Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

40. Chapter on dutifulness to parents and maintaining ties of kinship

40- BAB BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN SILATURAHMI

en

Allah Almighty says: {Worship Allah and do not associate any partners with Him. Be kind to parents, relatives, orphans, the needy, near and distant neighbors, close friends, wayfarers, and slaves whom you own} [Surat an-Nisā’: 36] Allah Almighty says: {Fear Allah in Whose name you ask one another, and be mindful of your kinship ties} [Surat an-Nisā’: 1] Allah Almighty also says: {and those who maintain [the ties] which Allah has ordered to be maintained, and fear their Lord, and are afraid of a terrible reckoning} [Surat al-Ra‘d: 21] Allah Almighty also says: {We have enjoined upon man kindness to his parents} [Surat al-‘Ankabūt] Allah Almighty says: {Your Lord has ordained that you worship none but Him, and show kindness to parents. If one or both of them reach old age in your care, do not say to them a word of annoyance nor scold them, rather speak to them noble words. and lower to them the wing of humility out of mercy, and say, “My Lord, have mercy upon them as they raised me when I was small.”} [Surat al-Isrā’: 23-24] Allah Almighty also says: {We have enjoined upon man kindness to his parents. His mother bore him in weakness upon weakness, and his weaning took place within two years. Be grateful to Me and to your parents} [Surat Luqmān: 14]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabīl, dan hamba sahaya yang kamu miliki." (QS. An-Nisā`: 36) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan (silaturahmi)." (QS. An-Nisā`: 1) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan orang-orang yang menyambung apa yang diperintahkan Allah agar disambung, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS. Ar-Ra'd: 21) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya." (QS. Al-'Ankabūt: 8) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah', janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Ya Rabbi! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.'" (QS. Al-Isrā`: 23-24) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." (QS. Luqmān: 14)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The verses highlight the greatness of the parents’ right, then that of the relatives. Allah Almighty joined between His own right to be worshiped and their right to be treated kindly, indicating thereby their great status.

1) Menjunjung tinggi hak kedua orang tua lalu karib kerabat. Karena Allah -Ta'ālā- telah menggabungkan antara ibadah yang merupakan hak murni Allah dengan hak orang tua. Hal ini menunjukkan besarnya kedudukan mereka.

en

2) The parents are the worthiest of people of the person’s company. Their right comes next to the right of Allah. “The parents are the reason for one’s existence, and their favors upon him are enormous, the father provides for him and the mother lovingly cares for him.” [Ibn Kathīr’s commentary on Allah’s saying: {And We have enjoined upon man kindness to his parents}]

2) Orang yang paling berhak mendapatkan pertemanan hamba adalah kedua orang tuanya. Karena urutan hak keduanya berada setelah hak Allah -Ta'ālā-: "Orang tua adalah sebab keberadaan seseorang. Keduanya telah sangat berbuat baik kepadanya; ayahnya memberi nafkah, ibunya memberi kasih sayang." (Tafsīr Ibni Kaṡīr, dalam tafsir firman Allah -Ta'ālā-: "Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.")

en

312/1- Abu ‘Abdur-Rahmān ‘Abdullah ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: “I asked the Messenger of Allah, ‘Which deed is the best?’ He said: ‘Offering prayer on time.’ I said, “Then what?’ He said: ‘Kindness to parents.’ I said, ‘Then what?’ He said: “Jihad in the way of Allah.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/312- Abu Abdirraḥmān Abdullāh bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Amalan apakah yang paling Allah -Ta'ālā- cintai?" Beliau menjawab, "Salat di awal waktunya." Aku bertanya, "Kemudian amalan apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian amalan apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The best right due to Allah Almighty after proclaiming His oneness is offering the prayer.

1) Hak Allah yang paling utama setelah tauhid ialah salat.

en

2) The excellence of dutifulness to parents, which is to be kind to them in words and actions.

2) Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti maksudnya berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.

en

3) Negligence in extending kindness to parents through words and actions is a form of undutifulness.

3) Lalai dalam berbakti kepada kedua orang tua, baik yang bersifat ucapan maupun perbuatan, termasuk kedurhakaan.

en

4) The Companions (may Allah be pleased with them) competed with each other in doing good deeds and raced for attaining righteousness. They used to ask about things that are all-inclusive of benefit.

4) Para sahabat berlomba-lomba melakukan kebaikan dan kebaktian serta mereka bertanya tentang induk-induk permasalahan yang bermanfaat.

en

5) Jihad in the way of Allah enjoys a high status in Islam given the great interests it provides, like protecting the lands of Muslims, and the spread of Islam in all corners of the earth.

5) Tingginya kedudukan jihad di jalan Allah -Ta'ālā- karena di dalamnya terkandung maslahat besar, seperti melindungi negara kaum muslimin serta tercapainya kemenangan Islam di belahan timur dan barat bumi.

en

313/2- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “No son can repay (the kindness of his father) unless he finds him enslaved so he buys him and emancipates him.” [Narrated by Muslim]

2/313- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang anak tidak akan bisa membalas (jasa) orang tua kecuali ia menemukannya sebagai budak lalu ia membelinya dan memerdekakannya." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لا يَجزْي (lā yajzī): tidak akan bisa membalas jasa.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The parents enjoy a great right in Islam, and it comes next to fulfilling the right of servitude to Allah Almighty.

1) Besarnya hak kedua orang tua dalam Islam, yaitu urutan hak mereka berada setelah kewajiban menunaikan hak beribadah kepada Allah -Ta'ālā-.

en

2) It is impermissible for a person to enslave his parents or one of them. Were such a thing to occur, it would be one of the portents of the Hour, heralding great evils owing to people’s corruption.

2) Seorang anak tidak boleh memperbudak kedua orang tuanya atau salah satunya. Jika itu terjadi, maka hal itu termasuk tanda kiamat yang menandakan keburukan yang ada pada manusia yang rusak.

en

3) Emancipating a slave parent takes place once his son buys him/her. Buying is a cause for emancipation without need for uttering such words like: I have set him/her free.

3) Memerdekan orang tua yang menjadi budak secara otomatis terjadi hanya dengan sebatas sang anak membelinya. Sehingga membelinya adalah sebab merdeka, dan tidak dibutuhkan si anak mengatakan: aku telah memerdekakannya.

en

314/3- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever believes in Allah and the Last Day should honor his guest; whoever believes in Allah and the Last Day should maintain his ties of kinship; and whoever believes in Allah and the Last Day should speak good or keep silent.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/314- Juga dari riwayat Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah ‎dan hari Akhir, hendaklah ia menyambung kerabatnya. Siapa yang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau diam!"‎ (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Maintaining ties of kinship, i.e. ties with one’s relatives, is one of the characteristics of faith.

1) Silaturahmi -yaitu menyambung kerabat yang memiliki ikatan rahim- termasuk bagian dari keimanan.

en

2) The guidance of Islam ensures reinforcement of the ties among relatives and warns against whatever may weaken or spoil those ties.

