzuhu): melewatinya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Siapa yang mengucapkan "Lā ilāha illallāh" karena mengharap rida Allah maka dia diharamkan dari neraka. Ini menegaskan keagungan kalimat tauhid yang diberkahi ini.

2) Membuka pintu harapan bagi orang-orang beriman yang bertauhid yang mengerjakan amal saleh serta bersungguh-sungguh di dalamnya.

3) Wajib bagi seorang muslim untuk memenuhi undangan saudara muslimnya, karena ini adalah hak seorang muslim atas saudaranya.

7/418- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah dibawakan tawanan. Ternyata ada seorang wanita dalam tawanan itu berkeliling. Bila dia menemukan anak kecil dalam rombongan tawanan tersebut, dia mengambil dan mendekapnya di perutnya lalu menyusuinya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Menurut kalian, apakah wanita ini tega melemparkan anaknya ke dalam api?" Kami menjawab, "Tidak. Demi Allah!" Maka beliau bersabda, "Sungguh, Allah itu lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan ini kepada anaknya." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih sayang kepada hamba-Nya daripada sayangnya seorang ibu kepada anaknya. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan bagi mereka apa yang akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya dan menjauhkan mereka dari azab-Nya.

2) Mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa dan menghubungkannya dalam pengarahan dan pengajaran dengan membuat permisalan agar sesuatu dapat dipahami secara sempurna. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi sang Pengajar kebaikan. Betapa bagus cara pengajarannya!

3) Seharusnya seseorang selalu bergantung kepada Allah semata di semua keadaan dan waktunya.

8/419- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketika Allah menciptakan semua makhluk, Allah menulis di dalam sebuah kitab yang ada di sisi-Nya di atas Arasy: 'Sesungguhnya rahmat-Ku akan mengalahkan murka-Ku.'"

Dalam suatu riwayat, "telah mengalahkan murka-Ku." Dalam riwayat lain, "telah mendahului murka-Ku." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Menetapkan ketinggian Allah di atas makhluk-Nya, yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berada di atas Arasy-Nya; "(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arasy." (QS. Ṭāhā: 5)

2) Menetapkan sifat rahmat dan sifat murka bagi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-sesuai yang pantas bagi-Nya, tanpa disamakan dengan makhluk dan tanpa ditolak. Dan rahmat Allah -Ta'ālā- lebih dekat kepada hamba daripada murka-Nya.

9/420- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah telah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan Allah tahan di sisi-Nya, sedangkan satu bagian Allah turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi hingga seekor binatang mengangkat kakinya karena khawatir akan menginjak anaknya."

Dalam riwayat lain: "Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat, kemudian Allah menurunkan satu rahmat di tengah-tengah jin, manusia, binatang, dan serangga. Dengan satu rahmat itulah mereka saling mengasihi. Dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi. Dengan satu rahmat itulah hewan buas mengasihi anak-anaknya. Dan Allah mengakhirkan sembilan puluh sembilan rahmat, dengannya Allah merahmati hamba-Nya pada hari Kiamat." (Muttafaq 'Alaih)

Juga diriwayatkan oleh Muslim dari Salmān Al-Fārisiy -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah memiliki seratus rahmat. Di antaranya satu rahmat, dengan satu rahmat itu seluruh makhluk saling sayang di antara sesama mereka (di dunia). Sedang sembilan puluh sembilan lainnya untuk hari Kiamat kelak."

Dalam riwayat lain: "Allah telah menciptakan seratus rahmat ketika menciptakan langit dan bumi. Setiap satu rahmat memenuhi antara langit dan bumi. Lalu satu rahmat di antaranya diletakkan di bumi; dengannya seorang ibu menyayangi anaknya, dan binatang buas dan burung saling sayang satu sama lain. Bila tiba hari Kiamat, Allah akan menyempurnakannya dengan rahmat ini."

Kosa Kata Asing:

حَافِرُهَا (ḥāfiruhā): kakinya.

طِبَاق (ṭibāq): lapisan, maksudnya: hal itu akan memenuhi antara langit dan bumi karena saking besarnya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kasih sayang yang Allah berikan ke dalam hati hamba-hamba-Nya adalah satu bagian dari rahmat Allah secara keseluruhan.

