Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

Book of the Etiquettes of Sleep

KITAB ADAB TIDUR

en

127 - Chapter on the etiquettes of sleeping and reclining

127- BAB ADAB TIDUR DAN BERBARING

en

814/1- Al-Barā’ ibn ‘Āzib (may Allah be pleased with him) reported: When the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) went to bed, he used to lie on his right side and say: “O Allah, I have submitted myself to You, turned my face to You, entrusted my affairs to You, and committed my back to You, out of desire for You and fear from You. There is no refuge and no place of safety from You but with You. I believe in the Book You have revealed and in the Prophet You have sent.”

1/814- Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Apabila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke tempat tidur, beliau berbaring ke sisi kanan kemudian berdoa, "Allāhumma aslamtu nafsī ilaika, wa wajjahtu wajhī ilaika, wa fawwaḍtu amrī ilaika, wa alja`tu ẓahrī ilaika, ragbatan wa rahbatan ilaika, lā malja`a wa lā manjā minka illā ilaika, allāhumma āmantu bi kitābikallażī anzalta, wa nabiyyikallażī arsalta (Ya Allah! Aku serahkan diriku kepada-Mu. Aku hadapkan wajahku kepada-Mu. Aku serahkan urusanku kepada-Mu. Aku sandarkan punggungku kepada-Mu. Karena penuh harap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tidak pula menyelamatkan diri dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus)."

en

[Narrated by Al-Bukhāri with this wording in his Sahīh, in the Book of Etiquette]

(HR. Bukhari dengan redaksi ini pada Kitāb Al-Adab dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya)

en

815/2 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to him: “When you go to bed, perform ablution like the one you make for prayer, then lie on your right side and say: [He mentioned a similar supplication].” Then, he said: “Make them the last thing you say.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/815- Masih dari Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, "Bila engkau hendak datang ke tempat tidurmu, maka berwudulah seperti engkau berwudu untuk salat. Kemudian berbaringlah ke sisi kananmu, dan bacalah..." Beliau menyebutkan doa yang semisal; di antaranya disebutkan, "Jadikanlah bacaan-bacaan itu termasuk akhir ucapanmu." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīths:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to lie on the right side, as this does not burden the heart. This posture is consistent with the Sunnah and easier on the body.

1) Anjuran berbaring ke sisi kanan karena merupakan posisi yang tidak membebani jantung, sehingga posisi ini lebih sejalan dengan Sunnah dan lebih sehat bagi badan.

en

2) It is recommended that the Muslim sleeps in a state of purification, which makes him safer from Satan’s manipulation.

2) Seorang muslim dianjurkan tidur dalam keadaan bersuci sehingga dia lebih terhindar dari permainan setan kepadanya.

en

3) Out of His wisdom and mercy, Allah Almighty laid down specific Dhikr to be said during the different actions people engage in. Thus, they do not become heedless of mentioning their Lord.

3) Di antara hikmah dan rahmat Allah -Ta'ālā- ialah Allah telah mensyariatkan zikir-zikir yang khusus pada berbagai aktivitas hamba supaya ia tidak lalai dari mengingat Allah.

en

816/3 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to pray 11 Rak‘ahs during the night, and when dawn came, he would offer two brief Rak‘ahs and then lie on his right side, until the Muezzin would come and notify him (that the people are gathered for prayer).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/816- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukan salat malam sebelas rakaat. Kemudian bila fajar subuh telah terbit, beliau bersalat dua rakaat ringan lalu berbaring ke sisi kanan, sampai muazin datang memberitahukan beliau." (Muttafaq 'Alaih)

en

--

Kosa Kata Asing:

en

--

فَيُؤْذِنَه (fa yu`żinuhu): memberitahukan beliau bahwa orang-orang telah berkumpul.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Out of His mercy and grace, Allah Almighty enabled us to know what the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to do privately, through his wives, the Mothers of the Believers (may Allah be pleased with them).

1) Di antara hikmah dan nikmat Allah -'Azza wa Jalla- kepada kita dalam syariat-Nya, yaitu Allah memberitahukan kepada kita apa yang dikerjakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika sendiri lewat perantara istri-istri beliau, Ummahātul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhunna-.

en

2) It is Sunnah to make the two Rak‘ahs of Fajr brief, provided tranquility is observed.

2) Dianjurkan supaya meringankan salat sunah dua rakaat subuh, dengan syarat tidak menghilangkan ṭuma`nīnah.

en

3) It is permissible for a person who offers the Fajr Sunnah at home to lie on his right side after it, in case he has performed voluntary prayer during the night and stood for long.

