Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

23. Chapter on Enjoining Good and Forbidding Evil

23- BAB AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

en

Allah Almighty says: {Let there be a group from among you who call to goodness: enjoining what is right, and forbidding what is wrong. It is they who are successful.} [Surat Āl ‘Imrān: 164] Allah Almighty also says: {You are the best nation ever raised for mankind: you enjoin what is right and forbid what is wrong} [Surat Āl ‘Imrān: 110] Allah Almighty also says: {Be gracious, enjoin what is right and turn away from those who are ignorant.} [Surat Al-A‘rāf: 199] Allah Almighty says: {The believers, both men and women, are allies of one another; they enjoin what is good and forbid what is evil} [Surat al-Tawbah: 71] Allah Almighty says: {Those who disbelieved from the Children of Israel were cursed on the tongue of David and Jesus, son of Mary. That was because of their disobedience and their persistence in transgression. They did not forbid one another from committing evil deeds. Terrible was indeed what they used to do!} [Surat al-Mā’idah: 78-79] Allah Almighty says: {Say, “The truth is from your Lord. Whoever wills may believe, and whoever wills may disbelieve.”} [Surat al-Kahf: 29] Allah Almighty says: {Then proclaim what you are commanded, and turn away from those who associate partners with Allah.} [Surat al-Hijr: 94] Allah Almighty says: {When they ignored the admonition they were given, We saved those who forbade evil and seized the wrongdoers with a grievous punishment for their defiant disobedience.} [Surat al-A‘rāf: 165] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Āli 'Imrān: 104) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar." (QS. Āli 'Imrān: 110) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Berikanlah maaf, perintahkanlah untuk berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang jahil." (QS. Al-A'rāf: 199) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar." (QS. At-Taubah: 71) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat." (QS. Al-Mā`idah: 78-79) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan katakanlah (Muhammad), 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman. Dan barangsiapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir.'” (QS. Al-Kahfi: 29) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." (QS. Al-Ḥijr: 94) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang yang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'rāf: 165) Ayat-ayat dalam bab ini banyak dan makruf.

en

Benefit:

Faedah:

en

Good (Ma‘rūf) refers to all that is recognized as good by the Sharia, reason, and custom upheld by such righteous and good people who adopt a moderate approach that is away from extremism and negligence.

- Makruf (kebaikan) adalah sesuatu yang dikenal baik menurut agama, akal, dan 'urf (adat istiadat). 'Urf yang dimaksud adalah kebiasaan orang yang baik dan saleh, yaitu orang-orang yang pertengahan, bukan orang yang ekstrem ataupun lalai.

en

Evil (Munkar) refers to all that is recognized as evil by the Sharia, reason, and custom, as well as all that is disapproved and banned of all kinds of sins like disbelief, religious innovations, and defiant disobedience.

- Mungkar (kemungkaran) adalah sesuatu yang dikenal buruk menurut agama, akal, dan 'urf (adat istiadat). Yaitu mencakup semua yang diingkari dan dilarang oleh syariat berupa berbagai macam maksiat seperti kekufuran, bidah, dan kefasikan.

en

Guidance from the verse:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Wisdom must be employed when enjoining what is good and forbidding what is evil, and this can only be achieved through knowledge, forbearance, and patience.

1) Wajib ketika melakukan amar makruf nahi mungkar menggunakan sikap hikmah, dan itu tidak akan terwujud kecuali dengan ilmu dan sabar.

en

2) The role of enjoining what is good and forbidding what is evil is not limited to men, rather, it includes women as well.

2) Kewajiban amar makruf nahi mungkar bukan hanya tugas khusus laki-laki, tetapi juga mencakup perempuan.

en

3) Forbidding one another from doing what is evil is obligatory, as failing to do so is a cause for curse and expulsion from the mercy of Allah Almighty.

3) Kewajiban saling melarang dari kemungkaran karena meninggalkan nahi mungkar adalah sebab adanya laknat dan pengusiran dari rahmat Allah -Ta'ālā-.

en

4) Enjoining good and forbidding evil is a reason for the Ummah’s salvation and protection from disasters and punishments.

