Terjemahan yang Berlaku English عربي

3- BAB SABAR

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah, dan teguhkanlah kesabaranmu." (QS. Āli 'Imrān: 200) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (QS. Asy-Syūrā: 43) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu." (QS. Muḥammad: 31) Ayat-ayat yang berisikan perintah sabar dan menjelaskan keutamaannya banyak sekali dan sangat populer.

Faedah Tambahan:

Sabar secara bahasa artinya menahan. Sedangkan secara syariat adalah menahan diri pada tiga perkara. Pertama: pada ketaatan kepada Allah; kedua: dari perbuatan yang Allah haramkan; ketiga: terhadap takdir Allah yang mendatangkan rasa sakit.

Pelajaran dari Ayat:

1) Perintah Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- kepada orang-orang beriman agar bersabar di atas ketaatan kepada-Nya, meninggalkan maksiat, dan rida kepada ketentuan dan takdir-Nya.

2) Musibah akan senantiasa menimpa orang-orang beriman sebagai ujian bagi mereka dan untuk memberikan pahala atas kesabaran mereka; masing-masing sesuai kadar iman dan sabar yang dimiliki.

3) Sabar termasuk akhlak mulia dan perbuatan terpuji yang tidak akan kuasa melakukannya kecuali orang-orang yang jantan.

1/25- Abu Mālik Al-Ḥāriṡ bin 'Āṣim Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bersuci itu setengah dari iman, ucapan alhamdulillah memenuhi timbangan, ucapan subḥānallāh dan alḥamdulillāh memenuhi antara langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar sebagai sinar, dan Al-Qur`ān sebagai hujah yang akan membelamu atau yang akan memberatkanmu. Semua orang keluar bekerja di pagi hari lalu menjual dirinya; maka antara dia memerdekakannya atau membinasakannya. (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

يَغْدُو (yagdū): keluar bekerja.

مُعْتِقُهَا (mu'tiquhā): memerdekakannya dari azab.

مُوبِقُهَا (mūbiquhā): menjatuhkan dirinya dalam kebinasaan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan bersuci dalam Islam, hingga dianggap setengah dari iman.

2) Menjelaskan keutamaan berzikir kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta besarnya pahalanya.

3) Salat akan memberi cahaya bagi pelakunya kepada jalan kebenaran di dunia dan di atas sirat di akhirat.

4) Keutamaan sabar; yaitu merupakan perkara terpuji yang menerangi hamba ketika mengalami kesulitan besar. Ia disifati sebagai sinar karena dapat membakar dan menerangi disebabkan karena berat dan sulitnya kesabaran.

5) Memberikan perhatian kepada Kitab Allah -'Azza wa Jalla- dengan membaca, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkannya serta mencukupkan diri dengan wahyu yang ada di dalamnya daripada yang lain. Inilah yang dilakukan oleh orang beriman yang antusias kepada Kitab Allah -Ta'ālā-.

2/26- Abu Sa'īd Sa'ad bin Mālik bin Sinān Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa beberapa orang Ansar datang meminta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka beliau memberi mereka, kemudian mereka minta lagi dan beliau memberi mereka lagi hingga habis yang ada pada beliau, maka Nabi berkata kepada mereka setelah memberikan seluruh yang beliau punya, "Apa pun harta yang aku punya, aku tidak akan menahannya dari kalian, namun siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaga kehormatannya, siapa yang mencukupkan diri (dengan karunia Allah), maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang melatih diri untuk bersabar, maka Allah akan menjadikannya penyabar. Tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada anugerah kesabaran." (Muttafaq ‘Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Bila hamba menjaga diri dari perbuatan haram maka Allah -'Azza wa Jalla- akan menjaga serta melindunginya dan keluarganya dari perkara-perkara yang haram serta fitnah-fitnahnya.

2) Bila hamba mencukupkan diri dengan pemberian Allah dari apa yang ada di tangan orang lain maka Allah akan menjadikannya tidak butuh kepada manusia serta Allah menjadikannya berjiwa mulia dan jauh dari perbuatan minta-minta.

3) Di antara nikmat yang paling afdal untuk seorang hamba adalah bila dia sabar dalam semua urusannya.

3/27- Abu Yahya Ṣuḥaib bin Sinān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sangat mengagumkan sekali keadaan orang mukmin itu. Semua keadaannya itu merupakan kebaikan baginya, dan yang demikian itu berlaku hanya bagi orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila dia ditimpa oleh kesulitan (musibah), ia pun bersabar dan hal ini pun merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim)

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran agar bersyukur ketika lapang; yang demikian itu termasuk sebab adanya tambahan nikmat.

2) Orang beriman yang sempurna imannya serta tulus keyakinannya akan bersyukur kepada Allah ketika lapang dan bersabar ketika sulit.

3) Keutamaan sabar; yaitu merupakan sifat orang beriman yang paling khusus.

4/28- Anas raḍiyallāhu 'anhu mengisahkan, Ketika sakit Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- semakin berat dan mengalami sekarat, Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Aduhai sangat berat sakit ayahku!", Maka beliau bersabda, "Ayahmu tidak akan menderita lagi sesudah hari ini." Ketika beliau telah wafat, Fatimah berkata, "Duhai sang ayah, dia menyambut Tuhan yang memanggilnya. Duhai sang ayah, surga Firdaus menjadi tempatnya. Duhai sang ayah, kepada Jibril kami menyampaikan berita duka." Setelah beliau dikubur, Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Apakah hati kalian merasa tenang menimbunkan tanah kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?!" (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

يَتَغَشَّاه الْكَرْبُ (yatagasysyāhul-karbu): beliau mengalami beratnya sekarat.

نَنْعَاه (nan'āhu): menyampaikan kabar kematian.

