Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Āli 'Imrān: 134)
Akhlak baik berlaku terhadap Allah dan terhadap manusia.
- Akhlak baik terhadap Allah adalah rida dengan keputusan Allah dalam hal syariat dan takdir serta menerimanya dengan dada lapang dan tidak dongkol.
- Sedangkan akhlak baik terhadap manusia, maka berporos pada dua perkara: tidak menyakiti mereka dan memberi mereka kebaikan. Tidak menyakiti adalah dengan tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan anggota badan. Sedangkan memberi kebaikan, maksudnya pemberian seperti harta, ilmu, kedudukan, senyuman, dan semisalnya.
1) Pujian kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur`ān; beliau mempraktikkan adab-adabnya, menjalankan perintah-perintahnya, dan meninggalkan larangan-larangannya. Oleh karena itu, Allah memberikan gambaran tentang diri Nabi-Nya: "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4)
2) Menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain termasuk sifat orang yang baik akhlaknya.
1/621- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Muttafaq 'Alaih)
1) Tidak ada akhlak baik nan paripurna kecuali Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling sempurna dan paling afdal melaksanakannya.
2) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sosok teladan yang baik sehingga wajib atas orang beriman untuk mengikuti beliau dalam akhlak baiknya.
2/622- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku belum pernah menyentuh sutra yang tebal maupun tipis yang lebih halus dari telapak tangan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku belum pernah mencium aroma seharum aroma Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku telah menjadi pelayan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah mengatakan, "Hus," kepadaku atau menegur dengan ucapan, "Kenapa kamu berbuat seperti itu?" terhadap apa yang aku kerjakan. Beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapan, "Kenapa kamu tidak berbuat demikian?" terhadap apa yang tidak aku kerjakan." (Muttafaq 'Alaih)
1) Allah telah melembutkan tangan dan hati Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, berdasarkan firman-Nya: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka." (QS. Āli 'Imrān: 159)
2) Kesempurnaan akhlak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap pembantu beliau dan orang-orang yang beliau banyak berbaur dengannya. Seperti inilah seharusnya keadaan orang beriman yang diberi taufik.
3) Usaha kuat Anas -raḍiyallāhu 'anhu- untuk selalu sejalan dengan kemauan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu dia membantu Rasulullah selama sepuluh tahun tetapi beliau tidak pernah menegurnya. Sekiranya Anas -raḍiyallāhu 'anhu- pernah melakukan sesuatu yang harus ditegur, tentu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak akan menundanya.
Dapat disimpulkan dari hadis ini agar tidak memberikan sanksi terhadap sesuatu yang telah lewat, karena hal itu akan melahirkan kerenggangan dan saling benci serta tidak akan memperbaiki yang sudah rusak. Hal itu akan membersihkan lisan dari mencela, sebagaimana juga hal itu akan menghibur hati pembantu ketika dia tidak dicela. Itu semuanya dalam perkara duniawi.
Adapun dalam perkara agama maka tidak ada tolerir di dalamnya, karena hal itu termasuk amar makruf dan nahi mungkar yang merupakan hak agama, bukan hak individu.
3/623- Aṣ-Ṣa'b bin Jaṡṡāmah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku pernah menghadiahkan seekor keledai liar kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetapi beliau menolaknya. Ketika beliau melihat perubahan di wajahku, beliau berkata, "Sebenarnya kami tidak menolaknya, hanya saja kami sedang dalam keadaan ihram." (Muttafaq 'Alaih)
حُرُم (ḥurum): berihram untuk ibadah haji atau umrah.
1) Indahnya akhlak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap sahabat-sahabatnya dalam menghibur hati mereka.
2) Kewajiban seseorang untuk mengobati hati saudaranya ketika dia berbuat sesuatu yang tidak dia sukai kepadanya, lalu menjelaskan sebabnya supaya hatinya tenang.
4/624- An-Nawwās bin Sam'ān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang kebajikan dan dosa, beliau bersabda, "Kebajikan itu adalah akhlak baik. Sedangkan perbuatan dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam hatimu dan engkau tidak mau diketahui orang lain." (HR. Muslim)
1) Kebajikan seluruhnya ada dalam akhlak baik terhadap Allah -Ta'ālā- dan terhadap manusia.
2) Semua yang mendatangkan perasaan tidak tenang dalam hati maka termasuk perbuatan dosa yang wajib dijauhi.
5/625- Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Āṣ -raḍiyallāhu -anhumâ- berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bukanlah orang yang keji ucapan dan perbuatannya, dan bukan juga suka berbuat keji. Beliau pernah bersabda, Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.'" (Muttafaq 'Alaih)
فاحِشًا (fāḥisyan): yang mengucapkan ucapan keji, yaitu ucapan yang buruk.
مُتفحِّشاً (mutafaḥḥisyan): yang bertabiat keji dan berlebihan dalam kekejian.
1) Menjelaskan sifat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu beliau orang yang sangat jauh dari kekejian baik dalam perkataan ataupun perbuatan, sehingga seorang mukmin harus meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal itu.
