Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

71 - Chapter on humbleness and showing kindness to the believers

71- BAB TAWADUK DAN MERENDAH KEPADA ORANG BERIMAN

en

Allah Almighty says: {And lower your wing [i.e. show kindness] to those who follow you of the believers.} [Ash-Shu‘arā’: 215] He also says: {O you who believe, whoever of you should revert from his religion - Allah will bring forth [in place of them] a people He will love and who will love Him [who are] humble toward the believers, strict against the disbelievers.} [Al-Mā’idah: 54] And He says: {O mankind, indeed We have created you from male and female and made you peoples and tribes so that you may know one another. Indeed, the most noble of you in the sight of Allah is the most righteous of you.} [Al-Hujurāt: 13] Allah Almighty also says: {So do not claim yourselves to be pure; He is most knowing of who fears Him.} [An-Najm: 32] He also says: {And the companions of the Heights will call to men [within Hell] whom they recognize by their mark, saying: “Of no avail to you was your gathering and [the fact] that you were arrogant.” [Allah will say]: “Are these the ones whom you [inhabitants of Hell] swore that Allah would never show mercy? Enter Paradise, [O people of the Heights]. No fear will there be for you, nor will you grieve.”} [Al-A‘rāf: 48-49]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang beriman yang mengikutimu." (QS. Asy-Syu'arā`: 215) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir." (QS. Al-Mā`idah: 54) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Ḥujurāt: 13) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan orang-orang yang di atas A`rāf (tempat yang tertinggi) menyeru beberapa pemuka (kafir) yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, 'Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (ternyata) tidak ada manfaatnya buat kamu. Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?' (Allah berfirman), 'Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut pada kamu dan tidak pula kamu akan bersedih hati.'" (QS. Al-A'rāf: 48-49)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) The believers should be humble when they deal with one another. But they should not be humble towards the disbelievers. On the contrary, they should treat them in a superior manner. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Islam is always superior and nothing can be superior to it.” [Al-Dāraqutni]

1) Tawaduk dan rendah hati khusus diberikan kepada sesama orang beriman. Adapun orang kafir, maka tidak ada tawaduk kepadanya, bahkan harus mengangkat diri. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Islam berada di atas, dan tidak ada yang merendahkannya." (HR. Ad-Dāraquṭniy)

en

2) They describe the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and his Companions (may Allah be pleased with them) as tough against the disbelievers, yet merciful towards one another.

2) Menampilkan karakter mulia Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan sahabat-sahabat beliau -raḍiyallāhu 'anhum-; yaitu mereka bersikap keras terhadap orang kafir dan lembut kepada sesama mereka.

en

3) They affirm the attribute of Love to Allah Almighty, as He loves and is loved: {Allah will bring forth [in place of them] a people He will love and who will love Him.}

3) Menetapkan sifat cinta bagi Allah -'Azza wa Jalla-; bahwa Allah mencintai dan dicintai; "... maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya."

en

4) They point out the wisdom behind Allah Almighty creating us as different peoples and tribes; it is to get acquainted, and not for the purpose of bragging before one another. The merit in Islam lies in piety and good deeds.

4) Menjelaskan hikmah Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, yaitu agar mereka saling kenal satu sama lain, bukan untuk saling berbangga, karena tolok ukur keutamaan dalam Islam terletak pada ketakwaan, dan amal saleh.

en

602/1 - ‘Iyād ibn Himār (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Verily, Allah revealed to me that you must be humble, so that no one boasts of himself before another nor oppresses another.” [Narrated by Muslim]

1/602- 'Iyāḍ bin Ḥimār -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah memberikan wahyu kepadaku; hendaklah kalian bersikap tawaduk (rendah hati), sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan diri atas yang lain dan tidak ada yang menzalimi yang lain." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لا يَبغِيَ (lā yabgī): tidak menzalimi dan melampaui batas.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person should be humble to Allah Almighty and towards Muslims. He should look with respect and reverence at those older than him, with mercy and compassion at those who are younger, and with equality at those who are his peers. Indeed, showing humility to the people of faith helps spread justice and benevolence.