2) Petunjuk Islam mengandung penguatan dan pengukuhan ikatan kerabat serta peringatan agar menjauhi semua yang dapat melemahkan ikatan tersebut atau merusaknya.

en

315/4- He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, Allah Almighty created the creation, and when He had finished that, the womb (ties of kinship) got up and said, ‘This is the place for one who seeks refuge with You from severing (of ties of kinship).’ He said: ‘Yes. Are you not satisfied that I should keep relationship with one who joins your ties with you and sever it with one who severs ties with you?’ It said, ‘Certainly so.’ Thereupon He said: ‘Well, that is how things are for you.’ Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) then said: ‘Recite if you like: {Then if you turn away, what else can be expected but that you will spread corruption in the land and sever your ties of kinship? These are the ones whom Allah has cursed, and has made them deaf and has blinded their sight.} [Muhammad: 22-23]’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/315- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta’ālā- menciptakan makhluk. Hingga ketika Allah selesai menciptakan mereka, rahim berdiri dan berkata, ‘Ini adalah berdirinya sesuatu yang memohon perlindungan kepada-Mu dari pemutusan (silaturahmi).’ Allah berfirman, ‘Ya. Tidakkah engkau rida jika Aku menyambung siapa yang menyambungmu, dan memutuskan siapa yang memutusmu?’ Rahim menjawab, ‘Tentu saja.’ Allah berfirman, ‘Itu semua untukmu.’” Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Bacalah jika kalian mau (ayat): Maka apakah sekiranya jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; dan dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.'" (QS. Muḥammad: 22-23) (Muttafaq ‘Alaih)

en

The wording of another narration of Al-Bukhāri reads: “Thereupon, Allah Almighty said: ‘I will keep ties with he who keeps ties with you and sever ties with he who severs ties with you.’”

Dalam riwayat Bukhari yang lain: "Maka Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Siapa yang menyambungmu, maka Aku akan menyambungnya. Siapa yang memutuskanmu, maka Aku akan memutusnya.'"

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

العَائِذُ (al-'ā`iż): orang yang berlindung dan memohon pertolongan kepada-Mu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Hadīth encourages maintaining ties of kinship and asserts the prohibition of severing them.

1) Anjuran menyambung silaturahmi serta menekankan haramnya memutus silaturahmi.

en

2) It is the refuge of Allah alone, without partner, that should be sought. It is impermissible to seek refuge with created beings, even those who enjoy a high position in the sight of Allah Almighty.

2) Memohon perlindungan (istiazah) hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sehingga tidak boleh memohon perlindungan kepada makhluk, sekalipun makhluk tersebut memiliki kedudukan di sisi Allah -Ta'ālā-.

en

3) Maintaining ties of kinship is a cause of receiving mercy from Allah and emergence of goodness among the people, whereas severing ties of kinship is a cause for the spread of mischief and corruption.

3) Menyambung silaturahmi adalah sebab turunnya rahmat Allah kepada hamba-Nya dan tersebarnya kebaikan di antara manusia. Sedangkan memutus silaturahmi adalah sebab adanya permusuhan, kerusakan, dan pengrusakan.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The words of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) are one of the best means whereby the noble Qur’an can be explained and the meanings of Allah’s speech can be clarified. That is because the noble Qur’an and the prophetic Hadīths are both revealed by Allah Almighty. Allah Almighty says: {and We have sent down to you [O Prophet] the Reminder to explain to people what has been sent down to them}, which means: we sent down to you the Sunnah so that it would explain to the people the Qur’an that was sent down to them. The aforementioned Hadīth is an example to prove that.

Alat menafsirkan Al-Qur`ān Al-Karīm yang paling bagus dan yang paling baik dalam menjelaskan makna kalāmullāh -'Azza wa Jalla- adalah hadis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Karena Al-Qur`ān Al-Karīm dan hadis Nabi keduanya adalah wahyu dari Allah -Ta'ālā-. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berfirman, "Dan Kami turunkan Aż-Żikr kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka." Maksudnya, Kami telah turunkan kepadamu Sunnah agar engkau menjelaskan kepada manusia Kitab Al-Qur`ān yang diturunkan. Hadis di atas adalah contohnya.

en

316/5- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: “A man came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘O Messenger of Allah, who is the most entitled among people to my good companionship?’ He said: ‘Your mother.’ The man said: ‘Then who?’ He said: ‘Your mother.’ The man said: ‘Then who?’ He said: ‘Your mother.’ The man said: ‘Then who?’ He said: ‘Your father.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/316- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia meriwayatkan: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata,"Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Beliau bersabda, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Lalu siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Nabi bersabda, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Lalu siapa?" Beliau bersabda, "Bapakmu." (Muttafaq 'Alaih)

en

According to another version the man said: “O Messenger of Allah, who is the most entitled among people to good companionship?” He said: “Your mother, then your mother, then your mother, then your father, then your nearest relatives according to the order (of nearness).”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang lebih berhak aku pergauli dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu bapakmu. Lalu orang yang terdekat denganmu, dan yang terdekat denganmu."

en

--

الصَّحَابَةُ (aṣ-ṣaḥābah), artinya: pergaulan, pertemanan. Kalimat: "ثُمَّ أَبَاكَ", demikian diriwayatkan secara "manṣūb", dengan kata kerja yang dihapus, yaitu: (ثم بِرَّ أَباك). Dalam riwayat lain: (ثُمَّ أَبُوكَ). Tentunya ini jelas.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ: yang terdekat, lalu yang terdekat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The mother is the most deserving person of her chilld’s good companionship, given her weakness and need for care, and because she has suffered as much hardship and trouble as none else has. Moreover, a mother is weak since her birth, so what would her state be in her old age?!

1) Orang yang paling berhak mendapatkan sikap dan pergaulan yang baik adalah ibu, karena dia lemah dan sangat membutuhkannya. Juga karena ibu mengalami lelah dan sulit yang tidak dialami oleh yang lain. Kemudian, dia memang lemah secara dasar penciptaan. Lalu bagaimana ketika dia telah berumur?!

en

2) One is urged to keep good company with his mother, and with his father to the best of his ability because they are the reason for his existence, after Allah Almighty. Thus, this right is due to them in return for the birth, care, and benefit they provided.

2) Anjuran agar seorang hamba memperbaiki muamalah kepada ibunya dan kepada bapaknya sesuai kemampuan karena keduanya adalah sebab kehidupannya setelah Allah -Ta'ālā-. Mereka berdua memiliki keutamaan melahirkan, merawat, dan memberi manfaat.

en

3) Putting the rights in their due order is the justice which the Shariah called for.

3) Mengurutkan hak serta menempatkannya pada tempatnya adalah keadilan yang didengungkan oleh agama.

en

4) The Hadīth highlights the Companions’ keenness on knowing the levels of goodness and the rights due upon them.

4) Menjelaskan antusiasme para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk mengetahui urutan kebaikan serta mengetahui hak-hak manusia.

en

317/6- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “May he be disgraced, may he be disgraced, may he be disgraced, he whose parents, either of them or both of them, reach old age in his life and he does not enter Paradise (because of his dutifulness towards them).” [Narrated by Muslim]

6/317- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya di usia lanjut, salah satunya atau keduanya, namun dia tidak masuk surga." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

رَغِمَ أَنْفُ (ragima anf): semoga hidungnya melekat pada rugām, yaitu tanah yang bercampur pasir. Ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kehinaan, ketidakmampuan, dan ketundukan secara terpaksa.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Dutifulness to parents is a great reason for entering Paradise.

1) Berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab besar untuk masuk surga.

en

2) The parents in their old age are the neediest to dutifulness owing to their weakness. Showing dutifulness to them is realized by saying to them good words and treating them in a good way.

