Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

95 - Chapter on the desirability of giving glad tidings and offering congratulations for good things

95- BAB ANJURAN MEMBERI KABAR GEMBIRA DAN UCAPAN SELAMAT KETIKA ADA KEBAIKAN

en

Allah Almighty says: {So give good tidings to My servants, who listen to the speech and follow the best of it.} [Al-Zumar: 17-18] Allah Almighty also says: {Their Lord gives them glad tidings of mercy from Him and approval and of gardens for them wherein is enduring pleasure.} [Al-Tawbah: 21] Allah Almighty also says: {And receive good tidings of Paradise, which you were promised.} [Fussilat: 30] Allah Almighty also says: {So We gave him good tidings of a forbearing boy.} [Al-Sāffāt: 101] And He says: {And certainly did Our messengers come to Abraham with good tidings.} [Hūd: 69] And He says: {And his Wife was standing, and she smiled. Then We gave her good tidings of Isaac and after Isaac, Jacob.} [Hūd: 71] And He says: {So the angels called him while he was standing in prayer in the chamber: “Indeed, Allah gives you glad tidings of John.”} [Āl ‘Imrān: 39] And He says: {[And mention] when the angels said: “O Mary, indeed Allah gives you glad tidings of a word from Him, whose name will be the Messiah.”} [Āl ‘Imrān: 45] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Sebab itu, sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya." (QS. Az-Zumar: 17-18) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Tuhan mereka memberikan mereka kabar gembira berupa rahmat, keridaan, dan surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya." (QS. At-Taubah: 21) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (QS. Fuṣṣilat: 30) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)." (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 101) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira." (QS. Hūd: 69) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak (akan lahir) Yakub." (QS. Hūd: 71) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, 'Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya.'" (QS. Āli 'Imrān: 39) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, 'Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra) namanya Almasih...'" (QS. Āli 'Imrān: 45) Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini sangat banyak dan populer.

en

Benefit:

Faedah:

en

--

Dalam Bahasa Arab, kabar gembira dikenal dengan istilah "bisyārah" (rona kulit), karena ketika seseorang diberikan kabar gembira berupa sesuatu yang menyenangkannya, hal itu akan tampak pada muka dan basyarah (kulit)nya. Memberi kabar gembira berlaku dalam perkara-perkara yang menyenangkan di dunia dan akhirat.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) It is desirable for the Muslim to be hopeful, not seeing life dark before him, which would fill him with sorrow and despair and make him abandon doing good deeds. Inside the belly of a whale, Yūnus (Jonah, peace be upon him) was glorifying his Lord.

1) Seorang hamba hendaknya optimis dan yakin dengan kebaikan, sehingga dia tidak memandang gelap dunia di depannya, lalu dia lemah, putus asa dan akhirnya berhenti berusaha. Lihatlah Yunus -'alaihiṣ-ṣalātu was-sallām-, beliau tetap bertasbih kepada Allah -Ta'ālā- padahal dia di dalam perut ikan paus!

en

2) It is desirable for the Muslim to congratulate his fellow Muslims upon the occurrence of something good for them, and he should give them glad tidings about pleasant things to come, so as to fill them with joy and energy and expectations of relief.

2) Dianjurkan bagi seorang muslim bila saudaranya mendapat kebaikan yang sudah ada supaya memberinya ucapan selamat, dan bila berupa kebaikan yang akan datang supaya memberinya kabar gembira, dengan tujuan memberikan kebahagiaan kepadanya agar ia senang dan bersemangat dalam menanti datangnya kebaikan itu.

en

Hadīths in this regard

Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan ini,

en

are numerous and authentic, like the following:

maka sangat banyak sekali dan masyhur di dalam Aṣ-Ṣaḥīḥ. Di antaranya:

en

708/1 - ‘Abdullāh ibn Abi Awfa (may Allah be pleased with him) reported: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) gave Khadījah (may Allah be pleased with her) glad tidings of a house made from Qasab in Paradise, where there will be no noise or fatigue.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/708- Abu Ibrāhīm -konon Abu Muhammad, dan konon Abu Mu'āwiyah- Abdullah bin Abi Aufā -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi kabar gembira kepada Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā- berupa sebuah rumah di dalam surga dari permata berongga, tidak ada suara gaduh dan kelelahan di dalamnya." (Muttafaq 'Alaih)

en

“Qasab” here means hollowed pearls.

