Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan menjadi cantik, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam dan siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang berpikir." (QS. Yūnus: 24) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahf: 45-46) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Ḥadīd: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik." (QS. Āli 'Imrān: 14) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Fāṭir: 5) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kalian akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kalian mengetahui dengan pasti, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahīm. Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kalian benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)." (QS. At-Takāṡur: 1-8) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (Al-'Ankabūt: 64) Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini sangatlah banyak dan masyhur.
1) Dunia dengan segala macam kemewahannya adalah kenikmatan yang sedikit dan akan sirna, sehingga orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai negeri persinggahan, bukan negeri untuk menetap.
2) Rahmat Allah kepada hamba-Nya, yaitu Allah mengingatkan mereka agar tidak teperdaya dengan kenikmatan dunia lalu membukakan mereka pintu-pintu akhirat.
maka tidak bisa dihitung jumlahnya, sehingga kita akan sebutkan sebagiannya untuk mengingatkan yang lainnya.
1/457- 'Amr bin 'Auf Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengutus Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrāh -raḍiyallāhu 'anhu- ke Bahrain untuk mengambil jizyah (upeti) penduduknya. Lalu Abu 'Ubaidah datang membawa harta dari Bahrain. Lantas orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, mereka pun melaksanakan salat Fajar bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Usai salat, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beranjak pergi, sehingga orang-orang Ansar menghadang beliau. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersenyum manakala melihat mereka, lalu bersabda, "Aku kira kalian sudah mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah dari Bahrain dengan membawa sesuatu?" Mereka menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Bergembiralah dan berharaplah dengan sesuatu yang menyenangkan kalian. Demi Allah! Bukan kefakiran yang aku khawatirkan pada kalian. Tetapi yang aku khawatirkan pada kalian ialah dibentangkannya kenikmatan dunia pada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, sehingga kalian berlomba-lomba kepadanya sebagaimana mereka telah berlomba-lomba kepadanya, lalu dunia membinasakan kalian sebagaimana membinasakan mereka." (Muttafaq 'Alaih)
بِجِزْيَتِهَا (bi jizyatihā): maksudnya, dengan jizyah penduduknya. Mayoritas penduduk Bahrain adalah Majusi. Jizyah adalah harta yang yang diserahkan oleh orang kafir zimi sebagai bentuk ketundukan kepada pemerintah Islam, juga sebagai imbalan ketetapannya dalam kekafiran. Jizyah itu dia berikandalam rangka mendapatkan keamanan pada keluarga, harta, dan agamanya.
فَوافَوْا (fawfau): mereka berkumpul dan hadir.
1) Ada kalanya hidup miskin lebih baik bagi seseorang, karena harta umumnya membuat manusia zalim.
2) Sempurnanya petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengobati jiwa manusia dengan tepat; yaitu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang Ansar, lalu beliau memberi mereka kabar gembira dan harapan agar hati mereka tenang.
2/458- Abū Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar sedangkan kami duduk mengelilingi beliau. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara hal yang aku takutkan menimpa kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan harta dunia serta perhiasannya yang akan dibukakan untuk kalian." (Muttafaq 'Alaih)
1) Terpana dengan dunia yang sampai membuat lupa kepada akhirat adalah yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap umat beliau.
2) Kasih sayang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya, juga kepedulian beliau terhadap keselamatan mereka serta kekhawatiran beliau mereka akan terikat dengan dunia yang fana lalu lalai terhadap akhirat yang kekal. Seperti inilah seharusnya para dai yang berdakwah mengajak manusia kepada Allah -Ta'ālā-, supaya bersungguh-sungguh di dalam memberi petunjuk kepada manusia.
3) Berita dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang keadaan umat beliau serta kemewahan dunia yang akan dibukakan kepada mereka.
3/459- Masih dari Abu Sa‘īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menyerahkan urusannya kepada kalian, lalu melihat apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah kepada fitnah dunia dan takutlah kepada fitnah wanita." (HR. Muslim)
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا (mustakhlifukum fīhā): menjadikan kalian sebagai penguasa yang saling mewarisi.
1) Seseorang boleh menikmati kenikmatan dunia yang halal, sesungguhnya kenikmatan dunia manis dan hijau.
