قال الله تعالىٰ: {وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ} [الكهف: 28].
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka." (QS. Al-Kahfi: 28)
1) تسليةُ الضعيف في بدنه، أو عقله، أو ماله، أو غير ذلك مما يعدّه الناس ضعفاً؛ أن يكون قوياً بما عند الله _عز وجل_ من الأجر والثواب.
1) Menghibur orang yang lemah secara fisik, akal, harta, atau lainnya yang dianggap sebagai kelemahan oleh manusia, agar dia merasa kuat dengan adanya pahala dan ganjaran yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.
2) بيان هدي النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم مع ضَعَفَةِ المسلمين وفقرائهم؛ فهو معهم يجالسهم، ويقضي حوائجهم.
2) Menjelaskan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama orang-orang lemah dan miskin di kalangan kaum muslimin; yaitu beliau duduk bersama mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.
1/252 ــ عن حَارِثَةَ بْنِ وَهْبٍ رضي الله عنه قال: سمعْتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يقولُ: «أَلا أُخْبِرُكُمْ بأَهْلِ الجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيف مُتـَضَعَّفٍ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَىٰ الله لأبَرَّهُ. أَلا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتكْبِرٍ». متفق عليه.
1/252- Ḥāriṡah bin Wahb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan dipandang lemah, seandainya ia bersumpah kepada Allah niscaya Allah akan mewujudkan untuknya. Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta, serta berlaku sombong." (Muttafaq 'Alaih)
«الْعُتُلُّ» الْغَلِيظُ الجَافِي. «وَالجَوَّاظُ» بفتح الجيم وتشدِيدِ الواوِ وبِالظاءِ المعجمة: وَهُوَ الجَمُوعُ المَنُوعُ، وَقيلَ: الضَّخْمُ المُخْتَالُ في مِشْيَتِهِ، وَقيلَ: الْقَصِيرُ الْبَطِينُ.
الْعُتُلُّ (al-'utull): orang yang keras dan kasar. الجَوَّاظُ (al-jawwāẓ), dengan memfatahkan "jīm", setelahnya "wāw" bertasydid kemudian "ẓā`", yaitu orang yang rakus dan pelit. Ada juga yang berpendapat, maknanya: orang yang gempal dan sombong dalam cara jalannya. Juga ada yang mengatakan orang yang pendek dan besar perutnya.
متضَعَّف: بفتح العين المشددة، أي: يستضعفه الناس ويحتقرونه ويفتخرون عليه.
متضَعَّف (mutaḍa''af), dengan memfatahkan "'ain" bertasydid, yaitu dianggap lemah dan dihinakan orang.
لأبرّه: أي لو حلف طمعاً في كرم الله لحصل له ما أقسم عليه.
لَأَبَرَّهُ (la`abarrahu): maksudnya, bila dia bersumpah mengharapkan kemurahan Allah, niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang disebutkan dalam sumpahnya.
المستكبر: هو الذي جمع بين وصفَيْن ذميمين: غمط الناس: يعني احتقارهم، وبطر الحق: يعني ردّه.
المُسْتَكْبِرُ (al-mustakbir; sombong): orang yang menggabungkan antara dua sifat tercela; merendahkan orang lain (gamṭun-nās) dan menolak kebenaran (baṭarul-ḥaqq).
1) من علامات أهل الجنة والدار الآخرة أنهم لا يهتمون بما يفوتهم من حظ الدنيا، إن جاءهم نصيب الدنيا قبلوه، وإن فاتهم شيء تركوه.
1) Di antara tanda penghuni surga adalah mereka tidak menghiraukan karunia dunia yang tidak mereka dapatkan; bila karunia dunia menghampiri, mereka akan menerimanya, dan kalau karunia dunia itu lepas mereka membiarkannya.
2) من علامات أهل النار الاستكبار والتفاخر. فليحذر العبد أوصافَ المعذَّبين.
2) Di antara tanda penghuni neraka ialah sombong dan angkuh. Seorang hamba hendaknya waspada jangan sampai memiliki sifat-sifat orang yang disiksa.
3) إنّ مِن عباد الله مَن لو أقسم علىٰ الله لأبره ثقةً ورجاءً لما عند الله _عز وجل_.
