Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

185 - Chapter on the merit of ablution

185- BAB KEUTAMAAN WUDU

en

Allah Almighty says: {O you who believe, when you rise to [perform] prayer, wash your faces and your forearms to the elbows and wipe over your heads and wash your feet to the ankles...} until the end of the verse: {Allah does not intend to make difficulty for you, but He intends to purify you and complete His favor upon you that you may be grateful.} [Surat al-Mā’idah: 6]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Mā`idah: 6)

en

Guidance from the verse:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Ablution is a favor from Allah Almighty upon this Ummah, as it contains outward purification in the form of cleanliness and inward purification represented by complying with the command of Allah and His Messenger.

1) Wudu adalah nikmat dari Allah -Ta'ālā- kepada umat ini, karena wudu melahirkan kesucian lahiriah dengan terwujudnya kebersihan dan kesucian batin dengan melaksanakan perintah Allah -Ta'ālā- dan perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) The verse includes description of ablution and bathing and the ruling on dry ablution - all without any inconvenience or difficulty. Allah Almighty is more merciful to us than ourselves. All what He legislated is good and beneficial for us, and all what He prohibited is harmful and bad for us.

2) Ayat ini berisikan tata cara wudu, mandi, serta hukum tayamum, dan ini semua tanpa memiliki kesulitan dan kesusahan, karena Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih kasih sayang kepada kita daripada diri kita sendiri. Semua yang disyariatkan oleh Allah mengandung kebaikan dan kemaslahatan, dan semua yang Allah haramkan kepada kita di dalamnya terkandung keburukan dan kekurangan.

en

3) A person should receive favors with gratitude, observing the commands and prohibitions of Allah Almighty and believing what He revealed.

3) Seorang hamba wajib membalas nikmat dengan syukur, yaitu dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, melaksanakan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, dan membenarkan firman-Nya.

en

1024/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “My nation will come forth on the Day of Judgment like the ‘Ghurr (bright faces) Muhajjalīn’ (bright hands and legs) from the traces of ablution.”

1/1024- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari Kiamat dalam keadaan wajah, tangan, dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudu.”

en

So whoever can lengthen his Ghurrah should do so. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

Maka siapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya, hendaklah dia lakukan. (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Ghurr: pl. of Agharr (having a white blaze on the forehead); derived from 'Ghurrah': the white blaze on the forehead of a horse.

غُرًّا (gurran), bentuk jamak dari "الأَغَرُّ" (al-agarr), berasal dari kata "al-gurrah" yang memiliki artia warna putih di wajah.

en

Muhajjalīn: pl. of Muhajjal (having white legs); meaning their hands and legs are bright and radiant because they were washed in ablution.

مُحَجَّلينَ (muḥajjalīn): cahaya putih di bagian anggota wudu berupa tangan dan kaki.

en

--

Maksudnya, bahwa bagian-bagian anggota tubuh ini pada umat Islam akan diberikan cahaya yang bersinar terang pada hari Kiamat karena ia adalah bekas wudu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the merit of ablution. It will be a light for the believers in this Ummah on the Day of Judgment, as an exclusive privilege for them.

1) Keutamaan wudu, yaitu wudu akan mendatangkan cahaya bagi orang beriman dari kalangan umat ini secara khusus pada hari Kiamat nanti.

en

2) It highlights the merit of this Ummah as Allah Almighty has given it certain characteristics to the exclusion to other communities. In a Hadīth, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “You have distinctive features not possessed by anyone else but you.” [Narrated by Muslim]

2) Keutamaan umat Islam, karena Allah -Ta'ālā- telah mengistimewakan mereka dengan hal ini tanpa umat yang lain, sehingga disebutkan di sebagian riwayat hadis ini dalam Ṣaḥīḥ Muslim, "Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh siapa pun selain kalian." Yakni tanda khusus.

en

3) Acts of worship leave a trace and light on the face, unlike sins, which bring darkness to the face. So, a believer should strive to bring brightness to his face through acts of piety and beware of blackening it by the darkness of sins.