2) Tugas manusia di dunia adalah menegakkan ibadah kepada Allah -Ta'ālā-: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Aż-Żariyāt: 56)
4/460- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang hakiki selain kehidupan akhirat." (Muttafaq 'Alaih)
1) Kehidupan indah yang berusaha diwujudkan dan didambakan oleh orang yang diberi taufik ialah kehidupan negeri akhirat. Adapun kehidupan dunia, maka dia adalah kehidupan yang tercemar dengan berbagai macam musibah dan ujian.
2) Anjuran agar orang beriman memberikan perhatian terhadap apa yang ada di sisi Allah, karena itu yang akan kekal dan tidak putus kenikmatannya.
5/461- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jenazah itu akan diikuti oleh tiga hal: keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang, dan satu yang akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq 'Alaih)
1) Yang akan berguna bagi orang yang meninggal adalah amal salehnya. Sehingga berbahagialah orang yang datang ke kuburnya dengan bekal yang baik.
2) Keluarga dan harta adalah titipan pada hamba, kemudian masing-masing orang akan pergi menemui Tuhannya dan meninggalkan titipan tersebut.
6/462- Masih dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari Kiamat kelak akan dihadirkan orang yang paling merasakan nikmat di dunia dari kalangan penduduk neraka, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam neraka. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu kebaikan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kenikmatan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah, ya Rabbi.’ Kemudian dihadirkan orang yang paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga, lalu dia dicelupkan sekali celupan ke dalam surga. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai anak Adam! Apakah kamu pernah melihat satu penderitaan sekalipun? Apakah kamu pernah merasakan satu kesengsaraan sekalipun?’ Dia menjawab, ‘Demi Allah! Tidak pernah. Aku tidak pernah sama sekali merasakan satu penderitaan. Tidak juga pernah melihat satu kesengsaraan sekalipun.” (HR. Muslim)
يُصْبَغُ في النَّارِ صَبْغَةً: dicelupkan ke dalam neraka satu kali celupan.
بُؤْسًا (bu`san): kemiskinan dan kesulitan.
1) Kenikmatan dan kesengsaraan dunia tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan surga dan siksa neraka. Ini mengandung anjuran untuk mengharapkan surga dan bersabar dari penderitaan dunia.
2) Pemberian karunia oleh Allah kepada para pelaku maksiat dan kerusakan di dunia tidak menjadi bukti bahwa Dia mencintai mereka. Tetapi itu adalah bentuk menyegerakan balasan sedikit kebaikan mereka di dunia. Sehingga ketika menghadap Allah mereka tidak lagi memiliki apa-apa di akhirat kecuali siksa.
7/463- Al-Mustaurid bin Syaddād -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang kalian mencelupkan telunjuknya ke lautan, maka lihatlah (dunia) pada apa yang tersisa (di tangannya)!" (HR. Muslim)
اليَمُّ (al-yamm): laut.
1) Dunia ini hina dan akan sirna; orang yang cerdas adalah yang menjadikannya sebagai kendaraan dan sarana yang baik untuk meraih akhirat.
2) Boleh membuat perumpamaan untuk memudahkan memahami makna tertentu.
8/464- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati pasar sementara orang-orang ikut berjalan di kanan dan kiri beliau. Kemudian beliau melewati bangkai anak kambing yang telinganya kecil. Beliau mengambil anak kambing itu dan memegang telinganya lalu bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak akan sudi membelinya dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?" Beliau bertanya, "Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian dengan cuma-cuma?" Mereka menjawab, "Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya kecil. Apalagi dia sudah jadi bangkai." Maka beliau bersabda, "Demi Allah! Sungguh, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini di mata kalian." (HR. Muslim)
Kata "كَنَفتَيْهِ" (kanafataihi), maksudnya: di dua sisi beliau. Sedangkan "الأَسَكُّ (al-asakk): yang bertelinga kecil.
1) Dunia dengan seluruh isinya lebih hina di sisi Allah dari bangkai hewan yang cacat. Tapi sungguh mengherankan, bagaimana bisa dunia menipu dan memperdaya banyak manusia?!
2) Kewajiban orang berilmu untuk mengingatkan manusia tentang hinanya dunia serta menganjurkan mereka untuk bersikap zuhud di dalamnya dan memperingatkan mereka agar tidak teperdaya dengannya. Tetapi, tidak tercela orang yang menikmati kenikmatan halal yang ada padanya, dengan syarat dia tidak lupa akhirat.