2) Ketika kedua orang tua telah tua adalah saat ketika mereka paling butuh kepada bakti anaknya karena kondisi kelemahan mereka. Bakti kepada mereka adalah dengan semua bentuk perbuatan baik; ucapan dan perbuatan.

en

3) Undutifulness to parents is a reason for entering Hell. So, one should beware of closing a door to Paradise that was opened to him, and from opening a door leading him to Hell.

3) Durhaka kepada kedua orang tua adalah sebab masuk neraka. Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba waspada agar tidak menutup pintu yang dibukakan untuknya menuju surga, dan agar tidak membuka pintu yang mengantarkannya kepada neraka.

en

318/7- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) also reported that a man said: “O Messenger of Allah, I have relatives whom I keep ties with, yet they sever ties with me; whom I treat kindly, yet they abuse me; and whom I tolerate, yet they are intolerant with me.” Thereupon, he (may Allah’s peace and blessings be upon him, said: “If you are as you say, it is as if you are feeding them hot ashes, and you will have a supporter against them from Allah as long as you continue to do so.” [Narrated by Muslim]

7/318- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya saya mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan silaturahmi dengan mereka, tetapi mereka malah memutuskannya. Aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat buruk kepadaku. Aku senantiasa bersikap ramah kepada mereka, tetapi mereka berbuat perbuatan jahil kepadaku." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya apa yang engkau katakan itu benar, maka seakan-akan engkau menyuapkan abu panas ke mulut mereka. Allah senantiasa menolongmu terhadap mereka, jika kamu tetap berbuat demikian." (HR. Muslim)

en

-- His saying: ‘it is as if you are feeding them hot ashes’ is a simile intended for illustrating that the pain they suffer from incurring the sin for doing this is similar to the pain felt by someone who is eating hot ashes, as they bear a huge sin for neglecting his right of maintaining ties with him and abusing him, while he is safe of such a sin for his kindness to them; and Allah knows best.

تُسِفّهُمْ (tusiffuhum), dengan mendamahkan "tā`", kemudian "sīn" yang kasrah, setelahnya "fā`" yang bertasydid. المَلُّ (al-mall), dengan memfatahkan "mīm" dan mentasydidkan "lām", artinya: abu panas. Maksudnya: seakan-akan engkau menyuapi mereka abu yang panas. Ini merupakan perumpamaan terhadap dosa yang akan mereka dapatkan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh orang yang memakan abu panas. Tidak ada keburukan apa pun terhadap orang yang berbuat baik kepada mereka. Tetapi mereka yang akan mendapatkan dosa yang besar lantaran kelalaian mereka dalam menunaikan haknya, bahkan justru menimpakan keburukan kepada orang yang berbuat baik tersebut. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

ظهِيرٌ (ẓahīr): penolong.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Maintaining ties of kinship should be based on taking the initiative rather than expecting a similar attitude.

1) Silaturahmi tegak di atas prinsip segera menyambung silaturahmi tanpa menunggu timbal balik.

en

2) A great share of good is for one who fends off abuse through good treatment, and meets his relatives’ severing of ties by maintaining ties with them. {Repel evil with what is good} However, {and none can attain this except those who are greatly fortunate.}

2) Keberuntungan besar bagi seorang hamba yang membalas perbuatan buruk dengan perbuatan baik, serta membalas tindakan memutus silaturahmi dengan tindakan menyambungnya; "Tolaklah perbuatan buruk dengan yang lebih baik." (QS. Fuṣṣilat: 34) Tetapi, "(Ia) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang yang memiliki keberuntungan yang besar." (QS. Fuṣṣilat: 35)

en

3) Complying with the command of Allah is a reason for a slave receiving help from Him. A guided slave is the one who aptly complies with the law of Allah Almighty and expects the reward for that from Him, without paying attention to people’s negligence of his rights upon them.

3) Melaksanakan perintah Allah ialah sebab adanya pertolongan bagi hamba. Maka, orang yang mendapat taufik di antara hamba Allah adalah yang melaksanakan syariat Allah -Ta'ālā- dengan baik dan tidak menoleh kepada kelalaian makhluk, melainkan dia mengharap pahala perbuatannya di sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-.

en

4) Having the reward for patience stored is better than receiving the rights in the worldly life, according to the interest involved in pardoning or getting the right. {but whoever pardons and seeks reconciliation}

4) Kadang, menabung pahala sabar lebih baik daripada mendapatkan hak di dunia, tergantung maslahat dari memaafkan atau menuntut hak: "Siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya pada Allah." (QS. ASy-Syūrā: 40)

en

319/8- Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever loves to have his sustenance expanded and his term of life prolonged should maintain ties of kinship.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

8/319- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

Makna "يُنْسَأَ لَهُ في أثَرِهِ", yaitu: diakhirkan ajal dan umurnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Maintaining ties of kinship is a major reason for increasing one’s sustenance and prolonging one’s life term.

1) Silaturahmi merupakan sebab besar untuk menambah rezeki dan memanjangkan umur.

en

2) One reaps what he sows, so whoever shows kindness to his relatives by maintaining ties with them, Allah will show him kindness by maintaining his sustenance and extending his lifespan.

2) Balasan sejenis dengan perbuatan; yaitu siapa yang berbuat baik kepada kerabatnya dengan melakukan silaturahmi maka Allah akan berbuat baik kepadanya dengan disambung dalam rezeki dan umurnya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Allah Almighty, by His wisdom, made maintaining the ties of kinship a Shariah-valid reason for increasing the lifespan of the doer and expanding his sustenance. This does not go against the known fact that all this is predestined.

Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dengan hikmah-Nya telah menjadikan silaturahmi sebagai sebab yang disyariatkan untuk memanjangkan umur dan melapangkan rezeki, dan ini tidak bertentangan dengan apa yang telah diketahui bersama bahwa hal itu telah ditakdirkan dan tercatat.

en

Just as belief and guidance, and disbelief and misguidance are all predestined and associated with causes, also lifespan and sustenance may increase or decrease in relation to their causes. For this reason, many reports have been reported on supplicating Allah Almighty for having a long life and abundant sustenance. So, O you who keenly wishes to live for long and receive abundant sustenance, hasten to piety and maintaining ties of kinship, for this is the best way thereto.

Sebagaimana keimanan dan petunjuk serta kekafiran dan kesesatan telah ditakdirkan dan masing-masing memiliki sebab, demikian juga halnya umur dan rezeki dapat bertambah dan berkurang dilihat dari sebabnya. Oleh karena itu, terdapat sejumlah aṡar yang berisi doa panjang umur dan lapang rezeki. Anda yang sangat menginginkan panjang umur dan rezeki lapang, segeralah mengerjakan ketakwaan kepada Allah -Ta'ālā- dan melakukan silaturahmi karena ini adalah jalan yang paling baik kepada yang demikian itu.

en

297/9- Anas (may Allah be pleased with him) reported: “Abu Talhah was the richest among the Ansar of Madinah and possessed the largest property from palm-trees, and the most beloved of his possessions to him was (his garden known as) Bayrahā’ which was opposite the mosque. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) often visited it and drank from its fresh water. When this verse was revealed: {You will never attain righteousness until you spend in charity from what you love} [Surat Āl ‘Imrān: 92], Abu Talhah came to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘O Messenger of Allah, Allah Almighty has revealed to you: {You will never attain righteousness until you spend in charity from what you love}, and what I love most of my property is Bayrahā’, so I have given it as charity for Allah’s sake, and I anticipate its reward with Him; so spend it, O Messenger of Allah, as Allah guides you.’ Thereupon, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Well-done! That is a profitable deal! That is a profitable deal! I heard what you said, and I suggest that you give it to your nearest relatives.’ Abu Talhah then said, ‘I will do so, O Messenger of Allah,’ and he divided it among his relatives and paternal cousins.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