3) Di antara hamba Allah ada orang yang apabila bersumpah (berdoa) kepada Allah maka Allah pasti mewujudkan untuknya disebabkan karena dia yakin dan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah -'Azza wa Jalla-.
2/253 ــ وعن أبي العباس سهلِ بنِ سعدٍ الساعدِيِّ رضي الله عنه قال: مَرَّ رجُلٌ علىٰ النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم ، فقال لرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٍ: «مَا رَأْيُكَ في هذَا؟» فقال: رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِ النَّاسِ، هذَا وَاللهِ حَريٌّ إنْ خَطَبَ أنْ يُنكَحَ، وَإنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ. فَسَكَتَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم ، ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ، فقال له رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «مَا رَأْيُكَ في هذَا؟» فقال: يا رسولَ الله، هذا رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاءِ المُسْلِمِينَ، هذَا حَرِيٌّ إنْ خَطَبَ أَنْ لا يُنْكَحَ، وَإنْ شَفَعَ أَنْ لا يُشَفَّعَ، وَإنْ قَالَ أَنْ لا يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ. فقال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «هذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الأَرْضِ مِثْلِ هذَا». متفقٌ عليه.
2/253- Abul-'Abbās Sahal bin Sa'ad As-Sā'idiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Seorang pria melintas di depan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bertanya kepada seseorang yang duduk bersama beliau, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Orang itu menjawab, "Dia termasuk orang terhormat. Demi Allah! Jika ia melamar maka layak untuk dinikahkan. Jika ia memberi syafaat, maka ia layak diterima syafaatnya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diam. Kemudian melintas pria lain, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya lagi kepadanya, "Apa pendapatmu tentang orang ini?" Dia menjawab, "Wahai Rasulullah! Ini adalah orang fakir di antara kaum muslimin. Jika orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memberi syafaat, maka syafaatnya akan ditolak. Jika ia berucap, maka ucapannya tidak didengar." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang seperti tadi." (Muttafaq ‘Alaih)
قوله: «حَرِيٌّ » هو بفتحِ الحاءِ وكسر الراءِ وتشديد الياءِ: أيْ حَقِيقٌ. وقوله: «شَفَعَ» بفتح الفاءِ.
Ucapannya: "حَرِيٌّ" (ḥariyyun), dengan memfatahkan "ḥā`", setelahnya "rā`" yang kasrah, kemudian "yā`" bertasydid, artinya: layak, pantas. Sedangkan "شَفَعَ" (syafa'a), dengan memfatahkan "fā`".
يُنكح: يُزَوَّج.
يُنكح (yunkaḥu): dinikahkan.
1) الرجل قد تكون له المنزلة العالية في الدنيا، ولكنه ليس له قدر عند الله تعالىٰ.
1) Seseorang kadang memiliki kedudukan yang tinggi di dunia, tetapi tidak memiliki kedudukan di sisi Allah -Ta'ālā-.
2) العبرة بحقائق الأعمال وبما في القلوب من الإيمان، وليس بصور الأجسام.
2) Yang menjadi ukuran adalah hakikat amal serta iman yang ada dalam hati, bukan potret fisik.
3/254ــ وعن أبي سعيدٍ الخُدْريِّ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «احْتَجَّتِ الجَنَّةُ وَالنَّارُ، فقالتِ النَّارُ: فِيَّ الجَبَّارُونَ وَالمُتكَبِّرُونَ، وَقَالَتِ الجنَّةُ: فِيَّ ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ، فَقَضَىٰ اللهُ بَيْنَهُمَا: إنَّكِ الجَنَّةُ رَحْمَتِي، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ، وَإِنَّكِ النَّارُ عَذَابِي، أُعَذِّب بِكِ مَنْ أَشَاءُ، وَلِكِلَيْكُمَا عَلَيَّ مِلْؤُهَا». رواه مسلم.