الْقَصَبُ (al-qaṣab): permata berongga. الصَّخَبُ (aṣ-ṣakhab): suara teriakan dan ucapan sia-sia. النَّصَبُ (an-naṣab): kelelahan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Mother of the Believers Khadījah (may Allah be pleased with her) was given glad tidings, and the Hadīth highlights her merit, for she was one of the very earliest Muslims and she supported the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) in the beginning of his mission.

1) Berita gembira bagi Ummul-Mu`minīn Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā- dan menjelaskan keutamaannya, yaitu dia termasuk di antara wanita yang pertama-tama masuk Islam dan banyak membantu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di awal dakwah beliau.

en

2) It is recommended to give good news to the believers. This good news was given by the best angel, Jibrīl, through the best human Prophet, Muhammad (peace be upon both of them).

2) Anjuran memberi kabar gembira kepada orang beriman; berita gembira ini dibawa oleh malaikat paling utama, yaitu Jibril, dan melalui lisan rasul paling mulia dari kalangan manusia, yaitu Muhammad -'alaihimā as-salām-.

en

709/2 - Abu Mūsa al-Ash‘ari (may Allah be pleased with him) reported that he performed ablution in his house and then came out saying: “I shall remain with the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) all day long.” He came to the mosque and asked about the Prophet. They said: “He has gone in this direction.” He said: “I followed his steps asking about him until I came to Bi’r Arīs (a well in the suburbs of Madīnah). I sat by its door until the Messenger had relieved himself and then performed ablution. I went to him and he was sitting at the well in the middle of its elevated edge with his shanks uncovered up to the knees and his legs dangling in that well. I greeted him then came back and sat at the door saying: “Today, I shall be the Messenger’s gatekeeper.” Abu Bakr came and pushed the door and I said: “Who is it?” He said: “This is Abu Bakr.” I said: “Wait, please.” I went and said: “O Messenger of Allah, Abu Bakr seeks permission to come in.” He said: “Let him in and give him glad tidings of Paradise.” I came and said to Abu Bakr: “Come in, and the Messenger of Allah gives you glad tidings of Paradise.” Abu Bakr went in and sat on the right side of the Messenger of Allah on the elevated edge and dangled his legs in the well just as the Messenger had done, and he uncovered his shanks. I then returned and sat there, and I had left my brother performing ablution and he was to meet me, and I said: “If Allah intends goodness for so and so (meaning his brother), He would bring him here.” As I was thinking this, someone moved the door. I said: “Who is it?” He said: “This is ‘Umar ibn al-Khattāb.” I said: “Wait, please.” Then, I went to the Messenger of Allah and said: “O Messenger of Allah, ‘Umar seeks permission to come in.” He said: “Let him in and give him glad tidings of Paradise.” I came to ‘Umar and said: “He gave permission, and the Messenger of Allah gives you glad tidings of Paradise.” So he went in and sat on the edge on the left side of the Messenger and dangled his legs in the well. I then returned and sat and said: “If Allah intends goodness for so and so (meaning his brother), He would bring him here. Then, another person came and moved the door and I said: “Who is it?” He said: “This is ‘Uthmān ibn ‘Affān.” I said: “Wait, please.” I then came to the Messenger of Allah and told him, so he said: “Let him in and give him glad tidings of Paradise along with an affliction that will befall him.” I came and said: “Come in and the Messenger of Allah gives you glad tidings of Paradise along with an affliction that will befall you.” He went in and saw that the edge of the well was fully occupied; so he sat on the other side facing them.” Sa‘īd ibn al-Musayyib said: “I interpreted this (order of sitting) as the way their graves would be arranged.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/709- Abu Mūsā Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia berwudu di rumahnya kemudian keluar. Dia bergumam, "Hari ini sunnguh aku akan menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan akan bersama beliau." Lantas dia datang ke masjid dan menanyakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Orang-orang menjawab, "Beliau keluar ke arah sana." Dia berkata, "Aku pun keluar mengikuti jejak beliau sambil menanyakan beliau, sampai beliau masuk ke sumur Arīs. Aku duduk di dekat pintu hingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyelesaikan hajat beliau dan berwudu. Kemudian aku berdiri menghampiri beliau, ternyata beliau sedang duduk di atas sumur Arīs, di tengah-tengah bibir sumur. Beliau menyingkap kedua betisnya dan menjulurkannya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau lalu pergi dan kembali lagi duduk di dekat pintu. Aku bergumam, "Hari ini aku akan menjadi penjaga pintu bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Lantas Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- datang dan mendorong pintu. Aku bertanya, "Siapa ini?" Dia menjawab, "Abu Bakar." Aku katakan, "Sebentar." Selanjutnya aku pergi (menemui Nabi) dan berkata, "Wahai Rasulullah! Ini ada Abu Bakar meminta izin masuk." Beliau bersabda, "Izinkan dia dan sampaikan kepadanya kabar gembira berupa surga." Aku segera kembali dan berkata kepada Abu Bakar, "Masuklah. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberimu kabar gembira berupa surga." Kemudian Abu Bakar masuk lalu duduk di samping kanan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di bibir sumur dan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur seperti yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta menyingkap kedua betisnya. Kemudian aku kembali ke tempatku dan duduk. Sementara aku telah meninggalkan saudaraku ketika dia berwudu dan akan menyusulku. Aku bergumam, "Jika Allah menghendaki kebaikan untuk si polan -maksudnya saudaranya- maka Allah pasti akan mendatangkannya." Tiba-tiba ada seseorang menggerakkan pintu. Aku pun bertanya, "Siapa ini?" Dia menjawab, "Umar bin Al-Khaṭṭāb." Aku berkata, "Sebentar." Kemudian aku datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengucapkan salam kepada beliau dan berkata, "Ini ada Umar meminta izin masuk." Beliau bersabda, "Berilah dia izin dan sampaikan kepadanya kabar gembira berupa Surga." Aku segera datang menemui Umar dan berkata, "Beliau telah memberi izin, dan beliau memberimu kabar gembira berupa surga." Lantas Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di bibir sumur di sebelah kiri beliau dan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Selanjutnya aku kembali dan duduk. Aku berkata, "Jika Allah menghendaki kebaikan untuk si polan -maksudnya saudaranya- maka pasti Allah akan mendatangkannya." Tiba-tiba seseorang datang dan menggerakkan pintu. Aku pun bertanya, "Siapa ini?" Dia menjawab, "Uṡmān bin 'Affān." Aku berkata, "Sebentar." Kemudian aku datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan mengabarkan beliau. Beliau bersabda, "Berilah dia izin, dan sampaikan kepadanya kabar gembira berupa surga bersama sebuah fitnah yang akan menimpanya." Aku segera datang menemui Uṡmān dan berkata, "Masuklah. Rasulullah memberimu kabar gembira berupa surga bersama sebuah fitnah yang akan menimpamu." Uṡmān masuk dan mendapati bibir sumur sudah penuh, maka dia pun duduk menghadap mereka di sisi lainnya." Sa'īd bin Al-Musayyib berkata, "Aku menakwilkannya sebagai posisi kubur mereka." (Muttafaq 'Alaih)