4) Amar makruf dan nahi mungkar merupakan sebab keselamatan dan keterjagaan umat dari bencana dan siksa.

en

As for the relevant Hadīths:

Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan bab ini:

en

184/1- First Hadīth: Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever of you sees an evil, let him change it with his hand; if he cannot, then with his tongue; if he cannot, then with his heart, and that is the weakest form of faith.” [Narrated by Muslim]

1/184- Pertama: Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia ubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu dengan tangannya, hendaklah dengan lisannya. Jika ia tidak mampu dengan lisannya, maka hendaklah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.'" (HR. Muslim)

en

185/2- Second Hadīth: ‘Abdullah ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No Prophet had been sent before me by Allah to a people but he had, among his people, disciples and companions, who followed his ways and obeyed his command. Then, there came after them successors who said what they did not do and did what they were not commanded to do. Whoever strives against them with his hand is a believer; whoever strives against them with his heart is a believer; and whoever strives against them with his tongue is a believer. Beyond that there is no mustard seed’s weight of faith.” [Narrated by Muslim]

2/185- Kedua: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah utus untuk satu umat sebelumku kecuali ia memiliki para pengikut setia dan sahabat-sahabat yang mengamalkan Sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian muncul generasi pengganti setelah mereka yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya ia adalah seorang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya ia adalah seorang mukmin, dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya ia adalah seorang mukmin. Adapun selain pengingkaran itu, maka bukanlah suatu bentuk keimanan meskipun sebesar biji sawi." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

حَوارِيُّون (ḥawāriyyūn): orang-orang pilihan, teman setia para nabi dan pembela mereka yang berjihad.

en

--

خُلُوْفٌ (khulūf), bentuk jamak kata "خَلْف" (khalf) dengan mensukunkan "lām", artinya pengganti yang buruk. Sedangkan "خَلَفَ" (khalaf), dengan memfatahkan "lām", artinya pengganti yang baik. Maksudnya: muncul para pengganti yang buruk.

en

--

خَرْدلٌ (khardal): biji kecil terkenal (sawi).

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) There are levels for forbidding evil which are related to ability, power, and consideration of responsibility.

1) Mengingkari kemungkaran terbagi menjadi beberapa tingkatan sesuai kadar kemampuan dan tanggung jawab setiap insan.

en

2) Whoever seeks salvation should follow the approach used by the prophets in calling to Allah Almighty.

2) Siapa yang menginginkan kesuksesan hendaklah mengikuti manhaj atau metode para nabi di dalam berdakwah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

3) Muslims are urged to strive against those who act contrary to the Islamic law, each according to what he is able to do, because abandoning this duty altogether is a sign of the absence of faith in a person’s heart.

3) Anjuran berjihad melawan orang-orang yang menyelisihi agama, masing-masing sesuai kemampuan, karena meninggalkannya secara total adalah bukti hilangnya iman dari hati seseorang.

en

4) The best people, next to prophets, are their companions.

4) Orang-orang terbaik setelah para nabi adalah sahabat-sahabat mereka.

en

5) The Hadīth warns a Muslim against claiming to do what he does not really do, or doing what he is not commanded to do.

5) Peringatan agar seseorang tidak mengucapkan apa yang tidak dia kerjakan atau mengerjakan apa yang tidak diperintahkan.

en

186/3- Third Hadīth: Abu al-Walīd ‘Ubādah ibn as-Sāmit (may Allah be pleased with him) reported: “We pledged allegiance to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) to listen and obey at times of hardship and ease, energy and tiredness, and to endure if prejudice is held against us, and not to fight for power those in authority, unless you see blatant disbelief concerning which you have a clear proof from Allah Almighty, and to say the truth wherever we are without fearing anyone’s reproach.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/186- Ketiga: Abu Al-Walīd 'Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, "Kami berbaiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk selalu mendengar dan taat dalam kondisi susah dan longgar, semangat (mudah) dan berat (sulit), dalam kondisi monopoli atas kami, dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya, kecuali bila telah melihat ada kekufuran yang terang dan ada bukti yang nyata dalam perkara tersebut dari Allah. Serta agar kami menyampaikan kebenaran di mana pun kami berada tanpa takut celaan orang yang mencela dalam rangka membela Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- -- --

Kalimat المَنْشَط (al-mansyaṭ) dan المَكْره (al-makrah), dengan memfatahkan huruf "mīm" pada keduanya, artinya: dalam kondisi mudah dan sulit. الأثَرةُ (al-aṡarah): memonopoli hak bersama, sebagaimana telah dijelaskan. بَوَاحاً (bawāḥan), dengan "bā`" yang berharakat fatah, setelahnya ada huruf "wāw" kemudian "ḥā`", artinya: yang terang/jelas, tidak berpotensi ditakwil.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Obedience to rulers is obligatory in times of energy and tiredness, and in times of hardship and ease, unless such obedience involves disobedience to Allah Almighty, in which case no obedience is due to them.