3/254- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Surga dan neraka saling mengadu. Neraka berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang yang angkuh dan sombong.' Surga berkata, 'Penghuniku adalah orang-orang lemah dan miskin.' Lalu Allah memutuskan di antara keduanya, 'Sesungguhnya engkau, wahai Surga, adalah rahmat-Ku. Denganmu Aku merahmati siapa yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya engkau, wahai Neraka, adalah azab-Ku. Denganmu Aku mengazab siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing (dari) kalian berdua, menjadi wewenang-Ku untuk memenuhinya (dengan penghuninya).'” (HR. Muslim)
احتجت الجنة والنار: تخاصمت الجنة والنار.
احْتَجَّتِ الجَنَّةُ وَالنَّارُ: surga dan neraka saling mengadu.
إنك الجنة رحمتي: يعني أنها الدار المخلوقة التي نشأت من رحمة الله، وأما رحمة الله تعالىٰ التي هي صفة من صفاته فليست مخلوقة.
"Sesungguhnya engkau, wahai surga, adalah nikmat-Ku", maksudnya bahwa surga adalah negeri yang diciptakan dari rahmat Allah. Adapun rahmat Allah -Ta'ālā- yang merupakan sifat-Nya, maka bukan makhluk.
1) وجوب الإيمان بهذه الأمور الغيبية، وإن استبعدتها العقول، فإن المؤمن يسلّم لأمر الله تعالىٰ وأمر رسوله صلى الله عليه وسلم.
1) Kewajiban mengimani perkara-perkara gaib ini, walaupun tidak masuk akal, sebab orang beriman akan tunduk kepada perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) فضل الله سبحانه وتعالىٰ ورحمته أوسع من غضبه، فالله _عز وجل_ أوجب علىٰ نفسه أن يملأ الجنة والنار، لكن رحمته سبقت غضبه.
2) Karunia dan rahmat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih luas dari murka-Nya. Allah -'Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada diri-Nya untuk mengisi surga dan neraka, tetapi rahmat-Nya mendahului murka-Nya.
3) الفقراء والضعفاء هم أهل الجنة؛ لأنهم في الغالب هم الذين ينقادون للحق، والجبارون أهل النار؛ مُستكبرون عن الحق لا ينقادون له.
3) Orang fakir dan lemah adalah penduduk surga; karena umumnya merekalah yang tunduk kepada kebenaran. Sedangkan orang-orang jahat, mereka angkuh dari kebenaran dan tidak tunduk kepada-Nya.
4/255 ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ السَّمِينُ الْعَظِيمُ يَومَ الْقِيَامَةِ لا يَزِنُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ». متفق عَلَيْهِ.
4/255- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya kelak hari Kiamat akan datang seseorang yang sangat besar dan gemuk, akan tetapi berat timbangannya di sisi Allah tidak menyamai sayap nyamuk sekalipun" (Muttafaq 'Alaih)
1) إثبات الوزن يوم القيامة، وهو وزن عدل ليس فيه ظلم.
1) Menetapkan adanya mizan atau timbangan amalan pada hari Kiamat, yaitu timbangan adil yang tidak mengandung kezaliman.
2) التحذير من كون الإنسان لا يهتم إلا بتنعيم جسده، والواجب علىٰ العبد أن يهتم بتنعيم قلبه بالعلم والإيمان، وإذا نُعّم القلب نُعّم البدن.
2) Peringatan agar seseorang tidak hanya memperhatikan kebahagiaan fisiknya, tetapi seorang hamba berkewajiban untuk memperhatikan kebahagiaan hatinya dengan ilmu dan iman. Bila hati bahagia, fisik pun akan bahagia.
سببُ إدراج الحديث في باب (فضل ضعفة المسلمين والفقراء الخاملين) لأنَّ الغالب في السمنة أَنْ تأتي من البطنة، أي كثرة الأكل، وكثرة الأكل تدل أحياناً علىٰ كثرة المال والغنى، وحال البطر والأشر، وكفر النعمة، ونسيان ضعفة المسلمين.
Sebab disebutkannya hadis ini di dalam Bab Keutamaan Muslim yang Lemah dan Miskin yang Tidak Dikenal, karena kegemukan umumnya disebabkan karena banyak makan, sedangkan banyak makan kadang menunjukkan banyak harta dan keadaan sombong, kufur nikmat, dan lupa terhadap kaum muslimin yang lemah.