2) Kabar gembira bagi orang-orang beriman tentang luasnya rahmat Allah, Tuhan semesta alam. Yaitu, bila mereka mendapatkan semua bentuk kasih sayang di antara mereka dengan satu rahmat yang Allah ciptakan pada mereka, maka bagaimana dengan seratus rahmat di hari Kiamat?!

10/421- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu riwayat yang beliau riwayatkan dari Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-, beliau bersabda, "Ada seorang hamba melakukan suatu dosa, lalu dia berkata, 'Ya Allah! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku melakukan dosa dan dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan siksa karena dosa.' Kemudian hamba tersebut mengulangi dosa lagi lalu berkata, 'Ya Rabbi! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku berbuat dosa, tetapi dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan memberikan siksa karena dosa.' Kemudian hamba tersebut kembali mengulangi dosa lagi lalu berkata, 'Ya Rabbi! Ampunilah dosaku.' Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, 'Hamba-Ku berbuat dosa, tetapi dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan memberikan siksa karena dosa. Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini. Silakan dia berbuat sekehendak hatinya." (Muttafaq 'Alaih)

Firman Allah Ta'ālā: "Silakan dia berbuat sekehendak hatinya" maksudnya: selama dia mengerjakan seperti itu; yakni dia berbuat dosa kemudian bertobat, Aku akan mengampuninya, karena tobat menghapuskan dosa-dosa sebelumnya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Menjelaskan karunia dan rahmat Allah kepada hamba-Nya selama mereka meyakini bahwa Allah -Ta'ālā- adalah Maha Pemelihara di semua keadaan mereka, dan ini menunjukkan keutamaan tauhid.

2) Tobat yang benar akan menghapus dosa; oleh karena itu, setiap kali hamba berbuat dosa dia harus melakukan tobat darinya.

11/422- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah akan menghilangkan kalian dan mendatangkan satu kaum yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampunan kepada Allah -Ta'ālā-, kemudian Allah memberi mereka ampunan." (HR. Muslim)

12/423- Abu Ayyūb Khālid bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun dan Allah mengampuni mereka." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran kepada para hamba untuk meraih rahmat Allah -Ta'ālā- karena Allah telah membuka untuk mereka pintu rajā` (harapan) lewat istigfar dan tobat dari dosa.

2) Kecintaan hamba kepada Rabb-nya dengan terus-menerus bertobat dan beristigfar serta merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun adalah bagian dari ketaatan yang dicintai oleh Allah -Ta'ālā-. Beruntunglah hamba yang terus-menerus mengetuk pintu langit dengan tobat dan doa.

Peringatan:

Hadis ini mengandung berita gembira berupa ampunan bagi orang yang berbuat dosa lalu beristigfar. Dan jangan sekali-kali ada yang mengira bahwa hadis ini mengandung anjuran untuk berbuat maksiat.

13/424- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami pernah duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bersama kami ada Abu Bakar, Umar, dan sejumlah sahabat lainnya -raḍiyallāhu 'anhum-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri dan beranjak pergi meninggalkan kami. Tetapi beliau lama tidak kembali. Sehingga kami khawatir jangan-jangan beliau diculik tanpa sepengetahuan kami. Kami pun merasa cemas. Segera kami bangun (mencari beliau), dan aku adalah orang yang pertama kali merasakan kekhawatiran itu. Lantas aku keluar untuk mencari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hingga aku mendatangi salah satu kebun milik kaum Ansar..." Dia menyebutkan kisah itu secara lengkap, sampai pada: "... Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pergilah! Siapa saja yang engkau temukan di balik kebun ini, dia bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dengan yakin sepenuh hati, maka berilah dia berita gembira berupa surga!" (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

نَفَرٌ (nafar): sejumlah orang, antara tiga sampai sembilan.

يُقْتَطَعَ دُوننا (yuqtaṭa' dūnanā): beliau diculik dan disiksa.

حَائطاً (hā`iṭan): kebun.