9/320- Masih dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Abu Ṭalḥah -raḍiyallāhu 'anhu- adalah seorang kaum Anṣār yang paling banyak kebun kurmanya di Madinah. Kebun kurma yang paling dicintainya adalah kebun bernama Bairaḥā` yang berhadapan dengan masjid. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sering masuk ke kebun itu dan minum air bersih yang ada di dalamnya. Anas melanjutkan: Ketika turun ayat: "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Āli 'Imrān: 92) Abu Ṭalḥah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu: "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai." Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaḥā`. Kebun itu aku sedekahkan untuk Allah -Ta'ālā-. Aku mengharapkan kebajikan dan pahala dari Allah. Untuk itu, wahai Rasulullah, pergunakanlah dia sesuai yang Allah tunjukkan kepadamu!" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda, "Bagus. Itu adalah harta yang (mendatangkan) untung. Itu adalah harta yang (mendatangkan) untung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku sarankan agar engkau membagikannya kepada kerabatmu!" Abu Ṭalḥah berkata, "Wahai Rasulullah! Aku akan melaksanakan petunjukmu." Selanjutnya Abu Ṭalḥah membagi-bagi kebun itu kepada kerabat dan sepupu-sepupunya. (Muttafaq ‘Alaih)

en

--

Penjelasan kosa katanya telah dibahas dalam Bab Menginfakkan Harta yang Disukai.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Relatives are the most entitled among people to honor and maintenance of ties.

1) Orang yang paling berhak diberikan kebaikan dan disambung silaturahminya adalah kerabat.

en

2) Spending on relatives counts as both maintenance of ties of kinship and charity.

2) Berinfak kepada kerabat bernilai silaturahmi sekaligus sedekah.

en

3) It is recommended to consult scholars regarding important matters, for scholars are the heirs of prophets.

3) Anjuran berkonsultasi kepada orang berilmu dalam perkara-perkara penting karena ulama adalah penerusnya para nabi.

en

321/10- ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “A man came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘I pledge allegiance to you to make Hijrah (emigration) and Jihad, seeking reward from Allah.’ He said: ‘Is either of your parents alive?’ He said, ‘Yes, both of them.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘And you are seeking reward from Allah Almighty?’ He said, ‘Yes.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Then return to your parents and give them your good companionship.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Muslim]

10/321- Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Seseorang datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Aku berbaiat kepadamu untuk hijrah dan jihad demi mencari pahala dari Allah -Ta'ālā-." Beliau bertanya, "Apakah masih ada di antara kedua orang tuamu yang masih hidup?" Dia menjawab, "Ya, bahkan keduanya." Beliau bersabda, "Apakah engkau ingin pahala dari Allah -Ta'ālā-?" Dia berkata, "Ya." Beliau bersabda, "Pulanglah kepada kedua orang tuamu dan dampingi mereka dengan baik!" (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Muslim)

en

Another version narrated by both of them reads: “A man came seeking his permission to perform Jihad, so he said: ‘Are your parents alive?’ He said: ‘Yes.’ He said: ‘Then strive in serving them.’”

Dalam riwayat lain milik keduanya (Bukhari dan Muslim): Seseorang datang dan meminta izin kepada beliau (Nabi) untuk berjihad. Maka Nabi bersabda, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Dia berkata, "Ya." Beliau bersabda, "Berjihadlah untuk (berbakti pada) keduanya!"

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prioritization is required in the Muslim’s life; he should start with fulfilling the most confirmed rights, then what comes next. This reflects the person’s good understanding and that he is rightly guided by Allah Almighty.

1) Kewajiban membuat urutan skala prioritas dalam kehidupan seorang hamba; yaitu dia mulai dari orang yang paling besar haknya pada dirinya kemudian yang setelahnya. Yang seperti ini berasal dari pemahaman hamba dan taufik Allah -Ta'ālā- kepadanya.

en

2) Dutifulness to parents is one of the most confirmed obligations; it is more confirmed than Jihad when it is a communal obligation.

2) Berbakti kepada kedua orang tua termasuk kewajiban (fardu ain) yang paling wajib karena ia lebih wajib dari jihad yang fardu kifayah.

en

3) Jihad has ranks and branches, and whoever performs an act of obedience, seeking thereby to please Allah Almighty, like being dutiful to his parents, is considered to be performing an aspect of Jihad (striving) for the sake of Allah Almighty.

3) Jihad terdiri dari beberapa tingkatan dan cabang; semua orang yang mengerjakan ketaatan untuk meraih rida Allah -Ta'ālā-, seperti berbakti kepada kedua orang tua, maka hal itu termasuk jihad di jalan Allah -Ta'ālā-.

en

322/11- He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The one who upholds ties of kinship is not the one who recompenses the good done to him by his relatives; rather, he is the one who keeps good relations with those relatives who had severed the bond of kinship with him.” [Narrated by Al-Bukhāri]

11/322- Masih dari Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah yang membalas orang yang menyambungnya. Tetapi, orang yang menyambung silaturahmi sesungguhnya adalah yang menyambung kerabat yang memutusnya." (HR. Bukhari)

en

--

قَطَعَتْ (qaṭa'at), dengan memfatahkan "qāf" dan "ṭā`". Sedangkan "رَحِمُهُ" (raḥimuhu), harakatnya marfū'.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

المُكَافِئ (al-mukāfi`): yang menyambung kerabatnya untuk membalas silaturahmi dan kebaikan mereka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The true upholder of ties of kinship is the one who takes the initiative to maintain ties with his relatives, even if they do not respond to him in the same manner.

1) Orang yang menyambung silaturahmi adalah yang memulai silaturahmi, sekalipun kerabatnya tidak membalas kebaikan dan silaturahminya.

en

2) It is obligatory to devote one’s deeds sincerely to Allah Almighty, for the good effects resulting from that endure in the worldly life and the Hereafter.

2) Kewajiban mengikhlaskan amal perbuatan kepada Allah -Ta'ālā-; sebab buahnya adalah kebaikan yang abadi bagi hamba di dunia dan akhirat.

en

323/12- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The womb (meaning the ties of kinship) is suspended from the Throne, saying: ‘He who keeps ties with me, Allah will keep ties with him, and he who severs ties with me, Allah will sever ties with him.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

12/323- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Rahim (ikatan kekerabatan) bergantung di Arasy seraya berkata, 'Siapa yang yang menyambungkanku, maka Allah akan menyambungnya; barangsiapa yang memutuskanku, niscaya Allah akan memutusnya'." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Ties of kinship have a significant status in Islam, and due to this, they are under the Throne and near to the Most Merciful.

1) Tingginya kedudukan ikatan rahim (kekerabatan) dan silaturahmi, karena keagungan derajatnya yang langsung berada di bawah Arasy dan dekat dari Ar-Raḥmān Yang Mahamulia.

en

2) Whoever upholds ties with his relatives, Allah will extend His bounty and mercy to him, and whoever severs ties with his relatives, Allah will sever connection with him.