ما الذي يُوزَن في الميزان؟
Apa yang ditimbang pada mizan atau timbangan?
ظاهر الحديث أن الذي يُوزَن هو (الإنسان)، وأنه يخف ويثقل بحسب أعماله، وقال بعض العلماء: بل الذي يُوزَن (صحائف الأعمال)، لحديث البطاقة: «فتخرج بطاقة فيها: أشهد أن لاإله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله فتُوضَع البطاقة في كفة»، وقال آخرون: بل الذي يُوزَن (العمل)، لقول الله تعالىٰ: {وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ} الآية. وقال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: «كلمتان ثقيلتان في الميزان»، فجعل الوزن للعمل، ولا تعارض بين هذه الأقوال؛ فيمكن أن يُوزَن الجميع، أي يُوزَن العمّال، وتُوزَن الصحائف، والأعمال. والله أعلم.
Makna lahir hadis ini menunjukkan bahwa yang ditimbang pada mizan adalah manusia, dan berat dan ringannya tergantung amal perbuatannya. Sebagian ulama berpendapat, yang ditimbang adalah catatan amal, berdasarkan hadis biṭāqah: "Lalu dikeluarkan sebuah biṭāqah (kartu) yang di dalamnya tercatat: 'Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah serta Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.' Lalu kartu tersebut diletakkan di satu mata timbangan." Ulama lain berpendapat, bahwa yang ditimbang adalah amalan, berdasarkan firman Allah: "Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat ..." (QS. Al-Anbiyā`: 47) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, "Ada dua kalimat yang berat di timbangan ..." Dalam ayat dan hadis ini, yang ditimbang adalah amalan. Tetapi, tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat ini, karena bisa dikatakan, yang ditimbang adalah semuanya. Yaitu, yang ditimbang adalah pelaku, catatan amal, dan amal perbuatan. Wallāhu a'lam.
5/256 ــ وعنه أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ المَسْجِدَ، أَوْ شَابّاً، فَفَقَدَهَا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم، فَسَأَلَ عَنْهَا أَوْ عَنْهُ، فقالوا: مَاتَ. قال: «أفلا كُنْتُمْ آذَنْتُمُوني». فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا، أَو أمْرَهُ، فقال: «دُلُّوني عَلَىٰ قَبْرِهِ» فَدَلُّوهُ فَصلَّىٰ عَلَيْهَا، ثُمَّ قال: «إنَّ هذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَىٰ أهْلِهَا، وَإنَّ اللهَ تعالىٰ يُنـَوِّرُهَا لهُمْ بصَلاتِي عَلَيْهِمْ». متفقٌ عليه.
5/256- Masih dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang wanita hitam -atau seorang pemuda- yang biasa menyapu masjid. Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mendapatkannya sehingga beliau menanyakannya. Para sahabat menjelaskan, "Dia telah meninggal." Beliau bersabda, "Mengapa kalian tidak memberitahuku?" Sepertinya mereka meremehkannya. Maka beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Lantas mereka menunjukkannya dan beliau menyalatinya. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi oleh kegelapan terhadap para penghuninya, dan Allah -Ta'ālā- memberinya cahaya dengan salatku kepada mereka." (Muttafaq ‘Alaih)
قوله: «تَقُمُّ» هو بفتحِ التَاءِ وَضَمِّ الْقَافِ: أَيْ تكْنُسُ. «وَالْقُمَامَةُ»: الْكُنَاسَةُ. «وآذَنْتُموني» بِمَد الهَمْزَةِ: أَيْ: أَعْلَمْتُمُونِي.
Perkataan: "تَقُمُّ" (taqummu), dengan memfatahkan "tā`", dan mendamahkan "qāf", artinya: menyapu. Al-Qumāmah artinya sampah. آذَنْتُموني (āżantumūnī), dengan mad pada "hamzah", artinya: kalian memberitahuku.
1) تعظيم قدر المؤمنين بحسب أعمالهم؛ فكل من يعمل خيراً فهو علىٰ خير.
1) Tingginya kedudukan orang beriman berdasarkan amal perbuatan mereka; semua orang yang mengerjakan kebaikan, maka dia berada di atas kebaikan.