Pelajaran dari Hadis:

1) Menjelaskan besarnya kecintaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kegigihan mereka terhadap keselamatan beliau dari semua keburukan di masa hidup beliau. Adapun setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, maka kegigihan orang-orang yang bertauhid serta pengikut Sunnah terhadap keselamatan Sunnah beliau serta pembelaan mereka kepadanya adalah bagian dari menjaga keselamatan beliau.

2) Anjuran memberi kabar gembira serta membuka pintu harap kepada orang-orang beriman.

3) Tauhid adalah kunci pintu surga; oleh karena itu, hamba harus giat menjaga kebenaran tauhidnya.

14/425- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca firman Allah -'Azza wa Jalla- yang mengisahkan perkataan Ibrāhīm -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Ya Rabbi! Berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Siapa yang mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku." (QS. Ibrāhīm: 36) Juga firman Allah tentang perkataan Isā -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Mā`idah: 118) Lalu beliau mengangkat tangan sambil berdoa, "Ya Allah! Umatku, umatku." Beliau sambil menangis. Maka Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Wahai Jibril! Pergilah kepada Muhammad. Meskipun Rabb-mu lebih tahu kenapa dia menangis, tanyakanlah kepadanya apa yang membuatnya menangis?" Jibril pun datang kepada beliau. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepadanya tentang doa yang dipanjatkannya, meskipun Allah lebih tahu tentang apa yang beliau katakan. Lalu Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai Jibril! Pergilah kepada Muhammad. Sampaikanlah, 'Bahwa Kami akan membuatmu rida terkait umatmu, dan Kami tidak akan membuatmu sedih.'" (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Kasih sayang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya serta perhatian beliau terhadap maslahat mereka. Seperti inilah seharusnya sikap seorang muslim; yaitu gigih untuk memberikan kebaikan pada hamba-hamba Allah serta tidak menyulitkan mereka, sebagai wujud mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

2) Membuka pintu harap bagi umat yang tercinta ini manakala dia lurus sebagai bentuk memuliakan Nabi mereka -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

15/426- Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah dibonceng Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas keledai, beliau berkata, "Wahai Mu'āż! Apakah engkau mengetahui apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba kepada Allah?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Hak Allah atas hamba adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba kepada Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Tidakkan aku mengabarkan kabar gembira ini kepada orang-orang?" Beliau menjawab, "Jangan kabarkan kepada mereka, karena mereka nanti akan bersandar kepadanya (tidak mau beramal)." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Kabar gembira kepada orang-orang beriman berupa rahmat yang luas dari Allah -Ta'ālā- diperuntukan bagi orang yang membuktikan imannya dengan amal serta beramal dengan baik. Adapun jika lemah dan malas beramal, maka yang demikian itu hanyalah angan-angan.

2) Menafikan kesyirikan dari seorang hamba menunjukkan keikhlasan dan ketauhidan; oleh karena itu, hendaklah orang yang beriman berjuang kuat terhadap kebenaran tauhidnya.

16/427- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Seorang muslim apabila ditanya di kubur, tentu dia bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Itulah (makna) firman Allah -Ta'ālā-, "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrāhīm: 27) (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya yang beriman di dunia dan akhirat; siapa yang merealisasikan tauhid dan hidup di atas tauhid maka Allah akan memberikannya keteguhan di masa hidupnya, di kubur, dan hari kebangkitannya.

2) Tafsir yang paling baik untuk menafsirkan Kitab Allah adalah hadis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

17/428- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan kebaikan, maka dia langsung diberi balasan sebagian rezeki dunia. Sedangkan orang mukmin, sesungguhnya Allah menyimpan balasan kebaikan-kebaikannya di akhirat dan dia diberi rezeki di dunia karena ketaatannya."

Dalam riwayat lain: "Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi seorang mukmin walau satu kebaikan; dia akan diberi balasannya di dunia dan balasannya di akhirat. Adapun orang kafir, maka dia akan diberikan balasan berupa rezeki dengan sebab kebaikan-kebaikan yang dia kerjakan karena Allah -Ta'ālā- di dunia, hingga ketika dia telah berpulang ke akhirat dia tidak lagi memiliki satu kebaikan pun yang akan dibalas." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

أَفْضَىٰ (afḍā): berpindah ke akhirat.