1) Kewajiban mendengar dan taat kepada penguasa ketika semangat dan berat, dan ketika sulit dan longgar (mudah), kecuali dalam kemaksiatan kepada Allah maka tidak boleh taat kepada mereka.

en

2) Offering sincere advice to Muslim rulers in the best manner is the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

2) Menasihati dan membimbing para pemimpin kaum muslimin dengan cara yang terbaik adalah petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

3) Muslims are urged to adhere to the truth in word and action, and should not fear any blame for doing so. Where are the believers who follow this guidance in this day and age?!

3) Anjuran untuk menyampaikan dan melaksanakan kebenaran dan tidak takut terhadap celaan manusia karena membela agama. Maka, di manakah orang beriman hari ini yang berani menyuarakan kebenaran?!

en

187/4- Fourth Hadīth: Al-Nu‘mān ibn Bashīr (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The example of the one who abides by the limits prescribed by Allah and the one who transgresses them is like the example of a people who boarded a ship after casting lots. Some of them were in its lower deck and others were in its upper deck. When those in the lower deck needed water, they had to go up and pass by those above them. So they said: ‘If we could make a hole in our share of the ship, so that we would not bother those above us.’ If those in the upper deck let them do as they wish, they will all perish, but if they stop them, they will all survive.” [Narrated by Al-Bukhāri]

4/187- Keempat: An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang melakukan penjagaan terhadap batasan-batasan Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya seperti suatu kaum yang berundi di atas sebuah kapal. Lalu sebagian menempati tingkat atas dan sebagian menempati tingkat bawah. Orang-orang yang di lantai bawah apabila mengambil air, mereka melewati orang-orang yang di atas mereka. Maka mereka berkata, "Seandainya kita membuat lubang kecil di bagian kita ini hingga kita tidak perlu mengganggu orang-orang di atas kita." Jika orang-orang yang di atas membiarkan apa yang mereka inginkan, niscaya mereka semua binasa. Namun, jika orang-orang yang di atas mencegah mereka, niscaya mereka selamat dan semuanya selamat." (HR. Bukhari)

en

-- --

القَائمُ في حُدُودِ الله تَعالى: orang-orang melakukan penjagaan atau pengingkaran terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar batasan-batasan Allah; menolak dan menghilangkannya. Yang dimaksud dengan batasan Allah adalah apa yang dilarang. اسْتَهَمُوا (istahamū): berundi.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الْوَاقِع فيها (al-wāqi' fīhā): orang yang melakukan yang haram atau meninggalkan yang wajib.

en

--

اِسْتَقَوْا (istaqau): mencari air minum.

en

--

خَرْقاً (kharqan): lubang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When people of knowledge and religion deter the ignorant and foolish, they will all survive, but if they do not they will all perish.

1) Bila orang berilmu dan beragama menggandeng tangan orang yang jahil dan bodoh, maka mereka semua akan selamat. Tetapi bila tidak, maka mereka semua akan binasa.

en

2) It is recommended for an instructor to use examples in order to convey an abstract idea in a tangible form.

2) Pengajar hendaknya membuat contoh untuk mendekatkan sesuatu yang bersifat logika dalam wujud nyata.

en

3) The permissibility of drawing lots - when there are conflicting rights - is established in the Hadīth, but there is nothing to prove that it is required. This is also evidenced by the saying of Allah Almighty about Yūnus (Jonah) (peace be upon him): {then he cast lots with them, but was among those who lost.} [Surat al-Sāffāt: 141]

3) Menetapkan disyariatkannya undian ketika jumlah yang mesti mendapatkan suatu hak lebih banyak sementara tidak ada cara lain untuk menentukan solusinya. Di antara contohnya seperti firman Allah -Ta'ālā- tentang Yunus -'alaihis-salām-: "Kemudian dia ikut diundi, ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian)." (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 141)

en

4) Enjoining good and forbidding evil is the safety boat for the ummah, whoever boards it will be saved and whoever remains behind will drown. In fact, the painful reality we are suffering now is a punishment for neglecting the prophetic guidance related to enjoining good and forbidding evil. So, would we repent and return to Allah?!