2) Orang yang bersilaturahmi kepada kerabatnya maka Allah -Ta'ālā- akan menyambungnya dengan kebaikan dan rahmat, sedangkan yang memutuskan kerabatnya maka Allah -Ta'ālā- akan memutus rahmat darinya.

en

324/13- The Mother of the Believers, Maymūnah bint al-Hārith (may Allah be pleased with her) reported that she had set free a slave-girl of hers without first seeking the permission of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). On the day when it was her turn to have the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) stay with her overnight, she said to him, ‘O Messenger of Allah, do you know that I set free my slave-girl?’ He said: ‘You did?’ She replied, ‘Yes.’ He said: ‘Had you given her to your maternal uncles, your reward would have been greater.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

13/324- Ummul-Mu`minīn Maimūnah binti Al-Ḥāriṣ -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwasanya dia memerdekakan seorang budak perempuan tanpa meminta izin lebih dahulu kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika tiba hari giliran Nabi bersamanya, Maimūnah berkata, "Apakah engkau sudah tahu, wahai Rasulullah, bahwa aku telah memerdekakan budak perempuanku?" Beliau bertanya, "Apakah itu sudah engkau lakukan?" Maimūnah menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Ketahuilah, andai budak itu engkau berikan kepada paman-pamanmu, pasti pahalamu lebih besar." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

وَلِيْدَةٌ (walīdah): budak perempuan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Charity given to relatives is better and greater in reward, because it combines both charity and maintenance of ties of kinship.

1) Sedekah kepada kerabat lebih utama dan pahalanya lebih besar karena bernilai sedekah sekaligus silaturahmi.

en

2) A Muslim with a good understanding of the religion consults with people of knowledge in order to handle matters properly.

2) Merupakan wujud ilmu seorang hamba adalah bila dia rajin berkonsultasi kepada ulama sehingga dia dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya.

en

325/14- Asmā’ bint Abu Bakr (may Allah be pleased with her and her father) said: “My mother came to me while she was still a polytheist, during the time of the covenant of the Messenger of Allah (with the Quraysh). So, I asked the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him): ‘My mother has come to visit me, wishing to receive something good from me. Shall I maintain relations with her?’ He replied: ‘Yes, maintain relations with your mother.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

14/325- Asmā` binti Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Pada masa era diterapkannya perjanjian damai oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- (dengan kaum Quraisy), ibuku datang menemuiku sementara saat itu ia masih musyrik. Lalu aku meminta pendapat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku katakan, "Ibuku datang menemuiku. Dia sangat berharap kepadaku. Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengan ibuku?" Beliau menjawab, "Ya, sambunglah silaturrahim dengan ibumu." (Muttafaq 'Alaih)

en

It was said that she was her biological mother, and it was also said that she was her mother through suckling, but the first opinion is the correct one.

Perkataan Asmā`: "رَاغِبَةٌ" (rāgibah), maksudnya: dia sangat berharap padaku; yaitu dia meminta sesuatu kepadaku. Disebutkan bahwa dia adalah ibunya dari nasab. Yang lain mengatakan, ibunya dari persusuan. Tetapi pendapat yang benar ialah yang pertama.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The covenant of the Messenger of Allah (with the Quraysh): the term of his peace treaty with the polytheists of Quraysh in Hudaybiyah.

فِي عَهْدِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم: pada masa perjanjian Ḥudaibīyah antara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama kaum musyrikin Quraisy.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A Muslim should uphold ties with his relatives, even if they are disbelievers, because the right of kinship is due to them.

1) Seorang hamba wajib menyambung hubungan dengan kerabatnya sekalipun mereka kafir karena mereka masih memiliki hak kekerabatan.

en

2) Maintaining ties of kinship with disbelieving relatives is not part of the forbidden alliance with the disbelievers, rather it is a form of dutifulness and fair treatment that are not prohibited.

2) Bersilaturahmi dengan kerabat yang kafir bukan bentuk walā`(loyalitas) dengan orang kafir yang dilarang, tetapi bentuk kebajikan dan sikap adil yang tidak dilarang.

en

3) The perfect justice of Islam is reflected in giving every person his due right without injustice or exaggeration. A disbelieving relative should have his right of maintaining of ties with him because he is a relative anyway.

3) Sempurnya sikap adil Islam dalam memberi hak kepada setiap orang yang memiliki hak, tanpa ada kezaliman ataupun melampaui batas. Sehingga kerabat yang kafir, meskipun ia kafir, kita tetap tidak boleh meninggalkan haknya untuk bersilaturahmi dengannya, karena dia memiliki hak kekerabatan.

en

321/15- Zaynab al-Thaqafiyyah, wife of ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with both of them) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Give in charity, O women, even if it should be some of your jewelery.” I returned to ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd and said, ‘You are a man who does not possess much (property), and the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) has commanded us (women) to give charity. So go and ask him if giving charity to you will serve the purpose; otherwise, I shall give it to someone else.’ ‘Abdullāh said: ‘Rather, you go ask him.’ I went and found a woman of the Ansār at the door of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), waiting to ask the same question as mine. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) was endowed with awe, and so we could not go in. When Bilāl came out to us, we said to him, ‘Go to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and tell him that there are two women at the door who have come to ask him whether it will serve them to give charity to their husbands and to orphans who are in their charge, but do not tell him who we are.’ Bilāl went in and asked him, and the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) asked him who the women were. When he told him that they were a woman from the Ansār and Zaynab, he asked him which Zaynab it was, and when he was told that it was the wife of ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd, he (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘They will have a double reward, one for maintaining the ties of kinship and another for giving charity.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

15/321- Zainab Aṡ-Ṡaqafīyyah, istri Abdullāh bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai para wanita! Bersedekahlah walaupun dengan perhiasan kalian." Zainab berkata, Lantas aku pulang menemui Abdullah dan berkata, "Sesungguhnya engkau seorang laki-laki yang miskin tidak punya harta, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memerintahkan kami agar bersedekah. Datanglah kepada beliau dan tanyakanlah; jika aku boleh memberikannya kepada kalian, aku akan lakukan. Tetapi jika tidak, maka aku akan memberikannya kepada yang lain." Abdullah berkata, "Jangan. Tetapi, silakan engkau saja yang datang ke beliau." Lantas aku beranjak pergi. Ternyata telah ada seorang perempuan Ansar menunggu di depan pintu rumah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; keperluanku sama seperti keperluannya. Tetapi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah sosok yang disegani, sehingga Bilāl datang kepada kami dan kami berkata, "Datanglah kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan kabarkan kepada beliau bahwa dua orang wanita di depan pintu mau bertanya; apakah mereka boleh bersedekah kepada suami dan anak-anak yatim yang ada dalam pengasuhan mereka? Jangan kabarkan kepada beliau siapa kami." Lalu Bilāl pun masuk menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan bertanya kepada beliau. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya, "Siapa mereka berdua?" Bilāl menjawab, "Seorang wanita Anṣār bersama Zainab." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya lagi, "Zainab yang mana?" Bilāl menjawab, "Zainab istri Abdullah." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bagi mereka dua pahala. Yaitu pahala menyambung kerabat dan pahala sedekah." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

خَفِيفُ ذَاتِ اليَدِ: orang yang memiliki sedikit harta.

en

--

فِي حُجُورِهِمَا: dalam pengasuhan keduanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Upholding ties with relatives through charity earns the upholder two rewards, one for charity and one for maintaining ties with them.

1) Bersilaturahmi kepada kerabat dengan memberi mereka sedekah akan mendatangkan dua pahala: pahala sedekah dan pahala silaturahmi.

en

2) It is permissible for a wife to give charity to her household members.

