1/1707 ــ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: «إنَّ اللهَ تَعَالىٰ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوا بآبائِكُمْ، فَمَنْ كَانَ حَالِفاً فَلْيَحْلِفْ بِالله، أَوْ لِيَصْمُتْ». متفقٌ عليه.
1/1707- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nenek moyang kalian. Siapa yang bersumpah hendaknya bersumpah dengan nama Allah. Atau jika tidak, hendaklah dia diam saja." (Muttafaq 'Alaih)
وفي روايةٍ في الصّحِيحِ: «فَمنْ كانَ حَالِفاً فَلا يَحْلِفْ إلاّ بالله، أوْ لِيَسْكُتْ».
Dalam riwayat lain dalam Aṣ-Ṣaḥīḥ disebutkan, "Siapa yang bersumpah hendaknya tidak bersumpah kecuali dengan nama Allah. Atau jika tidak, hendaklah dia diam."
2/1708 ــ وَعَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بنِ سَمُرَةَ، رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «لا تَحْلِفُوا بِالطَّوَاغِي، وَلا بِآبَائِكُمْ». رواه مسلم.
2/1708- Abdurrahman bin Samurah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian bersumpah dengan patung ataupun leluhur kalian!" (HR. Muslim)
«الطَّوَاغِي»: جَمعُ طَاغِيَة، وَهِيَ الأصْنَامُ، وَمِنْهُ الحَدِيثُ: «هذِهِ طَاغِيَةُ دَوْسٍ»: أَيْ: صَنَمهُم وَمَعْبُودهُم، وَرُوِيَ في غَيْرِ مُسْلِم: «بِالطَّوَاغِيتِ» جَمْعُ طَاغُوتٍ، وَهُوَ الشَّيْطَانُ وَالصَّنَمُ.
الطَّوَاغِي (aṭ-ṭawāgī), bentuk jamak dari kata "طَاغِيَة" (ṭāgiyah), artinya: berhala. Di antaranya hadis, "Hāżihi ṭāgiatu Daus", maksudnya ini adalah patung dan sesembahan kabilah Daus. Disebutkan di selain riwayat Muslim, "Biṭ-ṭawāgīt", yaitu bentuk jamak dari kata "ṭāgūt", yang bermakna: setan dan patung.
3/1709 ــ وَعَنْ بُرَيْدَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ حَلَفَ بِالأمانَةِ فَليْسَ مِنَّا». حَدِيثٌ صَحِيحٍ، رَوَاهُ أبُو داود بإسنادٍ صَحِيحٍ.
3/1709- Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersumpah atas nama amanah, maka dia bukan termasuk golongan kami." (Hadis sahih; HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
4/1710 ــ وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَنْ حَلَفَ فَقَالَ: إنِّي بَرِيءٌ مِنَ الإسْلاَمِ، فَإنْ كَانَ كَاذِباً فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَإنْ كَانَ صَادِقاً فَلَنْ يَرْجِعَ إلىٰ الإسْلاَمِ سَالِماً». رواه أبو داود.
4/1710- Juga dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersumpah dengan mengatakan, 'Aku berlepas diri dari Islam'; jika ia bohong, maka ia sebagaimana yang dikatakannya. Dan jika ia berkata benar, maka ia tidak akan kembali kepada Islam dengan selamat." (HR. Abu Daud)
5/1711 ــ وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَّنهُ سَمعَ رَجُلاً يَقُولُ: لاَ وَالْكَعْبَةِ، قَالَ ابْنُ عُمَرَ: لاَ تَحْلِفْ بِغَيْرِ الله، فَإنِّي سَمِعْتُ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ الله فَقَدْ كَفَرَ، أَوْ أَشْرَكَ». رواه الترمذي وقَالَ: حَدِيثٌ حَسَن.
5/1711- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa dia mendengar seseorang berkata, "Tidak, demi Kakbah!" Ibnu Umar berkata, "Janganlah engkau bersumpah dengan selain Allah, karena aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat kafir atau syirik.'" (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan")
وفَسَّرَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ قَوْلَهُ: «كَفَرَ أو أَشْرَكَ» عَلَىٰ التَّغْلِيظِ، كَمَا رُوِيَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «الرِيَاءُ شِرْكٌ».
Sebagian ulama menafsirkan bahwa sabda beliau, "Dia telah berbuat kafir atau syirik" adalah sebagai bentuk larangan keras, sama halnya dengan yang diriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ria adalah kesyirikan."
الحلف: تأكيد الشيء المقسم عليه بذكر مُعظَّم.
الحَلِفُ (al-ḥalif/sumpah) adalah menegaskan sesuatu yang disebutkan dalam sumpah dengan menyebut sesuatu yang diagungkan.
1) النهي عن الحلف بغير الله _عز وجل_ ؛ لأنَّه نوع من الإشراك بالله تعالىٰ.
1) Larangan bersumpah dengan selain Allah -'Azza wa Jalla- karena merupakan kesyirikan kepada-Nya.
2) علىٰ العبد أن يحذر من الحلف بأي مخلوق ولو كان معظماً، أو أن يطلب من أحد أن يحلف بما يوقعه في الإشراك.
2) Seorang hamba harus berhati-hati dari bersumpah dengan makhluk apa pun sekalipun diagungkan, dan dari meminta seseorang bersumpah dengan sumpah yang menjerumuskannya ke dalam kesyirikan.
3) إن تحريمَ الحلف بغير الله تعالىٰ هو إظهارٌ لحق التوحيد، الخالص لله تعالىٰ، فلا يحق لمخلوق مهما كان معظَّماً أن يُسَوَّىٰ بالله تعالىٰ عند الحلف.
3) Pengharaman sumpah dengan selain Allah -Ta'ālā- menampakkan hak tauhid yang murni kepada-Nya, karena tidak pantas bagi seorang makhluk untuk disetarakan dengan Allah -Ta'ālā- dalam sumpah setinggi apa pun derajatnya.
يدخل في جواز الحلف بالله تعالىٰ: الحلفُ بالقرآن الكريم، أو المصحف، لأنه كلام الله تعالىٰ، وهو صفة من صفاته، ولا يقصد الحالف الورق والمداد المخلوقَين.
Bersumpah dengan Al-Qur`ān atau mushaf masuk dalam kategori bersumpah dengan Allah -Ta'ālā- yang dibolehkan, karena Al-Qur`ān adalah firman Allah -Ta'ālā- dan itu adalah salah satu sifat-Nya. Namun orang yang bersumpah tidak boleh meniatkan sumpahnya pada kertas dan tinta tulisannya yang merupakan makhluk.
أما الحلف (بالأمانة) وقول بعض الناس: «أمانة أمانة»، فإنها نوع من الحلف، وقد تقدم الحديث «من حلف بالأمانة فليس منا». فالمتعين علىٰ العبد أن يسعىٰ في تصحيح ألفاظه وضبطها وفق هدي الشريعة، ويدعو الخَلق إلىٰ هذا الخُلق، ليتحقق بالتوحيد الذي هو حق الله تعالىٰ علىٰ العبيد.
Adapun bersumpah dengan amanah, atau perkataan sebagian orang, "Amanah, amanah" maka itu termasuk sumpah, dan hadis larangannya telah disebutkan sebelumnya, "Siapa yang bersumpah dengan amanah, maka dia bukan termasuk golongan kami." Sehingga, seharusnya seorang hamba itu berusaha meluruskan ucapannya, menjaganya tetap sesuai dengan petunjuk agama, dan mengajak sesama manusia kepada akhlak ini demi terealisasinya tauhid yang merupakan hak Allah -Ta'ālā- atas hamba.