1) Seseorang harus bersikap tawaduk kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan kepada saudara-sadaranya yang muslim. Ia seharusnya memandang orang yang lebih tua dengan penuh memuliakan, memandang orang yang di bawahnya dengan penuh kasih sayang, dan memandang orang yang sebaya dengan penuh persamaan. Tawaduk kepada orang beriman termasuk sebab tersebarnya keadilan dan kebaikan.

en

2) The Prophet’s Sunnah is a revelation from Allah Almighty, which was sent down just like the Qur’an.

2) Sunnah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah wahyu dari Allah -Ta'ālā-, ia turun seperti Al-Qur`ān turun.

en

3) Arrogance generates bragging amongst people, and bragging leads to oppression and severance of ties. So, let everyone shun this behavior.

3) Sombong akan melahirkan sifat bangga diri, lalu bangga diri akan melahirkan kezaliman dan pemutusan silaturahmi. Sebab itu, seorang hamba harus waspada dan menghindari perangai-perangai orang yang sombong.

en

603/2 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Charity never diminishes wealth, and Allah does not increase the one who pardons others except in honor, and no one humbles himself seeking the pleasure of Allah except that Allah will raise him in rank.” [Narrated by Muslim]

2/603- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta, Allah pasti akan mengangkat kemuliaan seseorang yang suka memaafkan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah -Ta'ālā- angkat derajatnya." (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are urged to pardon; yet, this is conditional upon the achievement of reconciliation. Allah Almighty says: {But whoever pardons and makes reconciliation - his reward is [due] from Allah. Indeed, He does not like wrongdoers.}

1) Anjuran memberi maaf, tetapi dengan syarat pemberiaan maaf itu akan melahirkan perbuatan baik, berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Tetapi Siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."

en

2) If a person shows humbleness for the sake of Allah, Allah will raise his rank in this world and in the Hereafter. Recompense for a deed is of the same nature of the deed.

2) Siapa yang tawaduk karena Allah, maka Allah -'Azza wa Jalla- akan memuliakannya di dunia dan akhirat, karena balasan setimpal dengan jenis perbuatan.

en

604/3 - Anas (may Allah be pleased with him) reportedly passed by some boys and greeted them. He said: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to do so. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/604- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia melewati sejumlah anak-anak lalu mengucapkan salam kepada mereka. Ia berkata, “Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukannya.” (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to greet children, for this teaches them the Shariah etiquette and trains people to be humble.

1) Anjuran memberi salam kepada anak kecil untuk mendidik mereka tentang adab-adab Islam, serta melatih diri untuk bersikap tawaduk.

en

2) The Companions (may Allah be pleased with them) were keen to follow the Prophet’s example. This is what every believer should do. In every deed he does, he should do it sincerely for the sake of Allah and in compliance with the Prophet’s example.

2) Semangat para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- untuk meneladani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; dan ini adalah sifat semua mukmin yang diberi taufik, yang berusaha untuk ikhlas karena Allah dan meneladani Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam perbuatannya.

en

3) When we deal humbly with children, this gives them a sense of worth and instills into them respect and reverence towards the adults.

3) Bersikap tawaduk terhadap anak kecil akan menanamkan rasa tinggi dan kedudukan mulia di dalam diri anak-anak tersebut serta menumbuhkan dalam jiwa mereka penghormatan dan pemuliaan kepada orang yang tua.

en

605/4 - He also reported: A slave-girl of Madīnah would take hold of the Prophet’s hand and take him wherever she wished. [Narrated by Al-Bukhāri]

4/605- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, “Sungguh ada seorang budak wanita di Madinah mengambil tangan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu membawa beliau pergi ke mana saja ia mau.” (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الأَمة (al-amah): budak perempuan yang masih kecil.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s remarkable modesty, as he used to stand with the weak and those who had needs to be fulfilled, though he is the noblest among all people.