2) Istri boleh bersedekah kepada keluarganya.

en

3) It is permissible for a woman to go out of her house to fulfill a need or ask about a matter related to religion, provided that she has taken permission from her husband to do that.

3) Perempuan boleh keluar rumah untuk keperluannya dan juga bertanya tentang urusan agama dengan syarat diizinkan suami.

en

4) Seeking religious knowledge and inquiring about useful matters is one of the most important obligations.

4) Menuntut ilmu dan bertanya tentang perkara-perkara yang bermanfaat termasuk kewajiban yang paling penting.

en

327/16- Abu Sufyān, Sakhr ibn Harb (may Allah be pleased with him) reported, in the course of his long narration about Heraclius when the latter questioned him about the teachings of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him): I (Abu Sufyān) said: “He (i.e. the Prophet) says to us: ‘Worship Allah alone and do not associate anything with Him, and give up what your ancestors say.’ And he commands us to perform prayers, speak the truth, to observe modesty, and to uphold the ties of kinship.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

16/327- Abu Sufyān Ṣakhr bin Ḥarb -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dalam hadis yang panjang tentang kisah Heraklius, bahwa Heraklius berkata kepada Abu Sufyān, "Apa yang dia (Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) perintahkan kepada kalian?" Aku menjawab, "Dia berkata, "Sembahlah Allah semata dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk salat, jujur, menjaga kesucian, dan bersilaturahmi." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The mission of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was founded on worshiping Allah Almighty in a good manner by proclaiming His oneness, and being kind to the people by maintaining ties with them and fulfilling their rights.

1) Kerasulan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tegak di atas dasar beribadah kepada Allah dengan baik, yaitu dengan menauhidkan Allah, dan berbuat baik kepada sesama makhluk dengan bersilaturahmi dan menunaikan hak-hak mereka.

en

2) The command to uphold ties of kinship is one of the first provisions laid down by Islam, the thing that testifies well to its significance.

2) Perintah bersilaturahmi termasuk ajaran syariat yang pertama kali turun dalam agama Islam, dan ini menunjukkan kepada Anda tentang urgensinya.

en

328/17- Abu Dharr (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, you are going to conquer a land where the ‘qīrāt’ is mentioned.”

17/328- Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya kalian akan menaklukkan sebuah negeri yang terkenal padanya Qīrāṭ."

en

In another version of the Hadīth, he said: “You are going to conquer Egypt, which is a land where the qīrāt is frequently mentioned. So when you conquer it, treat its inhabitants kindly, for there is a right due for them as well as blood ties with them.”

Dalam riwayat lain: "Kalian akan menaklukkan Mesir, yaitu negeri yang terkenal padanya Qīrāṭ. Maka saling ingatkanlah untuk berbuat baik kepada penduduknya, karena mereka memiliki hak żimmah (perlindungan) dan hak silaturahmi."

en

According to another version of the Hadīth, “...So when you conquer it, be kind to its inhabitants, for there is a right due for them for the blood ties with them,” or he said: “for the marriage relationship with them.” [Narrated by Muslim]

Dalam riwayat lain, "Apabila kalian telah menaklukkannya, maka berbuat baiklah kepada penduduknya. Karena mereka memiliki żimmah (perlindungan) dan hak silaturahmi." Atau beliau berkata, "hak żimmah (perlindungan) dan hak perbesanan." (HR. Muslim)

en

Scholars said that the blood ties refer to the fact that Hājar, the mother of Ismā‘īl (Ishmael, peace be upon him) was from that land. The marriage relationship refers to the fact that Māriyah, the mother of Ibrāhīm, the son of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) was from that land.

Para ulama berkata, "Ikatan silaturahmi yang mereka sandang disebabkan karena Hājar ibu Nabi Ismā'īl -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berasal dari mereka. Sedangkan ikatan perbesanan adalah karena Māriah, ibu Ibrāhīm putra Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berasal dari mereka."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Qīrāt: the name of a currency.

القِيْرَاطُ (al-qīrāṭ): nama jenis uang logam yang digunakan sebagai alat transaksi.

en

--

ذِمَّةٌ (żimmah): hak dan kehormatan.

en

--

صِهْرًا (ṣihran): keluarga dari istri (ikatan perbesanan)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Blood relatives are entitled to keeping ties with them even the far ones, for the concept of kinship ties is broader than the close relatives.

1) Ikatan rahim memiliki hak untuk disambung walaupun jauh. Sehingga istilah ikatan rahim lebih luas dari ikatan kerabat dekat.

en

2) Maintaining ties with maternal relatives is the same as maintaining ties with paternal relatives.

2) Bersilaturahmi dengan kerabat dari jalur ibu sama seperti bersilaturahmi dengan kerabat dari jalur ayah.

en

3) It is recommended to be kind to blood relatives and those related through marriage even if they are polytheists, so long as they are not in war with Allah Almighty and His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) and not showing open animosity.

3) Anjuran berbuat baik kepada orang-orang yang memiliki ikatan kerabat, ikatan rahim, dan ikatan pernikahan sekalipun mereka musyrik, selama mereka tidak memusuhi Allah -Ta'ālā- dan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan selama mereka tidak melakukan permusuhan secara terang-terangan.

en

329/18- Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: “When this verse was revealed: {And warn [starting with] the nearest kinsfolk.} [Surat al-Shu‘arā’: 214] the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) called the people of Quraysh. When they gathered, he addressed them generally and personally and said: “O sons of ‘Abd Shams! O Banu Ka‘b ibn Lu’ay! Save yourselves from Hell! O Banu Murrah ibn Ka‘b! Save yourselves from Hell! O Banu ‘Abd Manāf! Save yourselves from Hell! O Banu Hāshim! Save yourselves from Hell! O Banu ‘Abdul-Muttalib! Save yourselves from Hell! O Fātimah! Save yourself from Hell, for I have no power (to protect you) from Allah in anything except that I would duly sustain my ties of kinship with you.” [Narrated by Muslim]

18/329- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ketika turun ayat ini (artinya): "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat," (QS. Asy-Syu'arā`: 214) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memanggil orang-orang Quraisy. Mereka pun berkumpul. Lalu beliau mengingatkan mereka secara umum dan khusus. Beliau bersabda, "Wahai Bani Abdu Syams! Bani Ka'ab bin Lu`aiy! Selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Bani Murrah bin Ka'ab! Selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Bani Abdu Manāf! Selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Bani Hāsyim! Selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Bani Abdul Muṭṭalib! Selamatkan diri kalian dari neraka. Wahai Fatimah! Selamatkan dirimu dari neraka. Sungguh, aku tidak memiliki sesuatu apa pun untuk menyelamatkan kalian dari siksa Allah. Hanya saja kalian memiliki ikatan rahim (denganku) yang aku akan membasahinya dengan airnya (menyambungnya)." (HR. Muslim)

en

-- --

Kalimat ببلاَلِهَا (bi balālihā), dengan memfatahkan "bā`" yang kedua. Boleh juga dikasrahkan (bi bilālihā). "البِلالُ" (al-bilāl), artinya: air. Makna hadis ini: aku akan menyambungnya. Beliau membuat perumpamaan terhadap perbuatan memutusnya dengan hawa panas yang dapat dipadamkan dengan air. Sedangkan ini dapat didinginkan dengan bersilaturahmi.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

The nearest kinsfolk: your closest relatives then the ones next to them.

عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ: kerabatmu yang paling dekat, kemudian yang lebih dekat.

en

He addressed them generally and personally: he spoke to them of what generally applies to all of them, then he singled some of them because of their close kinship with him.

فعَمَّ وخَصَّ: yaitu beliau memanggil mereka dengan panggilan yang bersifat umum untuk semua, kemudian menyebutkan sebagian mereka secara khusus karena adanya hubungan kerabat yang kuat dengan mereka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory to maintain ties with relatives, take care of them, try constantly to reform them and guide them to what is good, for these are some of the fruits of maintaining ties of kinship.

1) Kewajiban bersilaturahmi dengan kerabat serta memperhatikan mereka, terus-menerus memperbaiki hubungan dengan mereka, dan mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini semua adalah konsekuensi dari silaturahmi.

en

2) A caller to Allah is required to start with warning his own relatives then the members of his clan, for the relatives are worthier of receiving goodness, then those who come next to them, till goodness reaches all the people.

2) Kewajiban pertama dai yang berdakwah kepada Allah agar mengingatkan keluarganya, lalu kerabat-kerabatnya, karena mereka lebih pantas mendapat perbuatan baik sebelum yang lainnya, baru kemudian orang-orang di bawah mereka, sehingga kebaikan akan merata kepada semua manusia.

en

3) Keenness on guiding people is one of the characteristics of a successful caller to Allah, as he demonstrates his love to people and his care to extend goodness to them.

3) Bersemangat untuk memberi petunjuk kepada manusia adalah ciri-ciri dai yang diberikan taufik. Sehingga dia menampakkan kecintaannya kepada manusia serta berupaya untuk menyampaikan kebaikan kepada mereka.

en

4) The Hadīth encourages a Muslim to do good deeds and not rely upon lineage or boasting of it.

4) Anjuran untuk beramal saleh dan agar tidak bersandar ataupun berbangga kepada nasab.

en

330/19- ‘Abdullāh ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) saying publicly, not secretly: ‘Indeed, the family of Banu so-and-so are not my allies. Rather, my ally is Allah and the righteous believing people, but they (that family) have kinship ties with me and I do what I must do to uphold them.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Al-Bukhāri]

19/330- Abu Abdillah 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda secara terang-terangan tanpa sembunyi-sembunyi, "Sesungguhnya keluarga Bani polan bukan penolongku. Penolongku ialah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh. Tetapi mereka memiliki ikatan rahim dan aku akan membasahinya dengan airnya." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

My ally: my supporter to whom I turn in all my affairs.

وليِّـي (waliyyī): penolongku yang aku akan loyal kepadanya dalam semua perkara.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Loving and hating for Allah’s sake is one of the most important characteristics of faith. A believer has to disassociate himself from affection to the disbelievers with regard to their religion, since there should not be alliance between a Muslim and a disbeliever.

1) Di antara bentuk iman yang paling penting adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah; sehingga wajib bagi seorang mukmin untuk berlepas diri dari cinta atas dasar agama kepada orang kafir, karena tidak ada saling cinta antara orang muslim dan kafir.

en

2) The disbelieving relative is entitled to the right of upholding ties of kinship with him, but he is not entitled to the right of alliance which entails love and aid.

2) Kerabat yang kafir memiliki hak silaturahmi yang mesti disambung, tetapi tidak berhak untuk diberikan walā` (loyalitas) yang merupakan cinta dan pembelaan.

en

3) The bond of Islam and brotherliness for the sake of the religion are greater than the bonds of blood, marriage, and interest.

3) Persaudaraan atas dasar agama serta ikatan atas dasar Islam lebih agung daripada ikatan darah, nasab, dan berbagai kepentingan duniawi lainnya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Ties that should be maintained are general and personal:

Ikatan rahim yang disambung terbagi menjadi umum dan khusus:

en

- General ties are those related to faith and knowledge; they should be maintained by mutual love and exchange of advice, enjoining adherence to the truth and patience, and fulfilling obligatory as well as recommended rights.

- Ikatan rahim yang umum; yaitu ikatam rahim atas dasar iman dan ilmu, yang ini wajib disambung dengan saling mencintai, saling menasihati, saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran, serta melaksanakan hak-hak yang wajib dan sunah.

en

- Personal ties , on the other hand, refer to relationships that are based on blood, marriage, or breastfeeding.

- Adapun ikatan rahim yang khusus; yaitu kerabat yang memiliki hubungan nasab dengan Anda, pernikahan, atau persusuan.

en

The all-inclusive meaning of maintaining such ties is to extend good to them to the best of one’s ability, and avert evil from them to the best of his ability, as the situation may call for.

Definisi yang lengkap tentang bersilaturahmi dengan mereka yaitu memberikan mereka kebaikan yang mampu dilakukan dan menghilangkan dari mereka keburukan sesuai kemampuan dan sesuai keadaan.

en

331/20- Abu Ayyūb, Khālid ibn Zayd al-Ansāri (may Allah be pleased with him) reported that a man said: “O Messenger of Allah, inform me of a deed that admits me to Paradise and distances me from Hell. Thereupon, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Worship Allah and not associate any partner with Him, establish prayer, pay Zakah, and uphold kinship ties.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

20/331- Abu Ayyūb Khālid bin Zaid Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki berkata, "Ya Rasulullah! Beri tahukan kepadaku tentang sebuah amal yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaklah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Muslims are urged to carry out the Shariah obligations including maintaining ties of kinship, for they are a reason for entering Paradise and distancing from Hell.

1) Anjuran untuk melaksanakan kewajiban syariat, di antaranya silaturahmi. Dan silaturahmi termasuk sebab yang akan memasukkan ke surga dan menjauhkan dari neraka.

en

2) It is part of a person’s good understanding of the religion that he endeavors to keep himself away from the Fire and to enter Paradise and attain the pleasure of Allah Almighty.

2) Di antara tanda baiknya pemahaman seorang hamba adalah bila dia berusaha untuk menjauh dari api neraka, serta berupaya masuk surga dan meraih rida Allah -Ta'ālā-.

en

332/21- Salmān ibn ‘Āmir (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When any of you breaks his fast, let him break it with dates for they are a blessing. If he cannot find dates, then with water, for it is pure.” He also said: “Charity given to a needy person counts as charity only, but charity given to a relative counts as (two good deeds): charity and maintaining ties.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)]

21/332- Salmān bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika seseorang dari kalian berbuka maka hendaknya dia berbuka dengan kurma, karena kurma adalah keberkahan. Bila dia tidak mendapatkan kurma, maka dengan air, karena air mensucikan." Beliau juga bersabda, "Sedekah pada orang miskin bernilai satu sedekah. Sedang sedekah pada kerabat bernilai dua, yakni sedekah dan silaturahmi." (HR. Tirmiżī dan dia berkata, "Hadisnya hasan")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Shariah explains that charity is of various degrees based on the one to whom it is given. The closer the recipient is, the better the charity is.

1) Penjelasan syariat tentang adanya perbedaan tingkat keutamaan sedekah tergantung tempat pengalokasiannya; yakni semakin dekat hubungan kerabat dengan objek silaturahmi maka sedekah itu semakin bagus.

en

2) Charity given to the poor counts as charity only, but charity given to a relative counts as both charity and maintaining of kinship ties.

