Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

14. Chapter on Moderation in Worship

14- BAB SEDERHANA DALAM KETAATAN

en

Allah Almighty says: {Ta Ha. We have not sent down the Qur’an [O Prophet] to cause you distress.} [Surat Ta Ha: 1-2] Allah Almighty also says: {Allah wants ease for you and does not want hardship for you} [Surat al-Baqarah: 185]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Ṭā hā. Kami tidak menurunkan Al-Qur`ān ini kepadamu (Muhammad), agar engkau menjadi susah." (QS. Ṭāhā: 1-2) Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185)

en

Guidance from the verses:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Shariah is centered on easiness and alleviation of distress.

1) Agama Islam dibangun di atas dasar memberi kemudahan dan menghilangkan kesulitan dari hamba.

en

2) They urge moderation such that the individual follows a middle course between extremism and negligence.

2) Anjuran bersikap sederhana, yaitu pertengahan antara sikap guluw (berlebihan) dan sikap tafrīṭ (meremehkan).

en

142/1- ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with her) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came in while a woman was sitting with her. He said: “Who is she?” ‘Ā’ishah replied: “She is so-and-so,” and told him about her (excessive) praying. He said disapprovingly: “Do (good) deeds according to your capacity, for by Allah, Allah never grows weary (of giving rewards) unless you grow weary (of doing good deeds),” and the best deed in his sight was that which is done regularly. [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/142- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemuinya, sementara ada seorang perempuan bersamanya. Beliau bertanya, "Siapakah ini?" Aisyah menjawab, "Ini si polan. Dia menceritakan banyak salatnya." Beliau bersabda, "Tinggalkanlah. Lakukanlah ibadah yang kalian mampu. Demi Allah, Allah tidak akan bosan meskipun kalian sendiri bosan." Dan dahulu, ibadah yang paling beliau sukai adalah yang dikerjakan secara rutin dan kontinu. (Muttafaq 'Alaih)

en

-- Allah never grows weary: means that He will not cut off the reward of your deeds nor will He treat you like a bored one would do unless you grow weary by ceasing to do the good deeds you are doing. So you should do the good deeds you are capable of doing consistently so that you continue to receive the reward from Allah and His favor upon you.

مَهْ (mah) adalah kata larangan. "Allah tidak bosan" maksudnya Allah tidak akan menghentikan pahala-Nya dan balasan perbuatan kalian, yaitu Dia tidak memperlakukan kalian seperti sikap orang yang bosan, hingga kalian sendiri yang bosan dan meninggalkannya. Seharusnya kalian melakukan apa yang kalian mampu rutinkan, agar pahala dan keutamaannya tetap mengalir kepada kalian.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is to do good deeds consistently even if it is little.

1) Petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar mengerjakan amal saleh secara kontinu sekalipun sedikit.

en

2) It instructs people to maintain moderation and avoid extremism. Acts of worship should be performed moderately to enable its consistent observance, because the best deed to Allah is the one done regularly, no matter how little it is.

2) Wasiat kepada hamba-hamba Allah agar bersikap pertengahan dan tidak memaksakan diri, yaitu dengan melakukan ibadah secara sederhana, agar bisa berkelanjutan, karena amal ibadah yang paling Allah cintai adalah yang berkelanjutan walaupun sedikit.

en

143/2 -Anas (may Allah be pleased with him) reported: “Three men came to the house of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) to ask about his worship. When they were told about his worship, it was as if they considered it insufficient and said: ‘How can we be compared to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) whom Allah has forgiven his past and future sins?’ One of them said: ‘As for me, I shall offer prayer all night long.’ The other said: ‘I shall fast every day and not miss a day without fasting.’ The third said: ‘I shall abstain from women and never marry.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came to them and said: ‘Are you those who said such and such things? By Allah, I am the most fearing of Allah and most mindful of Him than any of you; yet I fast and break my fast, I pray and sleep, and I marry women. So whoever does not follow my Sunnah does not belong to me.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/143- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengisahkan, "Tiga orang laki-laki datang ke rumah istri-istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menanyakan tentang ibadah beliau. Ketika mereka telah dikabari, sepertinya mereka menganggap (ibadah mereka) sedikit. Mereka berkata, "Siapa kita ini dibanding Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Beliau telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." Salah satu mereka berkata, "Adapun aku, aku akan salat malam selamanya." Yang kedua berkata, "Aku akan berpuasa setiap hari, tidak akan berbuka." Yang ketiga berkata, "Aku akan menjauhi perempuan, tidak akan menikah selamanya." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatangi mereka seraya bersabda, "Kaliankah yang telah mengatakan begini dan begini? Ketahuilah! Demi Allah, sungguh aku orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku salat malam dan tidur, dan aku menikahi perempuan. Siapa yang tidak suka dengan Sunnahku maka dia bukan dari golonganku." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

رَهْطٍ (rahṭ): sekelompok laki-laki di bawah sepuluh orang, tidak ada perempuan di dalamnya.

en

--

تَقَالّوهَا (taqāllūhā): mereka memandangnya sedikit.

en

--

أَرْقُدُ (arqudu): aku tidur.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Moderation in worship is a Sunnah of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Sederhana dalam beribadah termasuk Sunnah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) It relays a Prophetic instruction to attend to the rights of oneself and others. The individual’s self has a right upon him, his family has a right upon him, and his wife has a right upon him; a fortunate individual is he who gives each their due right.