Pelajaran dari Hadis:

1) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sama seperti manusia lainnya; mengalami sakit serta merasakan lapar dan dahaga, sehingga tidak boleh meminta pertolongan (istigasah) kepada beliau, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian awam. Semoga Allah membimbing mereka untuk mewujudkan tauhid dan keikhlasan kepada Rabb alam semesta.

2) Tidak mengapa adanya ratapan yang ringan jika tidak disebabkan karena ketidakridaan kepada Allah -'Azza wa Jalla-, melainkan disebabkan oleh rasa sedih yang besar.

3) Anjuran untuk bersabar ketika musibah dan tidak murka.

5/29- Abu Zaid Usāmah bin Zaid bin Ḥāriṡah, mantan budak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kesayangan beliau dan putra orang kesayangan beliau -raḍiyallāhu 'anhumā- mengisahkan bahwa putri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengirim utusan, "Sungguh, putraku sedang sekarat. Kunjungilah kami." Beliau lantas mengirim utusan dan menitip salam. Beliau berpesan, "Sesungguhnya milik Allahlah segala yang Dia ambil, dan kepunyaan-Nya pula segala yang Dia beri, dan segala sesuatu di sisi-Nya telah ditentukan, maka hendaklah kamu bersabar dan mengharap pahala dari Allah." Maka putri beliau mengirim utusan dan bersumpah agar beliau datang. Beliau lalu bangkit dan bersama beliau Sa'ad bin Ubādah, Mu'āż bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Ṡābit, dan beberapa orang lainnya -raḍiyallāhu 'anhum-. Lalu anak kecil itu diangkat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan beliau mendudukkannya di pangkuan beliau sementara napasnya tersengal-sengal sehingga kedua mata beliau berlinang. Sa'ad berkata, "Wahai Rasulullah! Apa ini?" Beliau bersabda, "Kesedihan ini adalah rasa kasih sayang yang Allah -Ta'ālā- berikan ke hati hamba-hamba-Nya." Dalam riwayat lain: "ke hati siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan Allah hanya akan mengasihi hamba-hamba-Nya yang pengasih." (Muttafaq 'Alaih)

تَقَعْقَعُ (taqa'qa'u): bergerak dan bergetar.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban sabar ketika musibah dan tidak murka.

2) Sifat tawaduk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta perhatian beliau pada urusan para sahabat; yaitu beliau berbahagia dengan kebahagiaan mereka dan bersedih dengan kesedihan mereka.

3) Boleh menangis karena kasihan kepada orang yang mengalami musibah, tetapi dengan syarat tidak disertai ratapan; yaitu para wanita berkumpul kemudian menangis berlebihan serta meninggikan suara karena kematian seseorang; ini hukumnya haram.

4) Orang-orang yang saling menyayangi di dunia maka Allah akan menyayangi mereka di dunia dan akhirat, karena di antara sebab rahmat Allah -'Azza wa Jalla- adalah kasih sayang di antara makhluk.