4) Amar makruf dan nahi mungkar adalah bahtera keselamatan bagi umat, siapa yang naik akan selamat dan yang tidak ikut akan tenggelam. Keadaan menyakitkan yang kita hadapi hari ini adalah hukuman terhadap perilaku meninggalkan petunjuk Nabi dalam hal amar makruf dan nahi mungkar. Adakah yang mau kembali kepada Allah dan bertobat?!

en

188/5- Fifth Hadīth: The Mother of the Believers Um Salamah Hind bint Abi Umayyah Hudhayfah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There shall be rulers in charge of you, and you will approve (some of their actions) and disapprove (others). So anyone who dislikes shall be absolved, and anyone who disapproves shall be safe, except for those who approve and comply.” They said: “O Messenger of Allah, shall we not fight them?” He replied: “No, so long as they establish prayer among you.” [Narrated by Muslim]

5/188- Kelima: Ummul-Mu`minīn Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayyah Ḥużaifah Al-Makhzūmiyyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh akan diangkat untuk kalian penguasa-penguasa. Sebagian amalnya kalian kenali, dan sebagiannya kalian ingkari. Siapa yang membencinya (dalam hati) maka dia telah bebas (dari dosa), dan siapa yang mengingkari (dengan lisan) maka dia selamat. Namun, siapa yang rida serta mengikuti mereka (akan ikut celaka)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Bolehkah kita memerangi mereka?" Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih mendirikan salat di tengah kalian!" (HR. Muslim)

en

Meaning: whoever hates by his heart but could not express that through actions is absolved of the sin and has done his duty, and whoever expresses his disapproval according to his ability is free of sin. Those who approve their actions and comply with them are the sinners.

Maknanya: siapa yang membenci dengan hati dan tidak mampu mengingkari dengan tangan maupun lisan maka dia telah bebas dari dosa dan telah menunaikan tugasnya. Siapa yang mengingkari sesuai kemampuannya maka telah selamat dari maksiat itu. Tetapi, siapa yang rida dan mengikuti perbuatan mereka maka dia telah berbuat maksiat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Muslims should disapprove of the rulers’ wrong actions according to the situation, taking into consideration the resulting benefits and evils.

1) Cara mengingkari kemaksiatan penguasa sesuai keadaan, disertai dengan pertimbangan maslahat dan mafsadatnya.

en

2) It is permissible to fight rulers if they do not establish the prayer, as long as this would not incur evil consequences and will realize an interest.

2) Disyariatkan mengangkat senjata bila mereka tidak menegakkan salat, dengan syarat hal tersebut tidak menimbulkan mafsadat dan mewujudkan maslahat besar.

en

3) Prayer is of a great status, whoever abandons it is a disbeliever.

3) Menjunjung tinggi kedudukan salat, karena siapa yang meninggalkannya berarti telah kafir.

en

4) Forbidding evil is the way to safety and salvation, so where are those who perform this great rite?!

4) Mengingkari kemungkaran adalah jalan keselamatan dan kemenangan. Di manakah orang-orang yang menegakkan syiar yang agung ini?

en

189/6- Sixth Hadīth: The Mother of the Believers Um al-Hakam Zaynab bint Jahsh (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) entered upon her in an alarmed state and said: “There is no god but Allah. Woe to the Arabs from an impending evil. Today, an aperture has been made in the wall of Gog and Magog, like this,” making a circle with his thumb and index finger. So I said: “O Messenger of Allah, shall we perish while there are pious people among us?” He said: “Yes, when wickedness is rampant.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/189- Keenam: Ummul-Ḥakam Zainab binti Jaḥsy -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemuinya dalam kondisi sangat cemas sambil mengucapkan, "Lā ilāha illallāh! Celakalah orang-orang Arab dari keburukan yang telah dekat. Hari ini telah dibuka sebesar ini dari tembok penghalang Yakjuj dan Makjuj." Beliau ucapkan ini sambil melingkarkan dua jarinya, yakni ibu jari dan yang dekat dengannya (telunjuk). Aku berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa sementara di tengah kami ada orang-orang saleh?" Beliau menjawab, "Ya, apabila banyak keburukan." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الرَّدْمُ (ar-radm): tembok penghalang. Bila Anda katakan, "Radamtu" maka maknanya: Anda memasang tembok penghalang.

en

Wickedness: defiant disobedience of Allah, immorality, and all kinds of sins.

الخَبَثُ (l-khabaṡ): keburukan berupa kefasikan dan perbuatan fujur, dan macam-macam maksiat lainnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is encouraged to remember Allah Almighty at times of panic and fear, in order to set firm the belief in the Oneness of Allah (Tawhīd) and to reassure the hearts.

1) Anjuran berzikir kepada Allah ketika merasa cemas dan takut untuk mengukuhkan tauhid dan menenangkan hati.

en

2) The Hadīth provides information about the trial of Gog and Magog in order to warn of it, being one of the worst trials.