2) Wasiat Nabi untuk memperhatikan semua hak; yakni hamba itu sendiri memiliki hak yang harus ditunaikan, keluarganya memiliki hak yang harus dia tunaikan, dan istrinya juga memiliki hak yang wajib dia tunaikan. Orang yang diberi taufik adalah yang memberi hak kepada semua orang yang memiliki hak.

en

3) The best of guidance is that of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him); so, the fortunate person is he who is guided to follow his Sunnah throughout his life, and the unfortunate is he who is deprived of following the Sunnah due to ignorance or ill desire; such a person lives and dies in vain.

3) Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Orang yang berbahagia adalah yang dibimbing untuk mengikuti Sunnah beliau, sehingga dia hidup dan mati di atas petunjuk Nabi. Sebaliknya, orang yang sengsara adalah yang dihalangi dari Sunnah beliau lantaran kejahilannya atau karena hawa nafsu dalam dirinya, sehingga dia hidup sementara urusannya terbengkalai.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Al-Nawawi (may Allah have mercy upon him) stated, “Drawing closer to Allah Almighty and fearing Him is done according to the manner He commanded rather than the product of imagination that burdens the individual with deeds that Allah did not command him to do.”

An-Nawawiy -raḥimahullāh- berkata, "Dekat dan takut kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- harus sesuai dengan yang diperintahkan, bukan dengan khayalan dan memaksakan diri melakukan amalan-amalan yang tidak pernah diperintahkan."

en

[Commentary on Sahīh Muslim]

(Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim)

en

144/3 - Ibn Mas‘ūd (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Ruined are the extremists!” He said it thrice. [Narrated by Muslim]

3/144- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan." Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. Muslim)

en

Extremists: refers to those who unnecessarily delve too deep and go beyond the required bounds.

الْمُتَنَطِّعُونَ (al-mutanaṭṭi'ūn) artinya orang-orang yang berlebihan dan memaksakan diri bukan pada tempatnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It instructs against following an extreme course when dealing with Sharia issues because of the harm and loss that such an approach would incur in this life and in the Hereafter.

1) Larangan mempersulit diri dalam masalah agama, karena akan mengakibatkan kerusakan dan kerugian di dunia dan akhirat.

en

2) It recommends refraining from searching for fruitless minute issues, while instructing searching for what benefits the individual in this life and the Hereafter.

2) Wasiat agar tidak mencari perkara-perkara rumit yang tidak memiliki faedah, sebaliknya hanya mencari yang bermanfaat bagi hamba di dunia dan akhirat.

en

145/4 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Indeed, the religion (of Islam) is easy. No one overburdens himself with the religion but he will be unable to continue in this way. So be moderate in your religion; if you can’t reach perfection, try to be near to it and receive the glad tidings that you will be rewarded. Take benefit of the early mornings, the afternoons, and (the last) part of the night (to worship Allah).” [Narrated by Al-Bukhāri]

4/145- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya agama ini mudah. Tidaklah seseorang berlebih-lebihan dalam urusan agama melainkan dia akan kalah. Maka, hendaklah kalian melakukan yang seharusnya atau berusahalah mendekati, dan bergembiralah. Manfaatkanlah waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari (untuk melakukan ketaatan). (HR. Bukhari)

en

In another version narrated by him: “Do your duties as best as you can and try to be near to perfection; make use of the early morning, the afternoon, and part of the night. Be moderate, be moderate, and you will reach your goal.”

Dalam riwayat Bukhari yang lain: "Berusahalah melakukan yang seharusnya atau yang mendekati, dan manfaatkanlah waktu pagi, sore, dan sebagian malam. Bersikaplah sederhana (dalam ibadah), niscaya kalian akan sampai."

en

--

Kata (الدِّينُ) diriwayatkan secara marfū' sebagai nā`ibul-fā'il. Juga diriwayatkan manṣūb (لَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ).

en

-- -- -- Part of the night: it is a metaphor that means worship Allah, Glorified and Exalted, in the times of your activeness and leisure so that you feel the enjoyment of worship and achieve your goals. These times resemble the very same times an acute traveler would choose to journey, and he would rest with his riding animal at other times. In this manner, he would reach his destination without weariness; and Allah knows best.