en

Another version has this addition: “The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) commanded me to stand guard at the gate.” It also includes that when he gave glad tidings to ‘Uthmān, he (‘Uthmān) praised Allah Almighty and said: “Allah is the One sought for help.”

Dalam sebuah riwayat ditambahkan, Abu Musa berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkanku untuk menjaga pintu." Dalam riwayat itu disebutkan bahwa ketika Uṡmān diberi kabar gembira tersebut, dia memuji Allah -Ta'ālā- lalu berkata, "Hanya kepada Allahlah tempat meminta pertolongan."

en

-- -- -- --

Ucapan "وَجَّهَ" (wajjaha), dengan memfatahkan "wāw", dan mentasydid "jīm", maksudnya: tawajjaha (ia menuju). بِئْرِ أَرِيسٍ (bi`r arīs), dengan memfatahkan hamzah dan mengkasrahkan "rā`", setelahnya "yā`" yang sukun, kemudian "sīn". Ia termasuk kata benda yang boleh ditanwinkan. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh ditanwinkan. القُفُّ (al-quff), dengan mendamahkan "qāf", dan mentasydid "fā`", yaitu: tembok yang dibangun di sekeliling sumur. عَلَىٰ رِسْلِكَ ('alā rislika), dengan mengkasrahkan "rā`" menurut pendapat yang masyhur, dan boleh juga difatahkan, artinya: tenanglah, tunggulah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Bi’r Arīs: is located in an orchard in Madīnah near Qubā’. It was in this well that the Prophet’s ring fell from the rightly-guided Caliph ‘Uthmān ibn ‘Affān (may Allah be pleased with him).

