Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

92 - Chapter on calmness and tranquility

92- BAB SIFAT WIBAWA DAN TENANG

en

Allah Almighty says: {And the servants of the Most Merciful are those who walk upon the earth easily, and when the ignorant address them [harshly], they say [words of] peace.} [Al-Furqān: 63]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Adapun hamba-hamba Ar-Raḥmān itu adalah orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, 'Salām.'" (QS. Al-Furqān: 63)

en

Benefit:

Faedah:

en

Calmness refers to the state of a person when he is self-possessed.

Al-Waqār (wibawa) adalah pendirian tetap dan teguh yang dimiliki oleh seseorang.

en

Tranquility is a spiritual state that makes a person calm in his heart, in his actions, and in his speech.

As-Sakīnah (tenang) adalah kondisi keimanan yang melahirkan ketenangan dalam hati, anggota badan, dan ucapan.

en

These two are among the best traits with which Allah Almighty endows His servants.

Dua sifat ini termasuk di antara perangai terbaik yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba.

en

Guidance from the verse:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Forbearance and tranquility are traits of the servants of the Most Merciful.

1) Sifat menahan marah dan tenang termasuk sifat hamba Allah yang saleh.

en

2) Fortunately, the servants of the Most Merciful have a word to say when the ignorant speak to them and by which they can be safe from sin and fault.

2) Di antara wujud taufik Allah kepada hamba-Nya adalah ketika mereka dihina oleh orang-orang bodoh, mereka menjawab dengan jawaban yang selamat dari dosa dan aib.

en

703/1 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “I have never seen the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) laugh so hard that his uvula (at the back of the mouth) could be seen; rather, he would only smile.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/703- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa terbahak-bahak sampai terlihat langit-langit mulutnya. Beliau hanya tersenyum." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

اللهوَات (al-lahawāt), bentuk jamak dari kata "لَهَاةِ" (lahāt), yaitu daging yang ada di pangkal langit-langit mulut.

en

--

Kosa Kata Asing:

en

--

مُسْتَجْمِعاً قَطُّ ضَاحِكاً: tertawa terbahak-bahak, dengan lebar dan dengan membuka mulut.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the calmness and solemnity of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). His laughter was in the form of smiling whenever he liked something or approved of it. A fortunate person would follow the Prophet’s example in his laughter and all other acts.

1) Menjelaskan kewibawaan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; yaitu bahwa tawa beliau hanya dengan ekspresi senyum, baik ketika senang atau kagum kepada sesuatu. Maka, orang yang diberi taufik harus mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam cara tawa beliau dan semua petunjuk beliau yang lainnya.

en

2) Laughing too much and loud giggling are not typical of the righteous, for this deadens the heart. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Do not laugh too much, for laughing too much deadens the heart.” [Narrated by Ahmad]

2) Banyak tertawa serta tertawa dengan suara keras dan terbahak-bahak menyelisihi sifat hamba yang saleh karena hal itu akan mematikan hati. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati." (HR. Ahmad)