1) Kesempurnaan sifat tawaduk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau bersama orang-orang lemah dan yang membutuhkan padahal beliau makhluk paling mulia -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām-.

en

2) Part of the Prophet’s guidance, which we are required to follow, is to help any person in need, whether he is near or far.

2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang dianjurkan ialah memberikan bantuan kepada semua orang yang membutuhkan dan membantu menyelesaikan kebutuhan manusia, baik kebutuhan tersebut ada di tempat dekat atau jauh.

en

606/5 - Al-Aswad ibn Yazīd reported: ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) was asked: “What would the Prophet do at home?” She replied: “He would serve his family, and when the time of prayer came, he would go out to pray.” [Narrated by Al-Bukhāri]

5/606- Al-Aswad bin Yazīd berkata bahwa Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ditanya tentang apa yang dilakukan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di rumahnya. Aisyah menjawab, "Biasanya beliau melakukan pekerjaan keluarganya -maksudnya membantu keluarganya-, apabila waktu salat telah tiba maka beliau pergi melaksanakannya." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s complete modesty and kindness towards his family. When a man helps his family with their chores, this serves a variety of purposes, like sustaining harmony and love, in addition to following the Prophet’s guidance.

1) Kesempurnaan sifat tawaduk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta kebaikan beliau kepada keluarganya. Sesungguhnya membantu pekerjaan keluarga mengandung beragam maslahat seperti meningkatkan keakraban dan cinta serta mengikuti petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) Worldly activities should not distract a person from prayer. Religious duties take precedence over worldly ones.

2) Pekerjaan duniawi tidak boleh melalaikan hamba dari mengerjakan salat, karena kewajiban agama harus lebih didahulukan di atas pekerjaan duniawi.

en

3) A person with complete servitude to his Lord would do every act of worship at its prescribed time.

3) Peribadatan yang sempurna adalah seseorang mengerjakan setiap ketaatan pada waktunya yang telah ditentukan.

en

607/6 - Abu Rifā‘ah Tamīm ibn Usayd (may Allah be pleased with him) reported: “I went to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) while he was delivering a sermon, and I said: ‘O Messenger of Allah, a stranger (meaning himself) has come to inquire about his religion. He is quite ignorant about his religion.’ So the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) interrupted his sermon and came to me. A chair was brought for him and he sat on it and started teaching me of what Allah had taught him. Then, he resumed his sermon and completed it.” [Narrated by Muslim]

6/607- Abu Rifā'ah Tamīm bin Usaid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau sedang berpidato. Kemudian aku menyelanya, "Wahai Rasulullah! Aku orang asing yang datang untuk bertanya tentang agama, yang tidak mengerti agama." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang kepadaku dan menghentikan pidatonya. Hingga beliau tiba di hadapanku, lalu kursi didatangkan dan beliau duduk di atasnya. Kemudian beliau mengajariku apa yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu beliau melanjutkan pidatonya sampai selesai. (HR. Muslim)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s complete modesty and compassion towards Muslims and points out his wisdom, as his way of teaching attracts people’s hearts to Islam.

1) Kesempurnaan sifat tawaduk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta sifat lembut beliau kepada umat Islam, dan menjelaskan sifat bijaksana beliau karena cara pengajaran beliau mengandung trik menarik hati orang lain agar memeluk Islam.

en

2) We should pay attention to such important things that can be missed if they are not dealt with immediately. That is why the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) chose to interrupt the sermon and teach that man.

