Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

11. Chapter on Striving for Reformation

11- BAB MUJĀHADAH

en

Allah Almighty says: {As for those who strive in Our cause, We will surely guide them to Our ways, for Allah is certainly with those who do good.} [Surat al-‘Ankabūt: 69] Allah Almighty also says: {And worship your Lord until the certainty [of death] comes to you.} [Surat al-Hijr: 99] Allah Almighty also says: {And remember the name of your Lord, and devote yourself completely to Him.} [Surat al-Muzzammil: 8] -- Allah Almighty also says: {So whoever does an atom’s weight of good will see it.} [Surat az-Zalzalah: 7] Allah Almighty also says: {Whatever good you send forth for yourselves, you will find it with Allah, much better in condition and much greater in reward.} [Surat al-Muzzammil: 20] Allah Almighty also says: {And whatever wealth you give, then Allah is All-Knowing of it.} [Surat al-Baqarah: 273] There are many other well-known verses in this regard.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-'Ankabūt: 69) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sembahlah Rabb-mu sampai ajal datang kepadamu." (QS. Al-Ḥijr: 99) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Dan sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati." (QS. Al-Muzzammil: 8) Maksudnya, beribadahlah kepada-Nya secara total. Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Maka siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah: 7) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (QS. Al-Muzzammil: 20) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 273) Ayat-ayat dalam bab ini banyak dan masyhur.

en

Benefit:

Faedah:

en

Striving: it is to exert efforts to reform oneself and others.

Mujāhadah adalah mengerahkan usaha untuk memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.

en

Self-reform is achieved through complying with the commands while refraining from the prohibitions, and the only means to do so is to gain beneficial knowledge and do good deeds.

- Memperbaiki diri, yaitu dengan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Jalan untuk itu adalah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.

en

As for reforming others, it is achieved through lucid preaching and endurance of harm.

- Adapun memperbaiki orang lain adalah dengan berdakwah dan menjelaskan agama serta bersabar terhadap berbagai rintangan di dalamnya.

en

On the other hand, reforming those who resist and transgress the Shariah is achieved through Jihad with weaponry to ward off their evil and deter their ilk.

Adapun orang-orang yang ingkar dan melenceng dari agama, maka mujāhadah untuk melawan mereka ialah dengan pedang dan senjata untuk meredam keburukan mereka dan mengingatkan orang-orang yang semisal mereka.

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) They urge choosing the path of striving, because guidance is with those who strive. {As for those who strive in Our cause, We will surely guide them to Our ways} [Surat al-‘Ankabūt: 69]

1) Anjuran meniti jalan jihad (perjuangan) karena hidayah bersama orang-orang yang berjuang (ber-mujāhadah): "Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-'Ankabūt: 69)

en

2) Anyone doing good deeds will reap its fruits even if they were few; so, the individual should never look down upon any good deed.

2) Siapa yang berbuat kebaikan akan menemukan balasannya, walaupun sedikit. Maka tidak boleh seseorang menganggap kecil kebaikan sekecil apa pun juga.

en

As for the relevant Hadīths:

Adapun hadis-hadis tentang hal ini, yaitu:

en

95/1- First: Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah Almighty said: ‘I will declare war against him who shows hostility to a pious worshiper of Mine. And the most beloved thing with which My servant draws nearer to Me is what I have enjoined upon him; and My servant keeps drawing nearer to Me through performing supererogatory acts of worship till I love him. When I love him, I become his hearing with which he hears, his sight with which he sees, his hand with which he seizes, and his leg with which he walks; and if he asks (something) from Me, I give him, and if he asks for My Protection, I protect him.’” [Narrated by Al-Bukhāri]

1/95- Pertama: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Allah -Ta'ālā- telah berfirman, "Siapa yang memusuhi wali-Ku, Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku akan terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat, sebagai tangannya yang ia pergunakan berbuat, dan sebagai kakinya yang ia pergunakan berjalan. Jika dia meminta pada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya." (HR. Bukhari)

en

-- --

آذَنْتُهُ (āżantuhu): aku mengumumkan perang kepadanya. اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), diriwayatkan dengan "nūn" (ista'āżanī), dan juga dengan "bā`" (ista'āża bī)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Pious worshiper refers to any righteous believer. {Indeed, the allies of Allah will have no fear, nor will they grieve. Those who believe and fear Allah.} [Surat Yūnus: 62-63]

وليّاً: wali, yaitu semua orang beriman dan bertakwa. "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa." (QS. Yūnus: 62-63)

en

--

اسْتَعَاذَنِي (ista'āżanī), berasal dari kata الاِسْتِعَاذَة (al-isti'āżah); meminta perlindungan kepada Allah -Ta'ālā-.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) A pious worshiper is a person who seeks closeness to Allah Almighty by means of observing the obligations, the most critical of which is monotheism, and then performing many supererogatory acts of worship.

1) Wali adalah yang mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā- dengan ibadah-ibadah yang wajib -terutama merealisasikan tauhid kepada Allah- kemudian memperbanyak ibadah sunah.

en

2) The Hadīth establishes that Allah supports the true believers. He protects them, guides their words and deeds, and defends them: {Indeed, Allah defends those who believe} [Surat al-Hajj: 38]

2) Menetapkan kewalian orang-orang beriman; yaitu Allah menjaga mereka, membimbing ucapan dan perbuatan mereka, dan membela mereka: "Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ḥajj: 38)

en

3) The obligatory acts of worship are the most beloved deeds by which Allah likes that His worshipers draw closer to Him.

3) Ibadah yang wajib paling dicintai oleh Allah -Ta'ālā- untuk digunakan hamba mendekatkan diri kepada-Nya.

en

4) Performing the supererogatory acts alongside the obligatory ones ensures the love of Allah Almighty for the servant.