3) Ketaatan akan menyisakan jejak dan cahaya di wajah, sebagaimana maksiat meninggalkan kegelapan di wajah. Oleh karena itu, orang beriman harus bersungguh-sungguh untuk memutihkan wajahnya dengan cahaya ketaatan, dan berhati-hati supaya tidak menghitamkannya dengan gelapnya kemaksiatan.

en

Note:

Peringatan:

en

Regarding the words “Whoever can lengthen his Ghurrah should do so”, the scholars said: This sentence is not part of the Prophet’s statement; rather, it was said by Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) out of his desire to urge people to increase their Ghurrah, which is not possible (because the area of the face is limited). Commenting on this, Ibn Al-Qayyim (may Allah have mercy upon him) said in his poem (what means):

Kalimat dalam hadis di atas: "Maka siapa di antara kalian yang bisa memanjangkan cahayanya, hendaklah dia lakukan"; disebutkan oleh ulama hadis bahwa kalimat ini tidak berasal dari ucapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, melainkan dari ucapan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, yaitu Abu Hurairah hendak memberikan motivasi untuk menambah cahaya di wajah serta tangan dan kaki. Namun, anjuran Abu Hurairah ini tidak memungkinkan untuk dipraktikkan, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul-Qayyim -raḥimahullāh-,

en

Abu Hurayrah said that from his own accord, and it is recognizable by those who have knowledge

Abu Hurairah menuturkannya dari pandangan pribadinya, lalu para ulamalah yang memilahnya,

en

It is not possible to lengthen the Ghurrah as well, and this is crystal clear

Memanjangkan cahaya gurrah juga tidaklah mungkin, dan ini sangat jelas sekali.

en

1025/2 - He also reported: I heard the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “The adornment of the believer will reach as far as his ablution reaches.” [Narrated by Muslim]

2/1025- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku telah mendengar kekasihku -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Perhiasan seorang mukmin akan sampai di tempat sampainya air wudu." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Part of the merit of ablution is that the parts of the body included in it will be an adornment with which the believer, male or female, will be adorned in Paradise.

1) Di antara keutamaan wudu adalah bahwa tempat-tempat anggota wudu akan diberikan perhiasan pada hari Kiamat sebagai perhiasan orang beriman di dalam surga, baik laki-laki ataupun perempuan.

en

2) Recompense for a deed should be of the same nature of the deed. Allah Almighty rewards the believers with jewelry of gold, silver, and pearl at the places where ablution is made, as recompense for their regular performance of it in the worldly life.

2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan; yaitu Allah -Ta'ālā- akan memberikan balasan kepada orang beriman dengan memberi mereka perhiasan emas, perak, dan permata di tempat-tempat anggota wudu, sebagai balasan karena mereka telah menjaganya di dunia.

en

1026/3 - ‘Uthmān ibn ‘Affān (may Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “He who performs ablution perfectly, his sins will leave his body until they come out from under his fingernails.” [Narrated by Muslim]

3/1026- 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang berwudu dan dia menyempurnakan wudunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya hingga dosanya itu keluar dari bawah kukunya." (HR. Muslim)

en

1027/4 - He also reported: I saw the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) perform ablution like this ablution of mine and then he said: “He who performs ablution like this, his past sins will be forgiven and his prayer and walk to the mosque will be a supererogatory act of worship.” [Narrated by Muslim]

4/1027- Juga dari 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- berwudu seperti wuduku ini, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang berwudu seperti ini, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Sedangkan salatnya dan langkahnya menuju masjid terhitung sebagai tambahan." (HR. Muslim)

en

1028/5 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If a Muslim – or a believer – performs ablution, when he washes his face, every sin he has committed with his eyes is washed away with water, or with the last drop of water; when he washes his hands, every sin he has committed with his hands is washed away with water, or with the last drop of water; and when he washes his feet, every sin that his feet walked towards is washed away with water, or with the last drop of water, until he comes out cleansed of sins.” [Narrated by Muslim]