Sabda beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Melainkan dia akan kalah", maksudnya orang yang berlebihan tersebut akan kalah dan melemah dalam urusan agama karena saking banyaknya. الْغَدْوَةُ (al-gadwah): berjalan di waktu pagi. الرَّوْحَةُ (ar-rauḥah): berjalan di waktu sore. الدُّلْجَةُ (ad-duljah): akhir malam. Ini adalah bentuk kiasan dan perumpamaan. Maksudnya: carilah bantuan untuk melakukan ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla- dengan mengerjakan amal saleh di waktu-waktu kalian bersemangat dan hati tidak sibuk, maka kalian akan menikmati ibadah dan tidak bosan, serta kalian akan sampai pada tujuan ibadah tersebut. Sebagaimana seorang musafir yang cerdas dia akan melakukan perjalanan di waktu-waktu ini lalu beristirahat bersama kendaraannya di waktu yang lain, sehingga dia akan sampai tujuan tanpa lelah. Wallāhu a'lam.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The proper practice is to do acts of worship in a perfect manner; if it is not possible for one to do so, he should try to be as near to perfection as he can.

1) Cara beragama yang benar adalah hamba mengerjakan ibadah secara sempurna dan menurut yang seharusnya, bila tidak memungkinkan maka dia berupaya mendekati yang seharusnya.

en

2) It shows how Sharia encourages good deeds whilst giving glad tidings of the great rewards from Allah, Glorified and Exalted.

2) Anjuran agama untuk beramal disertai sikap optimis dengan pahala yang berlimpah dari Allah -'Azza wa Jalla-.

en

3) The individual should bring joy to his companions by delivering good news to them and displaying a cheerful face as much as he can.

3) Seorang hamba wajib memasukkan kebahagiaan ke dalam hati saudara-saudaranya dengan memberi kabar gembira serta muka ceria sebisa mungkin.

en

4) Moderation in worship with consistency is the means that leads to success in this life and the Hereafter.

4) Sederhana dalam ketaatan disertai kesinambungan adalah jalan yang akan mengantarkan kepada kesuksesan di dunia dan akhirat.

en

5) One should take advantage of the inclination of the heart and its leisure in obeying Allah Almighty and worshiping Him.

5) Memanfaatkan kecenderungan hati dan ketidaksibukannya di dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah -'Azza wa Jalla-.

en

146/5- Anas (may Allah be pleased with him) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) came one day into the masjid and saw a rope stretched between two poles. He inquired: ‘What is this rope for?’ He was told: ‘This is Zaynab’s rope. When she feels tired (in voluntary prayer), she holds on to it for support.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him said: ‘Untie it. You should pray as long as you have the energy to do so. If you feel tired, then lie down.’” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/146- Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah masuk masjid dan beliau melihat sebuah tali terbentang antara dua tiang. Beliau bertanya, "Tali apakah ini?" Para sahabat menjawab, "Ini milik Zainab. Bila dia telah kelelahan (karena salat), maka dia berpegangan pada tali itu." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lepaskan tali itu. Hendaklah salah seorang kalian mengerjakan salat selama dia segar. Bila telah kelelahan, hendaklah dia tidur." (Muttafaq ‘Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

فَتَرَتْ (fatarat): dia (perempuan) merasa lelah.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) The believer should not overburden himself with abundant acts of worship beyond his ability.

1) Orang yang beriman hendaknya tidak memaksakan diri dengan ibadah yang dia tidak mampui.

en

2) It is recommended to be moderate in worship and that the individual should worship Allah at times of his activeness, because the best deed to Allah Almighty is what is done consistently.

2) Anjuran agar bersikap sederhana (pertengahan) dalam beribadah, yaitu mengerjakan ibadah selama dia bersemangat, karena amal yang paling Allah -Ta'ālā- cintai adalah yang dilakukan secara berkesinambungan.

en

147/6 - ‘Ā’ishah (may Allah be pleased with him) reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “If anyone of you feels sleepy while praying, he should lie down till the sleepiness goes away, for if he prays while sleepy, he may intend to ask forgiveness but reviles himself instead.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/147- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika salah seorang kalian telah mengantuk ketika salat, hendaklah dia tidur hingga kantuk itu hilang. Karena jika salah seorang di antara kalian salat dalam keadaan mengantuk, dia tidak sadar, mungkin dia hendak meminta ampunan, namun ternyata dia justru mencela dirinya sendiri." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

ناعس (nā'is): orang yang mengantuk.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It prompts moderation in worship, because if a person commits himself to do worship that incurs hardship on him, he would be doing injustice to himself.