4) Mengerjakan ibadah sunah bersama melaksanakan yang wajib akan mendatangkan cinta Allah -Ta'ālā- kepada hamba.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The statement: “I become his hearing with which he hears, his sight with which he sees...” is explained in another narration: “by Me he hears and by Me he sees...”

Firman Allah -Ta'ālā- dalam hadis qudsi di atas, "Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan mendengar, sebagai penglihatannya yang ia pergunakan melihat ..." dan seterusnya, telah ditafsirkan dalam riwayat lain, "... maka dengan-Ku dia mendengar dan dengan-Ku dia melihat."

en

In other words, the servant is entirely preoccupied, in all his words and deeds, with what pleases Allah Almighty such that he does not hear nor see except what pleases Allah. He also does nothing with his hands or his legs except what is permissible and legitimate. Only then does one become a pious worshiper favored by Allah.

Maksudnya: hamba tersebut di semua keadaannya selalu dalam ucapan dan perbuatan yang mendatangkan rida Allah -Ta'ālā-; dia tidak mendengar kecuali yang dicintai Allah, tidak melihat kecuali yang Allah izinkan untuk dilihat, dan tidak mengerjakan dengan tangan dan kakinya kecuali yang diperbolehkan dan sesuai syariat. Ketika itu, hamba ini termasuk di antara wali Allah.

en

96/2- Second: Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said that Allah, Glorified and Exalted, said: “If the servant draws closer to Me by a hand span, I shall draw closer to him by a cubit (the span of a forearm); and if he draws closer to Me by a cubit, I shall draw closer to him by the span of two outstretched arms. If he comes to Me walking, I shall come to him running.” [Narrated by Al-Bukhāri]

2/96- Kedua: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya -'Azza wa Jalla-, bahwa Allah berfirman, "Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

This form of Hadīth indicates a Qudsi (divine) Hadīth.

فيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ: dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya; lafal ini berlaku dalam hadis qudsi (ilahi).

en

--

باعاً: sedepa; yaitu seukuran bentangan dua tangan ditambah badan antara keduanya.

en

--

هَرْوَلَة (harwalah): salah satu jenis lari yaitu mengandung percepatan langkah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows Allah Almighty’s kindness to His obedient servants. He doubles His reward for their deeds.

1) Allah -Ta'ālā- memuliakan hamba yang taat kepada-Nya, yaitu dengan memberikan pahala amal mereka serta melipatgandakannya.

en

2) It shows that whoever is sincere in his worship, Allah Almighty will guide him to more of it.

2) Siapa yang tulus kepada Allah -Ta'ālā- di dalam ketaatan, akan dimudahkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- untuk menambah berbagai ibadah.

en

97/3- Third: Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There are two blessings in which many people incur loss: health and free time.” [Narrated by Al-Bukhāri]

3/97- Ketiga: Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada dua nikmat yang banyak manusia terlena di dalamnya, yakni kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مَغْبُونٌ فِيهِمَا: terkalahkan di dalamnya, diambil dari kata (الغُبن), yaitu dijual dengan sekian kali lipat dari harganya atau dijual di bawah harga.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One must seize the opportunities of health and free time in the worship of Allah, Glorified and Exalted, as much as possible.

1) Seorang hamba wajib memanfaatkan nikmat sehat dan waktu luang dengan ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla- sesuai kemampuannya.

en

2) The blessings of Allah are varied, and among the greatest of His blessings, after faith, are health and free time.

2) Nikmat-nikmat Allah bertingkat-tingkat. Di antara nikmat Allah yang paling besar kepada seorang hamba -setelah keimanan- adalah nikmat sehat dan luangnya waktu dari berbagai kesibukan.

en

3) Reacting to the blessings of Allah, Glorified and Exalted, by gratitude and performing acts of worship ensure their continual presence and preservation; for indeed gratitude increases blessings.

3) Membalas nikmat Allah -'Azza wa Jalla- dengan ketaatan dan syukur merupakan sebab terjaganya dan langgengnya nikmat tersebut; yaitu nikmat akan bertambah dengan disyukuri.

en

98/4- Fourth: ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to stand in prayer at night until the skin of his feet would crack. I asked him: ‘O Messenger of Allah, why are you doing this while your past and future sins have been forgiven for you?’ He said: ‘Should I not like to be a grateful servant (of Allah)?’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim] This is the version narrated by Al-Bukhāri. There is a version with a similar wording narrated by Al-Bukhāri and Muslim, reported by al-Mughīrah ibn Shu‘bah.

4/98- Keempat: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan salat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?" Beliau menjawab, "Tidak bolehkah aku senang bila menjadi hamba yang bersyukur?" (Muttafaq ‘Alaih) Ini adalah redaksi riwayat Bukhari. Ada riwayat yang semisal dalam Aṣ-Ṣāḥīḥain dari Al-Mugīrah bin Syu'bah.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ: kedua kakinya bengkak.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Gratitude is reflected in obeying Allah, and its practical aspect is to do acts of worship.

1) Bersyukur ialah melakukan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, di antaranya syukur dalam bentuk perbuatan dengan beribadah kepada Allah -Ta'ālā-.

en

2) One of the privileges of the Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) is that Allah forgave for him all his sins, past and future.

2) Di antara keistimewaan Rasul -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- adalah bahwa Allah telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang.

en

3) The excellence of night prayer and standing for long during it. They are among the most beloved acts to Allah that bring the servant closer to Him.

3) Keutamaan salat malam disertai dengan berdiri lama, keduanya termasuk ibadah yang paling dicintai Allah.

en

99/5 - Fifth: ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported: “With the start of the last ten nights of Ramadan, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) would pray all night, wake up his family, show diligence (in worship), and tie up his lower garment firmly.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/99- Kelima: Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dahulu, apabila masuk sepuluh malam terakhir (bulan Ramadan) beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, serta bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikatan sarung." (Muttafaq 'Alaih)

en

-- “Tie up his lower garment firmly” is a metaphor meant to show his abandonment of sexual intimacy with his wives [during those ten nights]. Another opinion suggests that this metaphor refers to his resolved preparedness to worship, like rolling up one’s sleeves.