2) استحباب تنظيف المساجد وإزالة القمامة عنها، دون زخرفتها وتنقيشها، بما يشوّش المصلين ويشغلهم.
2) Anjuran membersihkan dan menyingkirkan sampah dari masjid, juga tanpa diberikan hiasan dan lukisan-lukisan yang akan mengganggu dan menyibukkan pikiran orang yang salat.
3) بيان أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم لا يعلم الغيب، ولهذا قال: «دُلُّوني علىٰ قبرها». فإذا كان لا يعلم الشيء المحسوس القريب منه، فالغائب من باب أولى!.
3) Menjelaskan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mengetahui perkara gaib; oleh sebab itu beliau bersabda, "Tunjuki aku tempat kuburnya." Bila beliau tidak mengetahui sesuatu yang nyata padahal dekat, maka sesuatu yang gaib beliau lebih pantas tidak ketahui!
4) حُسن رعاية النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم لأصحابه، فكان يتفقدهم ويسأل عنهم.
4) Perhatian yang sangat bagus oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada para sahabatnya; yaitu beliau mencari dan menanyakan mereka.
6/257 ــ وعنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: «رُبَّ أَشْعَثَ أَغْبَرَ مَدْفُوعٍ بالأبْوَابِ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَىٰ الله لأبَرّه». رواه مسلم.
6/257- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sedikit orang dengan rambut berantakan, warna berubah dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah (berdoa) kepada Allah, niscaya Allah mewujudkan untuknya." (HR. Muslim)
7/258ــ وعن أسَامَةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «قُمْتُ عَلَىٰ بَابِ الْجَنَّةِ، فَإذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ، وَأَصْحَابُ الجَدِّ مَحْبُوسُونَ، غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إلَىٰ النَّارِ. وَقُمْتُ عَلَىٰ بَابِ النَّارِ فَإذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ». متفق عليه.
7/258- Usāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Aku berdiri di pintu surga, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang kaya tertahan. Namun penghuni neraka telah diperintahkan untuk masuk ke neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata mayoritas orang yang memasukinya adalah wanita." (Muttafaq 'Alaih)
«وَالجَدُّ» بفتحِ الجيم: الحَظُّ وَالْغِنى. وقوله: «مَحْبُوسُونَ» أَيْ: لَمْ يُؤْذَنْ لَهُمْ بَعْدُ فِي دُخُول الجَنَّةِ.
الجَدُّ (al-jadd), dengan memfatahkan "jīm", artinya: kekayaan. Sabda beliau: مَحْبُوسُونَ (maḥbūsūna), maksudnya: mereka belum diperkenankan masuk surga.
أشعث: يعني منفوش الشعر، ليس عنده ما يحسن به شعره.
أَشْعَث (asy'aṡ): rambut berantakan; dia tidak memiliki apa yang bisa digunakan membaguskan rambutnya.
أغبر: يعني متغير اللون، وذلك لشدة فقره.
أَغْبَر (agbar): warnanya berubah, karena sangat miskin.
1) تقوىٰ الله هي الميزان؛ فمن كان لله أتقىٰ فهو عنده أكرم.
1) Takwa kepada Allah adalah ukuran kemuliaan hamba, siapa yang paling bertakwa kepada Allah maka dialah yang paling mulia di sisi Allah.
2) عامة أهل النار من النساء؛ لأنهن أصحاب فتنة، إلا من عصمها الله تعالىٰ بالتقوى.
2) Mayoritas penghuni neraka dari kalangan perempuan karena banyak di antara mereka yang membuat fitnah, kecuali perempuan yang dijaga oleh Allah -Ta'ālā-.
3) علىٰ العبد أن يحترز من فتنة الغنى، فإن الغنىٰ قد يُطغي، وقد يؤدي بصاحبه إلىٰ الهلاك والفساد. فالصبر مطلوب من العبد عند الفقر وعند الغنى.
3) Seorang hamba harus menjaga diri dari fitnah kekayaan, karena kekayaan dapat mendatangkan perilaku zalim dan dapat mengantarkan pelakunya kepada kebinasaan dan kerusakan. Sebab itu, sikap sabar dituntut pada seorang hamba ketika miskin dan kaya.