Pelajaran dari Hadis:

1) Menjelaskan keadilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya; yaitu Allah akan memberikan balasan pahala mereka secara sempurna, sekalipun terhadap orang-orang kafir lagi durhaka, sebab keadilan termasuk perkara yang dicintai dan diridai oleh Allah.

2) Orang kafir akan diberikan balasan terhadap perbuatan baiknya di dunia. Adapun orang beriman, maka akan diberikan balasannya di dunia dan akhirat. Ini adalah kabar gembira serta harapan bagi orang-orang beriman.

18/429- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perumpamaan salat lima waktu seperti sebuah sungai yang mengalir dan melimpah di depan pintu rumah salah seorang kalian, dia mandi di sungai itu lima kali sehari." (HR. Muslim) الْغَمْرُ (al-gamr): banyak, melimpah.

Pelajaran dari Hadis:

1) Salat akan menghapus dosa, dan ini termasuk rahmat Allah kepada orang beriman, karena Allah mensyariatkan berbagai ibadah untuk mereka gunakan dalam rangka membersihkan dosa mereka.

2) Apabila Allah memberi taufik kepada hamba untuk memelihara lima salat, maka itu adalah kabar baik baginya bahwa dia termasuk di antara orang-orang yang diharapkan dosanya dihapuskan.

19/430- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, lalu jenazahnya disalati oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali Allah menerima syafaat (doa) mereka untuknya." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Menetapkan adanya syafaat orang beriman untuk orang yang meninggal bila ia termasuk yang berhak menerima syafaat. Bentuk syafaat mereka untuknya adalah doa agar Allah mengampuni dosanya.

2) Anjuran memperbanyak orang yang bertauhid dalam salat jenazah dengan harapan orang yang meninggal tersebut akan mendapatkan ampunan dengan karunia Allah -Ta'ālā-.

3) Keutamaan tauhid dan orang bertauhid serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikan.

20/431- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah kemah, kami berjumlah sekitar empat puluh orang. Beliau bersabda, "Apakah kalian rida seandainya kalian seperempat penduduk surga?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Apakah kalian rida seandainya kalian sepertiga penduduk surga?" Kami menjawab, "Ya." Kemudian beliau bersabda, "Demi Zat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya! Sungguh aku berharap kalian adalah separuh penduduk surga. Karena surga itu tidak dimasuki kecuali oleh jiwa yang beriman. Tidaklah perumpamaan kalian di tengah-tengah orang musyrik melainkan seperti sehelai bulu putih pada lembu hitam atau seperti sehelai bulu hitam pada lembu putih." (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

قُبَّة (qubbah): kemah, tenda.

Pelajaran dari Hadis:

1) Orang beriman dari kalangan umat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah mayoritas penghuni surga, dan ini menunjukkan mulianya kedudukan umat yang tercinta ini di sisi Allah -Ta'ālā-.

2) Sedikitnya jumlah orang beriman bila dibandingkan dengan jumlah orang kafir; sehingga orang beriman yang cerdas tidak akan menakar sesuatu dengan banyaknya jumlah pengikut, melainkan dia mengukur kebenaran berdasarkan kesesuaiannya dengan syariat Tuhan semesta alam, dan petunjuk generasi pertama umat ini.

3) Penyebutan kabar gembira secara bertahap dan pengulangannya beberapa kali untuk lebih memancing pembaharuan rasa syukur dari waktu ke waktu.

21/432- Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat nanti Allah menyerahkan seorang yahudi atau nasrani kepada setiap muslim lalu berfirman, 'Ini menjadi tebusanmu dari neraka.'"

Dalam riwayat lain, juga dari Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Akan didatangkan pada hari Kiamat sejumlah orang dari kalangan muslim dengan dosa seperti gunung, tetapi Allah mengampuninya bagi mereka." (HR. Muslim)

Sabda Rasulullah: "Allah menyerahkan seorang yahudi atau nasrani kepada setiap muslim lalu berfirman, 'Ini menjadi tebusanmu dari neraka'" maknanya ialah apa yang disebutkan dalam hadis riwayat Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-: "Setiap orang memiliki tempat di surga dan tempat di neraka. Ketika orang beriman masuk surga, dia digantikan oleh orang kafir di neraka, karena sebenarnya dia berhak terhadap yang demikian itu disebabkan kekafirannya."