5/1028- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila seorang muslim atau mukmin berwudu, lalu membasuh wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap dosa akibat pandangan kedua matanya bersamaan dengan air itu, atau bersama dengan tetesan air terakhir. Lalu jika dia membasuh kedua tangannya, akan keluarlah setiap dosa akibat perbuatan yang dilakukan kedua tangannya bersamaan dengan air itu, atau bersama dengan tetesan air yang terakhir. Lalu jika ia membasuh kedua kaki, akan keluarlah setiap dosa akibat langkah kedua kakinya bersamaan dengan air itu, atau bersama tetesan air terakhir. Sehingga ia keluar (dari wudu) dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Ablution is a great act of worship, as it leads to forgiveness of sins, even the smallest of them, which lie under the fingernails.

1) Wudu merupakan salah satu ibadah yang agung karena dengannya dosa-dosa akan dihapuskan, bahkan dosa yang halus, yaitu yang ada di bawah kuku.

en

2) When a Muslim, during ablution, feels sincerity to Allah Almighty and adherence to the Prophet’s Sunnah and recalls forgiveness of sins due to his ablution, all this is worship for which he will be rewarded. A fortunate person is the one guided to these meanings in terms of awareness and action.

2) Ketika seorang mukmin menghadirkan niat ikhlas kepada Allah -Ta'ālā-, niat mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan niat pengampunan dosa saat berwudu, maka semua itu adalah ibadah yang mendatangkan pahala baginya. Maka orang yang berbahagia sebenarnya ialah yang diberikan taufik kepada perkara ini secara ilmu dan pengamalan.

en

3) They show the merit of this Ummah, as Allah Almighty grants them great rewards for small deeds.

3) Keutamaan umat ini; yaitu Allah memberikan mereka pahala yang besar pada amal perbuatan yang sederhana.

en

4) The Companion in the Hadīth followed the Prophet’s example and was keen to convey his guidance to the Ummah. This is a sign of the honor and virtue of the Companions (may Allah be pleased with them). May Allah show mercy to those who follow in their footsteps!

4) Usaha sahabat yang mulia ini -raḍiyallāhu 'anhu- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kegigihannya untuk menyampaikan petunjuk Nabi kepada umat Islam, dan ini bagian dari kemuliaan dan keutamaan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-. Semoga Allah merahmati hamba yang berjalan di atas petunjuk mereka.

en

5) Allah Almighty is merciful to this Ummah, as He legislated for them simple acts of worship for which He forgives many sins. Expiations of sins are a divine mercy towards the believers.

5) Besarnya rahmat Allah -Ta'ālā- kepada umat Islam, yaitu Dia mensyariatkan untuk mereka ibadah-ibadah sederhana yang akan mendatangkan ampunan terhadap dosa-dosa yang besar. Semoga Allah -Ta'ālā- merahmati orang-orang beriman dengan mengampuni dosa mereka.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

His statement “his prayer and walk to the mosque will be a supererogatory act of worship,”

Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: "Sedangkan salatnya dan langkahnya menuju masjid terhitung sebagai tambahan";

en

supererogatory linguistically means surplus or addition. A similar meaning occurs in the verse that says: {And from [part of] the night, pray with it as supererogatory [worship] for you.} i.e. as additional worship for you. The Hadīth means that his prayer and walk to the mosque is an addition to the forgiveness of sins as a result of his ablution and initial prayer, which is the Sunnah prayer to be offered after ablution.

Makna "an-nafl" secara bahasa, yaitu: tambahan. Sebagaimana Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud sebagai suatu (ibadah) tambahan bagimu." (نَافِلَة لَّكَ) artinya: sebagai (ibadah) tambahan bagimu. Makna hadis ini adalah sebagai tambahan atas pengampunan dosa. Karena dosa orang yang berwudu telah diampuni dengan wudu dan salatnya yang pertama, yaitu salat sunnah wudu, bagi orang yang berwudu dan mengerjakan salat sunnah wudu. Sehingga langkahnya menuju masjid serta salatnya adalah tambahan atas pengampunan dosa.