2) Mengabarkan fitnah Yakjuj dan Makjuj untuk diwaspadai karena termasuk fitnah yang paling buruk.

en

3) When evil deeds spread in the society without anyone to disapprove them, then this is a reason for destruction, even if there are righteous people because what counts is the reformers’ actions in the Ummah. Allah Almighty says: {Your Lord would never destroy the towns unjustly while their people were reformers.} [Surat Hūd: 117]

3) Bila perbuatan buruk telah banyak menyebar di masyarakat tanpa pengingkaran, maka itu adalah sebab kebinasaan sekalipun ada orang-orang saleh, karena yang menjadi ukuran keselamatan adalah adanya usaha orang-orang yang memperbaiki di tengah umat. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama (sebagian) penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan." (QS. Hūd: 117)

en

190/7- Seventh Hadīth: Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Beware of sitting on roads (ways).” The people said: “We have but them as sitting places.” The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If you have to sit there, then observe the rights of the road.” They asked, “What are the rights of the road?” He (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “To lower your gaze (on seeing what is illegal to look at), and (removal of harmful objects), returning greetings, enjoining good and forbidding wrong.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/190- Ketujuh: Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Hindarilah duduk-duduk di jalan!" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami tidak bisa tidak mengadakan majelis guna berbincang-bincang." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika kalian tidak bisa kecuali harus duduk-duduk, maka berikanlah hak-hak jalan!" Mereka bertanya, "Apa hak jalan itu?" Beliau bersabda, "Menundukkan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, serta menegakkan amar makruf dan nahi mungkar." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Sitting on the roads is forbidden given the obvious consequent evil.

1) Larangan duduk-duduk di jalan karena dapat berakibat kepada keburukan-keburukan yang telah jelas.

en

2) Lowering the gaze is an act of worship which is obligatory on whoever sits on the road.

2) Menundukkan pandangan termasuk ibadah yang wajib bagi orang yang duduk di jalan.

en

3) Refraining from causing harm to people, whether by word or action, is obligatory.

3) Wajib menahan diri dari mengganggu orang, baik berupa gangguan lisan maupun perbuatan.

en

4) Spreading the greeting of peace among Muslims inspires affection within their hearts.

4) Menebarkan salam di antara umat Islam akan melahirkan rasa saling cinta dalam hati mereka.

en

5) Enjoining good and forbidding evil is a requirement for sitting on the road.

5) Amar makruf dan nahi mungkar termasuk kewajiban orang-orang yang duduk di jalan.

en

191/8- Eighth Hadīth: Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saw a man wearing a gold ring, so he took it off, threw it away and said: “Why would any of you take a live coal and put it on his hand?!” After the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) had left, the man was told to take his ring and benefit from it. So, he said: “No, by Allah, I will never take it after the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) has thrown it away.” [Narrated by Muslim]

8/191- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat cincin emas di tangan seorang laki-laki, lantas beliau melepasnya dan membuangnya. Beliau bersabda, "Salah seorang di antara kalian mengambil bara api neraka lalu meletakkannya di tangannya!" Setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi, dikatakan kepada laki-laki itu, "Ambillah cincinmu itu dan manfaatkan." Laki-laki tersebut menjawab, "Tidak, Demi Allah! Aku tidak akan mengambil cincin itu selamanya, karena cincin itu telah dibuang oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Wearing gold is prohibited for men, as it entails the punishment of the Fire.

1) Diharamkan memakai emas bagi laki-laki; karena hal itu menyebabkan azab neraka.

en

2) It is wise to adopt harshness in changing evil in case of need. Wisdom is all about placing something in its proper position.

2) Termasuk bijaksana menggunakan sikap keras dalam mengingkari kemungkaran bila dibutuhkan, karena bijaksana hakikatnya adalah menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat.

en

3) The Hadīth highlights the Companions’ veneration of the commands of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and the truthfulness of their faith as shown in their swift compliance. So, where are those who copy them?

3) Pengagungan para sahabat terhadap perintah-perintah Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta penjelasan ketulusan iman mereka ketika mereka melaksanakannya dengan cepat. Maka, di manakah orang-orang yang mau mengikuti mereka?!

en

192/9- Ninth Hadīth: Abu Sa‘īd al-Hasan al-Basri reported that ‘Ā’idh ibn ‘Amr (may Allah be pleased with him) entered upon ‘Ubaydullāh ibn Ziyād and said: “O Son, I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: “The worst shepherds (meaning rulers) are the harsh ones with their subjects. Beware, do not be one of them!” Ibn Ziyād said to him: “Sit down, you are but husk from among the Companions of Muhammad (may Allah’s peace and blessings be upon him).” ‘Ā’idh said: “Was there any husk among them? Indeed, husk came after them and among others than them.” [Narrated by Muslim]