2) Sedekah pada orang miskin bernilai satu sedekah, sedangkan sedekah pada kerabat bernilai dua; yakni sedekah dan menyambung kekerabatan.

en

Note:

Peringatan:

en

This Hadīth is not authentic if cited as a statement of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). Rather it is authentically attributed to him as an action. Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to break his fast before he prayed with fresh dates; if there were not any, he would eat some small dates; if there were not any, he would have some sips of water.

Hadis ini tidak benar penisbahannya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Penisbahan yang benar yaitu kepada perbuatan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Yaitu diriwayatkan oleh Tirmizi, dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- senantiasa berbuka sebelum salat menggunakan beberapa ruṭab (kurma mengkal). Bila kurma mengkal tidak ada, maka dengan beberapa kurma kering (tamr). Bila kurma kering tidak ada, maka beliau meneguk beberapa teguk air."

en

333/22- Ibn ‘Umar (may Allah be pleased with him and his father) reported: “I had a wife whom I loved, but (my father) ‘Umar hated her. He told me to divorce her, but I refused. ‘Umar went to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and mentioned this to him. So the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Divorce her.’” [Narrated by Abu Dāwūd and Al-Tirmidhi, who classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

22/333- Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Dulu aku memiliki seorang istri yang aku cintai, tetapi Umar tidak menyukainya. Umar berkata kepadaku, "Ceraikan dia!" Tetapi aku enggan. Maka Umar -raḍiyallāhu 'anhu- datang menghadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menceritakan hal itu kepada beliau. Sehingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berpesan, "Ceraikan dia!" (HR. Abu Daud dan Tirmizi; Tirmizi berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory to obey the parent even in what is disliked.

1) Kewajiban taat kepada orang tua, bahkan dalam perkara yang tidak disukai jiwa sekalipun.

en

2) Obedience to the parents applies to what is good only. If one of them orders his child to do something that would spoil his religiosity, then no obedience is due to him.

2) Taat kepada kedua orang tua harus menurut cara yang makruf; sehingga apabila salah satu mereka memerintahkannya untuk melakukan sesuatu yang dapat merusak si anak dalam agamanya, maka tidak ada kewajiban untuk taat.

en

334/23- Abu Ad-Dardā’ (may Allah be pleased with him) reported that a man came to him and said: “I have a wife and my mother orders me to divorce her?” So, he said: “I heard the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) say: ‘The parent is the middle door of Paradise (i.e. the best way to Paradise), so it is up to you whether you take advantage of it or not.’” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

23/334- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki datang kepadanya dan berkata, "Sesungguhnya aku memiliki seorang istri, sedangkan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya." Abu Ad-Dardā` berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau, sia-siakanlah pintu tersebut atau jagalah'." (HR. Tirmizi, dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

"Pintu surga yang paling tengah" ialah pintu yang paling bagus.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Pleasing the parents takes precedence over pleasing the wife.

1) Mengejar rida orang tua lebih didahulukan daripada mengejar rida istri.

en

2) The Companions’ approach in giving Fatwa was to mention the statements of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) without unnecessarily conducting personal reasoning.

2) Menjelaskan cara para sahabat dalam berfatwa; yaitu dengan membawakan hadis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tanpa memaksakan untuk berpendapat sendiri.

en

Important note:

Peringatan penting:

en

Obedience is not absolutely due in all cases where a father orders his son to divorce his wife, but this rather depends on the father’s character and uprightness. If he is righteous, wise, and more aware of the interests than his son, then he should be obeyed in this case. But if the father is dissolute and unwise, he should not be obeyed in what incurs evil upon his son.

Tidak semua orang tua yang memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya harus ditaati. Tetapi harus dilihat kondisi kesalehan dan keistikamahan orang tua; bila dia orang yang saleh dan memiliki pandangan yang bagus, yaitu dapat melihat maslahat yang tidak dapat dilihat oleh anaknya, ketika itu dia ditaati perintahnya. Adapun jika dia orang yang fasik dan tidak memiliki pandangan yang bagus, maka dia tidak ditaati dalam perkara yang mengandung mafsadat bagi anaknya.

en

335/24- Al-Barā’ ibn ‘Āzib (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The maternal aunt has the status of the mother.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan Sahīh (sound and authentic)]

24/335- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Bibi (saudari ibu) sama kedudukannya dengan ibu." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnya hasan sahih")

en

There are many other famous Hadīths reported in the books of Sahīh Hadīths that are relevant to this topic like the Hadīth of the People of the Cave, the Hadīth of Jurayj, and both were previously cited. There are still other famous Hadīths cited in the books of Sahīh that I have excluded for the sake of brevity. One of the most important of them is the long Hadīth reported by ‘Amr ibn ‘Abasah (may Allah be pleased with him) that included many general principles and etiquettes of Islam. I will cite it in full, Allah willing, in the Chapter on Hope. ‘Amr ibn ‘Abasah (may Allah be pleased with him) said in this Hadīth: “I entered upon the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in Makkah, i.e. at the beginning of his mission of prophethood, and said to him: ‘Who are you?’ He said: ‘I am a prophet.’ I said: ‘What is a prophet?’ He said: ‘I was sent by Allah, the Exalted .’ I said: ‘What did He send you with?’ He said: ‘He sent me with the command to uphold the ties of kinship and to destroy the idols so that Allah alone should be worshiped and nothing should be associated with Him...’” and he mentioned the Hadīth till its end. Allah knows best.

Dalam hal ini terdapat banyak hadis yang masyhur dalam Kitab Aṣ-Ṣaḥīḥ. Di antaranya hadis tentang kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua, hadis tentang kisah Juraij yang juga sudah disebutkan sebelumnya, dan hadis-hadis lainnya yang masyhur dalam kitab Aṣ-Ṣaḥīḥ, sengaja aku tidak sebutkan supaya lebih ringkas. Di antara yang paling penting ialah hadis panjang yang diriwayatkan oleh 'Amr bin 'Abasah -raḍiyallāhu 'anhu- yang mengandung banyak sekali kaidah dan adab Islam. Insya Allah, nanti aku akan menyebutkannya secara lengkap dalam Bāb Ar-Rajā`, di dalamnya disebutkan: "Aku datang menghadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Mekah -maksudnya di awal kenabian- aku berkata, 'Siapa Anda?' Beliau menjawab, 'Seorang nabi.' Aku bertanya, 'Apa nabi itu?' Beliau menjawab, 'Allah -Ta'ālā- telah mengutusku.' Aku bertanya, 'Dengan apa Allah mengutusmu?' Beliau menjawab, Allah mengutusku untuk mengajak kepada silaturahmi, menghancurkan berhala, dan agar Allah ditauhidkan dan tidak disekutukan dengan apa pun.'" Kemudian dia menyebutkan hadis ini secara sempurna. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

المَنْزِلَةُ (al-manzilah): kedudukan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is obligatory on a person to show dutifulness and kindness to his maternal aunt just as he does with his mother because they are of the same status. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The maternal aunt has the status of the mother.” [Narrated by Al-Bukhāri]

1) Kewajiban berbakti dan berbuat baik kepada bibi (saudari ibu) sebagaimana berbuat baik kepada ibu, karena ibu dan bibi satu tingkatan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bibi (saudari ibu) sama kedudukannya dengan ibu." (HR. Bukhari)

en

2) The maternal aunt is like the mother in terms of her compassion to her nephews and nieces and her taking care of them.

2) Bibi (saudari ibu) sama seperti ibu dalam hal kasih sayang kepada anak-anak saudarinya. Demikian juga dalam hal mengasuh mereka.