en

1029/6 - He also reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to the cemetery and said: “Peace be upon you, O dwellers of abode of the believers! We, if Allah wills, will follow you. I wish that we could see our brothers.” They said: “O Messenger of Allah, are we not your brothers?” He said: “You are my Companions, but my brothers are those who have not come into the world yet.” They said: “O Messenger of Allah, how will you recognize those of your Ummah who are not born yet?” He said: “Say, if a man has white-footed horses with white foreheads among horses which are pitch black, will he not recognize his own horses?” They said: “Yes, O Messenger of Allah!” He said: “They will come with bright faces and white hands and feet from ablution; and I will arrive at the Basin ahead of them.” [Narrated by Muslim]

6/1029- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke kubur kemudian membaca, "As-salāmu 'alaikum dāra qaumin mu`minīn, wa innā in syā`allāhu bikum lāḥiqūn (artinya: Semoga keselamatan untuk kalian wahai penghuni kuburan kaum mukminin, kami insya Allah akan menyusul kalian)." Kemudian beliau bersabda, "Sungguh, aku membayangkan seandainya kita telah melihat saudara-saudara kita." Mereka bertanya, "Bukankah kami saudaramu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Kalian adalah sahabatku. Sedangkan saudara kita adalah mereka yang belum datang sama sekali." Mereka bertanya, "Bagaimana engkau dapat mengenal orang-orang yang belum datang dari kalangan umatmu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Bagaimana menurut kalian, seandainya seseorang memiliki kuda yang putih di bagian muka dan keempat kakinya di tengah-tengah gerombolan kuda yang hitam polos, tidakkah dia mengenalnya?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Sungguh, mereka akan datang dalam keadaan wajah, tangan, dan kaki mereka putih bercahaya karena wudu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ (gurr muḥajjalah): al-gurrah ialah warna putih di muka kuda, sedangkan at-taḥjīl ialah warna putih di kaki kuda.

en

--

دُهْم بُهْم (duhmun buhmun): ad-duhm, dengan mendamahkan "dāl" dan mensukunkan "hā`", artinya: yang hitam. Sedangkan al-buhm, dengan mendamahkan "bā`" dan mensukunkan "hā`", artinya: yang warnanya tidak bercampur dengan warna lain selain hitam.

en

--

فَرَطُهُمْ (faraṭuhum): yang mendahului mereka; al-faraṭ ialah yang mendahului sesuatu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is permissible to visit the graves, as they remind us of the Hereafter. The reason behind the reported prohibition of visiting the graves is that people in the initial phase of Islam had recently left polytheism; that is why the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) feared that their hearts would be attached to the graves. So, he prohibited them from visiting them. Thereafter, when monotheism and faith settled in people’s hearts, he encouraged them to visit the graves, and the prohibition was thus abrogated.

1) Anjuran berziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kepada akhirat. Adapun larangan yang ada terhadap ziarah kubur, maka penyebabnya adalah bahwa dahulu orang-orang di awal Islam belum lama meninggalkan kesyirikan, sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- khawatir hati mereka masih bergantung kepada kubur, maka beliau pun melarang ziarah kubur. Kemudian setelah tauhid dan iman telah tertanam dalam hati mereka, beliau menganjurkan ziarah kubur dan membatalkan pelarangannya.

en

2) It is Sunnah for a Muslim to give this greeting when he visits the graves: “Peace be upon you, dwellers of the abode of the believers.”

2) Disyariatkannya mengucapkan salam pada penghuni kubur dengan bacaan: "As-salāmu 'alaikum dāra qaumin mu`minīn (artinya: Semoga keselamatan untuk kalian wahai penghuni kuburan kaum mukminin)."

en

3) The Companions (may Allah be pleased with them) were brothers and companions to the Prophet; but those who came later are his brothers, not his companions.

3) Para sahabat adalah saudara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sekaligus sahabat beliau, adapun orang beriman yang datang setelah mereka ialah saudara beliau, dan bukan sahabat beliau.

en

4) The trace of ablution in the face and limbs on the Day of Judgment will be a sign characterizing this Ummah, out of Allah’s grace and bounty.