Sumur Arīs berada di sebuah kebun yang terletak di Kota Madinah, dekat Qubā`. Di sumur inilah tempat jatuhnya cincin Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari Khalifah 'Uṡmān bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu-.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is desirable to give people glad tidings, as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) gave glad tidings of entry into Paradise to his three Companions.

1) Anjuran memberi kabar gembira ketika ada kebaikan, sebagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memberi kabar gembira berupa surga kepada ketiga sahabat beliau.

en

2) It highlights the merit of Abu Bakr, ‘Umar, and ‘Uthmān (may Allah be pleased with them). They will be among the dwellers of Paradise.

2) Menjelaskan keutamaan Abu Bakar, Umar, dan Uṡmān -raḍiyallāhu 'anhum-; yaitu mereka telah dijamin sebagai penghuni surga.

en

3) Their entry upon the Prophet in this order was interpreted to refer to their order in assuming the caliphate, and their sitting was interpreted to refer to the arrangement of their graves.

3) Urutan kedatangan mereka menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditafsirkan sebagai urutan mereka dalam kekhalifahan dan posisi duduk mereka ditafsirkan sebagai tempat kubur mereka.

en

4) The Messenger’s prophecy about what would happen to ‘Uthmān and its actual realization is a sign of his truthfulness as a Prophet of Allah.

4) Informasi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada Uṡmān tentang apa yang akan menimpanya, kemudian hal itu terjadi seperti yang beliau beritakan; termasuk bukti kenabian beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Sa‘īd ibn al-Musayyib’s statement: “I interpreted this (order of sitting) as the way their graves would be arranged,” refers to the burial of the two Companions beside the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and the burial of ‘Uthmān away from them, in Al-Baqī‘.

Perkataan Sa'īd bin Al-Musayyib -raḥimahullāh-, "Aku menakwilkannya sebagai posisi kubur mereka", maksudnya: kebersamaan dua sahabat yang mulia -raḍiyallāhu 'anhumā- dengan Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam tempat penguburan dan terpisahnya Uṡmān -raḍiyallāhu 'anhu- dari kubur mereka, yaitu di pekuburan Baqī'.

en

710/3 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported: We were sitting around the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and with us were Abu Bakr and ‘Umar, as well as others. The Messenger got up and left us. He was away for too long so we got worried that he might have been attacked by some enemy when we were not with him. We were alarmed so we got up (to look for him). I was the first to be alarmed, so I went out looking for the Messenger of Allah. I came upon an orchard that belonged to Banu al-Najjār from the Ansār. I went around it to find a gate but I could not. Then I noticed a streamlet flowing into the garden from a well outside the orchard. I dug the earth around the entrance and reached the Messenger of Allah. He said: “Is it you Abu Hurayrah?” I replied: “Yes, O Messenger of Allah.” He said: “What is the matter?” I replied: “You were among us and then you left and stayed away for too long, so we feared that you were attacked. We were alarmed and got up (to look for you). I was the first to be alarmed and move. When I came to this garden, I dug the earth like a fox, and the others are there behind me.” He said: “O Abu Hurayrah,” and he gave me his sandals and added: “Take these sandals of mine, and anyone you meet outside this orchard testifying with full certainty that there is no god but Allah, give him glad tidings that he will enter Paradise.” Abu Hurayrah then reported the rest of the Hadīth. [Narrated by Muslim]

3/710- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Kami pernah duduk di sekeliling Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bersama kami ada Abu Bakar dan Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- dan sejumlah sahabat lainnya. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri dan pergi dari tengah-tengah kami kemudian lama tidak kembali. Kami khawatir ada sesuatu yang menimpa beliau, sehingga kami merasa cemas lalu berdiri (mencari beliau). Aku adalah orang yang pertama kali merasakan kekhawatiran itu. Aku segera keluar mencari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sampai aku mendatangi salah satu kebun milik kaum Ansar dari Bani An-Najjār. Aku mengelilingi kebun itu barangkali aku akan menemukan pintunya, namun aku tidak menemukannya. Ternyata ada selokan sempit -saluran air yang kecil- yang masuk ke dalam kebun dari kebun di luarnya. Aku berusaha menyelinap masuk dan menemui Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam. Beliau berkata, "Abu Hurairah?" Aku menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Beliau bertanya, " Ada apa denganmu?" Aku menjawab, "Engkau tadi ada di tengah-tengah kami, kemudian engkau pergi meninggalkan kami dan lama tidak kunjung kembali. Kami khawatir engkau ditimpa sesuatu, sehingga kami merasa cemas, dan aku adalah orang yang pertama kali merasakannya. Oleh karena itulah aku mendatangi kebun ini lalu berusaha menyelinap masuk seperti musang, sedangkan orang-orang itu ada di belakangku." Beliau berkata, "Wahai Abu Hurairah!" Beliau memberikan kedua sandalnya lalu bersabda, "Bawalah kedua sandalku ini! Siapa saja yang engkau temui di balik tembok kebun ini, yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dengan yakin sepenuh hati, maka berilah ia kabar gembira berupa surga..." Kemudian dia menyebutkan hadis ini selengkapnya. (HR. Muslim)