8/259ــ وعن أبي هريرةَ رضي الله عنه عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: «لَمْ يَتكَلَّمْ في المَهْدِ إلَّا ثَلاثَةٌ: عِيسىٰ ابْنُ مَرْيَمَ، وَصَاحِبُ جُرَيْج، وَكَانَ جُرَيْجٌ رَجُلاً عَابِداً، فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً فَكَان فِيهَا، فَأَتَتْهُ أُمُّهُ، وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فقال: يَا رَبِّ أُمَّي وَصَلاتِي! فَأَقْبَلَ عَلَىٰ صَلاتِهِ فَانْصَرَفَتْ. فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ أَتَتْهُ، وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فقال: أَيْ رَبِّ أُمِّي وَصَلاتِي! فَأَقْبَلَ عَلَىٰ صَلاتِهِ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ أَتَتْهُ، وَهُوَ يُصلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فقال: أَيْ رَبِّ أُمِّي وَصَلاتِي! فأَقْبَلَ عَلَىٰ صَلاتِهِ، فَقَالَت: اللَّهم لا تُمِتْهُ حَتَّىٰ يَنْظُرَ إلَىٰ وُجُوهِ المُومِسَاتِ. فَتَذَاكَرَ بَنُو إسْرَائِيلِ جُرِيجاً وَعِبَادَتَهُ، وَكَانَتِ امْرَأَةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بِحُسْنِهَا، فَقَالَتْ: إنْ شِئْتُمْ لأَفْتِنَنَّهُ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إلَيْهَا، فَأَتَتْ رَاعِياً كَانَ يَأْوي إلَىٰ صَوْمَعَتِهِ، فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَقَعَ عَلَيْهَا فَحَمَلَتْ، فَلَمَّا وَلَدَتْ قَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ، فَأَتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ، وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ، فقال: مَا شَأنُكُمْ ؟ قالوا: زَنَيْتَ بِهذِهِ الْبَغِيِّ فَوَلَدَتْ مِنكَ، قال: أَيْنَ الصَّبِيُّ؟ فَجَاؤُوا بِهِ، فقال: دَعُوني حَتَّىٰ أُصَلِّيَ، فَصَلَّى، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَىٰ الصَّبيَّ فَطَعَنَ فِي بَطْنِهِ، وَقالَ: يَا غُلامُ مَنْ أَبُوكَ؟ قال: فُلانٌ الرَّاعِي، فَأَقْبَلُوا عَلَىٰ جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، وَقَالُوا: نَبْنِي لَكَ صَوْمَعَتَكَ مِن ذَهَبٍ، قال: لا، أَعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ، فَفَعَلُوا. وَبَيْنَما صَبِيّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ، فَمَرَّ رَجُل رَاكِبٌ عَلَىٰ دابَّةٍ فَارِهَةٍ وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ، فقالت أُمُّهُ: اللَّهم اجْعَلِ ابْنِي مثْلَ هذَا، فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إلَيْهِ فَنَظَرَ إلَيْهِ، فقال: اللَّهم لا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، ثُمَّ أَقْبَل عَلَىٰ ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ» ، فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إلَىٰ رسول الله صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَحكِي ارْتِضَاعَهُ بِأُصْبُعِه السَّبَّابَةِ في فِيهِ، فَجَعَلَ يَمُصُّهَا، قال: «وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا، وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، وَهِي تَقُولُ: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، فقالت أُمُّهُ: اللَّهم لا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إلَيْهَا، فقال: اللَّهم اجْعَلْنِي مِثْلَهَا. فَهُنَالِكَ تَرَاجَعَا الحديثَ، فقالت: مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الهَيْئَة،ِ فَقُلْتُ: اللَّهم اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهُ، فَقُلْتَ: اللَّهم لا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَمَرُّوا بِهذِهِ الأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، فَقُلْتُ: اللَّهم لا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَقُلْتَ: اللَّهم اجْعَلْنِي مِثْلَهَا؟! قالَ: إنَّ ذلِكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّاراً، فَقُلْتُ: اللَّهم لا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَإنَّ هذِهِ يَقُولُونَ لها: زَنَيْتِ، وَلَمْ تَزْنِ، وَسَرَقْتِ، وَلَمْ تَسْرِقْ، فَقُلْتُ: اللَّهم اجْعَلْنِي مِثْلَهَا». متفقٌ عليه.