4) Pada hari Kiamat bekas wudu yang ada di muka dan kaki serta tangan menjadi tanda bagi umat Muhammad yang tercinta ini, dengan karunia dan kebaikan dari Allah.

en

5) We may supplicate Allah to have mercy on the dwellers of the graves, but we may not ask those in the graves to supplicate for us, as they have no power to bring about benefit or cause harm.

5) Penghuni kubur didoakan dengan rahmat, bukan dimintai doa, karena mereka tidak memiliki sebuah manfaat maupun keburukan.

en

1030/7 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Shall I inform you of that by which Allah erases sins and raises ranks?” They said: “Yes, O Messenger of Allah!” He said: “Performing ablution thoroughly despite difficulties, taking many steps to mosques, and waiting for the next prayer after the last prayer; that is the Ribāt, that is the Ribāt (standing vigil for the sake of Allah).” [Narrated by Muslim]

7/1030- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudu dalam kondisi-kondisi yang tidak disukai, banyak langkah menuju masjid, dan menunggu salat berikutnya setelah mengerjakan salat, yang demikian itu ibarat berjaga dalam jihad melawan musuh." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen to know the ways of good and act upon them. That is the believer; he inquires about the gates of goodness to be among those who enter through them.

1) Antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam mengetahui pintu-pintu kebaikan dan mengamalkannya. Beginilah seharusnya keadaan seorang mukmin, yaitu dia bertanya tentang kunci kebaikan dengan tujuan agar dia masuk di dalamnya.

en

2) Ablution – performed without intentional difficulty – expiates sins, provided no harm is involved; otherwise, it should not be made; rather, a person should perform dry ablution to avoid harm.

2) Wudu -pada situasi yang dibenci dan sulit yang tidak disengaja- adalah pintu penghapusan dosa, tetapi dengan syarat hal itu tidak menimbulkan adanya kemudaratan. Adapun jika disertai dengan timbulnya kemudaratan, maka dia tidak boleh melakukan wudu, tetapi cukup bertayamum.

en

3) A person is not required or recommended to do anything that causes him hardship or harm. On the contrary, the easier the worship, the better.

3) Seorang hamba tidak diperintahkan, dan tidak juga disunahkan untuk mengerjakan sesuatu yang menyulitkan dan yang mencelakakannya. Bahkan, semakin mudah ibadah yang disyariatkan ia lakukan, maka itu lebih utama.

en

4) It shows the merit of congregational prayer in the mosque. If a person goes to the mosque from a distant place, he gets a greater reward, provided he does not go to a distant mosque on purpose.

4) Keutamaan salat berjamaah di masjid sekalipun orang yang hendak melakukannya harus datang dari tempat yang jauh, bahkan pahalanya lebih besar, tetapi tidak boleh dia sengaja mengambil jarak yang jauh.

en

1031/8 - Abu Mālik al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Purity is half of faith.” [Narrated by Muslim]

8/1031- Abu Mālik Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bersuci adalah setengah keimanan." (HR. Muslim)

en

It was cited in its entirety in the chapter on patience

Hadis ini telah dibawakan secara lengkap dalam Bab Sabar.

en

The chapter also contains the Hadīth reported by ‘Amr ibn ‘Abasah (may Allah be pleased with him) cited above in the latter part of the chapter on hope. It is a great Hadīth indeed that includes lots of good things.

Juga dalam bab ini terdapat hadis 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- yang telah disebutkan di akhir Bab Harapan. Hadis itu adalah hadis yang agung dan mengandung sekian banyak kebaikan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Purity includes both physical purification by ablution (Wudū) and bathing (Ghusl); and moral purification, like freedom from polytheism, doubts, spite, and rancor.

1) Bersuci mencakup bersuci secara lahiriah dengan berwudu dan mandi, dan bersuci secara maknawi, yaitu bersuci dari kesyirikan, keraguan, hasad, dan dengki.

en

2) Half of faith is to attain both outward physical purification and inward moral purification through removing tangible impurities and getting rid of vices and different types of polytheism, religious innovations, and sins.