Maksudnya: sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. (الْمِئْزَرُ) artinya sarung; yaitu kiasan untuk menjauhi istri. Konon, maksudnya menyingsingkan sarung untuk beribadah. Dikatakan: شَدَدْتُ لِهذَا الأَمْرِ مِئْزَرِي, maksudnya aku menyingsingkan sarung untuk perkara ini serta konsentrasi kepadanya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The excellence of the last ten nights of Ramadan given the extra care the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) paid them, spending them in prayer and worship, and the presence of the Night of Qadr within them.

1) Keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadan, yaitu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikannya dan menghidupkan malamnya karena di dalamnya terdapat lailatulkadar.

en

2) One of the practices of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is that he never stood the entire night in prayer except in the last ten nights of Ramadan.

2) Di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah beliau tidak beribadah dalam satu malam penuh kecuali di sepuluh malam terakhir Ramadan.

en

3) It instructs that a worshiper observing I‘tikāf should keep away from sexual intimacy with his wife.

3) Orang yang beriktikaf tidak boleh menggauli istrinya ketika iktikaf.

en

4) One should strive in virtuous days and fill them with the worship of Allah Almighty because they present opportunities for a successful trade with Allah that shall bring success in this life and in the Hereafter.

4) Seorang hamba wajib melakukan mujāhadah melawan kelalaian dirinya pada waktu-waktu yang utama supaya ia bisa mengisi seluruhnya dengan ketaatan kepada Allah -Ta'ālā-, karena waktu-waktu itu adalah kesempatan untuk "bisnis yang menguntungkan" serta meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

en

100/6- Sixth: Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A strong believer is better and dearer to Allah than a weak believer, and there is good in both. Adhere to whatever brings you benefit, seek the help of Allah, and do not feel helpless. If something befalls you, do not say: ‘Had I done such-and-such, it would have been such-and-such.’ Indeed, 'if' opens the way before the devil to act.” [Narrated by Muslim]

6/100- Keenam: Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, meskipun masing-masing memiliki sisi kebaikan. Maka fokuslah kepada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah! Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan katakan, 'Andai aku melakukan ini itu, tentu hasilnya seperti ini.' Tetapi ucapkanlah, 'Telah ditetapkan oleh Allah. Apa yang Allah kehendaki, maka Dia melakukannya.' Karena kata-kata 'andai' bisa membuka peluang untuk setan." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

A strong believer means strong with regards to faith and abundant acts of worship.

Orang mukmin yang kuat, maksudnya kuat dalam iman dan banyak ketaatan.

en

A weak believer means weak with regards to faith and a small amount of acts of worship.

Orang mukmin yang lemah, maksudnya lemah dalam iman dan sedikit ketaatan.

en

Do not feel helpless: helplessness here refers to the inability to perform good deeds.

Jangan lemah; lemah maksudnya tidak mampu melakukan kebaikan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the believer’s keenness to strengthen his faith through performing acts of obedience to Allah and refraining from committing what He prohibited.

1) Upaya kuat orang beriman untuk meningkatkan iman dan melakukan ketaatan serta meninggalkan yang haram.

en

2) A rational person who complies with the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is expected to adhere to what benefits him in his life and in his religion as well as refrain from anything that is of no benefit.

2) Orang yang berakal (yaitu yang menerima wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) akan bersemangat pada sesuatu yang bermanfaat baginya di dalam agama dan dunianya serta meninggalkan semua yang tidak bermanfaat.

en

3) It urges reliance on Allah for help in all affairs, no matter how minor; for indeed reliance on Allah negates helplessness.

3) Anjuran untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam semua urusan, sekalipun pada sesuatu yang kecil. Dengan meminta pertolongan akan hilang sifat ketidakmampuan.

en

4) Part of the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is that a person completes his deed without laziness, and that he starts with what is more important then what is less in importance.

4) Di antara petunjuk Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah agar seseorang menyelesaikan amalannya dan tidak malas serta harus memulai dari yang paling penting kemudian yang lain.

en

5) The Hadīth affirms fate and the obligation of feeling content with it, because everything happens according to a divine decree and predestination.

5) Beriman kepada takdir disertai kewajiban rida, karena segala sesuatu terjadi dengan ketetapan dan takdir.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

The Prophet’s saying: “adhere to what benefits you” instructs prioritizing beneficial acts according to their level of importance. So if there is a conflict between a religious benefit and a worldly benefit, the former takes precedence because if one’s religion is sound, his worldly life becomes sound and vice versa.

Sabda Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, "Fokuslah pada apa yang bermanfaat bagimu" adalah dalil kaidah mengedepankan manfaat yang paling besar atas manfaat yang kurang besar. Di antaranya, bila terjadi kontradiksi antara manfaat agama dan manfaat dunia, maka manfaat agama didahulukan. Karena ketika agama baik, maka dunia akan ikut baik bersamanya, sedangkan dunia tidak akan bagus bila disertai kerusakan agama.

en

101/7 - Seventh: He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Hellfire is veiled by lusts and Paradise is veiled by adversities.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

7/101- Ketujuh: Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Neraka itu dikelilingi dengan syahwat (sesuatu yang disukai) dan surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak disukai." (Muttafaq ‘Alaih)

en

In another version narrated by Muslim, it reads: "surrounded" instead of "veiled". Both signify the same meaning; that this is what stands between the person and his destination; he would enter the destination that his actions lead to.