8/259- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidak ada anak yang berbicara ketika masih dalam buaian kecuali tiga orang. (Pertama), Isa bin Maryam. (Kedua), seorang anak dalam kisah Juraij. Juraij adalah orang yang taat beribadah. Dia membangun tempat ibadah dan selalu ada di dalamnya. Suatu saat, ibunya datang menemuinya ketika dia sedang salat. Ibunya memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia meneruskan salatnya, sementara sang ibu akhirnya pulang. Keesokan harinya, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Keesokan harinya lagi, sang ibu datang lagi sementara Juraij sedang salat. Dia memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata (dalam hati), 'Ya Rabbi! Apakah aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan salatku.' Akhirnya dia memilih meneruskan salatnya. Maka berkatalah sang ibu, 'Ya Allah! Jangan matikan dia sebelum melihat wajah pelacur.' Ketika orang-orang Bani Israil berbincang-bincang tentang Juraij dan ibadahnya, ada seorang wanita pelacur yang terkenal cantik, dia berkata, 'Kalau kalian mau, aku akan menggodanya.' Lantas dia menggodanya, namun Juraij tak mempedulikannya. Maka wanita pelacur itu mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di bawah rumah ibadah itu, lalu menggodanya untuk berbuat zina. Terjadilah perzinaan di antara mereka. Kemudian wanita itu hamil. Ketika telah melahirkan, dia berkata, 'Ini anak dari Juraij.' Masyarakat pun mendatangi Juraij dan memaksanya turun lalu rumah ibadahnya dirobohkan. Mereka memukulinya. Juraij bertanya, 'Ada apa dengan kalian ini?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan wanita pelacur ini sehingga dia melahirkan anak darimu.' Juraij berkata, 'Mana anaknya?' Mereka kemudian membawakan bayi tersebut. Juraij berkata, 'Biarkan aku salat dulu!' Kemudian Juraij salat. Setelah selesai salat dia mendatangi anak bayi tersebut dan menekan perutnya seraya berkata, 'Wahai anak kecil, siapa bapakmu?' Anak itu menjawab, 'Fulan si penggembala.' Maka orang-orang mengerumuni Juraij, mencium dan mengusap-usapnya. Mereka berkata, 'Kami akan bangun ulang rumah ibadahmu dengan bahan emas.' Dia menjawab, 'Tidak, bangunlah kembali dengan tanah liat seperti semula!' Lantas mereka mengerjakannya. (Ketiga), ketika seorang bayi sedang menyusu pada ibunya, lalu lewat seorang penunggang kendaraan yang tampak mewah dan berpenampilan bagus. Sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah anakku seperti orang itu.' Sang bayi melepas tetek ibunya lalu menoleh dan memandang orang itu seraya berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti orang itu!' Kemudian dia kembali ke teteknya dan menyusu kembali." Abu Hurairah bercerita: Seakan aku masih melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencontohkannya menyusu dengan jari telunjuk beliau ke mulut dan mengisapnya. Beliau lanjut bersabda, "Kemudian mereka melewati seorang budak wanita yang sedang dipukuli. Mereka berkata, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Sedangkan wanita tersebut hanya berkata, 'Ḥasbiyallāhu wa ni'mal wakīl.' Maka sang ibu berkata, 'Ya Allah! Jangan jadikan anakku seperti dia.' Anak itu melepas teteknya dan memandang wanita tersebut, kemudian dia berkata, 'Ya Allah! Jadikanlah aku seperti dia.' Ketika itu terjadilah dialog antara ibu dan anak. Sang ibu berkata, 'Ketika ada orang yang berpenampilan bagus, aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan putraku seperti dia.' Engkau mengatakan, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu ketika ada seorang budak wanita dipukuli sambil dikatakan, engkau telah berzina dan mencuri, aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan putraku seperti dia.' Engkau berkata, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia?!' Anak itu berkata, 'Laki-laki itu adalah orang yang zalim, maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jangan jadikan aku seperti dia.' Sedangkan terhadap wanita yang kalian katakan: engkau telah berzina dan mencuri, dia tidak pernah berzina dan tak pula mencuri. Maka aku berdoa, 'Ya Allah! Jadikan aku seperti dia.'" (Muttafaq ‘Alaih)
«وَالمومِسَاتُ» بضمِّ الميمِ الأُولَى، وإسكانِ الواوِ وكسرِ الميم الثانيةِ وبالسين المهملَة، وَهُنَّ الزَّوَانِي، وَالمُومِسَةُ: الزَّانِيَةُ. وقوله: «دَابَّةٌ فَارِهَةٌ» بِالْفَاءِ: أيْ حَاذِقَةٌ نَفِيسَةٌ. «وَالشَّارَةُ» بِالشِّينِ المُعْجَمَةِ وَتَخْفيفِ الرَّاءِ: وَهِيَ الجَمَالُ الظَّاهِرُ في الهَيْئَةِ وَالمَلْبَسِ. وَمَعْنَىٰ «تَرَاجَعَا الحديث» أيْ: حَدَّثَتِ الصَّبِيَّ وَحَدَّثَهَا، والله أعلم.