2) Setengah keimanan adalah menyucikan diri dengan penyucian yang bersifat lahir dan batin, yaitu dengan meninggalkan dan membersihkan diri dari kotoran dan keburukan serta dari berbagai macam kesyirikan, bidah, dan maksiat.

en

The other half is possessing virtues, such as noble manners and good deeds.

Sedangkan setengah sisanya adalah menghias diri dan menguatkannya dengan amalan-amalan mulia, seperti akhlak mulia dan amal saleh.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

As regards Al-Nawawi’s statement: “The chapter also contains the Hadīth reported by ‘Amr ibn ‘Abasah (may Allah be pleased with him) cited above in the latter part of the chapter on hope. It is a great Hadīth indeed, which includes lots of good things,”

Perkataan An-Nawawiy -raḥimahullāh-: "Juga dalam bab ini terdapat hadis 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- yang telah disebutkan di akhir Bab Harapan; hadis itu adalah hadis yang agung dan mengandung sekian banyak kebaikan."

en

the Hadīth has been previously cited with the number 438, and the part of it that focuses on the merit of ablution says: “When a person begins ablution and rinses his mouth and nose, the sins committed by his face, mouth, and nostrils are washed out. Then if he washes his wrist...” to the end of the Hadīth.

Hadis ini telah disebutkan pada nomor 438. Dan yang menjadi objek dalil dari hadis tersebut dalam Bab Keutamaan Wudu ialah sabda beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Tidaklah salah seorang kalian menghadirkan air wudunya, lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya, melainkan gugur dosa-dosa wajah, mulut dan hidungnya. Kemudian ketika dia membasuh wajahnya ... ."

en

1032/9 - ‘Umar ibn al-Khattāb (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If anyone of you performs ablution thoroughly and then says, ‘Ashhadu an la ilaha illa Allah wahdahu la sharīka lah, wa ashhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasūluh’ (I bear witness that there is no god but Allah alone without any partner and that Muhammad is His slave and Messenger,’ the eight gates of Paradise will be opened for him and he may enter from whichever of them he wishes.” [Narrated by Muslim]

9/1032- Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Tidaklah seseorang di antara kalian berwudu lalu dia bersungguh-sungguh -atau lalu dia menyempurnakan wudunya- kemudian dia membaca, 'Asyhadu an lā ilāha illallāh waḥdahu lā syarīka lahu, wa asyhadu anna Muḥammadan 'abduhu wa rasūluh', melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia mau.” (HR. Muslim)

en

An addition by Al-Tirmidhi says: “Allahumma ij‘alni min at-tawwābīn waj‘alni min al-mutatahhirīn (O Allah, make me of those who are constantly repentant and those who constantly purify themselves).”

Dalam riwayat Tirmizi terdapat tambahan doa: "Allāhumma ij'alnī minat-tawwābīn, wa-j'alnī minal-mutaṭahhirīn (artinya: Ya Allah! Jadikanlah aku ke dalam golongan orang yang bertobat, dan jadikan pula aku ke dalam golongan orang yang menyucikan diri)."

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Performing ablution according to the Prophet’s guidance is a reason for entering Paradise.

1) Wudu sesuai petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sebab masuk surga.

en

2) Proclaiming the testimony of faith after ablution constitutes a combination of both inward purification and outward purification.

2) Syahadat tauhid setelah berwudu mengandung penggabungan antara kesucian batin dengan tauhid dan menyempurnakan kesucian lahiriah dengan wudu.

en

3) It points out the merit of performing ablution thoroughly and completely according to the Prophet’s guidance. A believer should be keen to learn the Prophet’s guidance in ablution just as he is keen to learn it concerning prayer.

3) Keutamaan menyempurnakan wudu, yaitu mengerjakan wudu secara sempurna tanpa ada yang dikurangi serta sesuai petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sebab itu, seorang mukmin harus bersungguh-sungguh untuk mempelajari petunjuk Nabi tentang wudu, sebagaimana dia bersungguh-sungguh dalam mempelajari petunjuk Nabi tentang salat.