Makna "menjadi tebusanmu": bahwa Anda pun terancam masuk neraka, lalu ini menjadi tebusanmu, karena Allah -Ta'ālā- telah menetapkan bagi neraka jumlah orang yang akan mengisinya, sehingga ketika orang kafir masuk neraka dengan sebab dosa dan kekafiran mereka, maka seakan-akan mereka sebagai tebusan bagi orang Islam. Wallāhu a'lam.

Pelajaran dari Hadis:

1) Allah telah memuliakan umat ini karena mereka beriman kepada Allah serta menjadi saksi bagi manusia.

2) Kehinaan orang yahudi dan nasrani yang telah menyelewengkan Kalam Allah -Ta'ālā- dan membunuh rasu-rasul utusan Allah -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam-, sehingga mereka menjadi tebusan bagi orang Islam.

18/22- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya, lalu Allah meletakkan tabir-Nya kepadanya. Kemudian Allah mengingatkannya dosa-dosanya; Allah bertanya, 'Apakah kamu mengenal dosa ini? Apakah kamu mengenal dosa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rabbi! Aku mengenalnya.' Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku telah menutupi dosamu itu di dunia, dan hari ini Aku ampuni dosa-dosamu.' Lantas Allah memberikan kepadanya catatan kebaikan-kebaikannya." (Muttafaq 'Alaih)

كَنَفُهُ (kanafuhu): tabir dan rahmat-Nya.

Kosa Kata Asing:

يُدنىٰ (yudnī): mendekatkan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Adanya perhatian besar Allah kepada orang-orang beriman serta menutup aib-aib mereka di dunia dan akhirat.

2) Hamba yang beriman tidak akan berdusta; karena kedustaan adalah perangai orang munafik, sedangkan kejujuran adalah perangai orang beriman.

Peringatan:

Di Antara nama Allah yang indah: As-Sittīr (Maha Menutupi), yaitu Allah senang menutupi aib orang-orang beriman. Maka, semoga Allah merahmati hamba yang membantu menutupi aib saudaranya yang mukmin.

Banyak beredar di tengah masyarakat nama "'Abdus-Sattār", dan ini salah. Karena yang merupakan nama Allah -Ta'ālā- adalah As-Sittīr. Adapaun As-Sattār, bukan termasuk Al-Asmā` Al-Ḥusnā. Sementara kewajiban kita harus terikat dengan nas agama, karena nama-nama Allah termasuk perkara tauqiīfīyah (berdasarkan wahyu); "Katakanlah, 'Kamukah yang lebih tahu atau Allah?!'" (QS. Al-Baqarah: 140)

23/434- Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang wanita, lalu dia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat: “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.” (QS. Hūd: 114) Laki-laki itu berkata, “Apakah ini (khusus) untukku, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk semua umatku secara keseluruhan.” (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

طَرَفَيِ ٱلنَّهَارِ (ṭarafain-nahār): kedua ujung siang, yaitu pagi dan petang.

زلفاً من الليل (zulafan minal-lail): sebagian malam yang dekat dari siang.

Pelajaran dari Hadis:

1) Salat adalah amal orang beriman yang paling afdal serta perkara paling baik untuk mereka saling mengingatkan.

2) Membuka pintu harapan bagi semua umat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; siapa saja yang berbuat dosa agar segera mengerjakan salat setelahnya untuk menghapus dosanya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kerjakan kebaikan setelah melakukan keburukan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya."

24/435- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Seorang lelaki datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Aku telah melanggar sebuah larangan, tegakkanlah hukumnya kepadaku!" Lantas waktu salat tiba dan dia pun salat bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Setelah selesai melaksanakan salat, orang itu berkata lagi, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku telah melanggar sebuah larangan, karena itu tegakkanlah kepadaku Kitab Allah!" Beliau bertanya, "Apakah engkau ikut salat bersama kami?" Orang itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Engkau sudah diampuni." (Muttafaq 'Alaih)

Ucapan: (أَصَبْتُ حَدّاً), maksudnya: saya melakukan sebuah maksiat yang mengharuskan hukuman ta'zīr, bukan hukuman hudud yang sebenarnya seperti zina, minum khamar, dan lainnya, karena hukuman hudud tidak gugur dengan salat, dan tidak boleh bagi pemimpin untuk meninggalkannya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Bila seorang hamba menunaikan salat secara benar sesuai syariat dan mengikuti tata cara salat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- secara lahir dan batin, maka ibadah ini akan menghapus dosanya, walaupun besar.

2) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya; yaitu Allah membuka untuk mereka pintu-pintu penghapus dosa, di antaranya salat.

25/436- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah rida kepada seorang hamba ketika dia menyantap makanan lalu dia memuji Allah atas makanan itu, atau minum lalu dia memuji Allah atas minuman itu." (HR. Muslim)

الأَكْلَةُ (al-aklah), dengan memfatahkan hamzah, yaitu satu kali makan seperti makan siang atau sore. Wallāhu a'lam.

Pelajaran dari Hadis:

1) Memuji Allah -Ta'ālā- ketika setiap kali makan dan minum adalah bentuk harapan hamba kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

2) Orang beriman mengharap rida Allah dalam aktifitas makan dan minumnya serta memanfaatkannya dalam rangka ketaatan kepada-Nya.

26/437- Abū Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- membentangkan Tangan-Nya pada waktu malam agar orang yang berbuat kesalahan di waktu siang bertobat, dan Allah membentangkan Tangan-Nya di waktu siang agar orang yang berbuat kesalahan di waktu malam bertobat, hingga matahari terbit dari arah terbenamnya." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Tobat adalah pintu yang selalu terbuka, siapa yang mengetuk pintu tersebut maka akan dibukakan baginya.

2) Besarnya rahmat Allah kepada hamba-Nya dengan menerima tobat pelaku maksiat serta membimbing mereka untuk bertobat.