en

-- --

الرّبِيعُ (ar-rabī'): selokan kecil. Ia semakna dengan "الجَدْوَلُ" (al-jadwal), dengan memfatahkan "jīm", sebagaimana ditafsirkan dalam hadis. Sedangkan kalimat "احْتَفَزْتُ" (iḥtafartu), diriwayatkan dengan "rā`", dan juga dengan "zāy" (احْتَفَزْتُ: iḥtafaztu). Maknanya dengan menggunakan zāy, yaitu aku meringkuk dan mengecilkan diri supaya bisa masuk.

en

--

Kosa Kata Asing:

en

--

مِنْ بَيْنِ أَظْهُرِنَا: dari tengah-tengah kami.

en

--

يُقْتَطَعُ دُوْنَنَا: ditimpa sesuatu yang buruk oleh musuh.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Glad tidings are given to the one who bears witness that there is no god but Allah with certitude in his heart.

1) Kabar gembira berupa surga bagi orang yang bersyahadat Lā ilāha illallāh dengan keyakinan sepenuh hati.

en

2) It shows how the Companions were concerned about the Prophet’s safety and were keen to surround and defend him and his Sunnah. The fortunate believer is the one who follows the path of the Companions (may Allah be pleased with them).

2) Menjelaskan antusiasme para sahabat terhadap keselamatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta penjagaan dan pembelaan mereka terhadap beliau dan Sunnah beliau. Orang yang diberi taufik dari kalangan orang beriman adalah yang mengikuti jalan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum ajma'īn-.

en

3) The followers of Tawhīd (monotheism) have the most right to the prophets and the righteous, and they are more entitled to glad tidings than others.

3) Orang yang bertauhid adalah orang-orang yang paling pertama mengikuti para nabi dan orang saleh, dan mereka lebih berhak mendapat kabar gembira ini daripada yang lain.

en

711/4 - Ibn Shumāsah reported: We went to ‘Amr ibn al-‘Ās when he was in his death throes. He wept for a long time and turned his face to the wall. His son said: “O Father, did the Messenger of Allah not give you glad tidings of such-and-such? Did the Messenger of Allah not give you glad tidings of such-and-such?” He turned his face to us and said: “The best thing which we can count upon is the testimony that there is no god but Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah. Verily, I have passed through three phases. (The first one) in which I found myself averse to none else more than I was averse to the Messenger of Allah, and there was no other desire stronger in me than the desire to overpower him and kill him. Had I died in that state, I would have been definitely among the denizens of Hellfire. When Allah instilled the love of Islam in my heart, I came to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and said: ‘Stretch out your right hand so that I may pledge my allegiance to you.’ He stretched out his right hand, and I withdrew my hand. He said: ‘What is the matter, O ‘Amr?’ I replied: ‘I wish to stipulate some condition.’ He asked: ‘What condition do you wish to stipulate?’ I said: ‘That I should be forgiven.’ He observed: ‘Are you not aware that Islam wipes out all (sins) that preceded it, and that Hijrah (emigration) wipes out all (sins) that preceded it, and that Hajj wipes out all (sins) that preceded it?’ No one was dearer to me than the Messenger of Allah and none was more revered in my eyes than him. I would not dare catch a full glimpse of his face due to its splendor. So, if I am asked to describe his features, I cannot do that for I have not eyed him fully. Had I died in that state, I would have had every reason to hope that I would be among the dwellers of Paradise. Then, we became responsible for certain things (in the light of which) I am unable to know what is in store for me. When I die, let not a wailing woman nor fire accompany my bier. When you bury me, fill my grave well with earth and then stay around it for the time it takes to slaughter a camel and divide its meat so that I may find comfort in your presence and prepare the answer I will give to the messengers (angels) of my Lord.” [Narrated by Muslim]

