Aṭ-Ṭa'ām (makanan) adalah apa yang dimakan oleh seseorang, yaitu yang dicicipi rasanya, sehingga mencakup minuman dan makanan. Maka, judul kitab ini mencakup adab makan dan minum.
1/728- Umar bin Abi Salamah -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, "Bacalah bismillāh, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu!" (Muttafaq 'Alaih)
2/729- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia menyebut nama Allah -Ta'ālā-. Jika ia lupa menyebut nama Allah -Ta'ālā- di awal, maka hendaklah ia mengucapkan, "Bismillāhi awwalahu wa ākhirahu (dengan nama Allah di awal dan di akhirnya)." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan sahih")
1) Mengajarkan anak-anak kita tentang adab makan dan minum adalah bagian dari petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
2) Membaca bismillāh ketika makan hukumnya wajib ketika diingat, bila sengaja ditinggalkan maka dia berdosa dan akan disertai makan oleh setan.
3) Mengambil makanan yang ada di hadapan orang lain termasuk adab yang buruk, kecuali bila makanannya beraneka ragam maka tidak mengapa.
3/730- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan berkata kepada teman-temannya, 'Tidak ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian.' Jika dia masuk tanpa menyebut nama Allah ketika masuk, setan berkata, 'Kalian telah menemukan tempat bermalam.' Dan jika dia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan berkata, 'Kalian telah menemukan tempat bermalam dan makan malam.'" (HR. Muslim)
1) Di antara bentuk rahmatnya syariat Islam ialah syariat menganjurkan kepada hamba untuk mengerjakan apa yang akan melindunginya dari setan.
2) Setan selalu mengintai manusia dalam perbuatan dan tindak-tanduknya. Bila dia lalai maka setan akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Sehingga orang yang diberi taufik adalah yang melindungi dirinya dengan mengerjakan Sunnah Nabi.
4/731- Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Biasanya apabila kami menghadiri jamuan bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kami tidak meletakkan tangan pada hidangan sebelum Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meletakkan tangannya. Suatu ketika kami bersama beliau menghadiri hidangan makanan, tiba-tiba seorang anak perempuan datang seolah-olah didorong dan bermaksud meletakkan tangannya pada makanan itu, sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang tangannya. Kemudian datang seorang badui seolah-olah didorong, maka beliau pun memegang tangannya. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Sesungguhnya setan akan ikut menyantap makanan bila tidak disebut nama Allah -Ta'ālā- padanya. Sungguh ia datang bersama anak perempuan ini supaya ia ikut menyantapnya, sehingga aku memegang tangannya. Kemudian ia datang dengan orang badui ini supaya ia ikut menyantapnya, maka aku pun memegang tangannya. Demi Allah yang jiwaku ada di Tangan-Nya! Sungguh tangan setan itu ada dalam genggaman tanganku beserta tangan keduanya.' Kemudian beliau mengucapkan bismillāh dan makan." (HR. Muslim)
1) Penghormatan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta menjelaskan adab mereka terhadap beliau.
2) Di antara adab makan ialah mendahulukan orang yang lebih tua supaya makan lebih awal, karena mendahului orang yang tua ketika makan bertentangan dengan adab mulia.
3) Kewajiban mengingkari kemungkaran bagi orang yang mengetahuinya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang tangan mereka kemudian mengajari mereka apa yang harus mereka kerjakan dalam adab makan.
5/732- Umayyah bin Makhsyiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang duduk di saat ada seseorang sedang makan dan tidak membaca bismillāh sampai tidak tersisa dari makanannya kecuali sesuap lagi. Kemudian ketika mengangkat suapan itu ke mulutnya, dia mengucapkan, "Bismillāhi awwalahu wa ākhirahu (dengan nama Allah di awal dan akhirnya)." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa lalu bersabda, "Setan senantiasa ikut makan bersamanya. Kemudian ketika dia menyebut nama Allah, setan itu pun memuntahkan apa yang ada di perutnya." (HR. Abu Daud, Tirmizi, dan An-Nasā`iy) [2].
6/733- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menyantap satu makanan bersama enam orang sahabatnya, lalu seorang badui datang dan memakannya dengan dua kali suap, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Andai saja ia menyebut nama Allah, niscaya makanan tersebut cukup untuk kalian semua." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadis hasan sahih)
1) Menyebut nama Allah -Ta'ālā- akan mendatangkan keberkahan pada segala sesuatu, karena tidaklah seorang hamba menyebut nama Rabb-nya pada sesuatu kecuali akan turun padanya keberkahan.
2) Setan itu dekat dengan orang yang lalai dan jauh dari orang yang mengingat Allah -Ta'ālā-. Oleh karena itu, hendaklah orang beriman berusaha untuk selalu mengingat Allah.
3) Anjuran supaya makan bersama-sama walaupun sedikit.
7/734- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika mengangkat hidangannya (selesai makan) beliau mengucapkan, "Alḥamdulillāhi ḥamdan kaṡīran ṭayyiban mubārakan fīhi, gaira makfiyyin wa lā muwadda'in wa lā mustagnan 'anhu rabbanā (Artinya: Segala puji milik Allah dengan pujian yang banyak, baik, dan penuh berkah; Dia tidak membutuhkan (sesuatupun), tidak ditinggalkan, dan selalu dibutuhkan, wahai Rabb kami)." (HR. Bukhari)
غَيْرَ مَكْفِيٍّ (gaira makfiyyin): tidak membutuhkan seorang pun di antara makhluk-Nya; Dia Mahakaya, yang memberi makan, tidak diberi makan.
لا مُوَدَّع (lā muwadda'in): tidak ditinggalkan dari permintaan kepada-Nya; artinya, Allah Yang Mahasuci satu-satunya tempat meminta.
1) Apabila seseorang telah makan, dia harus memuji Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-; hanya Allah semata yang berhak terhadap pujian, tidak ada yang lain, karena Allah adalah pemilik semua karunia.
2) Semua hamba butuh kepada Allah, sedangkan Allah tidak butuh kepada mereka, bahkan Allahlah yang memberikan mereka berbagai karunia, sehingga semua hamba butuh kepada Allah Yang Mahasuci dalam menciptakan mereka dan memberikan mereka rezeki.
8/735- Mu'āż bin Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menyantap makanan lalu mengucapkan: alḥamdulillāhillażī aṭ'amanī hāżā aṭ-ṭa'āma wa razaqnīhi min gairi ḥaulin minnī wa lā quwwah (segala puji hanya milik Allah yang telah memberiku makanan ini dan menganugerahkannya kepadaku tanpa ada daya dan kekuatan dariku), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadis hasan")
1) Menjelaskan besarnya karunia Allah kepada hamba-Nya; yaitu seluruh urusan semua hamba berasal dari Allah -'Azza wa Jalla-, bukan dengan kemampuan dan kekuatan mereka.
2) Kabar gembira bagi orang-orang beriman berupa ampunan dosa dan penambahan karunia apabila mereka bersyukur kepada Tuhan mereka atas nikmat-nikmat-Nya, di antaranya nikmat makanan dan minuman.