Dalam riwayat Muslim, dengan menggunakan lafal "حُفَّتْ" (ḥuffat) sebagai ganti lafal "حُجِبَتْ" (ḥujibat). Lafal ini semakna dengannya. Yaitu antara dia dengan neraka dan surga dihalangi dengan penghalang ini, bila dia melakukannya maka dia akan memasukinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows that the prohibited lusts are doors to hellfire; and it means following one’s desires that violate the Sharia.

1) Syahwat yang diharamkan adalah salah satu pintu masuk neraka, yaitu memperturutkan hawa nafsu pada sesuatu yang menyelisihi agama.

en

2) Arduous deeds lead to honor and admission to Paradise.

2) Perkara-perkara yang tidak disukai adalah sebab meraih kemuliaan dan masuk surga.

en

3) If the individual pushes himself to worship Allah, his self will eventually love this worship and grow accustomed to it.

3) Apabila seorang hamba melakukan mujāhadah melawan diri di dalam ketaatan kepada Allah maka dia akan mencintai ketaatan tersebut dan akan terbiasa dengannya.

en

102/8- Eights: Hudhayfah ibn al-Yamān (may Allah be pleased with him and his father) reported: “I prayed with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) one night and he started reciting Surat al-Baqarah. I thought that he would bow in Rukū‘ at the end of one hundred verses, but he continued. I thought that he would probably recite it (this Surah only) in one Rak‘ah, but he continued. I thought he would perhaps bow in Rukū‘ on completing (this Surah). He then started reciting Surat an-Nisā’ and read it all, then he started reciting Surat Āl ‘Imrān and read it all. He recited slowly; when he came across a verse of Tasbīh (glorifying Allah), he would glorify Him, and when he came across a verse of asking Allah (for something), he would ask from Him, and when he came across a verse of seeking refuge (with Allah), he would seek refuge (with Him).Then he bowed in Rukū‘ and said: ‘Subhana Rabbi al-‘Azīm’. His bowing lasted about the same length of time as his standing. Upon rising from Rukū‘, he said: ‘Sami‘ Allahu liman hamidah. Rabbana lak al-hamd’ (Allah listens to him who praises Him. Praise be to You, Our Lord). He then remained standing about the same length of time as he had spent in bowing. He then prostrated and said: ‘Subhana Rabbiy al-A‘la,’ and his prostration lasted nearly the same length of time as his standing.” [Narrated by Muslim]

8/102- Kedelapan: Abu Abdirrahman Hużaifah bin Al-Yamān -raḍiyallāhu 'anhumā- bercerita, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau memulai dengan bacaan Al-Baqarah. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan rukuk kalau sudah seratus ayat.' Ternyata beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku bergumam, 'Mungkin beliau akan membaca Surah Al-Baqarah dalam satu rakaat.' Beliau meneruskan bacaannya. Dalam hati aku berkata, 'Beliau akan rukuk setelahnya.' Selanjutnya beliau membaca Surah An-Nisā` dan beliau membacanya sampai selesai. Setelah itu beliau membaca Surah Āli 'Imrān dan beliau membacanya sampai selesai. Beliau membaca dengan bacaan perlahan (tartil). Jika melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pun bertasbih. Jika melewati ayat yang menyuruh memohon, beliau pun memohon. Jika melewati ayat yang menyuruh untuk memohon perlindungan, beliau pun memohon perlindungan. Setelah itu beliau rukuk dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-'Aẓīm' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung) Lama rukuk beliau hampir sama dengan lama berdirinya. Lantas beliau mengucapkan, 'Sami'allāhu liman Ḥamidah. Rabbanā Lakal-Ḥamdu' (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mulah segala pujian) Selanjutnya beliau berdiri lama hampir sama lamanya dengan rukuk. Lalu beliau bersujud dan membaca, 'Subḥāna Rabbiyal-A'lā' (Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama berdirinya." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

He recited slowly: without haste; a measured recitation with clear proper pronunciation of the letters.

مُتَرَسِّلًا (mutarassilan): tidak terburu-buru, yaitu perlahan secara tartil hingga setiap huruf jelas dan diberikan haknya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows how the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to strive diligently to perform acts of obedience in the most perfect manner (to set an example for all Muslims).

1) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beramal layaknya amalan orang yang berjuang, yaitu yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan.

en

2) It is sometimes permissible to observe the night prayer in congregation as long as it is not arranged and not done on a regular basis. In Ramadan, however, the Sunnah is that people perform the night prayer in congregation.

2) Diperbolehkan kadang-kadang melakukan salat malam secara berjemaah, tanpa direncanakan dan tanpa terus-menerus. Adapun di bulan Ramadan, maka disunahkan agar orang-orang salat secara berjemaah.

en

3) The individual praying the night prayer should combine supplication, remembrance of Allah, and contemplation. He should ask for mercy when he recites a verse of mercy, seek refuge when he recites a verse of threatening, and glorifies Allah when he recites a verse of glorification.

3) Orang yang salat seharusnya menggabungkan antara zikir, doa, dan tadabur; ia hendaknya memohon rahmat ketika membaca ayat yang mengandung rahmat, memohon perlindungan ketika membaca ayat yang mengandung ancaman dan azab, dan bertasbih ketika membaca ayat yang mengandung tasbih.

en

4) It shows the excellence of long standing in the night prayer, which is a kind of striving against the self for the sake of Allah Almighty.

4) Keutamaan lamanya berdiri dalam salat malam, dan ini bagian dari mujāhadah (kesungguhan) melawan diri di jalan Allah -Ta'ālā-.

en

103/9- Ninth: Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported: “I prayed one night with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and he continued standing for long until I was about to do something bad.” Someone said: “What were you about to do?” He said: “I was about to sit down and leave him (standing).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

9/103- Kesembilan: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

(هَمَمْت) berasal dari kata (الهَمّ بالشيء), yaitu berkeinginan kuat melakukan sesuatu.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is recommended to stand for a long time in the night prayer.