3) Boleh berbaring ke sisi kanan setelah mengerjakan salat sunah subuh bagi orang yang mengerjakannya di rumah, dan ini berlaku bagi orang yang mengerjakan salat tahajud di malam hari dengan panjang.

en

817/4 - Hudhayfah (may Allah be pleased with him) reported that when the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) wanted to sleep, he used to put his right hand under his cheek and say: “O Allah, in Your name I die and live.” And when he woke up, he used to say: “Praise be to Allah Who gave us life after He caused us to die and to Him is the resurrection.” [Narrated by Al-Bukhāri]

4/817- Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke tempat tidurnya ketika malam hari, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya, kemudian membaca, "Allāhumma, bismika amūtu wa aḥyā (Ya Allah! Dengan nama-Mu kami mati, dan dengan nama-Mu kami hidup). Dan apabila bangun, beliau membaca, "Alḥamdulillāhillazī aḥyānā ba'da mā amātanā wa ilahin-nusyūr (Segala puji milik Allah, Rabb yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan, dan hanya kepada-Nya kami kembali)." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is part of the Prophet’s guidance to put the right hand under the right cheek when one lies on his right side.

1) Meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan ketika berbaring ke sisi kanan adalah petunjuk Nabi yang diberkahi.

en

2) It is desirable to praise Allah Almighty under all conditions, for He alone is the Disposer of all affairs in the universe.

2) Anjuran mengucapkan pujian kepada Allah pada semua keadaan, karena Allahlah yang mengatur alam semesta, tidak ada seorang pun selain-Nya.

en

818/5 - Ya‘īsh ibn Tikhfah al-Ghifāri (may Allah be pleased with him) reported: My father related: “While I was lying down on my abdomen in the mosque, a man prodded me with his leg and said: ‘This is a sleep posture that Allah hates.’ I looked up and saw that it was the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).” [Narrated by Abu Dāwūd, with an authentic Isnād]

5/818- Ya'īsy bin Ṭikhfah Al-Gifāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Ayahku bercerita kepadaku, "Manakala aku sedang berbaring di masjid dengan telungkup di atas perutku, tiba-tiba seseorang menggerakkanku dengan kakinya dan berkata, Ini adalah cara tidur yang dimurkai oleh Allah.'" Ayahku berkata, "Lalu aku melihatnya, ternyata orang itu adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out the intense dislike for sleeping on one’s abdomen, as this is a way of sleep that Allah Almighty hates, especially in places frequented by people.

1) Memperlihatkan ketidaksukaan terhadap posisi tidur telungkup karena cara tidur tersebut dimurkai oleh Allah, apalagi dilakukan pada tempat yang banyak didatangi manusia.

en

2) It is part of the Prophet’s guidance to forbid what is wrong and correct common mistakes.

2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah mencegah kemungkaran dan kesalahan-kesalahan yang banyak terjadi.

en

819/6 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever sits in a place where he does not remember Allah, deprivation will descend on him from Allah; and whoever lies down in a place where he does not remember Allah, deprivation will descend on him from Allah.” [Narrated by Abu Dāwūd, with a sound Isnād]

6/819- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang duduk di sebuah tempat dan tidak berzikir kepada Allah, maka kelak pada hari Kiamat hal itu menjadi kerugian baginya dari Allah. Dan siapa yang yang berbaring di sebuah pembaringan dan tidak berzikir kepada Allah, maka kelak pada hari Kiamat hal itu menjadi kerugian baginya dari Allah." (HR. Abu Daud dengan sanad hasan)

en

--

التِّرَةُ (at-tirah), dengan mengkasrahkan "tā`", artinya: kekurangan; ada yang berpendapat, artinya: beban.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A person should frequently remember Allah Almighty while standing, sitting, or lying on his side. All people’s deeds are recorded for them.

1) Seorang hamba harus memperbanyak zikir kepada Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring, karena perbuatan hamba seluruhnya akan dihisab atas mereka.

en

2) Gatherings are perfected when Allah Almighty is remembered in them. As for gatherings where Allah is not mentioned, they are but a source of regret for those attending. And what about our gatherings today! They abound in gossip and backbiting and mostly lack any remembrance of our Lord.

2) Kesempurnaan majelis manusia akan terwujud dengan zikir kepada Allah -Ta'ālā-. Adapun majelis yang tidak mengandung zikir kepada Allah, maka majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi pelakunya. Lalu, bagaimanakah kondisi majelis kebanyakan kita hari ini?! Majelis kita penuh dengan menyebut nama manusia dan menggibah mereka, dan sebaliknya kosong dari zikir kepada Allah -Ta'ālā- di sebagian besar waktu.