2) Memperhatikan perkara urgen yang bisa hilang peluang melakukannya termasuk sifat bijaksana yang dituntut, dan ini termasuk bagian dari manajemen waktu. Oleh karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sangat atensi kepada maslahat tersebut dengan menghentikan pidatonya lalu mengajar laki-laki tersebut.

en

608/7 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that whenever the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) ate food, he would lick his three fingers (thumb, index, and middle fingers); and he said: “If any one of you drops a morsel of food, he should remove anything filthy on it and eat it and not leave it for the devil.” And he commanded us to clean out the dish, saying: “You do not know in which portion of the food the blessing lies.” [Narrated by Muslim]

7/608- Anas - raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- jika telah makan maka beliau mengisap ketiga jarinya. Beliau bersabda, "Jika ada butiran makanan kalian yang jatuh, maka buanglah kotoran yang menempel padanya dan makanlah makanan itu, jangan biarkan makanan itu untuk setan!" Beliau pun memerintahkan agar nampan dibersihkan (menghabiskan makanan yang ada di dalamnya). Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian makanan mana keberkahan itu ada." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

لَعِقَ أَصَابِعَهُ (la'iqa aṣābi'ahu): ia menjilat jarinya.

en

--

فَلْيُمِطْ (fal-yumiṭ): hendaklah dia membuang.

en

Clean out the dish: to take any food remaining in the dish with one’s fingers and lick the fingers.

تُسْلَت (tuslat): dibersihkan, yaitu mengambil sisa makanan yang masih menempel menggunakan jari lalu diisap.

en

--

القَصعةُ (al-qaṣ'ah): wadah tempat makan sejumlah orang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the Prophet’s perfect way of teaching. When he mentioned a ruling, he would clarify the wisdom behind it, which serves two great purposes:

1) Cara mengajar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang sangat bagus; yaitu bila menyebutkan suatu hukum maka beliau akan menerangkan hikmahnya, dan hal ini memberikan dua faedah besar:

en

First: It demonstrates the sublimity of this Shariah, which primarily relies on taking people’s interests into consideration and removing evils. All his commands and prohibitions certainly serve our interests.

Pertama: menerangkan keluhuran agama Islam, bahwa Islam dibangun di atas dasar maslahat dan menolak mafsadat, sehingga tidak ada suatu perkara yang kita diperintahkan melaksanakannya kecuali maslahat ada bersama keberadaannya dan tidak ada suatu perkara yang kita dilarang mengerjakannya kecuali maslahat ada pada ketiadaannya.

en

Second: When a person learns about the wisdom behind a certain ruling, he grows more reassured and certain and feels activated to do what is commanded and avoid what is prohibited.

Kedua: menambah ketenangan jiwa, karena ketika hikmah disebutkan maka seseorang akan bertambah iman dan yakin serta bersemangat untuk mengerjakan apa yang diperintahkan ataupun meninggalkan apa yang dilarang.

en

2) The devil may share a person’s food and drink, unless he takes his precautions by the means prescribed in the Shariah.

2) Ada kalanya setan ikut serta dalam santapan makanan dan minuman seseorang jika dia tidak membentengi diri darinya dengan sarana-sarana yang disyariatkan.

en

3) Not wasting the food that falls on the ground teaches us to preserve wealth, no matter how little it is.

3) Memungut makanan yang jatuh mengandung pelajaran agar kita menjaga harta sekalipun sedikit.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Licking the fingers after eating achieves two benefits:

Mengisap jari setelah makan mengandung dua faedah:

en

- A Shariah benefit, which is following the Prophet’s example.

- Faedah agama; yaitu meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

- A health benefit: some doctors said that when the fingertips are used in eating, they release a substance that helps with digestion - and Allah knows best.

- Faedah kesehatan; yaitu disebutkan oleh sebagian dokter bahwa ruas jari ketika digunakan makan akan mengeluarkan sesuatu yang membantu pencernaan makanan tersebut. Wallāhu a'lam.

en

609/8 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah did not send a prophet except that he tended sheep.” His Companions asked: “And did you?” He said: “Yes, I tended them for the Makkans in return for a wage.” [Narrated by Al-Bukhāri]

8/609- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia pernah menggembala kambing." Para sahabat bertanya, "Termasuk engkau juga?" Beliau menjawab, "Ya. Aku pernah menggembala kambing milik penduduk Mekah dengan upah beberapa qīrāṭ." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

قَرَارِيطَ (qarārīṭ), bentuk jamak dari kata "قِيْرَاطُ" (qīrāṭ), yaitu jumlah tertentu dari harta/uang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Sheep herding trains one to be humble and shun arrogance.