1) Termasuk sunah bila seseorang melakukan salat malam dan memanjangkan durasi berdirinya.

en

2) Long standing in worship at night is from the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). If one wants to push himself to observe the night prayer, he should follow the example of the Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him).

2) Berdiri lama untuk beribadah di malam hari termasuk petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; maka siapa yang berniat untuk mujāhadah melawan kemalasan diri untuk salat malam, hendaklah dia mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

104/10 - Anas (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “A dead person is followed by three: his family, his wealth, and his deeds. Then two of them return - his family and his wealth - and only his deeds remain (with him).” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

10/104- Kesepuluh: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, “Orang yang wafat akan diikuti oleh tiga hal; keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali pulang, dan yang tinggal adalah amalnya." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believer must take every opportunity to do good deeds because it is the only asset that remains with him.

1) Seharusnya seorang hamba bersemangat melakukan amal saleh, karena amal salehlah yang merupakan harta tabungan yang kekal.

en

2) It encourages the believer to do more of good deeds so that it accompanies him and comforts him in his grave.

2) Anjuran agar orang beriman bersungguh-sungguh dalam ketaatan, agar dia memiliki amal saleh yang akan menemaninya di dalam kuburnya.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

This Hadīth is well-suited under the chapter of striving because increasing good deeds require striving against the self. The more good deeds one does, the more he becomes accustomed to doing them and they raise him to higher ranks.

Korelasi antara hadis ini dengan Bab Mujāhadah, bahwa banyaknya amal saleh menuntut jihad melawan diri. Seorang hamba akan senantiasa merutinkan ketaatan hingga ketaatan itu menjadi kebiasaannya dan mengangkatnya ke derajat yang mulia.

en

105/11- Eleventh: Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Paradise is nearer to one of you than the straps on his sandals, and so is Hell.” [Narrated by Al-Bukhāri]

11/105- Kesebelas: Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kalian daripada tali sendalnya. Neraka juga seperti itu." (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

“the straps on his sandals”: this is an expression that signifies how close something is.

شِرَاكِ نعله (syirāk na'lihi): tali sendal yang terletak di atas telapak kaki; dijadikan sebagai perumpamaan dari sisi kedekatan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The individual may say a word or do something out of the pleasure of Allah without considering how significant it is, yet it takes him to the bliss of Paradise.

1) Seorang hamba kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang diridai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek positifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada surga An-Na'īm.

en

In contrast, the individual may say a word or do something of the displeasure of Allah without considering how significant it is, yet it ditches him in the depth of hellfire.

Sebaliknya, dia kadang berbicara dengan satu kata, atau melakukan satu perbuatan yang dimurkai oleh Allah, dia tidak menyangka besarnya efek negatifnya, tapi ternyata mengantarkannya kepada neraka Jahīm.

en

2) Providing examples when educating ensures better understanding.

2) Memberi contoh ketika mengajar lebih meresap dalam diri dan lebih mudah dipahami.

en

106/12- Twelfth: Abu Firās Rabīʿah ibn Ka‘b al-Aslamī (may Allah be pleased with him), the servant of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and one of the people of Suffah (i.e. the destitute Companions), reported: “I used to spend my night in the company of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and used to bring him water for his ablution and anything else he needed. One day he said to me: ‘Ask something of me.’ I said: ‘I request your companionship in Paradise.’ He said: ‘Anything else?’ I said: ‘That is all.’ He said: ‘Then help me in your request by making a lot of prostration.’” [Narrated by Muslim]

12/106- Kedua belas: Abu Firās Rabī'ah bin Ka'ab Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- (pembantu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan termasuk Ahli Sufah) berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian aku membawakan air wudu dan kebutuhan beliau. Lantas beliau berkata, "Mintalah sesuatu kepadaku!" Aku Menjawab, "Aku minta kepadamu agar menemanimu di dalam surga." Beliau berkata, "Adakah yang lainnya?" Aku menjawab, "Permintaanku hanya itu." Beliau berkata, "Bantulah aku untuk mewujudkan permintaanmu itu dengan banyak sujud." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Suffah people: are the Companions who migrated to Madīnah but were homeless so the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) housed them at the rear of the Prophet’s Masjid. Sometimes, their number reached eighty or less at other times. The Companions (may Allah be pleased with them) used to bring them food and milk and other forms of charity.

Ahli Sufah ialah para tamu Islam, yaitu orang-orang yang berhijrah ke Madinah dan tidak memiliki tempat tinggal. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan mereka tempat tinggal di bagian belakang Masjid Nabawi. Jumlah mereka mencapai 80 orang. Kadang kurang dari itu. Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- membawakan untuk mereka makanan, susu, dan lainnya untuk bersedekah kepada mereka.

en

--

- الوَضُوْء (al-waḍū`), bermakna air yang digunakan berwudu. Sedangkan الوُضوء (al-wuḍū`), bermakna perbuatan berwudu.

en

--

- حَاجَتُه (ḥājatuhu): kebutuhan beliau seperti pakaian dan lainnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the excellence of this honorable Companion and his high resolve because he asked for something pertaining the Hereafter.

1) Keutamaan sahabat mulia ini serta ketinggian cita-citanya, yaitu dia meminta sesuatu yang merupakan perkara akhirat.

en

2) It demonstrates the excellence of prostration over the rest of the positions during prayer, since “... the nearest a servant is to his Lord is when he is prostrating.”

2) Keutamaan sujud dibandingkan gerakan-gerakan salat lainnya. Sebagaimana juga dalam hadis: "Posisi paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya adalah saat ia sujud."

en

3) The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) cannot make anyone enter Paradise, therefore he could not ensure it for this man though he was his servant and quite close to him. Accordingly, the believer should beware of relying only on lineage, prestige, or social status because none of it will avail him if he lacks sincere faith and good deeds.

3) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak kuasa memasukkan seseorang ke dalam surga, karena itu beliau tidak bisa memberi jaminan surga kepada laki-laki ini padahal dia pembantu beliau dan orang yang sangat dekat dengan beliau. Hendaklah orang beriman waspada agar tidak bertumpu hanya kepada nasab, jabatan, dan kedudukan. Semua itu tidak bermanfaat jika tidak disertai dengan iman yang benar dan amal saleh.

en

107/13- Thirteenth: Thawbān (may Allah be pleased with him), the freed slave of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), reported that he heard the Prophet saying: “Make frequent prostration. For every prostration you make for Allah, He will raise you with it one rank and remit one of your sins.” [Narrated by Muslim]

13/107- Ketiga belas: Abu Abdillah, juga dikatakan Abu Abdirrahman, Ṡaubān Maulā Rasulillāh -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hendaknya engkau memperbanyak sujud. Sungguh, tidaklah engkau melakukan sujud satu kali melainkan dengannya Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menggugurkan satu kesalahan darimu." (HR. Muslim)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

عَلَيْكَ ('alaika): engkau hendaknya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Prostrating more in prayer (by praying more) was recommended by the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), and it is a kind of striving against the self.

1) Sujud dalam salat dan memperbanyaknya adalah wasiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan merupakan bagian dari mujāhadah.

en

2) Prostration induces two great benefits for the individual: Allah raises him one rank and remits one of his sins.

2) Dengan sujud akan terwujud bagi hamba dua faedah besar, yaitu; Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapuskan darinya satu dosa.

en

108/14 - Fourteenth: Abu Safwān ‘Abdullah ibn Busr al-Aslami (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “The best of people is the one whose life is long and his deeds are good.” [Narrated by Al-Tirmidhi; he classified it as Hasan (sound)] --

14/108- Keempat belas: Abu Ṣafwān Abdullah bin Busr Al-Aslamiy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang berusia panjang dan amalnya baik." (HR. Tirmizi dan dia berkata, "Hadisnys hasan") بُسْر (busr), dengan mendamahkan "bā`".

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believer should ask Allah to make him among those whose lives are long and their deeds are good.

1) Seharusnya seseorang berdoa kepada Allah agar menjadikannya orang yang panjang usia dan bagus perbuatannya.

en

2) Long life does not necessarily bode well for the individual except if his deeds are good.

2) Sebatas panjang usia bukanlah kebaikan bagi seseorang, kecuali jika amalnya bagus.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Some scholars disliked making supplication for long life without restricting it (to long life in obedience to Allah). Instead, one should supplicate for a long life filled with obedience to Allah. Um Habībah, wife of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) once said: “O Allah, give me the joy of being with my husband, the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), and of being with my father Abu Sufyān, and my brother Mu‘āwiyah.” The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said to her: “You have asked Allah regarding life terms that are already set, and days already allotted, and sustenances already fixed. Nothing will happen before its decreed time or be delayed beyond its decreed time. Had you asked Allah to provide you refuge from the torment of the hellfire or from the torment of the grave, it would have been better for you.” [Narrated by Muslim]

Sebagian ulama menilai makruh hukumnya mendoakan panjang umur kepada seseorang jika tidak disertai doa kebaikan. Tetapi, harusnya dikatakan, "Semoga Allah memanjangkan umurmu di atas ketaatan kepada-Nya." Ummu Ḥabībah, istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-pernah berdoa, "Ya Allah! Berilah aku kebahagiaan dengan memanjangkan umur suamiku Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, umur ayahku Abu Sufyān, dan umur saudaraku Mu'āwiyah." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Engkau telah meminta kepada Allah terkait ajal yang sudah ditentukan dan hari yang sudah dihitung serta rezeki yang telah dibagi; doamu tidak akan menyegerakan sesuatu sebelum waktunya maupun mengakhirkan sesuatu dari waktunya. Sekiranya engkau meminta kepada Allah agar dilindungi dari azab di neraka atau azab di kubur, tentu itu lebih baik dan lebih utama." (HR. Muslim)

en

109/15- Fifteenth: Anas ibn Mālik (may Allah be pleased with him) reported: “My uncle Anas ibn an-Nadr (may Allah be pleased with him) did not take part in the Battle of Badr; so he said: ‘O Messenger of Allah! I was absent from the first battle you fought against the polytheists. If Allah gives me a chance to fight them, no doubt, Allah will show how (bravely) I will fight.’ So, on the day of (the Battle of) Uhud, when the Muslims left their posts and were defeated, he said: ‘O Allah, I apologize to You for what these (i.e. his companions) have done, and I denounce what these (i.e. the polytheists) have done.’ Then he advanced with his sword and met Sa‘d ibn Mu‘ādh passing in front of him so he said to him: ‘O Sa‘d ibn Mu‘ādh! Paradise, by the Lord of An-Nadr! I smell its fragrance near Mount Uhud.’ Sa‘d later said: ‘O Messenger of Allah, what he did was beyond my power.’” Anas said: “We found on his body over eighty wounds caused by swords, spears, and arrows. He was killed and mutilated by the polytheists to the extent that no one was able to identify him except his sister, from his fingertips. We believe that this Qur’anic verse refers to him and the likes of him: {Among the believers there are men who have been true to their pledge with Allah} [Surat al-Ahzāb: 23] until the end of the verse. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