2) Anjuran agar berakhlak baik, karena akhlak baik adalah prinsip agama dan merupakan arena berlomba di antara orang-orang beriman; siapa yang paling cepat kepadanya maka dia termasuk orang yang paling baik dan paling sempurna imannya.
6/626- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari Kiamat daripada akhlak baik. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
البَذِيُّ (al-bażiy): orang yang berbicara keji dan kata kotor.
1) Akhlak baik termasuk amal saleh yang paling agung, yang akan ditemukan oleh hamba dalam catatan amalnya pada hari Kiamat serta akan dilihat dalam timbangan kebaikannya.
2) Kewajiban seorang mukmin agar menjauhi apa yang dimurkai dan dibenci oleh Allah, di antaranya perbuatan keji dan perkataan kotor.
7/627- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik." Beliau juga ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Anjuran agar bertakwa kepada Allah -Ta'ālā-. Takwa adalah mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang.
2) Akhlak yang baik bersama ketakwaan adalah kunci masuk surga.
8/628- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Iman terdiri dari banyak cabang dan manusia bertingkat-tingkat di dalamnya. Orang beriman yang diberi taufik adalah yang berusaha untuk meningkatkan imannya.
2) Wajib bagi seorang hamba untuk menjadi teman terbaik bagi keluarganya, sebaik-baik orang yang mencintai, dan sebaik-baik pendidik, karena keluarga lebih berhak daripada yang lain untuk mendapatkan akhlak baikmu. Oleh karena itu, mulailah berbuat baik kepada yang paling dekat kemudian yang setelahnya.
9/629- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin dapat meraih derajat orang yang berpuasa dan salat malam dengan akhlak baiknya." (HR. Abu Daud)
1) Orang yang memiliki derajat paling mulia ialah orang yang berpuasa di siang hari dan melakukan qiyāmul-lail di malam hari. Lalu bagaimana seorang muslim bisa dilalaikan dari ibadah (akhlak baik) yang setara dengan itu?!
2) Akhlak yang baik akan melipatgandakan pahala hingga membawa hamba ke derajat orang puasa yang tidak berbuka serta salat malam tanpa henti.
10/630- Abu Umāmah Al-Bāhiliy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat kusir walaupun ia benar, sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun bercanda, dan sebuah rumah di puncak surga bagi orang yang baik akhlaknya." (Hadis sahih; HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
الزعِيمُ (az-za'īm): penjamin.
رَبَض الجنّة (rabaḍ al-jannah): surga yang paling rendah. Bila dikatakan: "rabaḍul-madīnah", maka maksudnya bagian pinggiran kota.
المِرَاءَ (al-mirā`): perdebatan dan perselisihan dalam ucapan dan perbuatan.
1) Anjuran untuk meninggalkan debat karena dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.
2) Pengharaman dusta dengan semua modelnya, walaupun dalam canda dan main-main, sehingga ini adalah bantahan bagi orang yang mengatahakan: "ini dusta yang putih."
3) Tingkatan pahala yang paling tinggi di sisi Allah adalah bagi orang yang bagus akhlaknya, karena akhlak baik mengumpulkan semua bentuk keutamaan.
6/631- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku pada hari Kiamat adalah orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempatnya dariku pada hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara serta bermulut besar." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami sudah tahu orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara, lantas apakah yang dimaksud dengan bermulut besar?" Beliau menjawab, "Yaitu orang-orang yang sombong." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
الثَّرْثَارُ (aṡ-ṡarṡār): orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri. المُتَشَدِّقُ (al-mutasyaddiq): orang yang mengangkat diri dalam berbicara, dia berbicara dengan memfasihkan mulut dan membanggakan ucapan. المتَفَيْهِقُ (al-mutafaihiq): merupakan turunan dari kata "الفَهْقِ" (al-fahq), artinya penuh dan meluap, yaitu orang yang memenuhkan mulutnya dengan ucapan serta melebar kesana kemari, membawakan hal-hal yang asing karena sombong dan mengangkat diri serta menampakkan keutamaan dirinya atas orang lain.
Imam Tirmizi meriwayatkan dari Abdullah bin Al-Mubārak -raḥimahullāh- dalam menafisrkan akhlak mulia, dia berkata, "Akhlak mulia adalah bermuka ceria, berbagi kebaikan, dan tidak menyakiti."
1) Akhlak baik seorang muslim termasuk sebab kecintaan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepadanya dan sebab dekat dari beliau pada hari Kiamat.
2) Peringatan terhadap banyak bicara dengan memperlihatkan kesombongan. Juga peringatan dari berbicara kesana kemari untuk memperlihatkan keahlian sastra dan kefasihannya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membenci sifat-sifat seperti ini beserta orang-orang yang melakukannya. Dan ini menjadi sebab pelakunya jauh dari beliau pada hari Kiamat.
3) Kasih sayang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada umatnya; yaitu beliau telah menerangkan kepada kita apa yang beliau inginkan untuk kita kerjakan serta apa yang beliau benci untuk kita jauhi.