4/711- Ibnu Syumāsah berkata, Kami hadir di sisi 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- ketika menjelang wafatnya. Dia menangis sangat lama dan membalikkan mukanya ke dinding. Putranya berkata, "Wahai ayah! Bukankah Rasulullah telah memberimu kabar gembir begini? Bukankah Rasulullah telah memberi kabar gembira begini?" Kemudian dia membalikkan muka dan berkata, "Sungguh, sebaik-baik yang kita persiapkan adalah syahadat Lā ilāha illallāh dan Muḥammad rasūlullāh. Aku telah melewati tiga fase. Aku masih ingat betul, tidak ada seorang pun yang lebih benci kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- daripada diriku dan tidak ada yang lebih aku inginkan saat itu kecuali memiliki satu kesempatan lalu membunuh beliau. Seandainya aku mati di atas keadaan itu, pastilah aku termasuk penghuni neraka. Kemudian ketika Allah memberikan hidayah Islam ke dalam hatiku, aku datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, 'Ulurkanlah tangan kananmu, sungguh aku akan berbaiat kepadamu.' Kemudian beliau mengulurkan tangannya, tetapi aku menahan tanganku. Beliau berkata, 'Ada apa denganmu, wahai 'Amr?' Aku menjawab, 'Aku ingin membuat syarat.' Beliau bertanya, 'Membuat syarat apa?' Aku menjawab, 'Agar aku diampuni.' Beliau bersabda, Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya? Bahwa hijrah menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya? Dan bahwa haji menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya?' Saat itu tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai melebihi cintaku kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan tidak ada pula yang lebih terhormat di mataku dari beliau. Aku tidak mampu menatap beliau karena memuliakan beliau. Andai aku diminta menggambarkan kepribadian beliau maka aku tidak akan mampu, karena aku tidak pernah menatap lekat beliau. Seandainya aku mati dalam kondisi itu, sungguh aku bisa berharap termasuk penghuni surga. Kemudian kami menjabat berbagai hal yang aku tidak tahu kondisiku di dalamnya. Bila aku mati, janganlah aku diiringi perempuan yang meratap dan api. Bila kalian menguburku, maka tuangkanlah tanah kepadaku sedikit demi sedikit. Kemudian berdirilah di sekitar kuburku seukuran waktu untuk menyembelih unta dan membagikan dagingnya, agar aku merasa nyaman dengan keberadaan kalian dan aku melihat jawaban apa yang aku berikan kepada utusan-utusan Tuhanku." (HR. Muslim)

en

--

Perkataannya: "شُنُّوا" (syunnū), diriwayatkan dengan "syīn" dan "sīn" (sunnū), artinya: tuangkanlah tanah kepadaku sedikit demi sedikit. Wallāhu a'lam.

en

--

Kosa Kata Asing:

en

--

أَطْبَاقٍ ثَلاثٍ (aṭbāqin ṡalāṡin): tiga fase.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to give glad tidings to his Companions, and ‘Amr ibn al-‘Ās was among those who received glad tidings.

1) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah memberi kabar gembira kepada sahabat-sahabatnya dengan berbagai kebaikan, di antara mereka adalah 'Amr bin Al-Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu-.

en

2) It highlights the great merit of Islam, Hijrah, and Hajj, for each of them wipes out all sins preceding it.

2) Keagungan Islam, hijrah, dan haji; masing-masing menghapuskan seluruh maksiat sebelumnya.

en

3) The Companions (may Allah be pleased with them) revered the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and held him in high regard. Muslims and seekers of knowledge should treat their scholars with politeness and respect, for they are the heirs of the Prophets.

3) Tingginya semangat para sahabat dalam menjunjung dan memuliakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga kaum muslimin dan para penuntut ilmu harus menjaga adab terhadap ulama mereka karena mereka adalah ahli waris para nabi.

en

4) It is not permissible to follow a funeral procession with a wailing woman, a fire, or a loud voice, even if it involves mention of Allah, like Tahlīl, Takbīr, or recitation of the Qur’an.

4) Tidak boleh mengantar jenazah dengan ratapan, api, dan suara bacaan, sekalipun itu adalah bacaan zikir kepada Allah -Ta'ālā- seperti tahlil, takbir, ataupun bacaan Al-Qur`ān.