1) Menggembala kambing mengandung pembinaan diri agar bersifat tawaduk dan membuang kesombongan.

en

2) Those who play the role of teaching and educating people should follow the example of the prophets (peace be upon them) in their humbleness and noble manners.

2) Orang yang berprofesi dalam dunia pendidikan wajib meneladani para nabi -'alaihimuṣ-ṣalātu was-salām- dalam hal tawaduk dan akhlak baik mereka.

en

610/9 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If I were invited to (a meal of) a sheep’s trotter or foreleg, I would accept the invitation; and if I were gifted a sheep’s foreleg or trotter, I would accept the gift.” [Narrated by Al-Bukhāri]

9/610- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seandainya aku diundang untuk makan kurā’ atau żirā’ (kaki kambing), pasti aku akan mendatanginya, dan seandainya aku diberi hadiah berupa kurā’ atau żirā’, pasti aku akan menerimanya." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

الكُراع (al-kurā’): bagian betis yang runcing pada kaki kambing atau sapi.

en

--

الذِّرَاع (aż-żirā’): dari ujung jari hingga siku pada tangan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) We are encouraged to accept invitations, even if it were to little food, and to accept gifts, no matter how simple. This is part of modesty and it helps create intimacy between Muslims.

1) Anjuran memenuhi undangan walaupun berupa hidangan makanan yang sedikit serta anjuran menerima hadiah sekalipun sedikit, karena hal itu menunjukkan ketawadukan serta menciptakan keakraban di antara sesama muslim.

en

2) It shows the Prophet’s perfect modesty and how he would comfort people, especially the weak among them.

2) Kesempurnaan sifat tawaduk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta upaya beliau dalam menghibur hati manusia, khususnya orang-orang yang lemah.

en

611/10 - Anas (may Allah be pleased with him) reported: “The Prophet’s camel, Al-‘Adbā’, would not be outstripped, or almost so. A Bedouin came riding his strong camel which outstripped it. Muslims were much grieved at this. The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) perceived this and said: ‘It is Allah’s way that nothing rises in this world except that He lowers it.’” [Narrated by Al-Bukhāri]

10/611- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Unta Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang bernama Al-'Aḍbā` tidak pernah kalah atau hampir tidak bisa dikalahkan. Kemudian ada seorang badui yang mengendarai untanya dan dapat mendahului unta beliau, sehingga hal itu cukup menggelisahkan kaum muslimin. Kemudian hal ini diketahui oleh Rasulullah, beliau pun bersabda, "Telah menjadi kepastian bagi Allah, apa saja dari dunia ini yang naik, melainkan Allah pasti akan menurunkannya." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

قَعُودٍ (qa'ūd): unta muda yang sudah bisa ditunggang.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out how insignificant this world is in the sight of Allah Almighty, and it encourages us to give up boastfulness, to act humbly, and to shed the garment of arrogance.

1) Menjelaskan kehinaan dunia bagi Allah, anjuran untuk tidak bermegah-megahan dan berbangga-banggaan, dan anjuran untuk tawaduk dan membuang keangkuhan.

en

2) Anything that rises in this world will ultimately go down.

2) Semua yang naik dan tinggi dalam perkara dunia maka pasti akan kembali turun dan rendah.

en

3) Anything that rises of the matters related to the Hereafter will not be lowered by Allah Almighty. {Allah will raise in ranks those who believe among you and those who were given knowledge.}

3) Apa yang tinggi dari perkara akhirat maka Allah -Ta'ālā- tidak akan merendahkannya: "Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujādalah: 11)