1) Anjuran bersikap pertengahan di dalam beribadah. Adapun bila seorang hamba memaksakan diri untuk beribadah disertai dengan kesulitan, sungguh dia telah menzalimi dirinya.

en

2) It recommends observing worship when one is active and present-minded, and giving the body its due right of rest.

2) Anjuran beribadah disertai semangat dan tadabur, serta memberikan kepada badan hak beristirahat.

en

148/7- Abu ‘Abdullah Jābir ibn Samurah (may Allah be pleased with him and his father) reported: “I used to pray with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him), and his prayer was moderate in length and his sermon was moderate in length.” [Narrated by Muslim]

7/148- Abu Abdillah Jābir bin Samurah -raḍiyallāhu 'anhuma- berkata, "Aku pernah mengikuti sekian salat Jumat bersama Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Salat beliau pertengahan, juga khotbah beliau pertengahan." (HR. Muslim)

en

--

Perkataan Jābir: "pertengahan", yaitu antara panjang dan pendek.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows that moderation in worship is from the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him).

1) Sederhana dan pertengahan dalam beribadah merupakan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

2) It encourages spending a moderate length of time when preaching to people to avoid making them feel bored, because the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) used to give moderate sermons, neither long nor short.

2) Anjuran pertengahan dalam memberi nasihat serta tidak membuat bosan, karena khotbah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pertengahan antara panjang dan pendek.

en

149/8- Abu Juhayfah Wahb ibn ‘Abdullah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) made a bond of brotherhood between Salmān and Abu al-Dardā’. Salmān paid a visit to Abu al-Dardā’ and found his wife, Umm al-Dardā’, dressed in a shabby manner and asked her why she was in that state. She replied: “Your brother Abu al-Dardā’ is not interested in (the pleasures of) this world.” Later, Abu al-Dardā’ came and prepared a meal for Salmān, offered it to him and said: “You eat, for I’m fasting.” Salmān said: “I am not going to eat unless you eat.” So Abu al-Dardā’ ate with him. When it was night, Abu al-Dardā’ got up to offer (voluntary) night prayer, but Salmān told him to sleep, and Abu al-Dardā’ slept. After sometime, Abu al-Dardā’ again got up to pray, but Salmān told him to sleep. During the last hours of the night, Salmān told him to get up, and both of them offered the prayer. Salmān then told Abu al-Dardā’: “Your Lord has a right on you, your own self has a right on you, and your family has a right on you, so give everyone their due right." Abu al-Dardā’ went to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) and told him the whole story. The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Salmān has spoken the truth.” [Narrated by Al-Bukhāri]

8/149- Abu Juḥaifah Wahb bin Abdillah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mempersaudarakan antara Salmān dan Abu Ad-Dardā`. Salmān datang mengunjungi Abu Ad-Dardā`, dan dia melihat Ummu Ad-Dardā` berpakaian kerja. Salman bertanya, “Ada apa denganmu?” Ummu Ad-Dardā` menjawab, “Saudaramu, Abu Ad-Dardā` tidak memiliki minat kepada dunia.” Kemudian Abu Ad-Dardā` datang dan membuatkan makanan untuknya. Da berkata kepada Salman, “Makanlah. Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Salmān berkata, “Aku tidak akan makan hingga engkau juga makan.” Maka Abu Ad-Dardā` pun makan. Ketika malam tiba, dia hendak bangun (mengerjakan salat) Maka Salmān berkata, “Tidurlah!” Dia pun tidur. Setelahnya dia kembali hendak bangun (mengerjakan salat), namun Salmān tetap berkata, “Tidurlah!” Ketika tiba akhir malam, Salmān berkata, “Sekarang, bangunlah (untuk salat).” Keduanya pun mengerjakan salat bersama. Salmān berkata, “Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, dirimu juga memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, dan keluargamu pun memiliki hak yang wajib engkau tunaikan. Tunaikan kepada setiap pemilik hak apa yang menjadi haknya.” Lalu Abu Ad-Dardā` datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyebutkan hal itu kepada beliau. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, “Salmān benar.” (HR. Bukhari)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

مُتَبذِّلةً (mutabażżilah): memakai pakaian kerja, tidak menggunakan pakaian berhias.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It is disliked to overburden oneself with fasting and standing [in voluntary prayer] beyond one’s capacity.

1) Dimakruhkan memaksa diri berpuasa dan salat malam lebih dari kemampuan.

en

2) It is recommended that the Muslim visits his fellow Muslim and ensures about his wellbeing and that of his household.

2) Seorang muslim hendaknya mengunjungi saudaranya seagama, menanyakan keadaannya, serta mencari tahu kondisi diri dan keluarganya.

en

3) It is obligatory to fulfill rights to those entitled to them; and the fortunate person is the one who fulfills this.

3) Kewajiban menunaikan hak kepada pemiliknya, karena orang yang diberi taufik adalah yang menunaikan hak kepada setiap pemiliknya.

en

150/9- ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was told that I had said: ‘By Allah, I will fast every day and pray every night for as long as I live.’ Allah’s Messenger (may Allah’s peace and blessings be upon him) asked me: ‘Are you the one who said that?’ I said: ‘Yes, I said it; may my father and mother ransom you.’ He said: ‘You would not be able to do that. So fast and break your fast, pray and sleep. Fast for three days a month. The reward of a good deed is multiplied by ten, so the fasting of three days a month equals the fasting of a year.’ I said: ‘I can do (fast) more than this.’ He said: ‘Then fast one day every three days.’ I said: ‘I can do more than that.’ He said: ‘Fast every other day; this was the fasting of Dāwūd (David) and the best form of fasting.’ I said: ‘I can do better than that.’ He said :‘There is nothing better than that.’” ‘Abdullah said: “If I had accepted the three days that the Messenger of Allah said, it would be dearer to me than my family and my wealth.” Another version reads: ‘I was informed that you always fast during the day and pray at night. Is it true?’ I said: ‘Yes, O Messenger of Allah.’ He said: ‘Do not do that! Fast and stop fasting, and pray and sleep. Indeed, your body has a right upon you, your eyes have a right upon you, your wife has a right upon you, and your visitor has a right upon you. It is enough for you to fast three days every month. You get a ten-fold reward for any good deed, and thus this is tantamount to fasting the whole year.’ But I favored what is harder and so things were made harder for me. I said: ‘O Messenger of Allah, I have strength (to fast more).’ He said: ‘Then, observe the fast of the Prophet of Allah David and no more than that.’ I said: ‘How was the fast of David?’ He said: ‘Half of the year.’ ‘Abdullah used to say after growing old: ‘I wish I had taken the dispensation of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).’”

9/150- Abu Muhammad Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata bahwa telah dikabarkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa aku mengatakan, "Demi Allah, aku akan berpuasa di siang hari dan akan melakukan salat malam sepanjang malam selama hidupku." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya, "Benarkah engkau yang mengatakan demikian?" Aku menjawab, "Benar aku telah mengatakannya, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Sungguh, engkau tidak akan mampu yang demikian. Tetapi, berpuasalah dan berbuka. Juga tidurlah dan lakukan salat malam. Berpuasalah tiga hari di setiap bulan. Karena kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Dan itu setara puasa sepanjang tahun." Aku menjawab, "Sungguh, aku mampu yang lebih dari itu." Beliau berkata, "Berpuasalah satu hari dan berbuka dua hari." Aku menjawab, "Sungguh, aku mampu yang lebih dari itu." Beliau berkata, "Maka berpuasalah satu hari dan berbuka satu hari. Yang demikian itu adalah puasa Nabi Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan itu adalah puasa paling pertengahan." (Dalam riwayat lain, "... puasa paling afdal"). Aku berkata, "Sungguh, aku masih mampu yang lebih dari itu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada yang lebih afdal dari itu." Seandainya aku dulu menerima tiga hari yang diterangkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, itu lebih aku sukai daripada keluarga dan hartaku. Dalam riwayat lain, "Benarkah, aku dikabari bahwa engkau berpuasa setiap hari dan salat malam sepanjang malam?" Aku menjawab, "Benar, Ya Rasulullah." Beliau berkata, "Jangan lakukan seperti itu. Tetapi, berpuasalah dan berbuka. Tidurlah dan lakukan salat malam. Karena badanmu memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, kedua matamu memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, istrimu memiliki hak yang wajib engkau tunaikan, juga tamumu memiliki hak yang wajib engkau tunaikan. Cukup bagimu berpuasa setiap bulan tiga hari, karena dengan setiap satu kebaikan, engkau akan mendapatkan sepuluh kali lipatnya. Sehingga yang demikian itu semisal dengan puasa sepanjang tahun." Tetapi aku berlebihan sehingga aku kesulitan. Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku masih mampu." Beliau berkata, "Berpuasalah dengan puasa Nabi Daud, dan jangan lebih dari itu." Aku bertanya, "Seperti apa puasa Daud?" Beliau menjawab, "Puasa setengah tahun." Duhai, sekiranya aku dahulu menerima keringanan yang diberikan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

In another version: The Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘I have been informed that you fast every day and recite (the whole of the Qur’an) every night.’ I said: ‘Yes, O Messenger of Allah! But I intended thereby nothing but good,’ whereupon he said: ‘Then fast like the Prophet of Allah David, for he was the most ardent worshiper of Allah; and recite the Qur’an once every month.’ I said: ‘O Prophet of Allah, I am capable of doing more than that.’ He said: ‘Then recite it (the whole Qur’an) in every twenty days.’ I said: ‘O Prophet of Allah, I am capable of doing more than that.’ He said: ‘Then recite it once in every ten days.’ I said: ‘O Prophet of Allah, I am capable of doing more than that.’ He said: ‘Then recite it once in every seven days, and not recite more than that.’ The Prophet of Allah also said to me: ‘You do not know, you may live long.’ When I grew old, I wished I had availed myself of the concession (granted to me by) the Prophet of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him).”

Dalam riwayat lain: "Benarkah, aku dikabari bahwa engkau berpuasa sepanjang tahun serta mengkhatamkan Al-Qur`ān setiap malam?" Aku menjawab, "Benar, ya Rasulullah. Aku tidak melakukannya kecuali karena menginginkan kebaikan." Beliau berkata, "Berpuasalah seperti puasa Nabi Daud, sebab ia adalah orang yang paling banyak ibadahnya. Dan khatamkan Al-Qur`ān sekali setiap bulan." Aku menjawab, "Ya Nabi Allah, sungguh aku mampu yang lebih dari itu?" Beliau berkata, "Kalau begitu, khatamkanlah Al-Qur`ān setiap dua puluh hari." Aku menjawab, "Ya Nabi Allah, sungguh aku masih mampu yang lebih dari itu?" Beliau berkata, "Kalau begitu, khatamkanlah Al-Qur`ān setiap sepuluh hari." Aku menjawab, "Ya Nabi Allah, sungguh aku masih mampu yang lebih dari itu?" Beliau berkata, "Kalau begitu, khatamkanlah Al-Qur`ān setiap tujuh hari, dan jangan lebihkan dari itu." Tetapi aku berlebihan sehingga aku kesulitan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepadaku, "Karena engkau tidak tahu, mungkin engkau diberi umur panjang." Benar, aku mendapatkan apa yang disebutkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika telah tua, aku berharap sekiranya dahulu aku menerima keringanan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

In another version of the Hadīth, he said: “and your children have a right upon you.” And in another version: “May he, who perpetually fasts (without a break), never fast!” In another version of the Hadīth, he said: “The best (voluntary) fast in the sight of Allah is the fast of David, and the best (voluntary) prayer in the sight of Allah is the prayer of David. He used to sleep half of the night, stand to pray one third of it, and then sleep one sixth of it, and he used to fast every other day, and he never fled when meeting the enemy.”

Dalam riwayat lain: "Anakmu juga memiliki hak yang wajib engkau tunaikan." Dalam riwayat lain, "Tidak benar puasa orang yang berpuasa selamanya." Beliau menyebutkannya tiga kali. Dalam riwayat lain: "Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Daud, dan salat yang paling Allah cintai adalah salat Nabi Daud‎. Beliau biasa tidur separuh malam, lalu salat di sepertiganya, dan tidur lagi di seperenamnya. Beliau biasa berpuasa ‎sehari dan berbuka di hari berikutnya. Dan beliau tidak lari bila telah bertemu musuh."

en

In another version: ‘Abdullah said: “My father helped me marry a woman of a noble descent, and he used to inquire of his daughter-in-law regarding her husband. She would say: ‘What a fine man he is! He never comes to my bed, nor has he approached me since he married me.’ When this state of affairs lasted for some time, my father mentioned the matter to the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) who said to him, “Tell him to meet me.” I later met him so he asked me: ‘How often do you fast?’ I replied: ‘Daily.’ He asked me: ‘How often do you read the whole Qur’an?’ I said: ‘Every night.’” Then he narrated the rest of the story. He (in his old age) would recite one-seventh of his nightly recitation to some members of his family during the day to lighten his task at night. Whenever he wished to have a relief from his fast on alternate days, he would give up fasting for a few days and make up for the deficiency later by observing the number of fasts he had missed. He would not give up the number of fasts altogether because he did not wish to abandon what he had settled with the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him). All of these narrations are authentic, and most of them are narrated by both Al-Bukhāri and Muslim, while a few are narrated by one of them.

Dalam riwayat lain, Abdullah bercerita, Aku dinikahkan oleh ayahku dengan seorang perempuan keturunan terhormat. Ayahku terbiasa menjenguk menantunya (istri anaknya) dan menanyakan tentang suaminya. Dia menjelaskan, "Suamiku sebaik-baik lelaki. Tetapi dia tidak pernah menginjak tempat tidur kami, tidak juga membuka selimut kami sejak kami datang kepadanya." Ketika hal itu berlangsung lama, ayahku menyampaikannya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berkata, "Temui aku bersamanya." Lantas aku bertemu beliau setelahnya. Beliau bertanya, "Bagaimana engkau berpuasa?" Aku menjawab, "Setiap hari." Beliau bertanya lagi, "Bagaimana engkau mengkhatamkan Al-Qur`ān?" Aku menjawab, "Setiap malam." Abdullah kemudian menyebutkan seperti sebelumnya. Dia membaca sepertujuh Al-Qur`ān yang biasa dia baca kepada keluarganya di siang hari agar lebih ringan baginya di malam hari. Bila dia hendak mencari tenaga, dia berbuka sekian hari dan menghitungnya, lalu berpuasa sebanyak itu. Dia tidak ingin meninggalkan sesuatu yang telah dia sepakati bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Semua riwayat ini sahih. Sebagian besarnya ada dalam Aṣ-Ṣāḥīḥain, dan sebagian kecil ada di salah satunya.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

بِأَبي أَنْتَ وَأُمِّي (bi abī anta wa ummī): engkau berhak ditebus dengan ayah dan ibuku.

en

--

لِزُوْرِكَ (li zūrika): untuk tamumu.

en

--

بَعْلُهَا (ba'luhā): suaminya.

en

He never comes to my bed: She intends thereby that he refrains from having sexual intercourse with her.

Dia belum pernah menginjak tempat tidur kami, tidak juga membuka selimut kami: istrinya hendak mengungkapkan ketidakmauan suaminya berhubungan badan, bahwa suami belum pernah mendekatinya, dan belum pernah terjadi padanya apa yang biasa terjadi antara laki-laki dengan istrinya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It reflects the vastness of Allah’s mercy, by multiplying the single good deed tenfolds.

1) Luasnya rahmat Allah -'Azza wa Jalla-, yaitu Allah melipatgandakan kebaikan sepuluh kali lipat.

en

2) Perfection and goodness lie entirely in following the path of the Prophets (peace be upon them) in terms of knowledge and action.

2) Kesempurnaan dan kebaikan seluruhnya ada pada mengikuti mengikuti manhaj para nabi -'alaihimuṣ-ṣalātu was-salām- secara ilmu dan amalan.

en

3) Little consistent worship that conforms to the guidance of the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) is better than abundant yet inconsistent worship that contradicts his guidance.

3) Sedikit ibadah tetapi berkesinambungan disertai sesuai petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih baik daripada banyak tetapi tidak berkesinambungan atau menyelisihi petunjuknya.

en

4) It shows how Islam is the religion of moderation and the law of easiness and removal of inconvenience and hardship.

4) Islam adalah agama moderat, syariat yang mudah, dan menghilangkan kesulitan.

en

151/10- Abu Rib‘ī Hanzhallah ibn al-Rabī‘ al-Usaydi, one of the scribes of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) reported: “I met Abu Bakr (may Allah be pleased with him) and he said: ‘How are you?’ I said: ‘Hanzhalah has turned into a hypocrite.’ He (Abu Bakr) said: ‘Glory be to Allah! What are you saying?’ I said: ‘When we are in the company of the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him), he reminds us of Paradise and Hellfire as if we are seeing them with our very eyes, and when we depart from his company, we attend to our wives, children, and business, and we forget much of that.’ Abu Bakr said: ‘By Allah, I do experience the same.’ So I and Abu Bakr went to the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) and I said: ‘O Messenger of Allah, Hanzhalah has turned into a hypocrite.’ Thereupon the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘And how is that?’ I said: ‘O Messenger of Allah, when we are in your company, you remind us of Hellfire and Paradise as if we are seeing them with our own eyes, then when we depart from you we attend to our wives, children, and business, and we forget much of that.’ Thereupon the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘By Him in Whose Hand is my soul, if your state remains the same as it is in my presence and you are always busy in remembrance (of Allah), the angels will shake hands with you in your beds and in your paths but, Hanzhalah, time (should be devoted to prayer and meditation) and time (should be devoted to worldly affairs).’ He said the last words three thrice.” [Narrated by Muslim]

10/151- Abu Rib'ī Ḥanẓalah bin Ar-Rabī' Al-Usayyidiy Al-Kātib -raḍiyallāhu 'anhu-, salah seorang juru tulis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, Aku bertemu dengan Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, "Bagaimana keadaanmu, wahai Ḥanẓalah?" Aku jawab, "Ḥanẓalah kini telah munafik." Abu Bakar berkata, "Mahasuci Allah! Apa yang engkau katakan itu?!" Aku menjawab, "Ketika kita berada di hadapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau menceritakan tentang surga dan neraka, maka seakan-akan kita melihatnya langsung dengan mata dan kepala. Namun, bila kita telah meninggalkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kita bergurau dengan istri dan anak-anak serta mengurusi urusan-urusan dunia, maka kita sering lupa." Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Demi Allah! Kami juga mendapati seperti itu." Lantas aku dan Abu Bakar pergi menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku berkata, "Ya Rasulullah! Ḥanẓalah telah munafik." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya, "Mengapa demikian?" Aku jawab, "Ya Rasulullah! Ketika kami berada di hadapanmu kemudian engkau menceritakan tentang neraka dan surga, seolah-olah kami melihatnya langsung dengan mata dan kepala kami. Namun, bila kami telah keluar dan bergurau bersama istri dan anak-anak serta mengurusi berbagai urusan dunia, maka kami sering lupa." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lantas bersabda, "Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Seandainya kalian terus-menerus sebagaimana keadaan kalian di hadapanku dan selalu ingat, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan-jalan kalian. Hanya saja, wahai Ḥanẓalah, sesaat dan sesaat." Beliau mengulangnya tiga kali. (HR. Muslim)

en

-- --

(رِبْعِيّ) dengan mengkasrahkan "rā`". (الأُسَيِّدِي) dengan mendamahkan "hamzah", memfatahkan "sīn", lalu mengkasrahkan "yā`" dan mentasydidnya.

en

-- --

Kata (عَافَسْنَا): maksudnya kami mengurusi dan mencandai. (الضَّيْعَاتُ): urusan kehidupan.

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

Turned hypocrite: means that his deeds are similar to those of the hypocrites.

نَافَقَ (nāfaqa): menyerupai perbuatan munafikin.

en

--

رَأْيَ عَيْنٍ (ra`ya 'ain): seakan kita melihat surga dan neraka langsung dengan mata lantaran rasa yakin yang kuat.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It shows the eagerness of the Companions (may Allah’s peace and blessings be upon him) to maintain the soundness of their faith and their fear of hypocrisy.

1) Semangat para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam menjaga kesahihan iman mereka serta rasa takut mereka kepada kemunafikan.

en

2) It reflects the excellence of remembrance because it is one of the dearest acts of worship to Allah Almighty.

2) Keutamaan berzikir, yaitu merupakan ibadah yang paling dicintai oleh Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia.

en

3) One must not overburden himself. Instead, he must attend to the right of Allah and the rights of people, and pay each their due right.

3) Seorang hamba tidak boleh memberatkan dirinya, tetapi hendaklah dia menjaga hak-hak Allah dan hak-hak manusia, dan agar dia memberikan kepada setiap pemilik hak apa yang menjadi hak mereka.

en

4) It endears Paradise and frightens from Hellfire, which strengthens the faith in the heart of the individual.

4) Motivasi untuk mendapatkan surga dan ancaman terhadap neraka termasuk yang dapat menguatkan iman dalam hati hamba.

en

152/11- Ibn ‘Abbās (may Allah be pleased with him and his father) reported: “While the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) was delivering a sermon, he saw a man who was standing. He asked about him and was told: ‘This is Abu Isrā’īl. He made a vow to stand in the sun and not sit down, to avoid the shade, to keep silent, and to fast.’ The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: ‘Order him to speak, seek the shade, sit down, and complete his fast.’” [Narrated by Al-Bukhāri]

11/152- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhotbah, tiba-tiba beliau melihat seorang lelaki berdiri, lalu beliau bertanya tentang laki-laki tersebut. Para sahabat menjawab, "Dia adalah Abu Isrā`īl. Dia bernazar akan berdiri di bawah panas matahari, tidak akan duduk, tidak akan berteduh, tidak akan berbicara, dan akan berpuasa." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda, "Perintahkan dia supaya berbicara, berteduh, duduk, dan supaya dia melanjutkan puasanya." (HR. Bukhari)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Allah Almighty does not accept any deed He has not ordained nor permitted, because acts of worship require compliance with Sharia, following the example of the Prophet, and refraining from religious innovation.

1) Allah -Ta'ālā- tidak akan menerima satu amalan yang tidak pernah Allah syariatkan dan perkenankan, karena ibadah dibangun di atas syariat dan itibak (mengikuti Nabi) serta melarang perbuatan-perbuatan bidah.

en

2) A vow to sin must not be fulfilled, such as vowing to commit a prohibited or disliked act, or vowing to do what one does not have the ability to fulfill.

2) Tidak ada ketaatan dalam nazar maksiat, misalnya bernazar melakukan sesuatu yang diharamkan, dimakruhkan, atau yang tidak mampu dia penuhi.

en

3) A vow to do a good deed must be fulfilled and must not be broken (such as the vow of the aforementioned Companion to fast).

3) Nazar berupa ketaatan seharusnya disempurnakan oleh orang yang bernazar, dan tidak dibatalkan (sebagaimana nazar sahabat ini untuk berpuasa).

en

4) It prohibits from overburdening oneself beyond his ability.

4) Larangan memaksakan diri pada perbuatan yang tidak dimampui.