15/109- Kelima belas: Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan, Pamanku, Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- absen dari perang Badar. Lantas dia berkata, "Ya Rasulullah! Aku telah absen dari peperangan pertamamu melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah menakdirkanku mengikuti perang melawan kaum musyrikin, niscaya Allah akan memperlihatkan apa yang aku perbuat." Anas melanjutkan, ketika perang Uhud terjadi, sebagian orang-orang Islam lari meninggalkan tempat mereka. Maka Anas bin An-Naḍr berkata, "Ya Allah, aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni rekan-rekannya), dan aku berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh mereka itu (yakni orang-orang musyrik)." Kemudian dia maju dan disambut oleh Sa'ad bin Mu'āż. Dia berkata, "Wahai Sa'ad bin Mu'āż! Demi Rabb-nya An-Naḍr! Di sanalah surga. Sungguh, aku mencium aroma surga di dekat Uhud." Sa'ad berkata, "Ya Rasulullah! Aku tidak mampu seperti yang dia lakukan!" Anas berkata, "Kami menemukan padanya ada delapan puluh sekian luka antara tebasan pedang, tusukan tombak, ataupun lemparan panah. Kami menemukannya telah terbunuh dan dicincang oleh orang-orang musyrik. Tidak ada yang dapat mengenalnya kecuali saudarinya melalui jari jemarinya." Anas berkata, "Kami meyakini atau menduga bahwa ayat ini turun menjelaskan keadaannya dan orang-orang yang semisalnya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (QS. Al-Aḥzāb: 23) (Muttafaq ‘Alaih)

en

The part “Allah will show how (bravely) I will fight” is narrated in another version as follows: “Allah will see how (bravely) I will fight.”

Perkataannya: (لَيُرِيَنَّ الله), diriwayatkan dengan mendamahkan "yā`" dan mengkasrahkan "rā`". Maksudnya: Allah benar-benar akan memperlihatkannya kepada manusia. Juga diriwayatkan dengan memfatahkan keduanya. Wallāhu a'lam.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

بِبَنَانِه (bi banānihi): dengan ujung jari jemarinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It showcases the individual’s resolve to do good deeds and use the means leading to them.

1) Tekad seseorang untuk melakukan ketaatan dan kebaikan serta melakukan sebab-sebab yang membantu mewujudkannya.

en

2) It shows that disavowing the actions of the people of disbelief and disobedience is proof of one’s sincere faith.

2) Berlepas diri dari perbuatan orang-orang kafir dan pelaku maksiat adalah bukti benarnya iman seorang hamba.

en

3) It reflects the excellence of the Companion Anas ibn an-Nadr (may Allah be pleased with him) and his bravery in the battle against the disbelievers.

3) Keutamaan sahabat Anas bin An-Naḍr -raḍiyallāhu 'anhu- karena kepahlawanannya di medan perang dan keberaniannya melawan orang-orang kafir.

en

7) It urges steadfastness in the battlefield even if the fellow warriors abandoned their posts.

4) Anjuran agar teguh bertahan di medan jihad sekalipun rekan-rekan mundur.

en

110/6- Sixteenth: Abu Mas‘ūd ‘Uqbah ibn ‘Amr al-Ansārī al-Badri (may Allah be pleased with him) reported: “When the verse of charity was revealed, we would carry loads on our backs (in return for money that we can give for charity). A man came and gave so much in charity, so they said: ‘He is showing off.’ Another man came and gave a Sā‘ (about three kilos) in charity, so they said: ‘Allah is in no need for the Sā‘ of that one.’ Thereupon, the following verse was revealed: {Those who disparage the believers who voluntarily give charities and ridicule them for having nothing to give except their effort.} [Surat at-Tawbah: 79] [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/110- Keenam belas: Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amr Al-Anṣāriy Al-Badriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ketika turun ayat perintah bersedekah, kami mengambil upah panggul. Datanglah seseorang lalu menyedekahkan sesuatu dalam jumlah banyak, mereka (orang-orang munafik) berkata, 'Ini orang yang ria (pamer).' Seorang yang lain datang lalu bersedekah satu ṣā', mereka berkata, 'Allah tidak membutuhkan satu ṣā' orang ini.' Maka turunlan ayat, "(Orang-orang munafik) yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh sekadar kesanggupannya (untuk disedekahkan), maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih." (QS. At-Taubah: 79) (Muttafaq ‘Alaih)

en

--

نُحَامِلُ (nuḥāmil) dengan mendamahkan "nūn", yaitu sebagian kami mengambil upah panggul dan bersedekah dengannya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Showing off: doing a deed so that people would see the doer and he would earn some worldly gain from them.

- مُراءٍ (murā`), berasal dari kata المُرَاءاة (al-murā`āt), yaitu berbuat agar dilihat orang, sehingga dia mendapatkan manfaat duniawi dari mereka.

en

--

- صاع (ṣā'): satu ṣā', yaitu takaran empat mud. Sedangkan satu mud seukuran dua telapak tangan penuh, tidak dihamparkan ataupun digenggam.

en

--

- يَلۡمِزُونَ (yalmizūn): mencela.

en

--

- المُطّوعين (al-muṭṭawwi'īn): orang-orang yang beramal sukarela.

en

--

- جُهْدَهُم (juhdahum): kemampuan mereka.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) When the believer learns that Allah, Glorified and Exalted, and His Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) ordained something, he must hasten to do it, whether it is a command or a prohibition. The Companions of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) complied with the command of charity by offering the best they could.

1) Kewajiban orang beriman bila datang sesuatu dari Allah -'Azza wa Jalla- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, agar dia bersegera melakukan apa yang diwajibkan kepadanya berupa melaksanakan perintah ataupun menjauhi larangan. Sebagaimana sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melaksanakan perintah bersedekah sesuai kemampuan mereka.

en

2) It shows the Companions readiness to hasten to good deeds and strive throughout the cause, which is one of their excellent features (may Allah be pleased with them).

2) Semangat para sahabat untuk berlomba kepada kebaikan serta berjihad melawan diri untuk itu. Ini bagian dari keutamaan mereka -raḍiyallāhu 'anhum-.

en

3) Allah, Glorified and Exalted, defends the believers, which is one of the fruits of faith.