المومِسَاتُ (al-mūmisāt), dengan mendamahkan "mīm" yang pertama, setelahnya "wāw", kemudian mengkasrahkan "mīm" yang kedua, dan setelahnya "sīn", yaitu: para pezina. المُومِسَةُ (al-mūmisah) artinya wanita pezina. دَابَّةٌ فَارِهَةٌ (dābbah fārihah), dengan huruf "fā`", maksudnya: kendaraan yang cerdas dan bagus. الشَّارَةُ (asy-syārah), dengan "syīn", kemudian "rā`" tanpa tasydid, yaitu: keindahan yang tampak pada penampilan dan pakaian. Dan makna (تَرَاجَعَا الحديث), yaitu sang ibu berbicara ke anaknya dan sang anak bicara ke ibunya. Wallāhu a'lam.
الصومعة: البناء المرتفع المحدد أعلاه، وهو مكان تعبد للرهبان.
الصَّوْمَعَةُ (aṣ-ṣauma'ah): bangunan tinggi di bagian ujungnya lancip, yaitu tempat beribadah para rahib.
بغي: زانية تتعاطىٰ الزنىٰ.
بَغِيٌّ (bagyun): wanita pezina yang melakukan perzinaan.
1) صبر هذا العابد ـ جريج ـ حين لم ينتقم لنفسه، بل رضي بالقناعة، وأن يكون مع الضعفاء والفقراء.
1) Kesabaran sang ahli ibadah, Juraij, ketika dia tidak balas dendam, tetapi rida bersikap kanaah dan memilih hidup bersama orang-orang lemah dan miskin.
2) العبد إذا تعرّف علىٰ الله تعالىٰ في الرّخاء عرفه في الشدة، فالصادق في إيمانه لا تضرّه الفتن، ومن رحمة الله أن يجعل لأوليائه عند ابتلائهم مخارج، وإنما يتأخر ذلك تهذيباً وزيادة لهم في الثواب.
2) Seorang hamba bila mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- pada kondisi lapang, maka Allah akan menolongnya pada kondisi sulit. Orang yang imannya tulus tidak akan celaka oleh berbagai fitnah. Dan termasuk bentuk kasih sayang Allah, Dia memberikan jalan keluar bagi wali-wali-Nya ketika mereka diuji. Kadang hal itu terlambat demi membersihkannya dari dosa serta memberikan tambahan pahala baginya.
3) حرص العبد أن يكون مع عامة الناس دون المتكبرين الجبارين.
3) Tekad seorang hamba agar bergaul dengan keumuman manusia, bukan bersama orang-orang yang sombong dan zalim.
4) الترغيب في إيثار إجابة الأم علىٰ صلاة التطوع.
4) Anjuran untuk mendahulukan panggilan ibu dari salat sunah.
5) من فقه العبد أن يفزع إلىٰ الصلاة عند زول الشدائد.
5) Merupakan bentuk dalamnya pemahaman seseorang bila dia segera melaksanakan salat ketika terjadi kesulitan.