9/465- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah berjalan bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di tanah berbatu Madinah, hingga Uhud berada di hadapan kami. Beliau bersabda, "Wahai Abu Żarr!" Aku menjawab, "Aku memenuhi seruanmu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tidaklah membuatku senang jika aku mempunyai emas seperti Uhud lalu tiga hari berlalu sementara masih tersisa bersamaku satu dinar dari emas tersebut, kecuali sebagian yang aku simpan untuk (membayar) utang. Melainkan aku membagikan emas itu kepada hamba-hamba Allah; begini, begini, dan begini." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau. Kemudian beliau berjalan dan bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang banyak hartanya adalah orang-orang yang paling sedikit pahalanya pada hari Kiamat. Kecuali yang memperlakukan hartanya begini, begini, dan begini -sambil berisyarat ke sebelah kanan, kiri, dan belakang beliau- tetapi sedikit sekali mereka itu." Lantas beliau bersabda, "Diamlah di tempatmu. Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Setelah itu beliau berjalan di kegelapan malam hingga tidak terlihat. Tiba-tiba aku mendengar suara keras sehingga membuatku cemas jangan-jangan ada orang yang berbuat buruk kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku pun ingin menyusul beliau, tetapi aku teringat ucapan beliau: "Jangan beranjak hingga aku datang kepadamu!" Sehingga aku tidak beranjak sampai beliau datang. Aku berkata, "Aku mendengar sebuah suara yang membuatku khawatir." Dan aku menceritakan hal itu kepada beliau. Beliau bertanya, "Apakah engkau mendengarnya?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Itu adalah suara Jibril yang datang kepadaku. Dia berkata, 'Siapa saja dari umatmu yang meninggal dunia tanpa ia menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, niscaya dia masuk surga.'" Aku bertanya, "Meskipun dia berzina dan meskipun mencuri?" Beliau bersabda, "Meskipun dia berzina dan mencuri." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)
10/466- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Seandainya aku mempunyai emas seperti gunung Uhud, tentu aku sangat senang sekali jika tidak berlalu tiga malam dalam keadaan aku masih memiliki sebagian harta itu kecuali sedikit yang aku sisihkan untuk (bayar) utang." (Muttafaq 'Alaih)
حَرَّةٌ (ḥarrah): tanah berbatu hitam.
أَرْصِدُهُ (arṣiduhu): aku menyiapkannya, atau aku menyimpannya.
1) Menjelaskan keutamaan tauhid dan dosa yang dihapuskannya, bahwa orang yang merealisasikan tauhid secara sempurna akan masuk surga tanpa azab dan hisab.
2) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia disertai sikap kanaah yang sempurna dalam hati beliau. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada beliau.
3) Umumnya orang yang banyak harta di dunia akan bersikap zalim dan sombong: "Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup." (QS. Al-'Alaq: 6-7)
4) Adab Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- yang bagus terhadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu dia menjunjung perintah Rasulullah dan tidak menyelisihinya sekalipun untuk suatu hajat dan maslahat kuat. Seluruh kebaikan ada pada mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang maksum.
5) Harta adalah sebaik-baik sarana penolong bagi hamba yang saleh dengan menginfakkannya pada pos-pos kebaikan, dan hamba yang diberi taufik adalah yang diberikan ilmu dan harta lalu dia menginfakkan hartanya berdasarkan ilmunya pada pos-pos kebaikan.
11/467- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawah kalian (dalam urusan dunia), dan janganlah melihat orang yang ada di atas kalian. Hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kalian." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan: "Bila salah seorang kalian telah melihat orang yang dilebihkan harta dan rupanya, hendaklah dia melihat orang yang di bawahnya."
أَجْدَرُ (ajdar): lebih pantas.
تَزْدَرُوْا (tazdarū): menganggap kecil dan meremehkan.
1) Anjuran mensyukuri nikmat Allah -Ta'ālā- walaupun kadar nikmat yang dimilikinya masih berada di bawah yang lain.
2) Agama Islam datang untuk memperbaiki jiwa dan meluruskan keadaan manusia.
12/468- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Binasalah budak dinar, dirham, pakaian beludru, dan kain wol bermotif. Jika diberi ia rida, tetapi jika tidak diberi dia tidak rida." (HR. Bukhari)
تَعِسَ (ta'isa): binasa.
القَطِيْفَةُ (al-qaṭīfah): pakaian yang mengandung beludru
الخَمِيْصَةُ (al-khamīṣah): kain bermotif.
1) Manusia pasti memiliki sembahan, antara menjadi hamba Allah atau hamba syahwat.
2) Orang tercela adalah orang yang disibukkan harta dari beribadah kepada Allah -Ta'ālā-, sehingga dia akan senang bila diberi harta dan bersedih ketika tidak diberi.
13/469- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia bercerita, "Aku telah melihat tujuh puluh orang di antara ahli sufah, tidak seorang pun di antara mereka yang mengenakan atasan (selendang). Sebagian hanya memakai bawahan (sarung). Dan sebagian hanya memakai kain yang mereka ikat di leher; ada yang sampai setengah betis dan ada yang sampai mata kaki, sehingga kain itu harus dipegang dengan tangannya karena tidak mau auratnya terlihat." (HR. Bukhari)
أَهْلِ الصُّفَّةِ (ahl aṣ-ṣuffah/ahli sufah): tamu-tamu Islam dari kalangan orang-orang fakir sahabat, mereka tinggal di sebuah tempat di bagian belakang Masjid Nabawi yang dikenal dengan nama aṣ-ṣuffah.
رِدَاء (ridā`): pakaian atasan yang hanya menutup bagian atas badan.
الإِزَار (al-izār): pakaian bawahan yang hanya menutup bagian bawah badan.
1) Bersikap sederhana dalam kehidupan dunia adalah kebiasaan para tokoh umat ini, di antaranya ahli sufah dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) Hidup serba kekurangan tidak menghalangi seseorang dari berjuang dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan. Mereka orang-orang yang zuhud itu, di tangan merekalah negeri-negeri kafir ditaklukkan serta hati-hati manusia diislamkan. Wahai orang yang miskin dan sabar, jangan bersedih!
14/470- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dunia itu penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim)
1) Hinanya dunia bagi Allah, sehingga Allah menjadikannya mirip seperti penjara bagi orang beriman.
2) Siapa yang seluruh dunianya diisi dengan kesenangan murni dan tidak pernah diitimpa musibah hendaklah mengecek hati dan amalnya, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menggambarkan keadaan orang beriman bersama dunia seperti keadaan penjara.
15/471- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir!"
Dahulu Ibnu 'Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- memberikan nasihat, "Apabila engkau berada di sore hari maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari! Pergunakanlah waktu sehatmu untuk (menyongsong) waktu sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu untuk (menyambut) kematianmu!" (HR. Bukhari)
Dalam menjelaskan hadis ini, para ulama berkata, "Maksudnya: janganlah engkau tunduk kepada dunia, jangan dijadikan ia sebagai tempat tinggal tetap, jangan bisiki dirimu untuk hidup lama di dalamnya ataupun memberikan perhatian besar kepadanya, jangan bergantung kepadanya kecuali seperti hubungan orang asing pada selain negerinya, jangan sibukkan diri padanya kecuali seperti kesibukan orang asing di selain negerinya yang ingin pulang ke keluarganya. Wabillāhi at-taufīq."
1) Tindakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang memegang pundak Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- menunjukkan kecintaan beliau kepadanya.
2) Anjuran agar guru memegang pundak anak didik ketika proses pengajaran dan nasihat, yaitu untuk mengakrabkan sekaligus menjaga konsentrasinya.
3) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk memberikan berbagai kebaikan kepada umatnya.
4) Manusia di dunia ini sedang melakukan safar, sehingga dunia ini bukan tempat tinggal tetap, tetapi hanya tempat singgah.
5) Orang beriman di dunia ini adalah orang asing, karena surga adalah tempat tinggal pertamanya: "Wahai Adam! Tinggallah engaku dan istrimu di dalam surga." (QS. Al-Baqarah: 35) Tetapi musuhnya adalah setan. Dialah yang mengeluarkannya dari surga dan menawannya. Sehingga orang beriman sekarang hidup di dalam penjara para tawanan, seharusnya ia selalu rindu untuk pulang ke negeri aslinya.
16/472- Abul-'Abbās Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku lakukan, maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia." Beliau bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dengan apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu!" (Hadis hasan, HR. Ibnu Mājah dan lainnya dengan sanad yang bagus).
1) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk menanyakan perkara yang berguna bagi diri mereka dan yang mendekatkan mereka kepada Allah -Ta'ālā-.
2) Siapa yang hidup sederhana di dunia dan merindukan apa yang ada di sisi Allah niscaya akan dicintai oleh Allah.
3) Anjuran supaya tidak rakus terhadap apa yang ada di tangan orang lain; oleh karena itu, para rasul -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam- tidak pernah meminta upah kepada manusia.
17/473- An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- mengatakan bahwa Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan berbagai karunia dunia yang diperoleh kaum muslimin, lalu dia berkata, "Sungguh aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari meringkuk kelaparan, dan beliau tidak mendapatkan kurma (meskipun) jelek untuk mengisi perutnya." (HR. Muslim)
الدَّقَلُ (ad-daqal), dengan memfatahkan "dāl", dan "qāf", artinya: kurma yang jelek.
1) Dunia bukan ukuran keadaan dan kedudukan seseorang di sisi Allah; lihatlah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang merupakan makhluk paling mulia di sisi Allah -Ta'ālā-, beliau melalui malam dengan meringkuk kelaparan.
2) Sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan kesabaran beliau dalam menghadapi kelaparan serta lebih mengedepankan akhirat daripada dunia.
18/474- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan bernyawa, kecuali sedikit gandum di rak milikku. Maka aku pun memakannya dalam kurun waktu cukup lama. Lalu aku menakarnya untuk mengetahui banyaknya, akhirnya gandum itu pun habis." (Muttafaq 'Alaih)
شَطْر شَعيرٍ (syaṭru sya'īr), maksudnya: sedikit gandum, demikian dijelaskan oleh Tirmizi.
ذُوْ كّبِدٍ (żū kabid): yang bernyawa.
1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap dunia dan potret kehidupan rumah tangga beliau.
2) Siapa yang diberikan rezeki oleh Allah atau diberikan suatu kemuliaan maka dia wajib ingat bersyukur kepada Allah -Ta'ālā-.
19/475- 'Amr bin Al-Ḥāriṡ, saudara Juwairiyah binti Al-Ḥāriṡ Ummul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Ketika meninggal dunia, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki maupun perempuan,ataupun harta lainnya kecuali bagal putih yang beliau kendarai, senjata beliau, dan tanah yang beliau berikan kepada umat Islam sebagai sedekah." (HR. Bukhari)
1) Para nabi tidak meninggalkan warisan dinar ataupun dirham, tetapi semua yang mereka tinggalkan adalah sedekah.
2) Siapa yang berharap untuk bertemu Allah -Ta'ālā- maka ia hendaklah meringankan beban dunianya, kecuali yang menjadi sarana menuju akhirat.
20/476- Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami berhijrah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena mengharapkan rida Allah -Ta'ālā-. Maka Allah telah menetapkan pahala bagi kami. Setelahnya sebagian kami meninggal dunia sebelum menikmati sedikit pun dari pahalanya (di dunia ini). Di antaranya adalah Muṣ'ab bin 'Umair -raḍiyallāhu 'anhu-. Dia terbunuh dalam perang Uhud dan hanya meninggalkan selembar kain; apabila kami tutup kepalanya akan terlihat kakinya, dan apabila kami tutup kakinya akan terlihat kepalanya. Sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk menutup kepalanya (dengan kain) dan menutup kakinya dengan sedikit iżkhir. Dan sebagian kami dipanjangkan umurnya dan mendapatkan buah pahalanya serta memetiknya (di dunia ini)." (Muttafaq 'Alaih)
النَمِرَةُ (an-namirah): kain dari wol dengan motif warna. Perkataan Khabbāb bin Al-Aratt: "أَيْنَعَت" (aina'at), maksudnya: matang dan mendapatkan. Sedangkan kata "يَهْدبُهَا" (yahdibuhā), dengan memfatahkan "yā`", lalu mendamahkan "dāl", dan boleh juga dikasrahkan, artinya: memetik dan memanen. Ini adalah perumpamaan terhadap kenikmatan dunia yang Allah -Ta'ālā- buka dan berikan kepada mereka.
الإِذْخِر (al-iżhir): jenis tumbuhan yang memiliki aroma sedap.
1) Menggambarkan kesabaran para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam memikul berbagai kesulitan dalam rangka membela agama Islam; yaitu mereka berhijrah demi mendapatkan pahala dari Allah -Ta'ālā-. Sehingga sepantasnya orang beriman mengikuti jejak mereka yang merupakan generasi pertama umat ini.
2) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memberikan kenikmatan dunia kepada yang disukai dan yang tidak disukai, sedangkan agama dan akhirat tidak akan diberikan kecuali kepada siapa yang disukai.
21/477- Sahl bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya dunia di sisi Allah nilainya sebanding dengan sayap lalat, Dia tidak akan memberi minum orang kafir walau seteguk air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Hinanya dunia di sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yaitu tidak setara nilai sayap lalat.
2) Dunia akan bernilai ketika Anda menjadikannya sebagai jalan untuk Anda lewati, bukan untuk Anda hidupkan seakan-akan Anda akan kekal padanya lalu mengisolir akhirat seakan-akan Anda lupa dengannya.
22/478- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ketahuilah bahwa dunia itu terlaknat, terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali zikir kepada Allah -Ta'ālā- dan apa yang mengikutinya, serta orang yang alim dan yang menuntut ilmu." (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadis hasan")
مَلْعُونَةٌ (mal-'ūnah): hina, dilaknat atau dimurkai.
1) Semua yang ada di dunia hanyalah permainan dan senda gurau, kecuali zikir kepada Allah dan yang menjadi sarananya, sehingga orang yang cerdas adalah yang mengetahui nilai dunia dan tipu daya yang dikandungnya.
2) Kemuliaan ilmu dan orang berilmu, mereka adalah orang-orang yang disucikan dari kehinaan dunia fana ini.
3) Manusia dalam hal ilmu terbagi menjadi dua: orang berilmu dan penuntut ilmu, dan keduanya ada di atas jalan keselamatan. Silakan menjadi salah satu dari keduanya, niscaya Anda selamat dan beruntung.
23/479- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mengumpulkan kebun, sehingga menyebabkan kalian mencintai dunia! (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
الضَّيْعَةَ (aḍ-ḍai'ah): tanah, kebun.
1) Larangan menimbun harta dunia, karena dapat membuat hati condong kepadanya serta lalai terhadap akhirat.
2) Antusiasme Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menunjuki umat ini ke jalan kebaikan serta menjauhkan mereka dari jalan keburukan.
24/480- Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat pada saat kami sedang merenovasi gubuk kami. Beliau bertanya, "Apa yang kalian kerjakan ini?" Kami menjawab, "Gubuk sudah rapuh. Kami memperbaikinya." Beliau lantas bersabda, ”Kurasa datangnya kematian lebih cepat dari ini." (HR. Abu Daud dan Tirmizi dengan sanad Bukhari dan Muslim, dan Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
خُصّاً (khuṣṣan): rumah yang terbuat dari kayu dan bambu serta diperbaiki dengan tanah. Dinamakan demikian (al-khuṣṣ), karena memiliki banyak lubang dan celah (al-khuṣāṣ).
1) Memperbaiki rumah ketika rusak dan hampir roboh tidak termasuk bergantung kepada dunia yang tercela.
2) Kewajiban seseorang agar selalu mengingat kematian serta meyakininya sangat dekat.
3) Maksud dari arahan Nabi di sini yaitu memotong kecenderungan hati kepada dunia, bukan meninggalkannya secara keseluruhan: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia." (QS. Al-Qaṣaṣ: 77)
25/481- Ka'ab bin 'Iyāḍ -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Ujian dengan berbagai jenis fitnah adalah sunatullah pada semua umat, namun ingatlah: bahwa orang yang berbahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah serta yang diuji lalu dia bersabar.
2) Tamak terhadap dunia adalah sebab rusaknya hubungan antara manusia karena akan melahirkan sikap kikir, sementara sifat kikir dapat mengakibatkan ikatan silaturahmi berantakan: "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, lalu kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaanmu?" (QS. Muḥammad: 22)
3) Seseorang harus zuhud terhadap dunia dan mengejar akhirat, serta agar dunia ia tempatkan di tangannya, bukan di hatinya.
4) Orang yang paham adalah yang menjadikan harta seperti kamar buang air; tidak bisa dihilangkan, tetapi tidak dicintai.