9/192- Kesembilan: Abu Sa'īd Hasan Al-Baṣriy meriwayatkan bahwa 'Ā`iż bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhu- masuk menemui 'Ubaidillāh bin Ziyād. Lantas dia berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Sesungguhnya sejelek-jelek penggembala (pemimpin) itu adalah yang kejam.' Maka jangan sampai engkau menjadi salah seorang dari mereka." 'Ubaidillāh berkata, "Duduklah, engkau hanyalah satu di antara kalangan rendahan sahabat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." 'Ā`iż berkata, "Adakah pada generasi sahabat orang-orang rendahan? Sesungguhnya orang rendahan hanyalah ada di kalangan orang-orang setelah mereka atau di selain mereka." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

"الرِّعَاء" (ar-ri'ā`), dengan mengkasrah huruf "rā`" yang bermad, adalah bentuk jamak dari "رَاعٍ" (rā'in), artinya penggembala.

en

--

الحُطَمَة (al-ḥuṭamah): yang kejam terhadap rakyatnya, tidak bersikap lembut, melainkan dia membinasakan mereka.

en

Husk: outer covering of wheat grains. The intended meaning is to refer to something insignificant that is not given any consideration.

نُخَالَةٌ (nukhālah), dikatakan "نُخَالَةُ الدَّقِيْقِ" artinya ampas. Maksudnya ialah ungkapan untuk sesuatu yang tidak dihiraukan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Companions (may Allah be pleased with them) adhered to enjoining what is good and forbidding what is evil, and they never feared the consequences of saying the truth.

1) Komitmen para sahabat dalam mengerjakan amar makruf dan nahi mungkar serta mereka tidak takut dalam menyampaikan kebenaran.

en

2) All the Companions are noble and honorable, and they are the best generation of the Muslim Ummah.

2) Para sahabat seluruhnya adalah orang-orang mulia dan afdal, mereka adalah sebaik-baik generasi umat.

en

3) The best of people is the one who is gentle and lenient, especially if he is in a position of authority.

3) Orang yang paling baik adalah yang memberikan kemudahan dan lembut, khususnya bila ia seseorang yang memiliki jabatan.

en

193/10- Tenth Hadīth: Hudhayfah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “By the One in Whose Hand my soul is! Either you enjoin good and forbid evil or Allah will soon send upon you a punishment from Him, then you will supplicate Him but your supplication will not be answered.” [Narrated by Al-Tirmidhi; and he classified it as Hasan (sound)]

10/193- Kesepuluh: Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya! Hendaklah kalian mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Atau (jika tidak) Allah akan menimpakan kepada kalian siksaan-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya lalu doa kalian tidak dikabulkan." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is permissible to swear by Allah in important matters.

1) Boleh bersumpah pada perkara-perkara yang penting.

en

2) Enjoining what is good and forbidding what is evil is one of the most essential obligations.

2) Amar makruf dan nahi mungkar termasuk kewajiban yang paling besar.

en

3) There is a severe threat for the Ummah for abandoning to enjoin what is good and forbid what is evil. So, do we now know why we are afflicted with calamities?

3) Ancaman keras apabila umat meninggalkan amar makruf nahi mungkar. Tahukah kita bahwa dengan sebab itulah musibah menimpa kita?!

en

4) Failure to enjoin what is good and forbid what is evil is a reason for having supplications rejected and not answered.

4) Meninggalkan perilaku saling mengingatkan kepada amar makruf nahi mungkar merupakan sebab tidak dikabulkannya doa.

en

194/11- Eleventh Hadīth: Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The best Jihad is to speak a word of justice to an oppressive ruler.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi who classified it as Hasan (sound)]

11/194- Kesebelas: Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jihad paling utama adalah menyampaikan keadilan di hadapan penguasa yang lalim." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan")

en

195/12- Twelfth Hadīth: Abu ‘Abdullah Tāriq ibn Shihāb al-Bajali al-Ahmasi (may Allah be pleased with him) reported that a man, who was set for travel, asked the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): “Which type of Jihad is best?” He replied: “A word of truth said to a despotic ruler.” [Narrated by Al-Nasā’i, with a sound Isnād]

12/195- Kedua belas: Abu Abdillah Ṭāriq bin Syihāb Al-Bajaliy Al-Aḥmasiy -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padahal dia sudah meletakkan kakinya pada pelana, "Jihad apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Mengucapkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim." (HR. An-Nasā`iy dengan sanad sahih)

en

--

الْغَرْز (al-garz), dengan "gain" berharakat fatah, kemudian "rā`" berharakat sukun dan "zāy", yaitu: kaki pelana unta yang terbuat dari kulit atau kayu. Sebagian berpendapat tidak khusus pada yang terbuat dari kulit dan kayu.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

جَائِرٌ (jā`ir): orang zalim.