3) Allah -'Azza wa Jalla- akan membela orang-orang beriman, dan ini termasuk buah dari iman.

en

111/17- Seventeenth: Sa‘īd ibn ‘Abdul ‘Azīz narrated from Rabī‘ah ibn Yazīd from Abu Idrīs al-Khawlāni from Abu Dharr Jundub ibn Junādah (may Allah be pleased with him) from the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) who reported from Allah, Blessed and Exalted, that He said: “O My servants, I have forbidden injustice for Myself and made it forbidden amongst you; so, do not wrong one another. O My servants, all of you are misguided except those I guide; so, ask Me for guidance and I will guide you. O My servants, all of you are hungry except those I feed; so, ask Me for food and I will feed you. O My servants, all of you are naked except those I clothe. So, ask Me for clothing and I will clothe you. O My servants, you commit sins by day and by night, and I forgive all sins, so ask Me for forgiveness and I will forgive you. O My servants, you will not attain harming Me so as to harm Me, and you will not attain benefiting Me so as to benefit Me. O My servants, if the first of you and the last of you, and the humans of you and the jinn of you, were all as pious as the one with the most pious heart amongst you, this would not increase My Kingdom an iota. O My servants, if the first of you and the last of you, and the humans of you and the jinn of you, were all as wicked as the one with the most wicked heart amongst you, this would not decrease My Kingdom an iota. O My servants, if the first of you and the last of you, and the humans of you and the jinn of you, were all to stand together in one place and ask of Me, and I were to give everyone what they requested, that would not decrease what I possess except what is decreased of the ocean when a needle is dipped into it. O My servants, it is but your deeds that I count for you, and then I recompense you for. So whoever finds good should praise Allah, and whoever finds other than that, let them blame no one but themselves.” Sa‘īd said: whenever Abu Idrīs related this Hadīth, he would kneel down. [Narrated by Muslim]

17/111- Ketujuh belas: Sa'īd bin 'Abdul-'Azīz meriwayatkan dari Rabī'ah bin Yazīd, dari Abu Idrīs Al-Khaulāniy, dari Abu Żarr Jundub bin Junādah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Allah -Tabāraka wa-Ta'ālā-, bahwa Allah berfirman, "Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling berbuat zalim! Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk. Wahai hamba-hambaKu! Kamu sekalian lapar kecuali yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak berpakaian kecuali yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku mengampuni dosa semuanya. Maka mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku! Kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Kamu sekalian juga tidak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku, sehingga kalian melakukannya. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya bertakwa dengan tingkat ketakwaan orang yang paling bertakwa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berdosa dengan tingkat dosa orang yang paling berdosa di antara kamu, hal itu sedikit pun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Seandainya orang-orang yang terdahulu dan yang belakangan serta semua jin dan manusia berkumpul di atas tanah lapang lalu semuanya memohon kepada-Ku dan masing-masing Aku penuhi permohonannya, hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan hanya seperti air yang berkurang oleh jarum ketika dimasukkan ke dalam lautan. Wahai hamba-hamba-Ku! Itu semua tidak lain adalah amal perbuatan kalian, Aku akan menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku akan berikan balasannya secara sempurna kepada kalian. Siapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dan siapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri." Sa'īd berkata, "Dahulu, bila Abu Idrīs meriwayatkan hadis ini, dia duduk berlutut." (HR. Muslim)

en

It has been narrated to us that Imam Ahmad ibn Hanbal (may Allah have mercy upon him) said: “The people of Levant have not reported any Hadīth superior to this one.”

Juga telah diriwayatkan kepada kami dari Imam Ahmad bin Hanbal -raḥimahullāh-, bahwa dia berkata, "Tidak ada hadis yang lebih mulia yang dimiliki penduduk Syam daripada hadis ini."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

صَعِيْد (ṣa'īd): satu tanah dan satu tempat.

en

--

المِخْيَط (al-mikhyaṭ): jarum.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It demonstrates the servants’ absolute need of their Lord in the fulfillment of all their worldly and religious needs. The guidance of the heart and all the worldly graces such as food, drink, and clothing, are all from Allah Almighty out of His grace and favor.

1) Ketergantungan hamba kepada Rabb mereka di semua kebutuhan agama dan dunia. Hidayah pada hati dan berbagai nikmat dunia seperti makanan, minuman, dan keperluan seluruhnya adalah karunia yang berasal dari Allah -Ta'ālā-.

en

2) The depositories of Allah Almighty are full, and expenditure does not decrease them. Therefore, one should supplicate Allah as best as he could whilst being certain that Allah Almighty will grant him good, because the fruit of having good expectations of Allah is all good.

2) Perbendaharaan Allah -Ta'ālā- melimpah, tidak akan berkurang oleh satu nafkah; maka hendaklah hamba bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan penuh yakin terhadap kebaikan dari sisi Allah -Ta'ālā-. Sesungguhnya husnuzan kepada Allah -Ta'ālā- lebih baik bagi hamba.

en

3) Allah, the Exalted, prohibits Himself from doing things and obligates Himself to do things out of His wisdom and omniscience.

3) Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengharamkan diri-Nya dari sesuatu dan mewajibkan diri-Nya pada sesuatu; berdasarkan hikmah dan kesempurnaan ilmu-Nya.

en

4) Beneficial knowledge and good deeds are the nourishment of the heart just as food and drink are the nourishment of the body.

4) Ilmu yang manfaat dan amal saleh adalah asupan bagi hati, sebagaimana makanan dan minuman asupan bagi badan.

en

5) Everyone is judged according to his deeds; if he does well, he is rewarded, but if he wronged himself, he will be punished.

5) Manusia akan diberi balasan sesuai amalnya; jika amalnya baik maka baiklah balasannya, dan jika buruk maka buruk pula balasannya.

en

6) One must push himself to do good so that he would find the reward for that in this life and in the Hereafter.

6) Kewajiban seorang hamba agar berjihad melawan dirinya untuk mengerjakan kebaikan supaya mendapat pahalanya di dunia dan akhirat.