Terjemahan yang Berlaku English عربي

101- BAB LARANGAN MENCELA MAKANAN DAN ANJURAN MEMUJINYA

1/736- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah mencela makanan. Jika beliau suka makanan itu, beliau menyantapnya. Apabila tidak menyukainya, beliau membiarkannya." (Muttafaq 'Alaih)

2/737- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah meminta lauk ‎kepada keluarganya, maka mereka berkata, “Kami tidak memiliki apa-apa kecuali cuka." Beliau kemudian ‎memintanya dan makan dengan cuka tersebut. Beliau bersabda, "Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka." (HR. Muslim)

Kosa Kata Asing:

الأُدم (al-udm): sesuatu (lauk) yang dimakan bersama roti, apa pun jenisnya.

Pelajaran dari Hadis:

1) Seorang hamba wajib mengetahui besarnya nilai nikmat Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Oleh karena itu, tidak boleh mencela makanan hanya karena tidak menyukainya.

2) Keagungan akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu beliau tidak pernah mencela makanan yang halal.

Faedah Tambahan:

Di antara prinsip pembinaan iman ialah menahan diri dari apa yang diinginkan di sebagian waktu. Tidak boleh semua yang diinginkan harus diusahakan untuk didapatkan. Melainkan, seorang mukmin harus mendidik diri supaya sederhana dalam kehidupan dan tidak tenggelam dalam menikmati kenikmatan yang diperbolehkan. Ia cukup mengambil sesuai kebutuhan, karena dunia dengan semua kenikmatannya tidak ada nilainya untuk dijadikan oleh seseorang sebagai negeri tempat tinggal. Lagi pula di antara sifat hamba Ar-Raḥmān yang saleh dan dianjurkan oleh Al-Qur`ān adalah: "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi di antara keduanya secara wajar." (QS. Al-Furqān: 68)

Kita tidak menghalangi diri dari kenikmatan dunia yang halal, tetapi juga kita tidak boleh tenggelam dengan jiwa kita dalam kenikmatan dunia.