1/738- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian diundang, maka hendaklah dia memenuhinya. Jika dia berpuasa, hendaklah dia mendoakan (orang yang mengundang). Tetapi jika dia tidak berpuasa, maka hendaklah dia makan." (HR. Muslim)
Para ulama berkata, "Makna "فَلْيُصَلِّ" (fal-yuṣalli): hendaklah dia berdoa. Dan makna "فَلْيَطْعَمْ" (fal-yuṭ'im): hendaklah dia makan."
1) Kewajiban memenuhi undangan pesta atau walimah pernikahan, baik dia berpuasa ataupun tidak berpuasa.
2) Puasa tidak boleh menghalangi pelakunya dari menghadiri undangan walimah pernikahan, bila ia hadir ia hendaknya menyibukkan diri dengan mendoakan keberkahan dan kebaikan bagi yang mengundang.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang berpuasa sunah adalah pemimpin dirinya; hendaklah dia lanjut berpuasa bila mau, dan dia juga boleh membatalkannya bila mau." (HR. Ahmad). Dari kandungan hadis ini dapat disimpulkan:
Boleh membatalkan puasa sunah bagi orang yang diundang ke walimah pernikahan, khususnya bila tujuan membatalkan puasanya untuk memberikan kebahagiaan kepada pihak yang mengundang.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amal saleh yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada seorang muslim, atau engkau menghilangkan satu kesulitannya, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama saudaraku untuk suatu keperluan lebih aku sukai dari beriktikaf di masjid ini -yakni Masjid Madinah- selama satu bulan. Siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk suatu keperluan hingga dia mewujudkannya, maka Allah akan meneguhkan kakinya di atas sirat pada hari ketika kaki tergelincir." HR. Ibnu Abi Ad-Dunyā dalam kitab Qaḍā` Al-Ḥawā`ij dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-.