26/482- Abu 'Amr, juga dikatakan Abu Abdillah dan Abu Lailā, Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada hak bagi anak Adam selain dari perkara-perkara ini, yaitu: rumah yang ditempati, pakaian yang menutup auratnya, roti tawar (tanpa lauk), dan air." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih") [1].
Imam Tirmizi berkata, Aku mendengar Abu Daud Sulaimān bin Sālim Al-Balkhiy berkata, "Aku mendengar An-Naḍr bin Syumail berkata, 'الجِلفُ (al-jilf) ialah roti tanpa lauk.' Yang lain menyatakan bahwa ia roti yang kasar. Al-Harawiy juga mengatakan bahwa maksudnya adalah tempat roti seperti bejana besar.
Hadis ini termasuk riwayat isrā`īliyyāt (riwayat dari Bani Israil). Imam Ahmad -raḥimahullāh- berkata tentang Ḥuraiṡ bin As-Sā`ib, salah seorang rawi hadis ini, "Dia telah meriwayatkan satu hadis munkar dari 'Uṡmān, dari Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, padahal itu bukan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam." Hadis munkar tersebut adalah hadis ini. Diriwayatkan dari Ad-Dāraquṭniy, bahwa dia pernah ditanya tentang hadis ini, maka dia berkata,
"Ḥuraiṡ keliru (wahm) dalam hadis ini. Yang benar adalah dari Al-Ḥasan bin Ḥumrān, dari sebagian Ahli Kitab."
27/483- Abdullah bin Asy-Syikhkhīr (dengan mengkasrahkan "khā`" yang bertasydid) -raḍiyallāhu 'anhu-, berkata, Aku pernah menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang membaca Surah Alhākumut-Takāṡur. Selanjutnya beliau bersabda, "Anak Adam selalu berkata, 'Hartaku, hartaku.' Wahai anak Adam! Tidak ada harta yang menjadi milikmu kecuali yang engkau makan sampai habis, atau yang engkau kenakan sampai usang, atau yang engkau sedekahkan dan engkau simpan (pahalanya)." (HR. Muslim)
1) Agama Islam telah meletakkan semua urusan secara proporsional; yaitu ia menganjurkan pada akhirat yang merupakan negeri yang selalu diidamkan, dan juga menganjurkan mengambil bagian dari dunia tanpa ditimbun dan berlebih-lebihan.
2) Harta yang bermanfaat adalah yang dijadikan sebagai sarana menuju akhirat, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sedekah.
28/484- Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah! Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Beliau berkata kepadanya, "Pikirkanlah apa yang engkau katakan itu." Dia berkata, "Demi Allah. Sungguh aku benar-benar mencintaimu." Dia mengulangnya sebanyak tiga kali. Maka beliau bersabda, "Jika engkau benar mencintaiku, maka siapkanlah perisai untuk menghadapi kemiskinan, karena kemiskinan lebih cepat kepada orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
التِّجْفَافُ (at-tijfāf), dengan mengkasrahkan "tā`", mensukunkan "jīm", serta ada dua huruf "fā`", yaitu sesuatu yang dipakaikan pada kuda untuk melindunginya dari serangan senjata. Kadang ia juga dipakai oleh manusia.
1) Tidak ada hubungan antara kaya dan cinta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena tanda cinta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sungguh-sungguh mengikuti dan memegang teguh sunah beliau. Siapa yang lebih mengikuti Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka dialah yang lebih mencintai beliau.
2) Telah sahih dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sebaik-baik harta yang halal adalah yang ada pada hamba yang saleh." Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memuji harta yang halal jika berada pada orang yang tepat.
3) Siapa yang bersungguh-sungguh mengikuti Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- semestinya bersikap sederhana dalam kenikmatan dunia. Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mukmin antara cinta yang tulus kepada negeri akhirat bersama tenggelam dalam kenikmatan dunia.
Mungkin sebagian orang akan salah memahami hadis ini, yaitu bahwa kemiskinan akan selalu menyertai orang bertakwa. Padahal tidak ada korelasi antara keduanya. Bahkan, bisa jadi terkumpul antara kaya dan kelapangan rezeki bersama ketakwaan dan cinta Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Hanya saja, maksud hadis ini adalah agar bersabar terhadap ujian secara umum, bahwa ujian secara takdir pasti terjadi pada seorang mukmin untuk mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahannya.
Hal ini ditunjukkan oleh riwayat lain hadis ini dalam Ṣaḥīḥ Ibni Ḥibbān dari Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa ia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya mengatakan, "Demi Allah. Ya Rasulullah, sungguh aku benar-benar mencintaimu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda kepadanya, "Sesungguhnya ujian lebih cepat menimpa orang yang mencintaiku daripada kecepatan banjir ke tempat terakhirnya."
29/485- Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah dua serigala lapar yang dilepas pada sekawanan kambing lebih merusak daripada kerusakan akibat sikap tamak seseorang pada harta dan kemuliaan terhadap agamanya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Sikap tamak untuk mengumpulkan harta dengan cara apa pun termasuk yang merusak agama, karena kekayaan jika tidak disertai dengan ketakwaan akan menjadikan seseorang berbuat zalim.
2) Jiwa memiliki sifat sangat tamak, sehingga seseorang harus mengajari jiwanya sifat kanaah.
30/486- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah tidur di atas tikar, lalu beliau bangun dan tikar tersebut meninggalkan bekas di lambung beliau. Kami berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya kami diizinkan mengadakan kasur untukmu." Beliau bersabda, "Aku tidak memiliki ketertarikan sedikit pun kepada dunia. Tidaklah aku di dunia ini kecuali seperti seorang musafir yang berteduh di bawah sebuah pohon kemudian dia melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pohon itu."
(HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
وِطَاءً (wiṭā`): kasur yang dijadikan alas dan tempat tidur.
1) Menjelaskan sikap zuhud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kesederhanaan beliau terhadap dunia; "Sungguh, telah ada teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah." (QS. Al-Aḥzāb: 21)
2) Mengumpamakan kehidupan dunia seperti istirahatnya seorang musafir di bawah naungan pohon, sungguh betapa cepat dunia ini akan berlalu!
31/487- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang-orang miskin masuk surga lima ratus tahun lebih awal sebelum orang-orang kaya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis sahih")
1) Orang-orang miskin adalah penghuni surga yang paling pertama masuk, karena orang-orang miskin yang sabar tidak memiliki sesuatu yang menyibukkan mereka dari akhirat.
2) Harta pada umumnya menghalangi dan memperlambat seseorang dari amal saleh. Maka siapa yang ditakdirkan miskin agar bersabar dan memuji Allah -Ta'ālā- serta bergembira dengan kabar gembira dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini.
32/488- Ibnu 'Abbās dan 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhum- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku memandang ke surga, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku memandang ke neraka, maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah para wanita." (Muttafaq 'Alaih dari riwayat Ibnu 'Abbās)
Juga diriwayatkan oleh Bukhari dari riwayat 'Imrān bin Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhu-.
33/489- Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya masih tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka." (Muttafaq 'Alaih)
الجَدُّ (al-jadd) ialah keuntungan dan kekayaan. Hadis ini telah dijelaskan sebelumnya dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah.
1) Orang miskin adalah mayoritas penghuni surga. Tetapi perlu diketahui bahwa orang miskin bukan masuk surga karena dia miskin! Melainkan dia masuk surga dengan amal salehnya serta kesabarannya terhadap ujian kemiskinan.
2) Anjuran kepada para wanita agar mengerjakan amal saleh untuk menjaga diri mereka dari neraka.
3) Surga dan neraka telah diciptakan dan sudah ada.
34/490- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Ucapan penyair yang paling benar adalah yang diucapkan oleh Labīd, yaitu: 'Ketahuilah bahwa segala sesuatu selain Allah adalah batil.'" (Muttafaq 'Alaih)
Labīd adalah Labīd bin Rabī'ah. Ia salah satu tokoh penyair pada masa jahiliah. Dia mendapatkan masa turunnya agama Islam, lalu datang sebagai utusan kabilahnya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia meninggalkan syair setelah masuk Islam.
ما خَلا الله: selain Allah.
1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berargumentasi dengan syair yang baik, dan kadang beliau berargumentasi dengan setengah bait syair.
2) Segala sesuatu selain Allah -Ta'ālā- adalah batil dan akan sirna, tidak bisa memberi manfaat. Sehingga segala sesuatu yang diniatkan karena Allah akan langgeng dan berkelanjutan. Tetapi sesuatu yang diniatkan bukan untuk Allah akan putus dan tidak bersambung.
3) Kebenaran harus diterima dari mana pun datangnya, tanpa melihat siapa yang mengucapkannya.