27/438- Abu Najīḥ 'Amr bin 'Abasah -dengan memfatahkan "'ain" dan "bā`"- As-Sulamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Dahulu ketika aku masih di masa jahiliah, aku meyakini semua manusia dalam kesesatan dan tidak melakukan sesuatu yang berguna karena mereka menyembah berhala-berhala. Lalu aku mendengar ada seorang laki-laki di Mekah yang menyampaikan berbagai berita (wahyu). Aku pun bergegas mengendarai kendaraanku dan menuju orang itu. Ternyata orang itu adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang sembunyi-sembunyi dan diperlakukan dengan lancang oleh kaumnya. Aku pun bersikap hati-hati hingga berhasil menemui beliau di Mekah. Aku bertanya pada beliau, "Siapakah engkau ini?" Beliau menjawab, "Aku seorang nabi." Aku bertanya, "Apa itu nabi?" Beliau menjawab, "Yaitu Allah telah mengutusku." Aku bertanya, "Dengan ajaran apakah Allah mengutusmu?" Beliau menjawab, "Allah mengutusku dengan (perintah) bersilaturahmi, menghancurkan berhala, dan mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Aku bertanya, "Siapa yang mengikutimu dalam hal ini?" Beliau menjawab, "Satu orang merdeka dan satu hamba sahaya." Saat itu Abu Bakar dan Bilal -raḍiyallāhu 'anhuma- bersama beliau. Aku berkata, "Sesungguhnya aku siap mengikutimu." Beliau bersabda, "Sesungguhnya engkau tidak akan kuat melakukannya saat ini. Tidakkah engkau melihat keadaanku dan keadaan orang-orang itu? Tetapi kembalilah dulu kepada keluargamu. Jika engkau sudah mendengar berita aku telah menang, datanglah kembali kepadaku." Dia melanjutkan: Maka aku pun pulang kembali ke keluargaku. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hijrah ke Madinah, sementara aku tinggal bersama keluargaku. Aku berusaha mencari kabar dan bertanya kepada orang-orang ketika beliau datang ke Madinah. Hingga akhirnya sekelompok orang dari penduduk Madinah datang. Aku bertanya, "Apa yang dilakukan oleh orang yang datang ke Madinah itu?" Mereka menjawab, "Orang-orang bersegera menyambutnya. Kaumnya telah berusaha membunuhnya, tetapi mereka tidak berhasil melakukan itu." Lantas aku pergi ke Madinah dan menemui beliau. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah engkau mengenaliku?" Beliau menjawab, "Ya, engkau adalah orang yang dulu menemuiku di Mekah." Dia melanjutkan, maka aku berkata, 'Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku apa yang diajarkan oleh Allah kepadamu sedangkan aku tidak mengetahuinya. Beritahukan kepadaku tentang salat?" Beliau bersabda, "Laksanakanlah salat Subuh. Setelah itu jangan mengerjakan salat hingga matahari naik seukuran satu tombak, karena ketika matahari terbit, dia terbit di antara dua tanduk setan. Saat itulah orang-orang kafir bersujud kepadanya. Setelah itu salatlah, karena salat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (para malaikat), hingga bayangan tombak sampai titik paling pendek. Setelah itu berhentilah melakukan salat karena pada saat itu Jahanam dinyalakan. Jika bayangan datang lagi (setelah matahari tergelincir), maka kerjakanlah salat, karena salat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (para malaikat), hingga engkau mengerjakan salat Asar. Kemudian berhentilah melakukan salat hingga matahari terbenam, karena matahari terbenam di antara dua tanduk setan. Ketika itulah orang-orang kafir bersujud kepadanya." Dia melanjutkan, aku berkata, "Wahai Nabi Allah! Sampaikan kepadaku tentang wudu." Beliau bersabda, "Tidaklah salah seorang kalian menghadirkan air wudunya, lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya, melainkan gugur dosa-dosa mulut dan hidungnya. Kemudian ketika dia membasuh wajahnya sebagaimana yang diperintahkan Allah, gugurlah dosa-dosa wajahnya dari ujung janggutnya bersama air itu. Kemudian ketika dia membasuh kedua tangannya hingga siku, gugurlah dosa-dosa tangannya dari jari-jarinya bersama air itu. Selanjutnya ketika dia mengusap kepalanya, gugurlah dosa-dosa kepalanya dari ujung rambutnya bersama air itu. Kemudian ketika dia membasuh kedua kakinya sampai kedua mata kaki, gugurlah dosa-dosa kakinya dari jari-jarinya bersama air itu. Kemudian jika dia berdiri lalu mengerjakan salat; dia memuji, memuja dan mengagungkan Allah -Ta'ālā- dengan pujian yang pantas untuk-Nya, serta mengosongkan hatinya hanya untuk Allah -Ta'ālā- maka dia keluar dari dosanya seperti saat dia dilahirkan ibunya." Kemudian 'Amr bin 'Abasah menuturkan hadis ini kepada Abu Umāmah, seorang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Abu Umāmah berkata kepadanya, "Wahai 'Amr bin 'Abasah! Perhatikanlah apa yang engkau katakan itu! Mungkinkah seseorang akan diberi pahala sebanyak itu hanya dalam satu amalan saja?!" 'Amr menjawab, "Wahai Abu Umāmah! Umurku sudah tua, tulangku sudah rapuh, dan ajalku sudah dekat. Aku tidak memiliki kepentingan untuk berdusta atas nama Allah -Ta'ālā-, dan tidak juga atas nama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seandainya aku tidak pernah mendengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekali, dua kali, atau tiga kali -hingga dia menyebutkan tujuh kali- aku tidak akan menceritakan hadis ini selama-lamanya. Tetapi aku telah mendengarnya lebih banyak dari itu." (HR. Muslim)