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Saying a word of truth to an unjust ruler is one of the greatest forms of Jihad, as it deters him from his injustice.

1) Di antara jihad yang paling besar adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim karena hal itu akan mencegahnya dari kezalimannya.

en

2) Giving sincere advice to unjust rulers is obligatory, along with enjoining them to do good and forbidding them from doing evil.

2) Kewajiban menasihati penguasa zalim serta mengajak mereka kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Expressing disapproval of the ruler’s actions falls under four categories:

Mengingkari penguasa memiliki empat keadaan:

en

1) A word of truth said to a just ruler, which is an easy mission.

1) Menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang adil; ini hal yang mudah.

en

2) A word of falsehood said to a just ruler. This word is perilous as it is a source of trial to the ruler and the sayer.

2) Menyampaikan kebatilan kepada penguasa yang adil; ini berbahaya karena dapat mengakibatkan sang penguasa dan yang menyampaikannya terfitnah.

en

3) A word of truth said to an unjust ruler. This is the best form of Jihad.

3) Menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim; ini adalah jihad yang paling utama.

en

4) A word of falsehood said to an unjust ruler. This is misguidance to the Ummah.

4) Menyampaikan kebatilan kepada penguasa yang zalim; ini menyesatkan umat.

en

196/13- Thirteenth Hadīth: Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The first deficiency that occurred among the Israelites was that a man (of them) would meet another man and say: ‘O so-and-so, fear Allah, and abandon what you are doing, for it is not lawful for you.’ He would then meet him the next day, still doing the same sin, without this preventing him from eating with him, drinking with him and sitting with him. When they did that, Allah made their hearts resemble each other.” Then he (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: {Those who disbelieved from the Children of Israel were cursed on the tongue of David and Jesus son of Mary. That was because of their disobedience and their persistence in transgression. They did not forbid one another from committing evil deeds. Terrible was indeed what they used to do! You see many of them taking those who disbelieve as allies. Terrible was indeed what they have done for themselves} to His saying: {but most of them are evildoers.} [Surat al-Mā’idah: 78-81] Then he (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Nay! By Allah, you must enjoin what is good and forbid what is evil, prevent the wrongdoer, push him into conformity with what is right, and restrict him to what is right, or Allah will make your hearts resemble each other, then He will curse you as He cursed them.” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan (sound)] [1]

13/196- Ketiga belas: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya awal mula terjadinya kekurangan (kesalahan) pada Bani Isrā`īl adalah dahulu seseorang (yang baik) bertemu dengan seseorang (yang berbuat maksiat) seraya berkata, 'Hai kamu! Takutlah kepada Allah dan tinggalkan apa yang kamu lakukan, sesungguhnya itu tidak halal bagimu.' Kemudian esoknya ia bertemu lagi dengan orang itu sementara orang itu masih dalam keadaan seperti sebelumnya. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk menjadi teman makan, minum, dan duduknya. Tatkala mereka melakukan itu, Allah hitamkan hati sebagian mereka karena hati yang lain." Kemudian beliau membaca ayat: "Orang-orang kafir dari Bani Isrā`īl telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat. Kamu melihat banyak di antara mereka tolong menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sungguh, sangat buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri ... Hingga firman-Nya: ... orang-orang yang fasik." (QS. Al-Mā`idah: 78-81) Kemudian beliau bersabda, "Sungguh demi Allah! Hendaklah kalian mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar; agar kalian ambil tangan orang yang zalim dan kalian belokkan dia kepada kebenaran serta kalian menahannya pada kebenaran! Atau Allah akan menghitamkan hati sebagian kalian atas yang lain, lalu kalian dilaknat seperti mereka dilaknat." (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan") [1].

en
[1] (1) The Hadīth has a weak chain of narration.
[1] (1) Hadis ini sanadnya daif.
en

This is the wording of Abu Dāwūd. The wording of Al-Tirmidhi is as follows: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When the Israelites indulged in committing sins, their learned men prohibited them but they would not desist. Yet, the learned men associated with them and ate and drank with them. So, Allah Almighty made their hearts resemble each other and cursed them on the tongue of Dāwūd (David) and ‘Isa (Jesus) son of Maryam (Mary), because they were disobedient and were given to transgression.” At this point, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), who was reclining on a pillow, sat up straight and said: “Nay! By Him in Whose Hand my soul is, (there is no escape for you) until you persuade them to act justly.” -- --