6/30- Ṣuhaib -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang raja yang hidup sebelum kalian, ia memiliki tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah tua, ia berkata kepada raja, 'Aku sudah tua, maka kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.' Lalu raja mengirimkan seorang pemuda yang bisa ia ajari sihir. Di jalan yang dilalui pemuda tersebut ada seorang pendeta. Pemuda ini mendatanginya dan mendengar petuahnya, lalu ia suka pada petuah tersebut. Sehingga, apabila ia ingin mendatangi tukang sihir, ia pasti melewati pendeta itu dan duduk menyimak ajarannya. Ketika ia datang pada tukang sihir ia pasti dipukul. Maka ia mengeluhkan hal itu kepada pendeta. Pendeta berkata, 'Bila engkau takut dipukul tukang sihir, katakan kepadanya, 'Keluargaku menahanku.' Bila engkau takut pada keluargamu (karena terlambat pulang), katakan, 'Si tukang sihir menahanku.' Tatkala ia masih dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ia bertemu seekor hewan besar yang menghalangi jalan orang banyak. Ia berkata, 'Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah pendeta yang lebih baik?' Ia mengambil batu lalu berkata, 'Ya Allah! Bila ajaran pendeta lebih Engkau sukai dari ajaran tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini agar orang-orang bisa lewat.' Ia lalu melemparkan batu itu padanya dan berhasil membunuhnya. Orang-orang pun bisa lewat. Lalu ia mendatangi pendeta dan memberitahukan peristiwa itu kepadanya. Pendeta berkata, 'Wahai anakku! Hari ini engkau lebih baik dariku. Perkaramu telah sampai satu tingkatan seperti yang aku lihat, dan engkau akan mendapat ujian. Apabila engkau mendapat ujian jangan memberitahukan keberadaanku.' Pemuda ini bisa menyembuhkan orang buta, belang, dan mengobati orang-orang dari penyakit-penyakit lainnya. Maka salah seorang menteri raja yang buta mendengar kehebatan pemuda ini. Ia pun mendatanginya dengan membawa hadiah yang banyak. Ia berkata, 'Apa yang ada di sini menjadi milikmu semuanya jika engkau bisa menyembuhkanku.' Pemuda itu berkata, 'Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Hanya Allah yang bisa menyembuhkan. Jika engkau beriman pada Allah, aku akan berdoa kepada-Nya lalu Dia akan menyembuhkanmu.' Maka ia beriman, lalu Allah menyembuhkannya. Menteri ini pun mendatangi raja lalu duduk di dekatnya seperti biasa. Raja berkata, 'Siapa yang menyembuhkan matamu?' Ia menjawab, 'Rabb-ku.' Raja berkata, 'Engkau memiliki tuhan selain aku?' Ia berkata, 'Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah.' Maka raja menangkapnya lalu terus menyiksanya hingga ia memberitahukan tentang pemuda itu. Lalu pemuda itu ditangkap dan dibawa menghadap raja. Raja pun berkata, 'Wahai anakku! Ilmu sihirmu telah mencapai tingkatan tinggi sehingga bisa menyembuhkan orang buta dan belang, dan engkau bisa melakukan ini dan itu.' Pemuda itu berkata, 'Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, hanya Allah yang menyembuhkan.' Raja menangkapnya dan terus menyiksanya hingga ia memberitahukan keberadaan si pendeta. Lalu pendeta itu didatangkan, dan dikatakan padanya, 'Tinggalkan agamamu!' Namun ia tidak mau. Lalu raja meminta gergaji yang kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya, lalu raja membelahnya hingga kedua sisi tubuhnya terjatuh di tanah. Setelah itu, menteri raja didatangkan dan dikatakan padanya, 'Tinggalkan agamamu!' Namun ia tidak mau, lalu raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya lalu membelahnya hingga kedua sisi tubuhnya jatuh di tanah. Setelah itu pemuda tadi didatangkan lalu dikatakan padanya, 'Tinggalkan agamamu!' Namun pemuda itu tidak mau. Lalu raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, dan berpesan, 'Bawalah ia ke gunung ini dan ini. Bawalah ia naik. Apabila kalian telah sampai di puncaknya, lalu jika ia mau meninggalkan agamanya, (biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkan ia dari atas gunung.' Mereka pun membawanya hingga naik ke puncak gunung. Pemuda itu berdoa, 'Ya Allah! Selamatkan aku dari mereka dengan sekehendak-Mu.' Gunung itu lantas mengguncangkan mereka hingga mereka jatuh. Pemuda itu lalu mendatangi raja. Raja bertanya, 'Apa yang terjadi dengan orang-orang yang membawamu?' Pemuda itu menjawab, 'Allah menyelamatkanku dari mereka.' Lalu raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya yang lain, raja berkata, 'Bawalah ia pergi lalu naikkan ia ke sebuah perahu, lalu bawalah ia ke tengah laut. Jika ia mau meninggalkan agamanya, (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau meninggalkannya, lemparkan dia.' Mereka pun membawanya ke tengah laut. Pemuda itu berdoa, 'Ya Allah! Selamatkan aku dari mereka dengan sekehendak-Mu.' Perahu itu akhirnya terbalik dan mereka semua tenggelam. Pemuda itu lalu mendatangi raja. Raja bertanya, 'Apa yang terjadi pada orang-orang yang membawamu?' Ia menjawab, 'Allah telah menyelamatkanku dari mereka.' Maka ia berkata kepada raja, 'Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau mau melakukan apa yang aku perintahkan.' Raja bertanya, 'Apa yang kau perintahkan?' Pemuda itu berkata, 'Engkau kumpulkan semua orang di satu tanah lapang dan engkau menyalibku di atas pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian letakkan anak panah itu di tengah-tengah busur, selanjutnya ucapkan: Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini. Kemudian bidiklah aku. Bila engkau melakukannya pasti engkau bisa membunuhku.' Maka raja mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang dan ia menyalib pemuda itu di atas pelepah. Kemudian ia mengambil anak panah dari tempat anak panahnya, selanjutnya meletakkan anak panah itu di tengah-tengah busur. Kemudian ia mengucapkan, 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.' Kemudian ia membidiknya hingga anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya tepat di tempat panah menancap lalu ia mati. Orang-orang berkata, 'Kami beriman pada Rabb pemuda itu. Kami beriman pada Rabb pemuda itu. Kami beriman pada Rabb pemuda itu.' Raja didatangi dan diberi laporan, 'Tahukah Anda apa yang Anda khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran Anda itu telah menimpa Anda. Orang-orang telah beriman.' Maka raja itu memerintahkan pembuatan parit di jalanan. Parit-parit pun dibuat dan api dinyalakan (di dalamnya). Raja berkata, 'Siapa yang tidak meninggalkan agamanya, lemparkan ke dalamnya.' Atau dikatakan padanya, 'Masuklah.' Mereka pun melakukan perintah itu, hingga datang seorang wanita yang bersama bayinya. Ia mundur agar tidak terjatuh dalam parit api. Maka bayi itu berkata, 'Wahai ibuku! Bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.'" (HR. Muslim)

ذِرْوَةُ الْجَبَلِ (żirwatul-jabal): puncak gunung. Huruf "Żāl" dapat dikasrahkan dan didamahkan. الْقُرْقُورُ (al-qurqūr): salah satu jenis kapal. الصَّعِيدُ (aṣ-ṣa'īd): tanah yang terbuka. الأُخْدُودُ (al-ukhdūd): galian di tanah mirip sungai kecil (parit). أُضْرِمَ (uḍrimu): menyalakan. انْكَفَأَتْ (inkafa`at): terbalik. تَقَاعَسَتْ (taqā'asat): berhenti dan takut.

Kosa Kata Asing:

اَلْأَكْمَهُ (al-akmah): orang yang buta sejak lahir. اَلْأَبْرَصُ (al-abraṣ): orang yang memiliki penyakit warna putih di kulit dan keluar di atas permukaan badan (kusta).

اَلْأَدْوَاءُ (al-adwā`): penyakit.

فِيْ كَبِدِ الْقَوْسِ (fī kabidil-qaus): di bagian tengah busur; yaitu bagian pegangannya ketika memanah.

صُدْغه (ṣudgah): bagian muka antara mata dan daun telinga.

بِأَفْوَاهِ السِّكَكِ (bi afwāhis-sikak): di gang-gang jalan.

خُدَّتْ (khuddat): digali. فَأَقْحِمُوْه (fa aqḥimūhu): mereka melemparkannya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran belajar sejak kecil; belajar di masa kecil seperti memahat di atas batu.

2) "Orang-orang yang beriman dan mereka bertakwa", merekalah wali-wali Allah -Ta'ālā-, dan mereka memiliki keramat yang berasal dari Allah -Ta'ālā- karena keutamaan mereka di sisi-Nya.

3) Di antara bentuk kasih sayang Allah -'Azza wa Jalla- bahwa Allah mengabulkan doa orang dalam kondisi terjepit ketika dia berdoa kepada-Nya.

4) Anjuran untuk berkorban di jalan dakwah kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan menampakkan kebenaran.

5) Bersabar terhadap gangguan orang-orang kafir, ahli bidah, dan ahli maksiat adalah salah satu pintu jihad fi sabilillah, dan merupakan amal saleh paling besar ketika masa fitnah.

6) Menauhidkan Allah -'Azza wa Jalla- serta mengikhlaskan amal kepada-Nya merupakan hak Allah -Ta'ālā- yang paling besar terhadap seluruh hamba, dan merupakan alat untuk mengukur dekat dan jauhnya seorang hamba kepada Allah -'Azza wa Jalla-. Semakin kuat iman seorang hamba serta semakin besar kedudukan tauhid di dalam hatinya maka dia akan semakin dekat dan semakin mulia di sisi Allah -'Azza wa Jalla-. Juga, semakin lemah iman dan tauhidnya, maka dia akan semakin jauh dan hina.

7) Perkara terpenting untuk didakwahkan oleh orang yang berilmu kepada manusia adalah perkara tauhid dan larangan melakukan kesyirikan dengan berbagai model dan macamnya. Apakah kita telah tahu apa yang pertama kita harus dakwahkan kepada manusia?!

7/31- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengisahkan, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati seorang perempuan yang menangis di sisi sebuah kubur, maka beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah." Dia berkata, "Menjauhlah dariku. Sungguh kamu tidak pernah ditimpa seperti musibah yang menimpaku." Sementara dia tidak mengenal beliau. Maka ada yang berkata kepadanya, "Sesungguhnya beliau adalah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Maka dia mendatangi rumah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan dia tidak menemukan penjaga di rumah beliau, lalu dia berkata, "Aku tidak mengenal engkau." Nabi bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu saat goncangan pertama." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim: "Dia menangisi anak kecil laki-lakinya."

Pelajaran dari Hadis:

1) Akhlak baik Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam berdakwah kepada kebenaran serta kasih sayang beliau kepada manusia.

2) Sabar yang dipuji pelakunya adalah kesabaran ketika goncangan pertama.

8/32- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda, "Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Tidak ada balasan (yang pantas) dari-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, apabila Aku mewafatkan orang yang dicintainya dari penghuni dunia, kemudian dia rida dengan musibah tersebut, melainkan Surga.'" (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

الصَّفِيُّ (aṣ-ṣafiy): yang dicintai; yaitu orang pilihan baik anak, ibu, ayah, saudara, paman, atau teman.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sabar menghadapi wafatnya orang yang kita cintai dari dunia; seorang hamba bila mengharapkan pahalanya kepada Allah maka baginya surga.

2) Allah -'Azza wa Jalla- menampakkan kebaikan dan kemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya; yaitu Allah memberikan mereka ganti berupa pahala yang besar karena sabar, maka berbahagialah orang-orang yang sabar.

9/33- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang taun (penyakit wabah), maka beliau mengabarinya, bahwa "Taun adalah azab yang Allah -Ta'ālā- kirim kepada siapa yang Dia kehendaki. Kemudian Allah -Ta'ālā- menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seorang hamba diuji berada di negeri yang dilanda taun lalu dia diam bertahan di negerinya itu dengan penuh sabar dan mengharap pahala, yaitu dia meyakini bahwa dia tidak akan ditimpa kecuali oleh sesuatu yang telah Allah takdirkan untuknya, melainkan dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid." (HR. Bukhari)

10/34- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata; Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Apabila Aku menguji hamba-Ku pada kedua matanya (dibutakan), lalu dia bersabar, Aku akan menggantinya dengan surga.'" (HR. Bukhari)

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sabar dan mengharap pahala; keduanya saling terkait. Bila hamba ingin meraih pahala sabar maka sabarnya harus karena Allah -'Azza wa Jalla-, bukan untuk kepentingan duniawi.

2) Seharusnya orang mengalami musibah taun (wabah) agar tetap tinggal di negerinya serta bersabar dan mengharap pahala, berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bila kalian mendengar taun menimpa suatu tempat maka janganlah datang ke sana. Tetapi bila taun terjadi di sebuah tempat dan kalian ada di sana, maka janganlah kalian keluar karena lari darinya." (HR. Bukhari)

3) Siapa yang dicintai oleh Allah -Ta'ālā- maka Allah akan mengujinya, untuk menghilangkan dari dirinya satu keburukan, atau menghapus satu dosa, atau mengangkat satu derajat baginya di dunia dan akhirat."

4) Surga adalah balasan paling besar, karena nikmat-nikmatnya kekal abadi. Sebab itu, setiap kali seseorang ditimpa satu keburukan hendaknya dia meminta surga sebagai gantinya.

11/35- 'Aṭā` bin Abi Rabāh berkata, Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata kepadaku, "Maukah engkau aku tunjuki seorang wanita penghuni surga?" Aku berkata, "Tentu." Dia menjelaskan, "Dialah wanita berkulit hitam yang datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, seraya berkata, 'Aku mengalami penyakit kesurupan, akibatnya auratku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku.' Beliau bersabda, Jika engkau mau bersabar, maka bagimu surga. Tetapi jika mau, aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu.' Dia berkata, 'Aku akan bersabar. Tetapi auratku tersingkap (saat kesurupan), berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap.' Maka Nabi mendoakannya." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sabar; yaitu sebab untuk masuk surga.

2) Boleh memberi kesaksian masuk surga bagi orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

3) Rasa malu yang tinggi pada wanita-wanita sahabat -raḍiyallāhu 'anhunna-; maka wajib bagi para wanita muslimah hari ini untuk meneladani mereka serta memakai pakaian yang menutup aurat, karena Allah telah memuji mereka atas hal itu.

12/36- Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Seakan-akan aku sedang melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika menirukan perbuatan seorang Nabi yang dipukul oleh kaumnya hingga ia terluka dan berdarah, kemudian ia mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa, Ya Allah! Ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.'" (Muttafaq 'Alaih)

Kosa Kata Asing:

يَحْكِي نَبيّـاً (yaḥkī nabiyyan): menirukan seorang nabi serta melakukan seperti yang dilakukan oleh nabi terdahulu yang mengalami ujian seperti ujian yang dialami oleh nabi kita pada perang Uhud. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada mereka.

Pelajaran dari Hadis:

1) Meneladani kesabaran para nabi dalam menghadapi gangguan ketika menyampaikan dakwah kepada manusia.

2) Tidak menyikapi orang-orang yang jahil sebanding dengan perlakuan mereka, tetapi orang yang beriman akan sangat memaafkan gangguan orang-orang yang jahil.

3) Tidak meminta disegerakan azab untuk para penentang dan musuh agama.

13/37- Abu Sa'īd dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan bahkan duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan itu." (Muttafaq ‘Alaih)

الْوَصَبُ (al-waṣab): penyakit.

14/38- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang demam, aku berkata, "Ya Rasulullah, engkau mengalami demam yang sangat tinggi." Beliau berkata, "Ya, tentu saja. Sesungguhnya aku menderita sakit panas sebagaimana yang diderita oleh dua orang dari kalian." Aku bertanya, "Yang demikian karena engkau diberi pahala dua kali lipat?" Beliau menjawab, "Benar, persis demikian. Tidaklah seorang muslim ditimpa satu keburukan, berupa duri ataupun yang lebih besar, kecuali dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan digugurkan dosa-dosanya seperti pohon menggugurkan dedaunannya." (Muttafaq 'Alaih)

الوَعْكُ (al-wa'ku): serangan demam, atau bermakna demam.

Kosa Kata Asing:

نَصَبٌ (naṣab): kepayahan.

Pelajaran dari Hadis:

1) Di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman, Allah menghapus kesalahan-kesalahannya dengan ujian kegelisahan dan kesusahan yang menimpanya, serta kepayahan dan penyakit, dan lain sebagainya.

2) Semakin berat penyakit dan penderitaan yang dialami seorang hamba, lalu dia bersabar, Allah akan melipatgandakan pahalanya serta menggugurkan dosa-dosanya.

3) Seseorang jangan sampai menggabungkan antara penderitaan dan kehilangan pahala; maka hendaknya dia bersabar dan tidak murka ketika ada musibah.

15/39- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang Allah kehendaki (mendapat) kebaikan, Allah akan memberinya musibah." (HR. Bukhari)

Kata (يُصِبْ) harakatnya dengan mengkasrahkan huruf "ṣād" dan memfatahkannya.

Kosa Kata Asing:

يُصِبْ مِنْهُ (yuṣib minhu): Allah menakdirkan musibah kepadanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Menghadapi ujian dengan sabar dan mengharap pahala menjadi sebab Allah mengangkat derajat dan menghapus dosa.

2) Musibah yang dialami orang beriman adalah bukti Allah mencintainya dan menginginkan kebaikan baginya.

16/40- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah sekali-kali kalian mengharapkan kematian lantaran satu keburukan yang menimpanya. Jika terpaksa melakukan, hendaklah dia mengucapkan; Ya Allah, panjangkanlah hidupku selama kehidupan lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Larangan mengharapkan kematian ketika ada ujian dan musibah, karena hal ini bertentangan dengan kewajiban bersabar serta menunjukkan ketidakridaan pelakunya.

2) Hamba yang beriman menyerahkan urusannya kepada Allah disertai keinginan bertemu Allah -'Azza wa Jalla-; sebab manusia yang paling baik adalah yang panjang usianya dan baik perbuatannya.

17/41-Abu Abdillah Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- dia berkata, Kami datang mengadu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang berbaring berbantalkan selimutnya di bawah naungan Kakbah; kami berkata, "Tidakkah engkau memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa untuk kami?" Maka beliau berkata, "Sungguh, dahulu orang-orang sebelum kalian diuji; seseorang diambil lalu dibuatkan galian di tanah dan dia dimasukkan ke dalamnya. Kemudian didatangkan gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya, lalu dia digergaji menjadi dua, dan disisir dengan sisir besi antara daging dan tulangnya. Tapi itu semua tidak membuatnya murtad dari agamanya. Demi Allah, Allah benar-benar akan menyempurnakan agama ini hingga seorang pengendara berjalan dari San'a menuju Hadramaut tidak ada yang ditakuti kecuali Allah dan kecuali serilaga terhadap kambingnya. Tetapi kalian terlalu terburu-buru." (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain: "Beliau sedang berbaring berbantalkan selimut, sementara kami mendapatkan ujian berat dari orang-orang musyrikin."

Kosa Kata Asing:

مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً (mutawassidun burdatan): menjadikan selimutnya sebagai bantal di bawah kepalanya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban bersabar terhadap gangguan dari musuh-musuh umat Islam, disertai melakukan upaya-upaya meraih kemenangan dan pertolongan.

2) Di antara bukti kenabian: kebenaran apa yang dikabarkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu terwujudnya akhir manis dari kesabaran yang beliau kabarkan berupa disempunakannya agama ini.

14/42- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ketika perang Ḥunain, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi bagian yang lebih dari hasil rampasan perang untuk beberapa orang. Beliau memberi Al-Aqra' bin Ḥābis seratus unta dan memberi 'Uyainah bin Ḥiṣn juga seperti itu. Juga, beliau memberi bagian yang lebih kepada beberapa pemuka Arab. Lantas seseorang berkata, 'Demi Allah, ini pembagian yang tidak adil dan tidak diridai Allah.' Maka aku bergumam, 'Demi Allah, aku akan melaporkannya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.' Aku pun melaporkan apa yang dia katakan tadi. Maka wajah beliau berubah dan memerah. Kemudian beliau bersabda, Lalu siapa yang bisa adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil?!' Lantas beliau melanjutkan, Semoga Allah merahmati Nabi Musa; beliau disakiti lebih dari ini, tetapi tetap bersabar.' Maka aku pun berkata, 'Sungguh, saya tidak akan melaporkan lagi kepada beliau suatu pembicaraan setelahnya.'" (Muttafaq 'Alaih)

Ucapan Ibnu Mas'ūd: (كَالصِّرْفِ), dengan huruf "ṣād" yang kasrah, bermakna warna merah.

Kosa Kata Asing:

لَا جَرَمَ (lā jarama): sungguh, artinya hal itu terwujud.

Pelajaran dari Hadis:

1) Pemimpin boleh memberi bagian yang lebih kepada orang yang dilihat ada maslahat dalam memberinya, misalnya untuk meluluhkan hati.

2) Manusia harus mengikuti para nabi dalam kesabaran menghadapi penderitaan dan mengharap pahala di sisi Allah -Ta'ālā-; bila disakiti maka dia menghibur diri dengan mengingat penderitaan yang menimpa nabi-nabi sebelum kita -ṣallallāhu 'alaihim wa sallam-.

19/43- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia segerakan balasan dosanya di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia tahan balasan dosanya hingga Dia memberinya dengan sempurna pada hari Kiamat."

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka. Siapa yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan")

Pelajaran dari Hadis:

1) Hukuman di dunia menggugurkan dosa.

2) Manusia wajib bersabar terhadap musibah agar mendapat keridaan dari Allah -'Azza wa Jalla-.

3) Penundaan hukuman oleh Allah -'Azza wa Jalla- kepada para pelaku maksiat adalah bentuk istidraj kepada mereka; hukumannya itu diakhirkan karena satu hikmah dan menunggu waktu yang telah Allah -Ta'ālā- tetapkan. Sebagaimana dalam firman-Nya, "Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa."

Faedah Tambahan:

Di dalam hadis-hadis ini terdapat petunjuk yang jelas bahwa orang beriman ketika semakin kuat imannya maka ujiannya akan bertambah, dan ketika imannya semakin lemah maka ujiannya akan berkurang. Ini mengandung bantahan terhadap orang-orang yang lemah akal dan kecerdasan yang menyangka bahwa orang beriman ketika ditimpa ujian menunjukkan dia tidak diridai di sisi Tuhannya. Ini adalah sangkaan yang batil dan tolok ukur yang salah karena mengukur rida Allah di akhirat dengan kelapangan di dunia. Allah berfirman, "Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya."

20/44- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Abu Ṭalḥah -raḍiyallāhu 'anhu- memiliki seorang anak laki-laki, dia sakit. Abu Ṭalḥah keluar, lalu anak itu dicabut nyawanya. Ketika Abu Ṭalḥah kembali dia bertanya, 'Apa yang dilakukan anakku?' Ummu Sulaim, ibu anak itu, berkata, 'Dia sangat tenang.' Lalu dia menyuguhkan kepadanya makan malam. Maka Abu Ṭalḥah segera makan malam, kemudian menggauli istrinya. Setelah selesai, Ummu Sulaim berkata, 'Kuburkanlah anak kita.' Ketika pagi hari, Abu Ṭalḥah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu mengabarkannya kepada beliau. Beliau bertanya, 'Apakah kalian berhubungan tadi malam?' Dia menjawab, 'Ya.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah mereka berdua.' Kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang anak. Abu Ṭalḥah berkata kepadaku, 'Bawalah dia kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.' Abu Ṭalḥah juga mengirim beberapa biji kurma. Nabi bertanya, 'Apakah ada sesuatu bersamanya?' Dia menjawab, 'Ya, beberapa biji kurma.' Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambilnya, kemudian mengunyahnya, selanjutnya mengeluarkan dari mulutnya dan menempatkannya di mulut anak kecil tersebut kemudian menahniknya dan memberinya nama Abdullah." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam riwayat Bukhari: Ibnu 'Uyainah mengisahkan bahwa seorang laki-laki dari kaum Ansar berkata, "Aku melihat sembilan anak, semuanya penghafal Al-Qur`ān." Maksudnya anak-anak Abdullah yang disebutkan kelahirannya di atas.

Dalam riwayat Imam Muslim: "Putra Abu Ṭalḥah dari istrinya Ummu Sulaim meninggal dunia. Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, 'Jangan beritahukan Abu Ṭalḥah tentang anaknya. Nanti aku yang memberitahunya.' Abu Ṭalḥah datang, lalu dia menyuguhkan makan malam kepadanya. Maka Abu Ṭalḥah makan dan minum. Kemudian Ummu Sulaim berhias untuknya dengan yang lebih bagus dari sebelum-sebelumnya. Maka Abu Ṭalḥah berhubungan badan dengannya. Ketika Ummu Sulaim telah melihatnya kenyang serta telah berhubungan dengannya, dia berkata, 'Ya Abu Ṭalḥah, apa pendapatmu, bila suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka meminta apa yang mereka pinjamkan itu; apakah mereka boleh tidak memberikannya?' Abu Ṭalḥah menjawab, 'Tidak boleh.' Lalu Ummu Sulaim berkata, 'Berharaplah pahala dengan kematian putramu.' Abu Ṭalḥah pun marah seraya berkata, 'Engkau biarkan aku, kemudian ketika aku telah junub (karena jimak), baru engkau mengabariku tentang putraku?!' Dia bergegas pergi dan menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengabarkan beliau apa yang telah terjadi. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lantas berdoa, 'Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua.' Kemudian Ummu Sulaim pun hamil." Anas melanjutkan ceritanya, "Pernah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjalanan sedangkan Ummu Sulaim ikut bersamanya. Sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila masuk Madinah setelah dari perjalanan, beliau tidak akan mendatangi keluarganya malam-malam. Maka saat mereka telah dekat dari Madinah, Ummu Sulaim mengalami kontraksi, sehingga Abu Ṭalḥah tertahan karena menemani istrinya. Sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah berangkat. Abu Ṭalḥah berkata, 'Ya Rabb, sesungguhnya Engkau mengetahui aku senang bila pergi bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau bersafar serta pulang bersama beliau ketika beliau pulang. Tetapi aku tertahan, seperti yang Engkau lihat.' Ummu Sulaim berkata, 'Wahai Abu Ṭalḥah, aku tidak lagi merasakan yang tadi kurasakan. Berangkatlah.' Kemudian kami pun berangkat. Lalu dia mengalami kontraksi lagi setelah mereka berdua masuk Madinah dan melahirkan seorang anak." Anas bercerita, "Ibuku berkata, 'Wahai Anas, tidak boleh ada seorang pun yang menyusuinya kecuali setelah kamu membawanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.' Ketika pagi hari, aku segera membawanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Kemudian dia menyebutkan kelanjutan hadis di atas.

Kosa Kata Asing:

أَعَرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ (a 'arastum al-lailah): apakah kalian berhubungan badan tadi malam?

تَلَطَّخْتُ (talaṭṭakhtu): adalah kiasan bagi kotor karena berhubungan badan.

لا يَطْرُقُهَا طُروُقًا (lā yaṭruquhā ṭurūqan): tidak masuk padanya di malam hari.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban para wanita hari ini adalah menjadikan para wanita sahabat -raḍiyallāhu 'anhunna- sebagai teladan dalam kesabaran mereka, seperti Ummu Sulaim -raḍiyallāhu 'anhā-.

2) Di antara bentuk kepandaian seseorang adalah memilihkan nama yang paling baik bagi putra dan putrinya.

3) Siapa yang bersabar serta mengharap pahala ketika musibah, maka Allah -'Azza wa Jalla- akan memberinya ganti yang lebih baik daripada apa yang menimpanya pada diri dan keluarganya.

21/45- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda, "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat. Sesungguhnya ‎orang kuat ialah siapa yang dapat menahan dirinya ketika marah.‎" (Muttafaq ‘Alaih)

الصُّرَعَةُ (aṣ-ṣur'ah) dengan mendamahkan huruf "ṣād" dan memfatahkan huruf "rā`"; makna aslinya di kalangan Arab adalah orang yang banyak membanting musuh.

22/46- Sulaiman bin Ṣurad -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku sedang duduk bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika dua orang laki-laki saling bertengkar, muka salah satunya telah merah dan urat lehernya menggelembung, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh, aku mengetahui satu kalimat kalau dia mengucapkannya niscaya kemarahan yang dialaminya akan hilang. Yaitu kalau dia mengucapkan, 'A'ūżu billāhi minasy-syaiṭānir-rajīm (Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)', niscaya kemarahan yang dirasakannya akan hilang.” Maka para sahabat berkata kepadanya, "Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah berkata, "Berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk (dengan membaca istiazah)." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran agar manusia menguasai diri ketika marah.

2) Berlindung (membaca istiazah) kepada Allah dari setan yang terkutuk termasuk tindakan yang akan membantu hamba untuk bersabar dan menolak hawa nafsu. Karena setan adalah sumber semua keburukan, dan setan akan terus-menerus membakar hati orang yang marah hingga dia mengucapkan ucapan mungkar serta melakukan perbuatan yang menyelisihi rida Allah Yang Maha Pengasih.

3) Marah yang bukan karena Allah -Ta'ālā- berasal dari tipu daya setan, adapun marah yang disebabkan karena perkara yang Allah haramkan dilanggar merupaka tanda iman yang benar.

23/47- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda, "Siapa yang menahan amarah, padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat lalu dipersilakan untuk memilih bidadari yang ia sukai." (HR. Abu Daud dan Tirmizi, dan ia berkata, "Hadisnya hasan")

24/48- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Berilah aku wasiat?" Beliau bersabda, "Jangan marah!" Orang itu mengulangi permintaannya berkali-kali, beliau tetap bersabda, "Jangan marah!" (HR. Bukhari)

25/49- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Cobaan akan senantiasa menimpa orang beriman laki-laki dan perempuan pada diri, anak, dan hartanya hingga dia berjumpa dengan Allah -Ta'ālā- (meninggal) dalam keadaan tidak memiliki dosa." (HR. Tirmidzi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

Kosa Kata Asing:

كَظَمَ غَيْظًا (kaẓama gaiẓan): bersabar menahan amarah dan pemicunya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Keutamaan sabar; yaitu merupakan ibadah paling besar untuk mendekatkan diri kepada Allah -'Azza wa Jalla- serta perkara paling penting untuk diwasiatkan kepada manusia.

2) Bila seseorang bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah -Ta'ālā- maka Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.

3) Di antara bentuk rahmat Allah -Azza wa Jalla- kepada hamba-hamba-Nya yang beriman adalah mengampuni dosa-dosa mereka karena musibah dan bencana-bencana dunia yang menimpa mereka.

26/50- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Uyainah bin Ḥiṣn datang lalu menginap di tempat keponakannya, Al-Ḥurr bin Qais. Dia termasuk salah seorang yang dekat dengan Umar -raḍiyallāhu 'anhu, karena dahulu, Umar mengangkat para penghafal Al-Qur`ān sebagai dewan majelis dan musyawarahnya, yang tua maupun yang muda. 'Uyainah berkata kepada keponakannya, 'Wahai anak saudaraku, kamu adalah orang yang memiliki kedudukan di hadapan Amīrul-Mu`minīn, maka mintalah izin kepadanya agar aku dapat menemuinya.' Lantas keponakannya memintakan izin dan Umar mengizinkannya. Ketika 'Uyainah masuk, ia berkata, 'Heh. Wahai Ibnul-Khaṭṭāb, demi Allah, engkau tidak memberi yang banyak kepada kami dan engkau tidak menetapkan hukum kepada kami dengan adil.' Umar -raḍiyallāhu 'anhu- marah hingga berniat untuk memukulnya. Al-Ḥurr berkata kepada Umar, 'Amīrul-Mu`minīn, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah berfirman kepada Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Berikanlah maaf, perintahkanlah untuk berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang jahil." (QS. Al-A'rāf: 199) Sesungguhnya orang ini termasuk orang yang jahil. Demi Allah, Umar tidak mengabaikan ayat itu ketika dia membacanya, sebab Umar adalah orang yang sangat patuh terhadap Al-Qur`ān." (HR. Bukhari)

Kosa Kata Asing:

هِيْ (hī): ucapan ancaman.

مَا تُعْطِينَا الْجَزْل (mā yu'ṭīnal-jazal): engkau tidak memberi kami pemberian yang banyak.

Pelajaran dari Hadis:

1) Kewajiban seseorang ketika sedang marah atau murka agar mengingat Kalam Allah -'Azza wa Jalla- dan hadis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta perbuatan dan kesabaran para sahabat agar dia menjadi orang yang patuh kepada batasan-batasan Allah -Ta'ālā-.

2) Keutamaan besar yang dimiliki sahabat yang mulia Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-. Dia sangat patuh menjaga batasan-batasan Allah -'Azza wa Jalla-. Maka sudah menjadi kewajiban orang Islam pada hari ini untuk menjadikan orang-orag seperti sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- sebagai teladan, serta menjauhi teladan buruk dari kalangan orang kafir, fasik, dan lalai.

3) Kewajiban para penguasa untuk memilih dewan majelis dari kalangan orang-orang berilmu dan beriman.

27/51- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya, setelah aku wafat akan ada (penguasa) yang mementingkan diri sendiri serta perkara-perkara yang kalian ingkari." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Beliau menjawab, "Tunaikanlah hak yang menjadi kewajiban kalian dan mohonlah kepada Allah apa yang menjadi hak kalian." (Muttafaq ‘Alaih)

الأثَرَة (al-aṡarah): mengkhususkan diri pada sesuatu dari orang lain yang memiliki hak di dalamnya.

87/52- Abu Yahya Usaid bin Ḥuḍair -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa seorang laki-laki kaum Ansar telah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengangkatku (sebagai pejabat) sebagaimana engkau mengangkat fulan?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian akan mendapatkan (penguasa) yang mementingkan diri setelah aku wafat. Karena itu, bersabarlah sampai kalian menjumpaiku di telaga." (Muttafaq 'Alaih)

أُسَيْدٌ (Usaid), dengan mendamahkan huruf "hamzah". حُضَيْرٌ (Ḥuḍair), dengan huruf "ḥā`" yang didammahkan dan "ḍād" yang difatahkan. Wallahu a'lam

Pelajaran dari Hadis:

1) Anjuran kepada manusia agar bersabar menghadapi kezaliman penguasa di dalam hak rakyat serta tetap menunaikan kewajiban mereka untuk mendengar dan taat pada kebaikan.

2) Memohon karunia Allah -'Azza wa Jalla- merupakan sebab paling besar untuk meraih apa yang diinginkan dan menolak apa yang dikhawatirkan.

3) Di antara balasan bagi orang-orang yang sabar pada hari Kiamat adalah diperkenankan minum dari telaga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan sikap orang beriman bila kehilangan sebagian kenikmatan dunia agar ingat kepada pahala besar yang ada di akhirat.

29/53- Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di beberapa kesempatan ketika bertemu musuh, beliau menunggu (tidak menyerang) hingga ketika matahari telah condong, beliau berdiri di tengah-tengah sahabat seraya berpidato, "Wahai sekalian manusia! Janganlah kalian berharap bertemu musuh. Mohonlah kepada Allah keselamatan. Lalu, bila kalian telah bertemu musuh, maka bersabarlah. Ketahuilah, bahwa surga di bawah bayang-bayang pedang." Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Ya Allah! Rabb Yang menurunkan hujan, Yang menjalankan awan, Yang mengalahkan sekutu orang-orang musyrikin. Kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka." (Muttafaq 'Alaih)

Pelajaran dari Hadis:

1) Larangan mengharap bertemu musuh; tetapi bila telah bertemu maka seorang hamba wajib bersabar dan memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar diberikan pertolongan dalam tugas tersebut.

2) Anjuran mendoakan kekalahan musuh; karena mujahid itu seharusnya memohon kepada Allah -Ta'ālā- agar dimenangkan atas musuhnya.

Faedah Tambahan:

Larangan mengharap bertemu musuh bukan berarti membenci jihad dan tidak mengajak diri untuk berperang atau mengharap mati syahid di jalan Allah, karena semua itu termasuk yang dianjurkan oleh agama dan dijadikan sebagai sifat orang-orang yang bertakwa dan tingkatan orang-orang sidik.