Perkataan 'Amr bin 'Abasah: "جُرآءُ عليهِ قومُه", yaitu dengan "jīm" yang damah dan hamzah yang bermad, sama seperti pola: "عُلماءَ". Maksudnya: berani dan lancang, tidak takut. Inilah riwayat yang masyhur. Dan telah diriwayatkan oleh Al-Ḥumaidiy dan lainnya: "حِرَاءٌ", dengan "ḥā`" yang kasrah. Al-Ḥumaidiy berkata, "Maknanya: mereka murka dan penuh susah dan galau, telah hilang kesabaran mereka, hingga membekas di tubuh mereka. Ia berasal dari perkataan mereka, 'Ḥarā jismuhu, yaḥrā', yakni tubuhnya menyusut karena sakit, galau, dan semisalnya. Tetapi yang benar ialah menggunakan 'jīm'." Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "بينَ قَرنَي شيطانٍ": di antara dua sisi kepala setan. Maksudnya ialah sebagai perumpamaan; bahwa saat itu adalah waktu setan dan tentaranya bergerak dan berkuasa. يُقَرِّبُ وَضَوءه, maksudnya: menghadirkan air yang akan digunakan berwudu. إلَّا خَرّتْ خَطايا, dengan huruf "khā`", artiya: gugur, jatuh. Sebagian meriwayatkannya: "جرَتْ", dengan "jīm". Namun, yang benar dengan "khā`", dan ini adalah riwayat mayoritas. فَيَنْتَثِرُ, maksudnya: mengeluarkan kotoran yang ada dalam hidungnya. Adapun makna "النَّثرَةُ" (an-naṡrah): pangkal hidung.

Kosa Kata Asing:

فَتَلَطَّفْتُ (fatalaṭṭaftu): aku berhati-hati.

مُتَّبِعُكَ (muttabi'uka): siap mengikutimu untuk memenangkan Islam serta tinggal bersamamu di Mekah.

قَيْدَ رُمْحٍ (qaida rumḥin): seukuran sebuah tombak, yaitu seukuran beberapa menit setelah matahari terbit.

تُسْجَر (tusjar): dinyalakan dengan bahan bakar.

الفيء (al-fai`): bayangan setelah matahari tergelincir.

فيه (fīhi): mulutnya.

خَيَاشِيْمِهِ (khayāsyīmihi): hidungnya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memulai dakwah beliau dalam keadaan asing dan secara sembunyi-sembunyi, kemudian Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memuliakan beliau dan memuliakan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dengan diberikan kemenangan di atas muka bumi berkat kesabaran mereka terhadap gangguan dan ujian serta konsistensi mereka dalam mengharap kemenangan kepada Allah. Ini adalah pesan yang agung bagi para dai agar tidak tergesa-gesa ingin melihat pertolongan dari Allah -Ta'ālā-.

2) Menjelaskan keutamaan Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq dan Bilāl; keduanya termasuk golongan sahabat yang paling pertama masuk Islam. Semoga Allah meridai mereka.

3) Larangan melakukan tasyabbuh atau menyerupai kelakuan orang kafir, sekalipun pelakunya tidak meniatkan hal itu; karena orang yang mengerjakan salat ketika matahari terbit atau tenggelam bisa jadi tidak berniat untuk menyerupai orang kafir, walaupun demikian salat pada waktu tersebut tetap dilarang.

4) Menjelaskan keutamaan wudu; bahwa wudu merupakan penghapus dosa dan kesalahan, dan ini termasuk harapan bagi orang-orang mukmin yang bersuci.

28/439- Abū Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jika Allah -Ta'ālā- menghendaki rahmat bagi suatu umat, maka Allah mewafatkan nabi mereka sebelum mereka, lalu menjadikannya sebagai pendahulu dan panutan bagi umat itu. Dan jika Allah menghendaki kebinasaan suatu umat, maka Allah menyiksa mereka sedangkan nabi mereka masih hidup. Selanjutnya Allah membinasakan mereka sedangkan nabi mereka hidup dan menyaksikan kebinasaan mereka. Sehingga Allah menyejukkan matanya dengan kebinasaan mereka lantaran mereka mendustakan nabi tersebut dan mendurhakai perintahnya." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

فَرَطًا (faraṭan): pendahulu.

بَيْنَ يَدَيْهَا (baina yadaihā): di hadapannya.

فأَقَرَّ عيْنَهُ (fa`aqarra 'ainahu): dia merasakan bahagia dengan kebinasaan mereka akibat mereka mendustakannya dan tidak mematuhinya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Besarnya kasih sayang dan rahmat Allah kepada umat Muhammad yang tercinta -semoga Allah menambah kemuliaan mereka-, karena Allah mewafatkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum mereka.

2) Perhatian para nabi -'alaihimus-salām- kepada kaum mereka, serta kepedualian mereka dalam memelihara dan memperbaiki urusan mereka.

3) Siksaan dan pembinasaan terhadap orang kafir mengandung pembelaan terhadap agama para nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan pengikut mereka.