Ini adalah redaksi riwayat Abu Daud. Sedangkan dalam redaksi Tirmizi: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Manakala Bani Isrā`īl jatuh dalam maksiat, orang-orang berilmu dari mereka melakukan pengingkaran. Tetapi mereka tidak berhenti. Lalu orang-orang itu ikut duduk di majelis mereka, makan dan minum bersama. Maka Allah hitamkan hati sebagian mereka dengan yang lain, dan Allah melaknat mereka lewan lisan Daud dan Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu disebabkan maksiat mereka dan mereka selalu melampaui batas." Lٌalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk seraya bersandar. Kemudian beliau bersabda, "Tidak! Demi Allah yang jiwaku ada di Tangan-Nya! (Kalian tidak selamat) hingga kalian membelokkan mereka kepada kebenaran." Kalimat "تَأْطِرُوهم" (ta`ṭirūhum): kalian membelokkan mereka. "ولْتَقْصُرُنَّهُ" (wal-taqṣurunnahu): agar kalian menahannya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Muslims should beware of adopting the characteristics of the Jews who, in addition to committing sins, they did so openly and did not forbid each other from committing them.

1) Waspada terhadap perilaku orang Yahudi yang menggabungkan antara mengerjakan kemungkaran dan menampakkannya serta tidak saling melarang darinya.

en

2) Remaining silent when sins are committed is tantamount to inciting people to commit them and a cause for their spread. Evil has spread within the Ummah for no other reason than not disapproving it.

2) Diam terhadap perbuatan maksiat akan mendorong orang mengerjakannya serta menjadi sebab penyebarannya. Tidaklah kemungkaran tersebar pada umat ini kecuali dengan sebab didiamkan dan tidak diingkari.

en

3) It is prohibited to sit with a doer of evil, except for the purpose of expressing one’s disapproval of what he does.

3) Haram duduk bersama orang yang sedang melakukan kemungkaran, kecuali dengan tujuan untuk mengingkarinya.

en

4) Deterring wrongdoers and sinners leads to prosperity and unity of the word of the Ummah, while failure to do so leads to incurring the curse of Allah Almighty, disunity and division.

4) Mengambil tangan orang zalim dan pelaku maksiat akan melahirkan kebahagiaan dan kesatuan kalimat umat. Sedangkan meninggalkannya akan mendatangkan laknat Allah -'Azza wa Jalla- serta perpecahan dan ketidakakuran.

en

5) The heart’s disapproval of evil entails staying away from its doers.

5) Pengingkaran hati terhadap kemungkaran mengharuskan menjauhi pelaku kemungkaran itu.

en

197/14- Forteenth Hadīth: Abu Bakr al-Siddīq (may Allah be pleased with him) said: “O People, you do recite this verse: {O you who believe, take care of your own selves. Those who have gone astray will not harm you as long as you are guided.} [Surat al-Mā’idah: 105] and I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: ‘When people see an oppressor but do not prevent him from doing evil, Allah will soon punish them all.’” [Narrated by Abu Dāwūd, Al-Tirmidhi and Al-Nasā’i with authentic chains of narration]

14/197- Keempat belas: Abu Bakr Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Wahai sekalian manusia! Sungguh kalian telah membaca ayat ini: "Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk." (QS. Al-Mā`idah: 105) Sungguh aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh, apabila manusia melihat orang yang berbuat kezaliman lalu mereka tidak berusaha mencegahnya, hampir pasti Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka semua." (HR. Abu Daud, Tirmizi, dan An-Nasā`iy dengan sanad-sanad yang sahih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory to pay attention to having good understanding of the Book of Allah Almighty and the Sunnah of His Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), as therein lies the origin of knowledge.

1) Wajib memperhatikan pemahaman kepada Kitab Allah -'Azza wa Jalla- dan Sunnah Nabi-Nya ṣallallāhu 'alaihi wa sallam; karena pada keduanya tersimpan permata ilmu.

en

2) It is prohibited to interpret the Qur’an based on reason. Many ignorant people use some verses as evidence improperly.

2) Diharamkan menafsirkan Al-Qur`ān dengan akal semata, karena banyak orang jahil berdalil dengan ayat-ayat Al-Qur`ān untuk hal yang tidak benar.

en

3) The punishment of Allah Almighty includes the oppressor because of the evil he does, as well as the non-oppressor who approves of that evil.

3) Azab Allah akan menimpa orang yang berbuat zalim lantaran kezalimannya dan yang tidak berbuat zalim karena pembiarannya.

en

4) Members of the Ummah have to cooperate in righteousness and piety, and advise one another to adhere to the truth and to patience.

4) Wajib atas umat Islam saling tolong-menolong di atas kebajikan dan ketakwaan serta saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran.