Terjemahan yang Berlaku English عربي
en

217 - Chapter on the obligation of fasting Ramadan and demonstrating the merit of fasting and matters relevant to it

217- BAB KEWAJIBAN PUASA RAMADAN, PENJELASAN KEUTAMAAN PUASA, DAN YANG TERKAIT DENGANNYA

en

Allah Almighty says: {O you who believe, fasting has been decreed upon you as it was decreed upon those before you so that you may become righteous.} Till the verse that says: {Ramadān is a month in which the Qur’an was sent down as a guidance for mankind and as clear signs that show the right way and distinguish between right and wrong. So whoever of you witnesses this month, should fast. But if anyone is ill or on a journey, he should make up for those days...} [Surat al-Baqarah: 183-185]

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ... " Hingga firman-Nya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 183-185)

en

Guidance from the verse:

Pelajaran dari Ayat:

en

1) Fasting Ramadan is one of the fundamentals of Islam and acts of piety. Failure to observe it is a major sin.

1) Puasa Ramadan termasuk rukun agama Islam dan pilar ketakwaan, dan meninggalkannya termasuk dosa besar.

en

2) It highlights the merit of this Ummah, as Allah Almighty has prescribed for it such obligations for which it vies with past nations, so that its reward would be increased and its rank would be elevated.

2) Menampakkan keutamaan umat ini, yaitu manakala Allah mensyariatkan untuk mereka kewajiban-kewajiban yang dengannya mereka bisa melebihi kemuliaan umat-umat terdahulu dengan pelipatgandaan pahala dan kedudukan mereka.

en

3) A main purpose behind prescribing the fast is the attainment of piety. Indeed, Allah does not wish to torment His servants by depriving them of what they desire and are used to. {But what reaches Him is piety from you.}

3) Di antara hikmah paling besar dalam kewajiban puasa ialah tercapainya ketakwaan orang yang berpuasa; Allah tidak bermaksud menyiksa hamba dengan meninggalkan apa yang mereka senangi dan terbiasa dengannya: "Tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu." (QS. Al-Ḥajj: 37)

en

4) We are exhorted to accept the dispensation given by the Almighty Legislator for not fasting in the case of illness or travel. Indeed, Allah Almighty loves that His dispensations be taken just as He loves His obligations to be discharged.

4) Anjuran untuk menerima rukhsah (keringanan) yang berasal dari Allah dalam hal dibolehkannya orang yang sakit dan musafir untuk tidak berpuasa, karena Allah -Ta'ālā- senang bila rukhsakh-Nya diambil sebagaimana Dia senang bila kewajiban-Nya dilaksanakan.

en

As for the relevant Hadīths,

Adapun hadis-hadis yang berkaitan dengan hal ini,

en

they have already been cited in the previous chapter.

maka sebagiannya telah disebutkan dalam bab sebelumnya.

en

1215/1 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Allah, the Exalted, said: ‘All deeds of the son of Adam are for himself, except for fasting; it is for Me, and I give the reward for it.’ Fasting is a shield. When anyone of you is fasting, he should avoid obscene language and loud voice, and if anyone curses him or quarrels with him, he should say: ‘I am fasting.’ By the One in Whose hand the soul of Muhammad is, the breath of a fasting person is more pleasant to Allah than the fragrance of musk. A fasting person has two occasions of joy: When he breaks his fast, he feels joy for breaking his fast, and when he meets his Lord, he feels joy for his fast.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

1/1215- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Semua amal anak Adam ialah miliknya, selain puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberikannya ganjaran.' Puasa adalah perisai. Maka, bila salah seorang kalian sedang berpuasa, janganlah ia berbicara kotor dan jangan berteriak-teriak (memancing keributan). Jika seseorang mencacinya atau memusuhinya hendaknya ia mengatakan, 'Aku sedang puasa.' Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dibanding aroma kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia rasakan; yakni apabila ia berbuka puasa, ia bahagia dengan berbukanya, dan apabila ia bertemu Rabb-nya, ia bahagia dengan puasanya." (Muttafaq 'Alaih,

en

This is the wording narrated by Al-Bukhāri.

dan ini adalah redaksi Bukhari)

en

In another version by him: “He leaves his food, drink, and desire for My sake. Fasting is for Me, and I give reward for it. Every good deed is rewarded by ten times its kind.”

Dalam riwayat Bukhari yang lain: "Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa adalah milik-Ku, Aku sendirilah yang akan memberikan ganjarannya, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya."

en

In a version by Muslim: “Every good deed of the son of Adam will be multiplied manifold. A good deed will be multiplied ten times up to as many as seven hundred times. Allah said: ‘Except for fasting, which is for Me, and I give reward for it. He gives up his lust and his food for My sake.’ The fasting person has two joys: one when he breaks his fast and another when he meets his Lord. The smell that comes out of the mouth of a fasting person is more pleasant in the sight of Allah than the fragrance of musk.”

Dalam riwayat Imam Muslim: "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, 'Selain puasa, sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberikannya ganjaran. Ia (orang yang puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.' Bagi orang yang puasa ada dua kebahagiaan; yakni satu kebahagiaan ketika berbuka dan satu kebahagiaan lain ketika bertemu Rabb-nya, dan sungguh bau mulutnya lebih wangi di sisi Allah dibanding aroma kasturi."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

جٌنَّةٌ (junnah): sesuatu yang digunakan sebagai tameng, yaitu puasa adalah pelindung dan perisai dari neraka.

en

--

يَرْفُثُ (yarfuṡ): ia berbicara yang kotor dan keji.

en

--

يَصْخَبُ (yaṣkhab), berasal dari kata "الصًّخْبُ" (aṣ-ṣakhb), yaitu mengangkat suara dan ribut.

en

--

خَلُوْفٌ (khalūf): perubahan aroma mulut akibat puasa.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Fasting is one of the greatest acts of worship in terms of sincerity to Allah Almighty, as it remains a secret between a servant and his Lord. That is why Allah Almighty has given it a special merit.

1) Puasa termasuk ibadah paling agung dalam hal keikhlasan kepada Allah -Ta'ālā-, karena puasa adalah rahasia antara hamba dengan Rabb-nya; oleh karena itu, Allah -Ta'ālā- mengistimewakannya di antara amalan lainnya.

en

2) Fasting comprises all types of patience: patience in performing worship to Allah, patience in refraining from sins, and patience over the decrees predestined by Allah. As it includes all different forms of patience, it has deserved to entail unlimited reward.

2) Puasa mengandung semua macam kesabaran; sabar di atas ketaatan kepada Allah, sabar dari bermaksiat kepada Allah, dan sabar atas takdir Allah -Ta'ālā-. Karena puasa mengandung semua macam kesabaran tersebut, maka pahalanya tidaklah terbatas jumlahnya.

en

3) The believer feels joy when he completes one of the obligations prescribed by his Lord and he can now enjoy the good things permissible for him. This is the right attitude of a believer: He is pleased to complete an act of worship to Allah Almighty.

3) Orang mukmin merasa bahagia ketika menyelesaikan salah satu kewajiban yang Allah -Ta'ālā- wajibkan dan ketika Allah menghalalkan baginya sebagian apa yang disenangi jiwanya. Beginilah seharusnya seorang mukmin, berbahagia dengan ketaatan apabila dia telah menyelesaikannya.

en

4) We are urged to act upon the Prophet’s advice not to respond to evil with evil; rather, a fasting person should honor himself by rising above cursing and name-calling.

4) Motivasi untuk melaksanakan wasiat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal tidak membalas orang yang berbuat buruk dengan keburukan, melainkan orang yang berpuasa harus memuliakan dan menyucikan dirinya dari mencela dan mencaci.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

This Hadīth involves two kinds of Hadīth: a divine statement and a prophetic one. So, it fits the description of both Qudsi and Prophetic Hadīth.

Di dalam hadis ini terdapat dua macam hadis: hadis qudsi yang berasal dari firman Allah -Ta'ālā-, dan hadis nabawi yang berasal dari ucapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sehingga dalam hadis ini terkumpul dua jenis hadis, yaitu hadis qudsi dan hadis nabawi.

en

1216/2 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “He who spends a pair in the way of Allah will be called from the gates of Paradise: ‘O servant of Allah, this gate is better for you’; the regular performer of prayer will be called from the gate of prayer; whoever is regular in fighting in the cause of Allah will be called from the gate of Jihad; he who is regular in observing fasting will be called from the Rayyān gate; and the one who is generous in charity will be called from the gate of charity.” Abu Bakr (may Allah be pleased with him) said: “O Messenger of Allah, may my mother and father be sacrificed for you! Those who are called from these gates will stand in need of nothing. Will anybody be called from all of those gates?” He replied: “Yes, and I hope that you will be one of them.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

2/1216- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang bersedakah dengan sepasang (hewan dan lainnya) di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari semua pintu surga, 'Wahai hamba Allah! Ini adalah kebaikan.' Siapa yang gemar salat, maka dia dipanggil dari pintu salat; siapa yang gemar berjihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad; siapa yang gemar berpuasa, maka dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyān; siapa yang gemar bersedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah." Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kupersembahkan ayah ibuku sebagai tebusan untukmu wahai Rasulullah! Tidak ada keburukan atas orang yang dipanggil dari tiap-tiap pintu itu. Apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu surga?" Beliau bersabda, "Ya, dan aku berharap, engkaulah salah satunya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It urges us to perform a lot of voluntary acts of worship so that we would be called from one of those gates on the Day of Judgment.

1) Anjuran untuk memperbanyak ibadah sunah agar seseorang dipanggil dari tiap-tiap pintu ketaatan.

en

2) Allah Almighty opens the gates of His mercy to His servants to encourage them to compete in worshiping and doing good.

2) Dibukanya pintu-pintu rahmat Allah -Ta'ālā- bagi para hamba supaya orang beriman berlomba-lomba dalam ibadah.

en

3) The Rayyān gate that will give water to the fasting people to drink is one of the eight gates of Paradise.

3) Pintu Ar-Rayyān yang akan menghilangkan dahaga orang yang berpuasa adalah salah satu di antara delapan pintu surga.

en

4) It highlights a special merit for Abu Bakr as-Siddīq (may Allah be pleased with him), as the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) gave him glad tidings that he would be one of those called from all these gates, in honor of him, since he engaged in all these kinds of goodness.

4) Keutamaan khusus bagi Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq, yaitu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memberikannya kabar gembira bahwa dia termasuk di antara yang akan dipanggil dari semua pintu ini, sebagai pemuliaan kepadanya -raḍiyallāhu 'anhu- karena dia telah meraih semua pintu kebaikan.

en

1217/3 - Sahl ibn Sa‘d (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “There is a gate in Paradise called the Rayyān through which only those who fast will enter on the Day of Resurrection. No one else will enter through it. It will be called out: ‘Where are those who used to fast?’ So they will stand up and proceed towards it. When the last of them has entered, the gate will be closed, and no one else will enter through it.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

3/1217- Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga ada satu pintu bernama Ar-Rayyān. Pada hari Kiamat kelak, orang-orang yang berpuasa akan masuk dari pintu itu, dan tidak ada seorang pun yang masuk selain mereka. Dikatakan, 'Di manakah orang-orang yang berpuasa?' Lantas mereka berdiri, tidak ada seorang pun selain mereka yang masuk dari pintu itu. Jika mereka telah masuk, pintu itu pun ditutup, sehingga tidak ada seorang pun yang masuk dari pintu itu setelahnya." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Out of mercy towards fasting people and in honor of them, Allah Almighty has opened to them a gate through which only they will enter.

1) Di antara rahmat dan pemuliaan Allah -Ta'ālā- terhadap orang yang berpuasa adalah Allah membukakan khusus untuk mereka sebuah pintu yang orang lain tidak akan menyertai mereka di dalamnya.

en

2) Recompense for a deed is of the same kind of the deed. As fasting people observe their fast exclusively for the sake of Allah Almighty, He gives them an exclusive reward.

2) Balasan setimpal dengan jenis perbuatan, yaitu sebagaimana orang yang berpuasa memurnikan puasanya untuk Allah -Ta'ālā-, maka Rabb mereka pun mengkhususkan balasan mereka untuk mereka saja.

en

1218/4 - Abu Sa‘īd al-Khudri (may Allah be pleased with him) reported: The Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When a person fasts a day in the cause of Allah, Allah will certainly keep his face away from Hellfire by virtue of this day for seventy years.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

4/1218- Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali dengan hari itu Allah akan jauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) One of the greatest acts in terms of reward is to observe fast along with Jihad in the cause of Allah, for this combines the two virtues.

1) Di antara amalan yang paling besar pahalanya ialah menggabungkan ibadah puasa dengan jihad fi sabilillah, karena telah menggabungkan antara dua keutamaan.

en

2) It shows the merit of sincerity towards Allah Almighty in observing voluntary fast, as a person will not fast during days of Jihad except because he is completely sincere to his Lord.

2) Keutamaan ikhlas kepada Allah -Ta'ālā- dalam puasa sunah, karena seorang hamba tidak akan berpuasa di hari-hari berjihad kecuali karena kesempurnaan ikhlasnya kepada Allah -Ta'ālā-.

en

1219/5 - Abu Hurayrah (may Allah be pleased with him) reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Whoever observes fasting during Ramadan faithfully and expecting its reward from Allah will have his past sins forgiven.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

5/1219- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq 'Alaih)

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) It points out the great reward for fasting Ramadan, as it is a reason for expiation of sins.

1) Menjelaskan pahala besar dalam puasa Ramadan karena merupakan sebab pengampunan dosa.

en

2) Faith in Allah and the pursuit of reward from Him, along with complete sincerity towards Him, are among the most sublime acts of worship.

2) Beriman kepada Allah -Ta'ālā- dan mengharap pahala yang disertai dengan keikhlasan yang sempurna kepada Allah; termasuk ketaatan yang paling mulia.

en

1220/6 - He also reported that the Messenger of Allah (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “When Ramadan comes, the gates of Paradise are opened, the gates of Hellfire are closed, and the devils are chained.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim]

6/1220- Juga dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila Ramadan telah tiba, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (Muttafaq 'Alaih)

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

صُفِّدت الشَّياطين: setan-setan diikat dan ditahan.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Among the characteristics of Ramadan is that the gates of Paradise are opened therein to encourage people to increase their good deeds. The gates of Hellfire are closed, given the plenty of believers engaged in acts of worship and piety. Moreover, the devils are chained and prevented from doing evil.

1) Di antara keistimewaan bulan Ramadan adalah bahwa pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka untuk memotivasi para pelaku amal saleh untuk memperbanyak ketaatan, pintu-pintu neraka ditutup karena banyaknya orang beriman yang mengerjakan ketaatan, serta setan-setan dibelenggu dari berbuat keburukan.

en

2) As sincere advice to his Ummah, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) informed them about that. Thereby, he encouraged them to do good and warned them of evil.

2) Pengabaran oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang hal itu kepada umat ini sebagai bentuk nasihat untuk mereka, juga sebagai motivasi pada kebaikan, dan peringatan dari dosa dan keburukan.

en

3) It is obligatory to believe whatever the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) informed us regarding the unseen, because {Nor does he speak from [his own] inclination. It is not but a revelation revealed.}

3) Kewajiban mengimani berita gaib yang datang dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena beliau; "Tidaklah berucap menurut keinginannya. Tidak lain, itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An-Najm: 3-4)

en

1221/7 - He also reported that the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) said: “Observe fast on sighting it (i.e. the new moon) and break fast on sighting it, but if the sky is cloudy for you, then complete the days of Sha‘bān as thirty.” [Narrated by Al-Bukhāri and Muslim; this is the wording of Al-Bukhāri]

7/1221- Masih dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Berpuasalah karena melihatnya (hilal), dan berbukalah karena melihatnya pula. Apabila hilal samar atas kalian, maka sempurnakanlah bilangan Syakban menjadi tiga puluh hari." (Muttafaq 'Alaih, dan ini redaksi Bukhari)

en

In a version by Muslim: “But if the sky is cloudy for you, then fast thirty days.”

Dalam riwayat Muslim: "Apabila kalian terhalangi oleh awan, maka berpuasalah tiga puluh hari."

en

Words in the Hadīth:

Kosa Kata Asing:

en

--

غَبِي (gabiya), dengan memfatahkan "gain" dan mengkasrahkan "bā`", artinya: samar.

en

--

غُمَّ (gumma): antara kalian dan hilal terhalangi awan sehingga kalian tidak melihatnya.

en

Guidance from the Hadīth:

Pelajaran dari Hadis:

en

1) Fasting of Ramadan becomes due upon sighting its moon or the completion of Sha‘bān as thirty days. Likewise, the end of fast is determined by sighting the moon of Shawwāl or the completion of Ramadan as thirty days. This is to remove any doubt, and base our acts of worship upon certainty or high likelihood.

1) Kewajiban puasa bulan Ramadan adalah dengan melihat hilal bulan Ramadan atau menyempurnakan Syakban tiga puluh hari, sedangkan keluar dari kewajiban puasa adalah dengan melihat hilal Syawal atau menyempurnakan bulan Ramadan tiga puluh hari. Sehingga kita bisa membuang keraguan dan membangun ibadah di atas keyakinan sempurna atau dugaan yang kuat.

en

2) If the moon of Ramadan is obscure, we are required to complete Sha‘bān as thirty days, and it is not permissible to fast the doubtful day preceding Ramadan. Whoever fasts it, has indeed disobeyed the Prophet’s command.

2) Bila hilal bulan Ramadan tidak terlihat, maka wajib hukumnya menyempurnakan bulan Syakban tiga puluh hari, dan tidak diperbolehkan berpuasa di hari yang diragukan (hari syak) sebelum Ramadan; siapa yang mengerjakannya, maka dia telah durhaka kepada Abul-Qāsim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

en

Benefit:

Faedah Tambahan:

en

Following the Sunnah is achieved by completing Sha‘bān as thirty days in case the moon cannot be seen, and not by fasting the doubtful day preceding Ramadan on the grounds of caution. Indeed, all goodness lies in adhering to the Prophet’s guidance. If fasting the doubtful day were good, the Prophet (may Allah’s peace and blessings be upon him) would have instructed the Ummah to do so. We should stick to his teachings, which guide us to the most correct path.

Mengikuti Sunnah adalah dengan menyempurnakan bilangan bulan, bukan dengan berpuasa di hari syak (yang diragukan), meskipun dengan klaim bahwa itu sikap yang lebih hati-hati dan lebih sempurna. Karena seluruh kebaikan adalah pada mengikuti petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sekiranya berpuasa di hari syak mengandung kebaikan, niscaya beliau telah mengarahkan umatnya kepadanya. Sebab itu, berpeganglah dengan apa yang beliau ajarkan, niscaya Anda diberi petunjuk.